Vous êtes sur la page 1sur 83

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI NY.A DENGAN IKTERUS FISIOLOGIS NEONATORUM


DI PUSKESMAS TONGKUNO KECAMATAN TONGKUNO
TANGGAL 09 MEI S.D 15 MEI
TAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi


Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Oleh

EKA FITRIANI
2012.IB.0005

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE


AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
TAHUN 2015
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatal


pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Fisiologis di
Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna
Tanggal 09 Mei s.d. 15 Mei Tahun 2015

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Juli 2015


Pembimbing I Pembimbing II

Lis Hadriwati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.Ns

Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.


LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tuli Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.

Tim Penguji :

1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (.........................................)

2. Lis Hadriwati, S.ST


(..............................)

3. Dina Asminatalia, S.Kep.Ns (..................................)

Raha, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Lis Hadriwati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.Ns

Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes


RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Eka Fitriani

NIM : 2012 IB 0005

Tempat, Tanggal Lahir : Fak-Fak, 17 Januari 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia

Alamat : Jl. Kontukowuna No,65 Kelurahan Watonea

B. Identitas Orang Tua

1. Nama Ayah/Ibu : Syarifuddin/Wa Haliya

2. Pekerjaan : Wiraswasta/PNS

3. Alamat : Desa Laworo Kecamatan Tikep Kabupaten Muna

Barat
C. Pendidikan
1. Taman Kanak-Kanak tahun 2000

2. Tamat SD Negeri 19 Tikep tahun 2006

3. Tamat MTS.s Ashidiq Tikep tahun 2009

4. Tamat SMA 1 Tikep tahun 2012

5. Akademi Kebidanan Paramata Raha Tahun 2012 sampai sekarang


KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program

studi DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul : Manajemen

dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. A dengan Ikterus

Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Tanggal

09 S.d. 15 Mei tahun 2015

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sedikit menemui kendala,

namun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lis

Hadriwati, S.ST, selaku Pembimbing I dan Ibu Dina Asminatalia, S.Kep,Ns selaku

Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,

pengarahan, masukan, kritikan serta petunjuk sehingga tersusunlah Karya Tulis

Ilmiah ini. Demikian pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Akademi

Kebidanan Paramata Raha, Kabupaten Muna dan sekaligus Penguji yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan koreksi dan

masukan untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.kes., selaku direktur Akademi Kebidanan

Paramata Raha, Kabupaten Muna.


3. Bidan Rosmawati, Am.Keb dan Bidan Rosna, Am.Keb yang telah banyak

membantu penulis dalam pengambilan data Karya Tulis Ilmiah di Puskesmas

Tongkuno Kecamatan Tongkuno.

4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Paramata Raha,

Kabupaten Muna yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan

keterampilan selama penulis mengikuti pendidikan.

5. Kepada kedua orang tuaku tercinta, yang dengan penuh cinta mendidik,

memberikan dukungan moril maupum materi, doa dan kasih sayang kepada

penulis selama menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan. Kepada sahabat-

sahabatku Mila ( Nene ) Ture, Bobi, Wiwin dan Septiana yang selalu memberi

semangat dan dukungan, serta kebersamaannya yang tak henti melahirkan canda

dan tawa selama masa perkuliahan dan semua teman-temang angkatan ke IV D

III kebidanan yang menjadi motivator buat penulis.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu penulis. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah

ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Raha, Juli 2015

Penulis
INTISARI

Eka Fitriani (2012.IB.0005), Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan


Kebidanan pada Bayi Ny.A dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum di
Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Tanggal 09 Mei s.d. 15 Mei Tahun
2015 di bimbing oleh Ibu Lis Hadriwati, S.ST, dan Ibu Dina
Asminatalia, S.Kep.Ns

Latar belakang : Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu
32/1000 kelahiran hidup salah satu penyebabnya adalah asfiksia. Berdasarkan data
dari Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno bahwa bayi yang mengalami
ikterus fisiologis neonatorum pada tahun 2015 adalah 1 bayi.
Tujuan Telaah : Terlaksananya Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.A dengan
Ikterus Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno
Tanggal 09 Mei s.d 15 Mei 2015 dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan 7 langkah varney dan pendokumentasian.
Metode : Studi kasus menggunakan metode deskriptif, instrumen yang digunakan
adalah format asuhan kebidanan, tehnik pengumpulan data menggunakan data
sekunder (wawancara dan observasi) serta data primer (studi dokumetasi dan
kepustakaan).
Hasil : Dari pengkajian pada bayi Ny.A dengan ikterus fisiologis neonatorum
diketahui bayi kuning sejak umur 2 hari, warna kuning terdapat pada wajah, leher
dan dada, berat badan menurun, warna feses kuning, urine kuning tua serta malas
menyusu dan sering tidur.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan pada bayi Ny.A dengan ikterus fisiologis
neonatorum dalam pelaksanaanya didapatkan sebagian kecil kesenjangan antara teori
dengan praktek.

(x Halaman + 101 Halaman + 4 Tabel + 3 Lampiran)


Kepustakaan : 18 literatur (2008 s/d 2015)
Kata kunci : Asuhan Kebidanan dan Ikterus Fisiologis Neonatorum
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neonatus merupakan bayi yang berusia antara 0 sampai 1 bulan atau 28 hari.

Masa-masa ini sangat penting dan memerlukan perhatian dan perawatan khusus.

Bahkan tidak jarang diperlukan perawatan tambahan terutama apabila terjadi

kelainan atau gangguan pada neonates, bayi atau balita. Penanganan bayi baru lahir

yang sehat yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan atau gangguan yang

mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. ( Saputra, 2014 ).

Di Negara maju seperti Amerika Serikat terdapat sekitar 60% bayi menderita

ikterus sejak lahir, lebih dari 50% bayi tersebut mengalami hiperbilirubin. Angka

kematian neonatus di Negara-negara berkembang merupakan masalah besar, namun

angka kematian yang cukup besar ini tidak dilaporkan serta dicatat secara resmi dala-

m satistic kematian neonatus. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia

tahun 2008 angka kematian perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup, itu artinya

dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.

( Mira,2013)

Kematian bayi baru lahir di Indonesia turun dari 390 per 100.000 anak pada

tahun 1994 menjadi 228 kematian. Penurunan sekitar 48% tersebut menempatkan

Indonesia masuk dalam 10 besar dengan peringkat pertama perubahan yang berhasil

mengalami penurunan hingga 65%. (Hamzah A, 2013 )

Ikterus adalah diskolorisasi kuning penumpukan pada kulit/organ lain akibat

penumpukan bilirubin dalam darah (Sudarti, 2013). Ikterus pada bayi baru lahir
terdapat pada 25-50% neanatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonates

kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis

atau dapat merupakan hal yang patologis , misalnya pada inkompatbilitas rhesus dan

ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu, dan sebagainya (Sarwono 2009).

Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun ( 2008-2012)

berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah

dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32

kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000

kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonates (Survey

Demografi dan kesehatan Indonesia, 2012 ). Sasaran Millenium Development Goals

(MDGs) angka kematian bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup

pada tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih

besar dan kerja sama antara tenaga kesehatan ( Depkes RI,2010 ).

Jumlah kematian bayi di Sulawesi tenggara tahun 2013-2015 cenderung

berfluktuasi. Pada tahun 2013 jumlah kematian bayi 587, tertinggi terjadi

dikabupaten muna 79 orang, menyusul kabupaten kolaka 67 orang dan konawe

selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang

cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.( Profil Sultra, 2013-2015 )

Fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna Tanggal 9 s.d 15 Mei 2015.

Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian

lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan

pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat

akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup

bahkan kematian (Prawirohardjo, 2008).


Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muna pada tahun 2012

jumlah kelahiran 5784 bayi, bayi yang mengalami ikterus adalah 7 bayi (Anonim,

2012). Pada tahun 2013 jumlah bayi yang mengalami ikterus adalah 8 bayi dari 5946

kelahiran (Anonim, 2013) Pada tahun 2014 jumlah kelahiran 5714 bayi, bayi yang

mengalami ikterus 16 bayi (Anonim, 2014).

Dari data yang diperoleh di Puskesmas Tongkuno pada tahun 2013 jumlah

bayi yang mengalami ikterus sebanyak 1 orang. Pada tahun 2014 berdasarkan data

yang dperoleh tidak ada bayi yang mengalami ikterus. Pada bulan Januari-Mei 2015

bayi yang mengalami ikterus sebanyak 1 orang. ( Profil Puskesmas Tongkuno )

Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan

dengan memaparkan lewat Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Manajemen dan

Pendokum entasian Asuhan Kebidanan Neonatal Pada Bayi NyA dengan Ikterus

fisiologis.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan karya tulis ilmiah ini adalah Manajemen dan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus pada bayi NyAdengan Ikterus di

wilayah kerja puskesmas Tongkuno kecamatan tongkuno kabupaten muna Tanggal

09 s.d 15 Mei 2015.

C. Tujuan Telaah

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi Ny.Adengan Ikterus

diwilayah kerja Puskesmas Tongkuno Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna

Tanggal 09 s.d 15 Mei 2015


2. Tujuan khusus

a) Mampu mengkaji dan menganalisis data dasar pada bayi NyAdengan

Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna. Yang

dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015

b) Mampu mendiagnosa / masalah aktual pada bayi NyA dengan Ikterus

fisiologis di puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal 09

s.d 15 Mei 2015

c) Mampu mendiagnosa / masalah potensial pada bayi NyA dengan ikterus

fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal

09 s.d 15 Mei 2015

d) Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada bayi NyA dengan Ikterus

fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan tanggal 09

s.d 15 Mei 2015

e) Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi NyA dengan

Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna yang dilaksanakan

tanggal 09 s.d 15 Mei 2015

f) Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada

bayi NyA dengan Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab. Muna

yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015

g) Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan

pada bayi NyA dengan Ikterus fisiologis di Puskesmas Tongkuno Kab.

Muna yang dilaksanakan tanggal 09 s.d 15 Mei 2015


D. Manfaat Telaah

1. Manfaat Teoritas

Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu

pengetahuan kebidanan khususnya yang terkait dengan hubungan bayi baru

lahir terhadap bayi ikterus.

2. Manfaat Praktis

a) Manfaat bagi profesi

Untuk menambah informasi bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya

dalam memberikan asuhan bayi baru lahir dengan Ikterus sesuai dengan

manajemen atau prosedur yang sudah ada.

b) Manfaat bagi institusi

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa

Diploma III Kebidanan Paramata Raha, dalam pelaksanaan asuhan

kebidanan

c) Manfaat bagi penulis

Dapat meningkatkan pengetauan dan keterampilan penulis serta tambahan

pengalaman pada bayi ikterus dan dapat memperluas wawasan keilmuan

sebagai sarana pengembangan diri melalui penulisan studi kasus.

d) Manfaat bagi penulis selanjutnya

Sebagai tambahan sumber leteratur dalam penelitian-penelitian yang lebih

lanjut yang berhubungan dengan bayi ikterus.


E. Metode Telaah

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan Ikterus antara lain

membaca buku dari berbagai sumber, mengakses data melalui internet dan

mempelajari karya tulis yang ada.

2. Studi Kasus

Melaksanankan karya tulis ilmiah dengan mengunakan pendekatan pemecahan

masalah melalui asuhan kebidanan meliputi : pengkajian, merumuskan

diagnosa/masalh aktual masalah potensial, melaksakanan tindakan segera atau

kolaborasi, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta mendokumentasikan

asuhan kebidanan yang telah di berikan pada klien dengan ikterus fisiologis

neonatorum untuk memperoleh data yang akurat maka penulis menggunakan

teknik:

a. Anamnesa

Penulis melakukan wawancara dengan keluarga klien guna mendapatkan

keterangan/informasi yang di perlukan untuk memberikan asuhan kebidanan

pada klien tersebut.

b. Observasi

Dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung keadaan dan pola

hidup klien juga termaksud lingkungan fisik dan keluarga.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki
(head to toe) meliputi inspeksi,palpasi, dan perkusi.

d. Studi dokumentasi

Membaca dan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dan

catatan bidan, hasil observasi dan hasil wawancara dengan keluarga bayi

F. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini yaitu:

1. Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,ruang lingkup

pembahasan,tujuan telaah,manfaat telaah dan sistematika telaah.

2. Bab II yaitu tinjauan pustaka terdiri dari telaah pustaka dan konsep manajemen

kebidanan yang didalamnya terdapat pengertian langkah-langkah manajemen

dan pendokumentasian.

3. Bab III yaitu studi kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi

diagnosa dan masalah aktual, identifikasi diagnosa masalah potensial, menilai

perlunya intervensi segera, konsultasi dan kolaborasi, perencanaan asuhan

kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi keefektifan asuhan dan

pendokumentasian.

4. Bab IV yaitu pembahasan, yang membahas tetang kesamaan antara teori dan

fakta yang di bahas secara sistematis mulai dari langkah 1 sampai langkah 7.

5. Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Selain itu, dalam

pembuatan kasus ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-

lampiran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan

genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500

gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan

(Dodge,dkk.2012)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan

lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500 4000 gram,

yang langsung menangis spontan segera setelah lahir (Prawirohardjo, 2010).

b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal

1) Lahir aterm antara 37-42 minggu

2) Berat badan 2500- 4000 gram

3) Panjang badan 48-52 cm

4) Ligkar dada 30-38 cm

5) Lingkar kepala 33-35 cm

6) Lingkar lengan 11-12 cm

7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit

8) Pernafasan 40-60 x /menit

9) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna

11) Kuku agak panjang dan lemas

12) Bayi lahir langsung menangis kuat

13) Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi

dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.

14) Reflek sucking (isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik

15) Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan

baik, bila di kagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk.

16) Reflek grasping ( menggenggam) sudah baik, apabila diletakan sesuatu

benda diatas telapak tangan, bayi akan menggenggam.

17) Eliminasi bayi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan.

18) Genitalia

(a) Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada

skrotum dan penis yang berlubang

(b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang

berlubang serta adanya labia minora dan mayora (Dodge, dkk.2012).

c. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal

1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi

diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari

tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang

memungkinkan).

2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan

kotak kulit ibu-bayi, lakukan penyuntikan oksitosin im.


3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi,

melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan

memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).

4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting

dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.

5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi

dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,

membiarkan tali pusat terbuka.

6) Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu utuk memeluk

bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya

(Prawirohardjo, 2010).

2. Tinjauan umum tentang ikterus

a. Pengertian

Ikterus adalah diskolorisasi kuning penumpukan pada kulit/organ lain

akibat penumpukan bilirubin dalam darah (Sudarti, 2013). Ikterus pada bayi

baru lahir terdapat pada 25-50% Neanatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi

pada neonates kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan

suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis , misalnya

pada inkompatbilitas rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu,

dan sebagainya (Sarwono, 2009).

Menurut Manzar (1999) Ikterus terjadi karena adanya deposit

bilirubin di kulit. Pada bayi atererm, ikterus tampak jika konsentrasi bilirubin

serum mencapai 85 120 mol/ L (5-7 mg/dl) dengan progresi sefalo kaudal

saat kadarnya meningkat (Fraser, 2011). Ikterus adalah suatu gejala yang
sering di temukan pada bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologis

dan patologis (Sugeng, Jitowiyono, 2011).

b. Pembagian Ikterus

1) Ikterus fisiologis

a) Pengerian

Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari ke dua dan

hari ke tiga serta tidak mempunyai dasar patologis. Atau tidak

mempunyai potensi menjadi kern ikterus. Ikterus fisiologis pada

neonatus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi

hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progregsif pada

kadar bilirubin tak terkonjunggasi dan ikterus pada hari ketiga. Ikterus

fisiologi tidak pernah tampak sebelum 24 jam kehidupan, biasanya

menghilang pada usia 1 minggu dan kadar bilirubin tidak pernah

melibihi 200-215 mol/L (12-13 mg/dl) (Diane, M Fraser, 2011).

b) Penyebab

Ikterus fisiologi pada neonatus adalah akibat kesenjangan antara

pemecahan SDM dan kemampuan bayi untuk mentranspor,

mengonjugasi, dan mengekresi bilirubin tak terkonjugasi. Peningkatan

pemecahan sel darah merah. Produksi bilirubin bayi baru lahir lebih

dari dua kali produksi orang dewasa normal per kilogram berat badan.

Di lingkungan uterus yang hipoksik, janin bergantung pada hemoglobin

(hemoglobin janin), yang memiliki afinitas oksigen yang lebih besar

dibanding hemoglobin A (hemoglobin dewasa). Saat lahir ketika sistem

pulmonar menjadi fungsional, masa sel darah merah besar yang di buat
melalui hemolisis mengakibatkan timbunan bilirubin, yang berpotensi

membebani sistem secara berlebihan.Penurunan kemampuan meningkat

albumim, transpor bilirubin ke hati mendapatkan tempat mingikat

albumin dengan beberapa obat. Jika tempat ikatan albumin yang

tersedia di gunakan, kadar bilirubin yang tidak berkaitan, jika

terkonjugasi, dan larut lemak, seperti kulit dan otak.

Defisiensi enzim, kadar aktivitas enzim UDP-GT yang rendah

selama 24 jam pertama setelah kelahiran akan mengalami konjugasi

bilirubin. Meskipun kadar meningkat 24 jam pertama, hal tersebut tidak

akan mencapai kadar dewasa selama 6-14 minggu. Peningkatkan

reborsi anterohepatik, proses ini meningkat dalam usus bayi baru baru

lahir karena kurangnya jumlah bakteri enteric normal yang

memecahkan bilirubin menjadi urobilinogen;bakteri ini juga

menurunkan aktivitas enzim beta glukuronidase, yang menghidrolisis

bilirubin terkonjugasi kembali ke kondisi tak terkonjugasi (jika bilirubin

ini di absorbs kembali kedalam sistem). Jika pemberian susu di tunda,

motilitas usus juga menurun, selanjutnya menganggu eksresi bilirubin

tak terkonjugasi. Menurut M Bertini et al (2001), Blackburm (1995),

Coe (1999), Wheeler (2000) bayi Asia memiliki sirkulasi enterohepatik

bilirubin yang tinggi, puncak konsentrasi bilirubin lebih tinggi, dan

ikterus yang lebih lama

c) Tanda dan Gejala

1) Timbul pada hari kedua dan ketiga

2) Kadar bilirubin inderek tidak melebihi 10 mg%


3) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama

4) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis

(Sugeng, Jitowoyono, 2011).

5) Kenaikan kabar bilirubin < 5 mg/dL;

6) Puncak dari kenaikan kadar bilirubin muncul di hari ke 3-5 dengan

kadar bilirubin < 15 mg/dL;

7) Gejala kuning yang muncul menghilang dalam waktu 1 minggu

untuk bayi cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang premature atau

kurang bulan.

d) Penatalaksanaan

Lakukan perawatan bayi seperti :

1) Memandikan bayi

2) Melakukan perawatan tali pusat

3) Lakukan pencegahan hipotermi

4) Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00 hingga

hjam 09.00 pagi,kurang lebih 30 menit

5) Berikan ASI secara adekuat

6) Mempertahankan intake (pemasukan jaringan)

7) Monitor intake dan output

8) Berikan terapi infuse pada bayi bila indikasi yaitu meningkatnya

konsentrasi urine dan cairan hilang berlebihan

9) Monitoring temperature setiap 1 jam (Suriadi,2010).


e) Komplikasi

Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin

indirect pada otak.Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah

yang tinggi (>20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada

bayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa

mata berputar,letargi,kejang,tak mau mengisap,tonus otot meningkat

,leher kaku dan sianosis,serta dapat juga diikuti dengan gangguan

berbicara dan retardasi mental di kemudian hari (Dewi,2012).

2) Ikterus patologis

a) Pengertian

Ikterus patologis pada bayi baru lahir biasanya tampak dalam 24

jam setelah lahir, dan ditandai dengan peningkatan cepat bilirubin serum.

Kriteria meliputi : Ikterus dalam 24 jam pertama kehidupan, peningkatan

cepat bilirubin serum total > 85 mol/ L (5 mg/dl) per hari, bilirubin

serum total >200mol/L(12,9mg/dl),bilirubin terkonjugasi (reaksi langsu

ng) > 25 35 mol/L(1,5 2 mg/dl), presentase ikterus klinis selama 7-10

hari pada bayi aterm atau 2 minggu pada bayi prematur (Diane, 2011).

b) Penyebab

Etiologi yang melatar belakangi ikterus patologis adalah beberapa

gangguan pada produksi, transpor, konjugasi, atau eksresi bilirubin.

Setiap penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin

atau yang menganggu transport atau metabolism biliruin bertumpang

tindih dengan ikterus fisiologis normal. Faktor yang meningkatkan


penghancuran hemoglobin juga meningkatkan kadar bilirubin. Penyebab

peningkatan hemolisis meliputi :

a) Inkompatibilitas tipe/golongan darah Rhesus anti D, anti A anti B

dan anti Kell, juga ABO

b) Hemoglobin apati penyakit sel sabit dan talasemia (di derita oleh bayi

Afrika dan keturunan Mediterania)

c) Defisiensi enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD)

memelihara integritas membran sel SDM, dan deisiensi

menyebabkan hemolisis (defisiensi ini adalah penyakit genetik

terkait X merupakan bawaan wanita yang di derita oleh bayi laki-laki

Afrika, Asia dan keturunana Mediternia)

d) Sferositosis membrane SDM rapuh

e) Ekstravasasi darah sefalhematoma dan memar

f) Sepsis dapat menyebabkan peningkatan pemecahan hemoglobin.

g) Polisitemia darah mengandung terlalu banyak sel darah merah

seperti pada tranfusi maternofetal atau kembar ke kembar.

c) Gejala

1) Timbul warna kuning pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir

2) Nafsu minum mungkin menurun

3) Warna tinja akolik (sumbatan saluran empedu)

4) Urine kuning tua

5) Riwayat ibu hepatitis akut

6) Riwayat persalinan

7) Laboratorium (Sudarti,2013).
d) Penatalaksanaan

1) Pengkajian dan diagnosis

Saat mengevaluasi ikterus neonatus, dua pertanyaan awal yang

harus dipertimbangkan:

(a) Apakah ikterus terjadi akibat pemecahan bilirubin fisiologis

atau adanya faktor lain yang melatar belakangi ?

(b) Apakah bayi beresiko mengalami kranikterus (toksisitas

bilirubin) ? (Diane, M Fraser, 2011).

2) Faktor risiko individu pada

Pengkajian individu setiap bayi meliputi mengidentifikasi

faktor risiko trauma adanya ikterus. Pengkajian ini meliputi setiap

penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin, atau

yang mengagnggu transport atau eksresi bilirubin.

(a) Apakah bayi mengalami trauma lahir atau memar nyata?

(b) Apakah pemberian susu atau pengeluaran mekonium terlamat?

(c) Apakah bayi premature dan dengan demikian beresiko lebih

besar?

(d) Apakah terdapat riwayat penyakit hemoliti signifikan dalam

keluarga atau saudara kandung yang ikterus, atau predis posisi

etnik terhadap ikterus atau penyakit keturunan?

(e) Apakah ikterus tampak dalam 24 jam pertama (menunjukan

adanya hemolisis), atau apakah ikterus memanjang

(kemungkinan menunjukan penyakit serius, seperti

hipertiroidisme atau ikterus obstruktif)?


3) Pengkajian fisik

Pengkajian ini meliputi pengamatan terhadap:

(1) Luasnya perubahan kulit dan warna sklera

(2) Progresi ikterus di sefalo-kaudal

(3) Tanda-tanda klinis lain, seperti letargi dan penurunan

keinginan untu menyusu (makan)

(4) Urine gelap atau feses terang

(5) Adanya dehidrasi, kelaparan, hipotermia,asidosis atau hipoksia

(6) Muntah, iritabilitas atau menangis dengan nada tinggi.

4) Pemeriksaan laboratorium

(1) Bilirubin serum untuk menentukan kadar dan apakah

bilirubun tidak terkonjugasi atau terkonjugasi

(2) Uji combs direk untuk mendeteksi adanya antibodi maternal

pada SDM janin

(3) Uji combs inderek untuk mendeteksi adanya antibidi maternal

dalam serum

(4) Hitung retikulosit-meningkat akibat hemolisis SDM baru di

produksi

(5) Golongan darah ABO dan tipe Rh terhadap kemungkinan

inkompatibilitas

(6) Taksiran hemoglobin/hematktrit untuk mengkaji anemia

(7) Apus darah perifer struktur sel darah melah untuk melihat

adanya sel abnormal

(8) Hitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi


(9) Sampel serum tidak immunoglobulin spesifik guna melihat

adanya infeksi TORCH

(10) Assay glukosa-fosfat dehidrogenase (G6PD)

(11) Zat dalam urine misalnya galaktosa.

Pada beberapa tahun terakhir, bilirubinometri transkutan telah

menurunkan jumlah uji darah pada neoatus. Dirumah atau di

rumah sakit, metode ini menyediakan pengkajian digital

pigmentasi kulit, dengan taksiran kadar bilirupin plasma yang

diperoleh dari jumlah yang ditampilkan dalam meteran

tersebut (Diane, M Fraser, 2011).

5) Tindakan/pengobatan

Minum secara dini :

(1) Merangsang motilitas usus

(2) Memacu flora usus

(3) Intake energi sintesa glukorona.

(4) Pemacu aktivitas enzim glukuruni trasferase konyugasi

bilirubin meningkat

(5) Phenobarbital/luminal 5 mg/kg BB 3 dosis

(6) Efek samping: aktivitas bayi menurun, mengantuk, pengaruh

masa jendal.

e) Komplikasi

Penyakit ini sangat jarang terdapat di Indonesia. Penyakit ini

terutama terdapat di negeri barat karena 15 % Penduduknya mempunyai

golongan darah Rhesus negatif. Di Indonesia, dimana penduduknya


hampir 100% Rhesus positif, terutama terdapat dikota besar, tempat

adanya pencampuran penduduk dengan orang barat. Walaupun

demikian, kadang-kadang dilakukan tranfusi tukar darh pada bayi

dengan ikterus karena antagonismus Rhesus, dimana tidak didapatkan

campuran darah denagan orang asing pada susunan keluarga orang

tuanya.

B. Konsep Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian

tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Nurul

Jannah,2011).

Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang

digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-

langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam

pemecahan masalah atau pengambilan keputusan klinis (Marini, 2012).

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengabilan

keputusan yang berfokus pada klien (Simatupang, E. J. 2013).

2. Pedoman Penerapan

Pedoman penerapan manajemen merupakan kumpulan ketentuan dasar

yang memberikan arah bagaimana sesuatu harus dilakukan. Penerapan


manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan

melalui suatu proses yang disebut langkah atau proses manajemen kebidanan.

Proses manajemen kebidanan yang ditulis oleh varney berdasarkan proses

manajemen kebidanan American of Nurse Midwife yang pada dasar

pemikirannya sama dengan proses manajemen menurut varney.

Pedoman penerapan manajemen ini akan dibahas tentang tujuan diberikan

asuhan kebidanan pada penderita Ikterus Fisiologis Neonaturum, perubahan-

perubahan yang terjdi pada bayi baru lahir, khususnya pada bayi yang Ikterus

Fisisologis Neonaturum, kebutuhan-kebutuhanya, pendidikan kesehatan dan

obat-obatan yang diberikan serta peran bidan.

a. Tujuan asuhan kebidanan pada bayi Neonatus umur 4 hari

Asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus neonatorum fisiologis

adalah melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dengan melakukan

pendekatan secara pribadi pada ibu bayi agar lebih terbuka dan merasa

nyaman. Adapun tujuan asuhan yang diberikan kepada bayi dengan ikterus

neonatorum fisiologis adalah untuk mencegah terjadinnya hiperbilirubin emia

ataupun menangani secara cepat dan tepat sesuai dengan penyakit yang

diderita dapat diatasi (Diane, M. Fraser, 2013).

b. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan pada ibu dengan bayi ikterus neonatorum

fisiologis perlu diberikan mengenai pemberian ASI sesering mungkin 8-

10x/hri atau tiap 2 jam. juga penjelasan penyebab gangguan yang dialami

bayinya,serta

pemberian informasi tentang tanda tanda bahaya pada bayi (Sudarti, 2010)
c. Terapi

Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi

harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-macam,

disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada.

1) Terapi Sinar (fototerapi)

Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar

bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi,

bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut

dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga

berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga

menimbulkan risiko yang lebih fatal.

Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu

neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar

12 buah dan disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah

kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar

sehingga intensitasnya lebih efektif.

2) Terapi Transfusi

Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin

terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu

dilakukan terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat

menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang

harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan

perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy ,

gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan


pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan

ditukar dengan darah lain.

Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali

tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang

menggembirakan, maka terapi transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih

tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali. Efek samping yang

bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah

yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang

efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi. (Diane, M Fraser,

2011).

3) Peran bidan

Bidan dan perawat dapat memberi nasehat mengenai penanganan ikterus

fisiologis dan memberitahu gejala dini ikterus patologi pada para ibu

sebelum memulangkan bayi. Hal ini mengingat kemungkinan karena 60%

bayi baru lahir menderita kuning/ikterus. Hal-hal yang perlu dijelaskan

pada ibu, diantaranya:

a) Bayi mendapatkan kalori dan cairan yang cukup

b) Ruang bayi mendapatkan sinar matahari yang cukup

c) Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin

d) Jemur bayi dipagi hari tanpa baju antara pukul 07.30-09.00 selama 20-

30 menit sampai bayi berumur 10-14 hari

e) Meskipun sudah banyak menyusu dan sudah dijemur, namun bayi

masih tampak kuning, apalagi bila disertai gejala malas minum atau

iritabel, anjurkan bayi segera dibawa kedokter atau rumah sakit


f) Bayi yang kuning pada hari pertama, harus dirujuk ke rumah saki

g) Terapi sinar biasanya diberikan bila kadar bilirubin diatas 12mg%

h) Transfusi tukar biasanya dilakukan bila kadar bilirubin indirek diatas

20mg%).(Wiwied Rahma, 2013)

C. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan

Adapun langkah-langkah dalam proses manajemen kebidanan sebagai berikut:

1. Langkah I : Pengkumpulan data dasar

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan

untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir Pada langkah pertama ini

dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien. Data yang dikumpulkan terdiri dari data

subjektif dan data objektif.

a) Data subjektif

1) Biodata

(a) Nama bayi : untuk mengetahui identitas bayi

(b) Umur bayi : untuk mengetahui berapa umur bayi yang nanti akan

disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan, Dan untuk

mengetahui tingkat keparahan ikterus yaitu jika timbul pada 24 jam

sesudah kelahiran termasuk ikterus patologis sedangkan jika timbul

pada hari kedua-ketiga termasuk ikterus fisiologis.

(c) Tanggal/jam lahir : untuk mengetahui kapan bayi baru lahir, sesuai

atau tidak dengan perkiraan lahirnya, dan untuk mengetahui tingkat

kenaikan kadar billirubin pada bayi cukup bulan atau bayi kurang

bulan.
(d) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi dan

membedakan dengan bayi yang lain.

(e) Nama ibu/ayah : untuk mengetahui nama penanggung jawab

(f) Umur ibu/ayah : untuk mengetahui umur penanggung jawab

(g) Suku bangsa : untuk mengetahui bahasa sehinga mempermudah

dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien

(h) Agama : dengan diketahui agama pasien, akan mempermudah

dalam memberikan dukungan mental dan dukungan spiritual dalam

proses pelaksanaan asuhan kebidanan.

(i) Pendidikan orang tua : tingkat pendidikan akan mempengaruhi

sikap dan perilaku kesehatan. Dikaji untuk mempermudah penulis

dalam menyampaikan informasi pada pasien. Pekerjaan :

mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap

permasalahan kesehatan pasien dan untuk menilai sosial ekonomi

pasien

(j) Alamat : mempermudah hubungan dengan anggota keluarga yang

lain apabila diperlukan dalam keadaan normal (Sudarti, 2010).

2) Riwayat kehamilan ibu

Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), hari perkiraan

lahir (HPL), frekuensi pemeriksaan Ante Natal Care (ANC), yang

memeriksa, keluhan, dan imunisasi Komplikasi kehamilan (ibu

menderita DM, inkompatibilitas ABO dan Rh) Riwayat penggunaan


obat selama ibu hamil yang menyebabkan ikterus (sulfa, anti malaria,

nitro furantoin, aspirin) dan riwayat ikterus pada anak sebelumnya

3) Riwayat persalinan

Yang perlu dikaji pada saat persalinan adalah : jenis persalinan,

penolong persalinan, lama persalinan, tanda gawat janin, masalah

selama persalinan, pecah ketuban : spontan atau dipecah oleh petugas

kesehatan, jam saat ketuban dipecahkan, komplikasi selama

persalinan.

4) Riwayat kebutuhan nutrisi

Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang dapat diberikan

segera setelah bayi lahir, pemberiannya on demand atau terjadwal

sesuai kebutuhan bayi. Menurut WHO kebutuhan cairan yang

dibutuhkan bayi (mL/kg) dengan berat badan >1500 g, yaitu :

(a) Hari 1 : 60cc/kgBB/hari

(b) Hari 2 : 80cc/kgBB/hari

(c) Hari 3 : 100cc/kgBB/hari

(d) Hari 4 : 120cc/kgBB/hari

(e) Hari 5+ : 150cc/kgBB/hari

Memberikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal 3 jam sekali).

Apabila bayi telah mendapat minum 160ml/kg berat badan per hari

tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.

(Sudarti, 2010).

5) Data psikososial, hubungan dengan keluarga untuk mengetahui

psikologis ibu dalam keluarga, mungkin ibu memiliki masalah dengan


keluarga sehingga menyebabkan ibu berfikir terlalu berat dan cemas

terhadap penyakit bayinya (Ayu Widya, 2013).

b) Data objektif yang dikaji pada bayi dengan ikterus fisiologis neonator

1) Keadaan umum

Pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan umum seperti pemeriksaan

status kesadaran dan keadaan umum ibu meliputi pemeriksaan tada-

tanda vital :

(a) Suhu aksila : 36,5 - 370C

(b) Nadi : 120-160 x/menit

(c) Respirasi : 30-60 kali per menit

2) Pemeriksaan Antropometri pada bayi normal menurut

Djitowiyono (2010) adalah :

(a) Berat badan 2500 - 4000 gram

(b) Panjang badan 48 - 52 cm

(c) Lingkar dada 30 38 cm

(d) Lingkar kepala 33 35 cm.

Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam

beberapa hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-

10. Bayi dapat ditimbang pada hari ke-3 atau ke-4 untuk mengkaji

jumlah penurunan berat badan, tetapi bila bayi tumbuh dan

minum dengan baik, hal ini tidak diperlukan. Sebaiknya

dilakukan penimbangan pada hari ke-10 untuk memastikan bahwa

berat badan lahir telah kembali.


3) Pemeriksaan fisik

(a) Kepala : Memeriksa ubun-ubun, sutura, moulase, caput

succedaneum, cephal hematoma, hidrosefalus, ubun- ubun

besar, ubun-ubun kecil.

(b) Muka : Memeriksa kesimetrisan muka, kulit muka tipis

dan keriput bayi ikterus warna kulit terlihat kuning

(c) Mata : Memeriksa bagian sklera pucat atau kuning dan

konjungtiva apakah merah muda atau tidak

(d) Hidung : Memeriksa lubang hidung tampak jelas, biasanya

berisi cairan mukosa

(e) Mulut : Memeriksa reflek hisap, menelan serta batuk masih

lemah atau tidak efektif dan tangisannya melengking

(f) Telinga : Memeriksa kesimetrisan letak dihubungkan dengan

mata dan kepala

(g) Leher : Memeriksa pembengkakan dan benjolan

(h) Dada :Memeriksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung,

pernafasan

(i) Abdomen : Memeriksa distensi abdomen, defek pada dinding

perut atau tali pusat dimana usus atau organ perut

yang lain keluar, untuk melihat bentuk dari

abdomen

(j) Punggung : Memeriksa spina bifida, mielomeningokel


(k) Genitalia : Memeriksa bagian genitalia jika perempuan labia

mayora sudah menutupi labia minora, sedangkan laki-laki

testis sudah turun, skrotum sudah ada

(l) Anus : Memeriksa terdapat lubang anus

(m) Ekstremitas : Memeriksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila disentuh

dan pembengkakan bayi ikterus terlihat hipotonus.

(n) Refleks

(1) Refleks moro: timbulnya pergerakan tangan yang simetris

apabila kepala tiba-tiba digerakkan

(2) Refleks rooting: bayi menoleh ke arah benda yang

menyentuh pipi

(3) Refleks graphs : refleks genggaman telapak tangan dapat

dilihat dengan meletakkan pensil atau jari di telapak tangan

bayi

(4) Refleks sucking : terjadi ketika bayi yang baru lahir secara

otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut

mereka refleks menghisap pada bayi ikterus kurang

(5) Refleks tonicneck : pada posisi telentang, ekstremitas di sisi

tubuh dimana kepala menoleh mengalami ekstensi,

sedangkan di sisi tubuh lainnya fleksi

2 .Langkah II : Indentifikasi diagnosa dan masalah aktual

Untuk melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau

diagnosa yang berdasarkan interpretasi diatas, pada langkah ini data


dikumpulkan dan diinterpretasikan menjadi masalah atau menjadi diagnosa

kebidanan diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup

kebidanan. Masalah merupakan hal hal yang berkaitan pengalaman klien yang

ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa .Masalah-masalah

yang sering dijumpai pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah gangguan sistem

pernafasan, reflek hisap, dan menelan minuman, kesadaran menurun atau sering

tidur.

Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum terindentifikasi dalam

diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data,

kebutuhan yang harus diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah

oksigen sesuai terapi, pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan

umum bayi secara intensif menjaga supaya lingkungan sekitar tetap nyaman dan

hangat.

3. Langkah III : Identifikasi diagnosa dan masalah potensial

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan

terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Misalnya

diagnosa potensial ikterus neonatorum potensial terjadi Kren ikterus. .

4. Langkah IV : Tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota

tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah pemberian minum

sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang mencukupi dan

pemantauan perkembangan ikterus


5. Langkah V : Rencana asuhan

Merencanakan asuhan yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah

sebelumnya rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus bayi

baru lahir dengan ikterus fisiologis antara lain mengobservasi keadaan umum

dan tanda vital, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,menjemur bayi pada sinar

matahari pagi, jam 7 8 pagi selama 15 sampai 30 menit. Untuk mengetahui

keadaan umum, perkembangan bayi, serta mengatasi ikterus pada bayi.

Memeriksa billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium

,kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tindakan yang diberikan,m

emberikan rasa aman (emotional security) baik secara kontak fisik maupun

psikis dengan dibawa mendekat ke tubuh ibunya dan digendong dengan lembut,

selalu berinteraksi dengan bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan

pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah terkena

muntahan, kotor, Ganti popok bila BAK/BAB. Tindakan yang dilakukan

tersebut untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan pada bayi

Ikterus neonatorum fisiologis.

6. Langkah VI : Pelaksanaan asuhan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada

langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Penatalaksanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan

lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaan manajemen yang efisien

akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan pada

bayi baru lahir dengan ikterik.


7. Langkah VII : Evaluasi

Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan

mengatasi diagnosis dan masalah yang diidentifikasi. Mengevaluasi keefektifan

asuhan yang sudah diberikan. Mengulangi kembali proses manajemen dengan

benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum

efektif.

Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus

Ikterus neonatorum fisiologis adalah keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam

batas normal, Ikterus menghilang, gejala klinik dan diagnosa potensial

Ikterus neonatorum fisiologis teratasi.

D. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Pendokumentasi yang benar adalah pendokumentasian yang dapat

mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan

pada seorang klien, yang di dalamnya tersirat proses pikir yang sistematis

seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkha-langkah dalam

manajemen kebidanan (Purwandari, 2008).

Menurut Varney, alur pikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7

langkah. Agar orang lain mngetahui apa yang telah dilaksanakan oleh bidan

melalui proses berpikir sistematis maka dilakukanlah pendokumentasian dalam

format SOAP, yakni:

S : Subyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamneses, sebagai langkah I Varney.

O : Oubyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan

fisik klien melalui anamneses, sebagai langkah I Varney.


A : Assesment, menggambarkan pendokumentasian hasil analisan dan

interprestasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi:

diagnos atau masalah actual, antisipasi diagnosa atau masalah

potensial, dan perlunya intervensi segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi kolaborasi atau rujukan, sebagai langkah II,III, IV

P : Planning, menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan

evaluasi perencanaan berdasarkan assessment sebagai langkah V, VI,

dan VII Varney.


BAB III

STUDI KASUS

Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam

asuhan kebidanan pada Bayi Ny. A dengan Ikterus fisologis (di Puskesmas

Tongkuno Kabupaten muna pada tanggal 09 sampai 15 Mei 2015, yang diawali

dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

A. Manajemen

1. Identifikasi Data Dasar

Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan mengkaji secara umum hanya

berfokus pada ibu pada tanggal 09 Mei 2015 pukul 08.30 WITA di Puskesmas

Tongkuno Kabupaten Muna.

a. Identitas Bayi

Nama Bayi : Bayi Ny. A

Tanggal Lahir : 09-05-2015

Jenis Kelamin : laki-laki

Anak Ke : 2 ( Dua )

Umur Saat Dikaji : 4 Hari

b. Identitas Orang Tua

Nama : Ny. A / Tn. L

Umur : 27 Tahun / 31 Tahun

Suku : Muna / Muna

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : S1 / SMA

Pekerjaan : IRT / Honorer


Pernikahan :I/I

Lama Menikah : 4 Tahun

Alamat : Desa Sumpuo

c. Data biologis / fisiologis

1) Keadaan bayi sekarang

Ibu mengatakan : .

a) Bayi lahir tanggal 05-05-2015 Jam : 02.30 WITA

b) Keadaan bayinya tidak mau menyusu sejak lahir

c) Bayinya menangis lemah.

d) Kemampuan mengisap bayi berkurang.

e) Berat bayi lahir 3900 gram.

2) Riwayat kehamilan

Ibu mengatakan :

a) Hamil yang ke 2, pernah melahirkan 1 kali dan tidak pernah kegugur-


ran
b) HPHT tanggal 27-07-2014

c) Pernah memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 2 kali.

d) Nafsu makan ibu selama hamil baik

e) BB sebelum hamil : 49 kg.

f) BB selama hamil : 57 kg

g) Jarak kehamilan sekarang dengan kehamilan lalu yaitu 2 tahun

h) Saat hamil ibu banyak melakukan aktifitas fisik beberapa jam tanpa

istrahat
i) Pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama hamil kurang baik karena saat

hamil muda ibu mengalami hiperemesis gravidarum.

j) Tablet FE di berikan tetapi ibu tidak menghabiskan karena ibu sering

lupa.

k) Imunisasi TT lengkap

3) Riwayat persalinan / Kelahiran

a) Umur kehamilan : 40 minggu 2 hari.

b) Tempat prsalinan : Desa Sumpuo ( Rumah )

c) Penolong persalinan : Bidan

d) Jenis persalinan : normal

e) Tanggal / jam lahir : 05 Mei 2015 Jam 02.30 WITA

4) Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu:

Tahun UK Jenis Penolong BB Perlangs JK Perlang


Persalinan Persalinan ungan sungan
I 2013 40 mg Normal Dukun 3300 Normal Pr Normal
hr gr
2 2015 40 mg Normal Bidan 3900 Normal Lk Normal
2 hari gram

5) Riwayat kebutuhan nutrisi

Ibu mengatakan menyusui bayinya 6 jam sekali, durasi 3-5 menit.

Masalah pada bayi yaitu menyusu tidak efektif karena bayi malas

menyusu dan sering tidur.


6) Eliminasi

(1) Buang Air Kecil (BAK)

Ibu mengatakan banyinya BAK 1-3 kali dalam sehari, warnanya

kuning pekat.

(2) Buang Air Besar (BAB)

Ibu mengatakan banyinya BAB 1-2 kali/hari, warnanya kuning dan

konsistensinya lembek.

7) Data psikologis

(1) Ibu merasa cemas dan takut dengan keadaan bayinya saat ini.

Ibu dapat berinteraksi dengan orang lain

(2) Ibu koperatif dangan petugas kesehatan.

8) Data sosial dan ekonomi

(1) Hubungan dengan suami dan keluarga baik

(2) Klien mendapat keringanan biaya persalinan melalui Jampersal.

9) Data spiritual

Ibu selalu berdoa agar bayinnya cepat sembuh.

d. Pemeriksaan antropometri

1) Berat badan lahir : 3900 gram

2) Berat badan sekarang : 3200 gram

3) Lingkar lengan atas : 11 cm

e. Pemeriksaan refleks

1) Refleks moro : Baik

2) Refleks rooting : Baik


3) Refleks graps : Baik

4) Refleks sucking : Lemah

5) Refleks tonicneck : Baik.

g. Pemeriksaan fisik

(1) Kepala, tidak ada caput secedenum, tidak ada chepal hematoma, rambut

hitam dan wajah Nampak kuning.

(2) Mata sklera kuning, konjungtiva agak pucat

(3) Hidung tidak ada cuping hidung, dan pada permukaan kulit terlihat

kuning.

(4) Mulut, tidak ada labiopalatokskisis, bibir kering, refleks mengisap

lemah.

(5) Leher,tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada permukaan kulit

terlihat kuning.

(6) Dada, bentuk simetris, kiri dan kanan tidak ada kelainan, pada permukan

kulit terlihat kuning.

(7) Tidak ada kelainan pada perut, tampak tali pusat tampak bersih, kering,

serta terbungkus ghass steril. dan tidak ada penonjolan pada perut.

(8) Posisi tulang belakang normal, tidak ada pembengkakan ataupun

tonjolan.

(9) Ekstermitas Bagian atas Simetris kiri dan kanan , jumlah jari lengkap,

pada tangan dan jari tidak ada sianosis

(10) Bagian bawah Semetris kiri dan kanan, jumlah jari kaki lengkap, pada

kaki tidak ada sianosis


(11) Tampak lendir, tidak ada kelainan pada genitalia,labia mayora menutupi

labia minora.

(12) Lubang anus ada, dan tidak ada kelainan pada anus

(13) Eliminasi

a. BAK : frekuensi : 1-3x/hari

b. Warna : Kehijaun

c. BAB : Frekuensi : 1-2x/hari.

d. Warna : Kunig

e. Konsistensi : Lembek.

2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual

Dari langkah pengumpulan data dasar, maka diagnosa yang ditetapkan yaitu

bayi cukup bulan usia 4 hari, sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari)

dengan Ikterus fisiologis Neonaturum.

a. Bayi cukup bulan usia 4 hari, sesuai masa kehamilan (40 minggu 2 hari)

1) Dasar

a) Data subyektif : - Ibu mengatakan HPHT : 27-07-2014

- Bayi lahir tanggal 05-05-2015, jam 02.30 WITA

b) Data obyektif : - TP : 05-05-2015

- Umur kehamilan 40 minggu 2 hari.

2) Analisis dan interprestasi

a) Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai

37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 293 hari) (Sugeng

Jitowiyono, 2011).
b) Cukup bulan (term infant) jika masa gestasi 259 sampai 294

hari (37-42 minggu) (Marmi, 2012).

b. Ikterus fisiologis

1) Dasar

a) Data subjektif : - Ibu mengatakan bayinya tampak kuning sejak

umur bayi 2 hari

- Bayi malas menyusu dan sering tidur

b) Data objektif : Warna kuning nampak pada daerah kepala leher

dan dada

2) Analisis dan interprestasi

a) Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan

ketiga Serta tidak mempunyai dasar patologis atau tidak

mempunyai potensi menjadi kern ikterus (Sugeng, jitowiyono

2010).

b) Gejala yang muncul pada bayi yang ikterus yaitu: timbul warna

kuning, nafsu minum mungkin menuran, warna tinja akolik

(sumbatan saluran empedu), Urine kuning tua, riwayat ibu

hapatitis akut, riwayat persalinan, laboratorium (Sudarti, 2013).

c) Klinis ikterus menurut Kramer kramer 1 : bagian muka, kramer

2 : muka, dada, kramer 3 : muka, dada, perut, dan paha, kramer

4: muka, dada, perut, paha, tangan dan kaki, kramer 5: seluruh

tubuh (Icesmi,2014).
3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial

Berdasarkan keadaan klien maka dapat ditetapkan adanya suatu diagnosa

atau masalah potensial yang akan terjadi pada bayi Ny. A yaitu terjadinya

kren ikterus.

a. Dasar

1) Data subjektif : a) Ibu mengatakan BAB bayi berwarna kuning

b) Ibu mengatakan bayinya malas menyusu dan sering

tidur.

2) Data objektif : Warna kulit bayi tampak kuning pada daerah

wajah, leher dan dada

b. Analisis dan interprestasi

1) Hiperbilirubinemia pada neonatus adalah peningkatan kadar bilirubin

serum pada neonatus 60% bayi akan mengalami ikterus,

hiperbilirubinemia berat dapat menyebabkan kerusakan otak

permanen yang lebih serius.

2) Gejala hiperbilirubinemia dikelompokan menjadi 2 fase yaitu akut dan

kronik: Gejala akut seperti lethargi (lemas), tidak ingin mengisap,

feses berwarna seperti dempul, urine berwarna gelap. Gejala kronik

seperti tangisan yang melengking (high pitch cry), kejang, perut

membuncit dan pembesaran hati, dapat tuli, gangguan bicara, retardasi

mental, tampak matanya seperti berputar-putar (Ayu Widya, 2014).

4. Tindakan Segera/Kolaborasi

Kolaborasi dilakukan bila ada kelainan dan komplikasi.


5. Langkah V. Rencana Asuhan

Sesuai dengan beberapa diagnosa dan masalah yang ada maka dibuatlah renca

na asuhan yang komprehenshif dari setiap diagnosa dan masalah guna

mengatasi serta memenuhi kebutuhan klien. Dalam memilih asuhan yang

akan dilaksanankan dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki

berdasarkan diagnosa maslah yang ada juga diagnosa dan masalah yang

mungkin terjadi.

a. Tujuan

1) Ikterus pada bayi teratasi

2) Krem ikterus pada bayi tidak terjadi.

3) Bayi dalam keadaan sehat

b. Kriteria keberhasilan

1) Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum bayi

baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu :

a) Laju jantung : 120-160 x/menit

b) Pernapasan : 40-60 x/menit

c) Suhu : 36,50C37,50C.

2) Ikterus teratasi yang ditandai dengan warna kulit bayi tidak kuning, dan

bayi telah munyusu secara adekuat.

c. Rencana tindakan

1) Umum

a) Beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik

Rasional : Agar keluarga koperatif atau memberi dukungan

dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.


b) Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum bayi dan

perkembangan bayi.

c) Ajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat

dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan

menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali

pusat serta menjaga agar tetap kering

Rasional : Untuk mencegah terjadinya perdarahan serta infeksi

pada tali pusat.

2) Ikterus fisiologis neonatorum

a) Jemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7

pagi sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan

telanjang dengan mata ditutupi

Rasional : Terapi sinar matahari di pagi hari merupakan salah

satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu

mengatasi bayi kuning.

b) Anjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin

8- 10x/hari.

Rasional : Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang

dapa diberikan segera setelah bayi lahir, pemberiannya on

demand atau terjadwal sesuai kebutuhan bayi.

c) Aanjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk

memberikan stimulasi.
Rasional : Dengan selalu berinteraksi dengan bayinya, akan mempercepat

stimulasi pada bayi.

3) Health Eaducation (HE)

a) Ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya

Rasional : Agar bayi merasa nyaman dan tidak terjadi infeksi

b) Jelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi

(1) Pemberian asi sulit

(2) Bayi sulit mengisap

(3) Isapan lemah

(4) Kesulitan bernapas

(5) Bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan

(6) Mata bengkak mengeluarkan cairan

(7) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi).

Rasional : Agar ibu mengetahui secara dini tanda-tanda bahaya pa-

da bayi.

(14) Pelaksanaan Asuhan

Sistematika dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah

direncanakan disesuaikan dengan keadaan kesehatan dari klien.

Pelaksanaan asuhan tersebut adalah sebagai berikut:

Tanggal 09-15 Mei 2015 Jam: 08.30-011.00 WITA

a. Umum

1) Memberitahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan

fisikpada bayi.
Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam

Melakukan pemeriksaan.

2) Mengobservasi tanda-tanda vital.

Hasil : Laju jantung : 140x/menit

Pernapasan : 48x/menit

Suhu : 37

3) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali

pusat dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan

menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan

tali pusat serta menjaga agar tetap kering.

Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih.

b. Ikterus fisilogis neonatorum

1) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi

sampai jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang

dengan mata di tutupi

Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama

15- 30 menit dalam 3 hari.

2) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering

mungkin 8-10x/hari.

Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam.

3) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya

untuk memberikan stimulasi.


Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan

penuh kasih saying, serta selalu menyaksikan sebuah lagu untuk

menidurkan bay

c. Heaalth Education (HE)

1) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya

Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali

kotor

2) Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi

a) Pemberian asi sulit

b) Bayi sulit mengisap

c) Isapan lemah

d) Kesulitan bernapas

e) Bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan

f) Mata bengkak mengeluarkan cairan

g) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin

(hipotermi).

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan jika

menemukan salah satu dari tanda bahaya tersebut akan

segera menghubungi bidan atau petugas kesehatan lainya.

(15) Evaluasi

Berdasarkan rencana asuhan dan pelaksanaan dari rencana asuhan maka

dapat dievaluasi dengan hasil sebagai berikut:


Tanggal : 15 Mei 2015 Jam : 11.00 WITA

1) Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum

bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu :

a) Laju jantung : 135 x/menit

b) Pernapasan : 40 x/menit

c) Suhu : 37,50C

2) Ikterus teratasi yang ditandai dengan warna kulit bayi tidak kuning,

dan bayi telah menyusu secara adekuat.

B. Pendokumentasian

Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan pendokumentasian kebidanan

dalam asuhan kebidanan pada Bayi Ny. A dengan Ikterus di puskesmas Tongkuno

Kabupaten Muna pada tanggal 09 Mei sampai 15 Mei 2015, yang diawali dengan

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

1. Identitas

a. Identitas Bayi

Nama Bayi : Bayi Ny. A

Tanggal Lahir : 05-05-2015

Jenis Kelamin : laki-laki

Anak Ke : 2 ( Ke dua )

Umur Saat Dikaji : 4 Hari

b. Identitas Orang Tua

Nama : Ny. A / Tn. L

Umur : 27 Tahun / 31 Tahun

Suku : Muna / Muna


Agama : Islam / Islam

Pendidikan : S1 / SMA

Pekerjaan : IRT / Honorer

Pernikahan :I/I

Lama Menikah : 4 Tahun

Alamat : Sumpuo

1. Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan :

a) Bayi lahir tanggal 05 Mei 2015, jam 02.30 WITA secara normal

b) Bayinya sudah diberi ASI

c) Bayinya sudah BAK dan BAB

d) Bayinya malas menyusu dan sering tidur

e) Bayinya kuning sejak umur 2 hari.

2. Data Objektif (O)

a. Pemeriksaan umum

1) Keadaan umum : Lemah

2) Kesadaran : Komposmentis

3) Jenis kelamin : Perempuan

4) Tanda - tanda vital

a) Laju jantung : 135 x/menit

b) Pernapasan : 48 x/menit

c) Suhu tubuh : 370C

b. Pemeriksaan antropometri

1) Berat badan lahir : 3900 gram


2) Berat badan sekarang : 3200 gram

3) Lingkar lengan atas : 11 cm

c. Pemeriksaan refleks

1) Refleks moro : Baik

2) Refleks rooting : Baik

3) Refleks graps : Baik

4) Refleks sucking : Lemah

5) Refleks tonicneck : Baik.

d. Pemeriksaan fisik

(1) Kepala, tidak ada caput seccedenum, tidak ada chepal hematoma, rambut

hitam dan wajah Nampak kuning.

(2) Mata sklera kuning, konjungtiva agak pucat

(3) Hidung tidak ada cuping hidung, dan pada permukaan kulit terlihat

kuning.

(4) Mulut, tidak ada labiopalatokskisis, bibir kering, refleks mengisap

lemah.

(5) Leher,tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada permukaan kulit

terlihat kuning.

(6) Dada, bentuk simetris, kiri dan kanan tidak ada kelainan, pada permukaa

nkulit terlihat kuning.

(7) Tidak ada kelainan pada perut, tampak tali pusat tampak bersih, kering,

serta terbungkus ghass steril. dan tidak ada penonjolan pada perut.Posisi

tulang belakang normal, tidak ada pembengkakan ataupun tonjolan.


(8) Ekstermitas Bagian atas Simetris kiri dan kanan , jumlah jari lengkap,

pada tangan dan jari tidak ada sianosis bagian bawah Semetris kiri dan

kanan, jumlah jari kaki lengkap, pada kaki tidak ada sianosis

(9) Tampak lendir, tidak ada kelainan pada genitalia,labia mayora menutupi

labia minora.Lubang anus ada, dan tidak ada kelainan pada anus

(10) BAK : frekuensi : 1-3x/hari

(11) Warna : Kehijaun

(12) BAB : Frekuensi : 1-2x/hari.

(13) Warna : Kunig

(14) Konsistensi : Lembek.

3. Assesment (A)

a. Diagnosa aktual : Bayi cukup bulan umur 4 hari, sesuai masa kehamilan (40

mingg 2 hari) dengan Ikterus fisiologis Neonaturum.

b. Diagnosa potensial : Terjadinya Kren ikterus.

c. Tindaka segera : Kolaborasi dilakukan bila ada kelainan dan komplikasi.

4. Planning (P)

Tanggal 09-15 Mei 2015 Jam: 08.30-11.00 WITA

a. Umum

3) Memberitahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik

pada bayi.

Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam melakukan p-

emeriksaan fisik
4) Mengobservasi tanda-tanda vital.

Hasil : Laju jantung : 135x/menit

Pernapasan : 48x/menit

Suhu : 37

5) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat

dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan menganjurkan

pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta

menjaga agar tetap kering.

Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih.

b. Ikterus fisilogis neonatorum

1) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai

jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata

di tutupi

Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-30

menit dalam 3 hari.

2) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin

8-10x/hari.

Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam.

3) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinyauntuk memberikan st

imulasi.

Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan penuh

kasih sayang, serta selalu menyanyikan sebuah lagu untuk

menidurkan bayinya.
c. Heaalth Education (HE)

1) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya

Hasil : Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor

2) Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi

a) Pemberian asi sulit

b) Bayi sulit mengisap

c) Isapan lemah

d) Kesulitan bernapas

e) Bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan

f) Mata bengkak mengeluarkan cairan

g) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi).

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan jika menemukan salah

satu dari tanda bahaya tersebut akan segera menghubungi bidan

atau petugas kesehatan lainya.

C. Catatan Perkembangan

Catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 7 hari, dengan

menggunakan metode pendekatan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi

Ny.A dengan Ikterus Fisiologis Neonaturum di Puskesmas Tongkuno tanggal 09

s.d. 15 Mei 2015.

1. Bayi umur 5 hari

Sabtu 10 Mei 2015 Jam : 07.30-09.30 WITA

a. Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan :
1) Bayi masih malas menyusu dan sering tidur

2) Bayinya masih nampak kuning.

b. Data Objektif (O)

1) Keadaan umum bayi masih lemah

2) Kesadaran komposmentis

3) Berat badan lahir : 3900 gram

4) Berat badan sekarang : 3200 gram

5) Tanda-tanda vital

a) Laju jantung : 135 x/menit

b) Pernapasan : 42 x/menit

c) Suhu : 36,5 0C

6) Pemeriksaan fisik

a) Wajah Nampak kuning

b) Mata : Konjungtiva agak pucat

c) Hidung : permukaan kulit terlihat kuning.

d) Mulut : Refleks mengisap lemah

e) Leher : pada permukaan kulit terlihat kuning.

f) Dada dan Perut : permukaan kulit terlihat kuning dan tali pusat belum

pupus

g) Eliminasi

BAK : frekuensi : 1-3x/hari

Warna : Kuning

BAB : Frekuensi : 1-3x/hari.

Warna : Kuning
Konsistensi : Lembek

7) Pemeriksaan refleks

1) Refleks moro : Baik

2) Refleks rooting : Baik

3) Refleks graps : Baik

4) Refleks sucking : Lemah

5) Refleks tonicneck : Baik

c. Assesment (A)

1) Diagnosa aktul : Bayi umur 5 hari dengan ikterus fisiologis neonatorum.

2) Dignosa potensial : Terjadinya Kren ikterus.

3) Tindakan segera : Kolaborasi dilakukan bila ada kelainan dan

komplikasi.

d. Planning

1) Memberitahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik

pada bayi.

Hasil : Orang tua bayi mengerti dan mau bekerja sama dalam Melakukan

pemeriksaan.

2) Mengobservasi tanda-tanda vital

Hasil : Laju jantung : 140x/menit

Pernapasan : 48x/menit

Suhu : 37

3) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai jam

8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi
Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-

30 menit.

4) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin 8-

10x/hari.

Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam

5) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya

Hasil: Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor

6) Mengajarkan perawatan tali pusat yang benar pada ibu yaitu tali pusat

dibungkus dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan menganjurkan

pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta menjaga

agar tetap kering.

Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril dan bersih.

7) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan sti

mulasi.

Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan penuh

kasih sayang, serta selalu menyanyikan sebuah lagu untuk

menidurkan bayinya.

8) Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi

a) Pemberian ASI sulit

b) Bayi sulit mengisap

c) Isapan lemah

d) Kesulitan bernapas
2. Bayi umur 7 hari

Rabu,12 Mei 2015 Jam 08.30-011.00 WITA

a. Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan :

Bayinya sudah mulai menyusu, tetapi masih nampak kuning.

b. Data Objektif (O)

1) Keadaan umum bayi baik

2) Kesadaran komposmentis

e) BeratBayi terus terlelap tanpa bangun dan makan

f) Mata bengkak mengeluarkan cairan

g) Suhu tubuh terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi).

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan jika menemukan

salah satu dari tanda bahaya tersebut akan segera menghubungi

bidan atau petugas kesehatan lainya.

3) badan lahir : 3900 gram

4) Berat badan sekarang : 3200 gram

5) Tanda-tanda vital :

a) Laju jantung : 138 x/menit

b) Pernapasan : 44x/menit

c) Suhu : 36,70C.

6) Pemeriksaan fisik

a) Permukaan kulit wajah padah daerah kepala leher dan dada masih

nampak kuning.

b) Tampak tali pusat bersih, kering, dan terbungkus ghass steril


7) Eliminasi

a) BAK : Frekuensi : 4-6x/hari

b) Warna : Kuning

c) BAB : Frekuensi : 4-6x/hari

d) Warna : Kunig

e) Konsistensi : Lembek.

8) Pemeriksaan refleks

a) Refleks moro : Baik

b) Refleks rooting : Baik

c) Refleks graps : Baik

d) Refleks sucking : Baik

e) Refleks tonicneck : Baik

c. Assesment (A)

1) Diagnosa aktul : Bayi umur 7 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu

2 hari) dengan ikterus fisiologis neonatorum.

2) Tindakan segera : Kolaborasi dilakukan bila ad kelainan dan komplikasi

3) Dignosa potensial : Terjadinya hiperbilirubinemia.

d. Planning

1) Mengobserfasi tanda-tanda vital.

Hasil: Laju jantung : 140 x/menit

Pernapasan : 48x /menit

Suhu : 37.
2) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai

jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata

di tutupi

Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-

30 menit.

3) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin

8-10x/hari.

Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam

4) Mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya

Hasil: Ibu mengganti popok bayi setiap kali basah dan setiap kali kotor.

5) Menganjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya

untuk memberikan stimulasi.

Hasil : Ibu selalu memeluk dan menggendong bayinya dengan penuh

kasih sayang, serta selalu menyanyikan sebuah lagu untuk

menidurkan bayinya.

3. Bayi umur 8 hari

Kamis, 13 Mei 2015 Jam 07.30-08.30 WITA

a) Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan :

Bayinya sudah mulai menyusu, dan warna kuning pada bayi mulai hilang.

b) Data Objektif (O)

1) Keadanan umum bayi baik

2) Kesadaran komposmentis
3) Berat badan lahir : 3900 gram

4) Berat badan sekarang : 3500 gram

5) Tanda-tanda vital :

a) Laju jantung : 143 x/menit

b) Pernapasan : 43 x/menit

c) Suhu : 36,50C.

6) Pemeriksaan fisik

a) Warna kuning pada daerah kepala leher dan dada sudah mulai menghila

b) Tampak tali pusta bersih, kering, dan terbungkus ghass steril.

7) Eliminasi

a) BAK : Frekuensi : 6-7x/hari

b) Warna : Kuning

c) BAB : Frekuensi : 5-8x/hari.

d) Warna : Kunig

e) Konsistensi : Lembek.

8) Pemeriksaan refleks

1. Refleks moro : Baik

2. Refleks rooting : Baik

3. Refleks graps : Baik

4. Refleks sucking : Baik

5. Refleks tonicneck : Baik

c) Assesment (A)

1) Diagnosa aktul : Bayi umur 8 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu

2 hari) dengan keadaan umum bayi baik


2) Diagnosa potensial : -

3) Tindaka segera :-

d) Planning

1) Mengobserfasi tanda-tanda vital.

Hasil : Laju jantung : 140x/menit

Pernapasan : 48x/menit

Suhu : 37

2) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai

jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata

di tutupi

Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-

30 menit.

3) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin

8-10x/hari.

Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam

4. Bayi umur 10 hari

Minggu, 15 Mei 2015 Jam 07.30-08.30 WITA

e) Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan :

Bayinya sudah mulai menyusu, dan warna kuning pada bayi mulai hilang.

f) Data Objektif (O)

9) Keadaan umum bayi baik

10) Kesadaran komposmentis

11) Berat badan lahir : 3900 gram


12) Berat badan sekarang : 3700 gram

13) Tanda-tanda vital :

a) Laju jantung : 140 x/menit

b) Pernapasan : 4 x/menit

c) Suhu : 370C.

14) Pemeriksaan fisik

a) Warna kuning pada daerah kepala leher dan dada sudah mulai

menghilag

b) Tampak tali pusta bersih, kering, dan terbungkus ghass steril.

15) Eliminasi

a) BAK : Frekuensi : 6-7x/hari

b) Warna : Kuning

c) BAB : Frekuensi : 5-8x/hari.

d) Warna : Kunig

e) Konsistensi : Lembek.

16) Pemeriksaan refleks

6. Refleks moro : Baik

7. Refleks rooting : Baik

8. Refleks graps : Baik

9. Refleks sucking : Baik

10. Refleks tonicneck : Baik

g) Assesment (A)

4) Diagnosa aktul : Bayi umur 10 hari sesuai masa kehamilan (40 minggu

2 hari) dengan keadaan umum bayi baik


5) Diagnosa potensial : -

6) Tindaka segera :-

h) Planning

4) Mengobserfasi tanda-tanda vital.

Hasil : Laju jantung : 145x/menit

Pernapasan : 48x/menit

Suhu : 37

5) Menjemur bayi dengan cahaya matahari pagi sekitar jam 7 pagi sampai

jam 8 pagi selama 15- 30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata

di tutupi

Hasil : Bayi telah di jemur dengan cahaya matahari pagi selama 15-

30 menit.

6) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui banyinya sesering mungkin

8-10x/hari.

Hasil : Ibu menyusui bayinya tiap 2 jam


BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini di bahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjaun studi kasus

berdasarkan penerapan manajemen kebidanan pada Bayi Ny. A dengan Ikterus

Fisiologis Neonatorum di Puskesmas Tongkuno mulai tanggal 09 s.d. 15 Mei 2015.

Pembahasan ini berdasarkan teori dan alasan nyata berdasarkan pendekatan

manajemen kebidanan di mulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan

evaluasi.

A. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi data

subjektif dan data objektif. Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut

penulis dapat melalui wawancara langsung dengan orang tua dan keluarga bayi serta

observasi dan pengamatan langsung sesuai dengan permasalahan yang akan

diangkat. Data yang diambil oleh penulis dilakukan secara terfokus pada masalah

yang dialami Bayi Ny. A.

1. Data Subjektif

Ikterus fisiologis pada neonatus adalah keadaan transisional normal yang

mempengaruhi hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progregsif

pada kadar bilirubin tak terkonjunggasi dan ikterus pada hari ketiga. Ikterus

fisiologi tidak pernah tampak sebelum 24 jam kehidupan, biasanya menghilang

pada usia 1 minggu dan kadar bilirubin tidak pernah melibihi 200-215 mol/L

(12-13 mg/dl) (Diane, M Fraser, 2011).

Pada kasus bayi dengan Ikterus Fisiologis Noenatorum riwayat kehamilan ibu

digunakan sebagai indikator ketidaknormalan ikterus, apakah da komplikasi


kehamilan (ibu menderita DM, inkopabilitas ABO dan RH), riwayat penggunaan

obat-obatan yang menyebabkan ikterus (sulfa, anti malaria, nitro furantoin,

aspirin) dan riwayat ikterus pada anak sebelumnya, serta riwayat persalinan

dengan kelahialan kurang bulan (prematur), BBLR cenderung lebih rentang

terkena Ikterus fisiologis neonatorum. (Wiwied, Rahma 2013) Data kebiasaan

sehari-hari dengan ikterus fisiologis neonatorum biasanya bayi mengalami

gangguan nafsu minum,timbul wrna kuning, urine kuning tua, riwayat hepatitis

akut, riwayat persalinan dan laboratorium (Icesmi,2014).

Pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum pengkajian

dilakukan malalui wawancara dengan orangtua bayi yang mengeluh bayinya

kuning sejak umur bayi 2 hari, serta malas menyusu dan sering tidur. Hal ini

berbeda dengan penelitian yang dibuat oleh Estihi mengenai Asuhan Kebidanan

Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Derajat I Di RSUD Dr.

Moewardi Tahun 2014 yang mengatakan bahwa pengkajian pada bayi ikterus

fisiologis neonatorum, orangtua bayi mengatakan refleks mengisap bayi lemah

serta tampak kuning pada bayi umur 12 jam. Hal ini terjadi karena kondisi yang

dialami bayi bergantung pada respon bayi itu sendiri terhadap ikterus yang

dialaminya.

Dengan demikian apa yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka dengan studi

kasus pada Bayi Ny A tampak adanya kesamaan, didapatkan adanyanya gejala

utama yaitu : Kuning pada hari ke Empat.

2. Data Objektif

Data objektif pada Ikterus Fisiologis Neonatorum meliputi pemeriksaan

secara umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Menurut teori, klinis
ikterus menurut Kremer terbagi menjadi 5 bagian yakni kramer 1 : bagian muka,

kramer 2 : muka, dada kramer 3 : muka, dada, perut, paha, kramer 4 : muka, dada,

perut, paha, tangan dan kaki, kramer 5 : seluruh tubuh. Dan pada pemantauan

eliminasi bayi yang ikterus urin dan fesesnya berwarna pekat seperti teh. Serta

pemeriksaan refleks pada bayi yang ikterus yaitu refleks sucking (mengisap) pada

bayi yang ikterus kurang. Data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik (data

penunjang meliputi pemeriksaan Hb dan golongan darah serta USG dan rontgen.

Pemeriksaan laboratorium bayi ikterus adalah Rh darah ibu dan janin berlainan.

Kadar bilirubin bayi aterm lebih 12,5 mg/dL, prematur lebih 15 mg/dL (Wiwied

Rahma, 2013).

Pada Bayi Ny. A dengan Ikterus fisiologis neonatorum pada pemeriksaan

umum : keadaan umum bayi lemah, kesadaran komposmentis, dan pemeriksaan

tanda-tanda vital (laju jantung : 140x/menit, suhu :370C, dan pernapasan :

47x/menit). Berdasarkan pemeriksaan fisik melalui inspeksi dan palpasi, bayi

nampak kuning pada daerah kepala leher dan dada, bayi malas menyusu, dan

warna feses bayi berwarna kehijauan serta urin kuning tua.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang di dapatkan oleh Estihi (2014) yang

mengatakan bahwa bayi ikterus tidak hanya refleks sucking yang lemah tetapi

refleks rooting, walking, dan tonick neck juga kurang dan kadar bilirubin total

yang di dapatkan 0-1 mg%. Berdasarkan hal diatas, sebagian kecil terjadi

kesenjangan antara teori dengan yang dilakukan di lahan praktek dimana tidak

dilakukan pemeriksaan Hb dan golongan darah serta USG dan rontgen.

B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual

Diagnosa adalah hasil analisa dan perumusan masalah yang diputuskan


berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar. Dalam menetapkan

diagnosa bidan menggunakan pengetahuan profesional yang didukung dan ditunjang

dari beberapa data baik data subjektif maupun objektif. Sebagai data dasar untuk

mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang ditegakkan harus berlandasan

ancaman keselamatan hidup klien. Ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu : Ikterus

Fisiologis Neonatorum, dasar untuk menegakkan diagnosis pada Bayi Ny. A di

peroleh dari data subjektif dan objektif.

Dalam tinjauan pustaka cara untuk menetapkan diagnosa pada bayi yang ikterus

yaitu : timbul warna kuning, nafsu minum mungkin menurun, warna tinja akolik

(sumbatan saluran empedu), urin kuning tua, riwayat ibu hepatitis akut, riwayat

persalinan, dan laboratorium (Sudarti, 2013). Pengkajian individu setiap bayi

meliputi mengidentifikasi faktor risiko trauma adanya ikterus. pengkajian ini

meliputi setiap penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin, atau

yang mengagnggu transport atau eksresi bilirubin. Apakah bayi mengalami trauma

lahir atau memar nyata, apakah pemberian susu atau pengeluaran mekonium

terlambat, apakah bayi prematur dan dengan demikian berisiko lebih besar, apakah

terdapat riwayat penyakit hemoliti signifikan dalam keluarga atau saudara kandung

yang ikterus, atau predisposisi etnik terhadap ikterus atau penyakit keturunan, apakah

ikterus tampak dalam 24 jam pertama (menunjukan adanya hemolisis), atau apakah

ikterus memanjang (kemungkinan menunjukan penyakit serius, seperti

hipertiroidisme atau ikterus obstruktif). Pengkajian fisik, pengkajian ini meliputi

pengamatan terhadap : luasnya perubahan kulit dan warna sclera, progresi ikterus di

sefalo-kaudal, tanda-tanda klinis lain, seperti letargi dan penurunan keinginan untuk

menyusu (makan), urin gelap atau feses terang, adanya dehidrasi, kelaparan,
hipotermia, asidosis atau hipoksia, muntah, iritabilitas atau menangis dengan nada

tinggi.

Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan ini meliputi : bilirubin serum untuk

menentukan kadar dan apakah bilirubun tidak terkonjugasi atau terkonjugasi, uji

combs direk untuk mendeteksi adanya antibodi maternal pada SDM janin, uji combs

inderek untuk mendeteksi adanya antibidi maternal dalam serum, hitung retikulosit-

meningkat akibat hemolisis SDM baru di produksi, golongan darah ABO dan tipe Rh

terhadap kemungkinan inkompatibilitas, taksiran hemoglobin/hematktrit untuk

mengkaji anemia, apus darah perifer struktur sel darah melah untuk melihat adanya

sel abnormal, hitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi, sampel serum tidak

immunoglobulin spesifik guna melihat adanya infeksi TORCH, assay glukosa-fosfat

dehidrogenase (G6PD), zat dalam urin misalnya galaktosa. Pada beberapa tahun

terakhir, bilirubinometri transkutan telah menurunkan jumlah uji darah pada neoatus.

Di Rumah atau di Rumah sakit, metode ini menyediakan pengkajian digital

pigmentasi kulit, dengan taksiran kadar bilirubin plasma yang diperoleh dari jumlah

yang ditampilkan dalam meteran tersebut (Diane, M Fraser, 2011).

Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. A antara manifestasi klinik dan fakta

menunjukan adanya perbedaan dimana bayi hanya mengalami penurunan keinginan

untuk menyusu (makan), sering tidur serta warna feses kehijauan. Hal ini dapat

terjadi karena gejala ikterus fisiologis hanya berupa stadium awal dan gejala stadium

lanjut. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Estihi (2014)

yang mengatakan bahwa diagnosa dan masalah aktual yaitu : Ikterus Derajat II

karena didapatkan refleks sucking, rooting, walking, dan tonick neck kurang serta

bayi nampak kuning pada 12 jan pertama. Dengan demikian antara tinjauan pustaka
dan kasus didapatkan dilahan hanya sebagian ada kesesuaian.

C. Merumuskan Diagnosa dan Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi

berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Misalnya diagnosa

potensial ikterus fisiologis neonatorum potensial terjadi kern ikterus. Dalam tinjauan

pustaka Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin

indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus,

hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV (Ayu, Widya,

2014).

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Bayi Ny. A dilahan praktek dapat

diidentifikasi masalah potensial terjadinya kern ikterus karena data yang diperoleh di

lahan praktek setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan observasi yaitu bayi malas

menyusu dan sering tidur, warna feses kuning serta urin berwarna kuning pekat.

Sehingga bayi potensial mengalami kern ikterus. Hal ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang mengatakan tidak ada data potensial yang

terjadi, karena mendapat penanganan yang intensif. Dalam hal ini menunjukan

adanya kesamaan antara tinjauan pustaka dan kasus.

D. Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Dengan Petugas Laboratorium

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan petugas

Laboratorium atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah pemeriksaan

Laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium pada bayi NyA tidak dilakukan karena

keterbatasan sarana dan tidak adanya petugas Laboratorium di Puskesmas

Tongkuno,Pemberian minum sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang
mencukupi dan pemantauan perkembangan ikterus. Serta pemeriksaan laboratorium

oleh dokter (Wiwied, Rahma 2013). Berdasarkan kasus pada Bayi Ny. A penulis

melakukan tindakan segera atau kolaborasi jika ada kalainan atau komplikasi. Hal ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang melakukan

kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.

E. Rencana Asuhan

Pada rencana manajemen asuhan kebidanan perencanaan adalah proses penyusunan

suatu rencana tindakan berdasarkan identifikasi masalah yang didapatkan dan

antisipasi diagnosa/masalah potensial yang akan mungkin terjadi. Perencanaan

tindakan harus berdasarkan masalah yang telah ditemukan. Dalam tinjauan pustaka,

perencanaan tindakan pada bayi dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum adalah

observasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,

menjemur bayi pada sinar matahari pagi jam 7 8 pagi selama 15 sampai 30 menit,

periksa kadar billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium, kolaborasi

dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tindakan yang diberikan, memberikan rasa

aman (emotional security) baik secara kontak fisik maupun psikis dengan dibawa

mendekat ketubuh ibunya dan digendong dengan lembut, selalu berinteraksi dengan

bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan pencegahan infeksi seperti cuci tangan,

ganti baju bila : mandi, basah terkena muntahan, kotor, ganti popok bila BAK/BAB

(Wiwied, Rahma, 2013).

Pada kasus Bayi Ny. A dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum asuhan yang di

berikan menjadi 3 bagian yaitu rencana umum yaitu rencana asuhan untuk bayi baru

lahir, asuhan untuk Ikterus fisiologis neonatorum, dan Health Education (HE).

Rencana umum diantaranya adalah beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan
pemeriksaan fisik, observasi tanda-tanda vital, ajarkan perawatan tali pusat yang

benar pada ibu yaitu tali pusat di bungkus kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan

menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta

menjaga agar tetap kering.

Penanganan ikterus fisiologis neonatorum, tindakan yang dilakukan yaitu jemur

bayi dengan cahaya matahari sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30

menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi, menganjurkan pada ibu untuk

tetap menyusui bayinya sesering mungkin 8-10x/hari, anjurkan ibu selalu

berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan stimulasi. Health Education (HE)

pada ibu tentang ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya, jelaskan tentang

tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu pemberian ASI sulit, bayi sulit mengisap, isapan

lemah, kesulitan bernapas, bayi terus terlelap tanpa bangun dan makan, mata

bengkak dan mengeluarkan cairan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Etismi (2014) yang sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan hal di atas,

terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan kasus yang di dapatkan di

lahan praktik dimana tidak dilakukan pemeriksaan billirubin dalam darah dengan

pemeriksaan laboratorium. Hal ini dikarenakan terbatasnya persediaan alat dan obat-

obatan sehingga rencana asuhan pemeriksaan bilirubin dalam darah tidak dilakukan.

F. Pelaksanaan Asuhan

Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan secara berkolaborasi dengan

bidan. Bidan bertanggung jawab terhadap tindakan langsung ataupun tindakan

konsultasi maupun kolaborasi, implementasi yang efisiensi akan mengurangi waktu

dan biaya perawatan serta meningkatkan kualitas pelayanan pada klien.


Dalam tinjauan pustaka, perencanaan tindakan pada bayi dengan Ikterus

Fisiologis Neonatorum adalah observasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi

kebutuhan nutrisi bayi, menjemur bayi pada sinar matahari pagi jam 7 8 pagi

selama 15 sampai 30 menit, periksa kadar billirubin dalam darah dengan

pemeriksaan laboratorium, kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan

tindakan yang diberikan, memberikan rasa aman (emotional security) baik secara

kontak fisik maupun psikis dengan dibawa mendekat ketubuh ibunya dan digendong

dengan lembut, selalu berinteraksi dengan bayi untuk memberikan stimulasi, lakukan

pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah terkena

muntahan, kotor, ganti popok bila BAK/BAB (Wiwied, Rahma, 2013).

Pada kasus Bayi Ny. A dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum asuhan yang di

berikan menjadi 3 bagian yaitu rencana umum yaitu rencana asuhan untuk bayi baru

lahir, asuhan untuk Ikterus fisiologis neonatorum, dan Health Education (HE).

Rencana umum diantaranya adalah beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan

pemeriksaan fisik, observasi tanda-tanda vital, ajarkan perawatan tali pusat yang

benar pada ibu yaitu tali pusat di bungkus kasa steril tanpa dibubuhi apapun dan

menganjurkan pada ibu untuk selalu memperhatikan kebersihan tali pusat serta

menjaga agar tetap kering. Penanganan ikterus fisiologis neonatorum, tindakan yang

dilakukan yaitu jemur bayi dengan cahaya matahari sekitar jam 7 pagi sampai jam 8

pagi selama 15-30 menit dalam keadaan telanjang dengan mata di tutupi,

menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin 8-10x/hari,

anjurkan ibu selalu berinteraksi dengan bayinya untuk memberikan stimulasi.

Health Education (HE) pada ibu tentang ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan

bayinya, jelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu pemberian ASI sulit,
bayi sulit mengisap, isapan lemah, kesulitan bernapas, bayi terus terlelap tanpa

bangun dan makan, mata bengkak dan mengeluarkan cairan. Hal ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Etismi (2014) yang sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan hal di atas, terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan

kasus yang di dapatkan di lahan praktik dimana tidak dilakukan pemeriksaan

billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium. Hal ini dikarenakan

terbatasnya persediaan alat dan obat-obatan sehingga rencana asuhan pemeriksaan

bilirubin dalam darah tidak dilakukan.

G. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan

yaitu merupakan penilaian terakhir tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan

kepada klien dangan berpedoman pada masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan tinjauan evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan

kasus Ikterus fisiologis neonatorum adalah ikterus menghilang, keadaan umum dan

tanda-tanda vital dalam batas normal, gejala klinik dan diagnosa potensial ikterus

neonatorum fisiologis teratasi. Berdasarkan studi kasus pada Bayi Ny. A setelah

mendapatkan asuhan selama 3 hari, sejak tanggal 09 s.d 15 Mei 2015 didapatkan

hasil ikterus dapat teratasi ditandai dengan warna kuning pada daerah kepala leher

dan dada menghilang, bayi telah menyusu secara adekuat, keadaan umun bayi baik

dan tanda-tanda vital dalam batas normal ditandai dengan laju jantung : 143x/menit,

pernapasan 44x/menit, suhu 370C. Serta tidak terjadi kern yang di tandai dengan

feses dan urin berwarna kuning. Berdasarkan hal tersebut terdapat kesamaan antara

tinjauan pustaka dengan kasus yang didapatkan dilahan praktek dan penelitian yang

dilakukan oleh Estihi (2014)


BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori-teori dan pengalaman langsung dari lahan praktek

melalui studi kasus pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum di

Puskesmas Tongkuno pada Tanggal 09 s.d. 15 Mei 2015, maka penulis menarik

suatu kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Dalam melakukan pengkajian terhadap Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno

dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data subyektif dengan mewawancarai

orang tua bayi sehingga didapatkan bayinya kuning sejak umur 2 hari, bayinya

malas menyusu dan sering tidur dan data objektif diperoleh bayi nampak kuning

pada daerah kepala leher dan dada, serta feses berwarna kehijauan dan urin

berwarna kuning pekat.

Dalam penentuan diagnosa/masalah aktual terhadap Bayi Ny. A di Puskesmas

Tongkuno adalah Ikterus Fisologis Neonatorum. Dalam penentuan diagnosa

potensial pada kasus Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno adalah ikterus

fisologis neonatorum akan berlanjut menjadi kern ikterus namun tidak terjadi

pada Bayi Ny. A dikarenakan pasien cepat mendapatkan penanganan intensif.

Antisipasi dalam penanganan kasus Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno dengan

diagnosa ikterus fisologis neonatorum dilakukan dengan dijemur pada pagi hari

jam 7-8 selama 15-30 menit dalam keadaan telanjang dan mata ditutupi.

2. Rencana tindakan pada kasus Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno dengan

diagnosa ikterus fisologis neonatorum dibagi dalam 3 rencana asuhan diantaranya


tindakan umum, ikterus fisologis neonatorum dan edukasi.Penatalaksanaan kasus

pada Bayi Ny. A di Puskesmas Tongkuno dengan diagnosa ikterus fisologis

neonatorum dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan.

3. Setelah Bayi Ny. A mendapatkan asuhan selama 4 hari di rumah pasien diperoleh

hasil ikterus teratasi dan KU bayi baik. Telah dilakukannya pendokumentasian

asuhan kebidanan pada Bayi Ny.A di Puskesmas Tongkuno dengan diagnosa

ikterus fisologis neonatorum dibuat dalam bentuk SOAP yang merupakan

ringkasan dari 7 langkah Varney.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan disusunnya studi kasus ini keefektifan proses belajar dapat

ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan

pengetahuan mahasiswa dalam hal penanganan kasus asfiksia. Serta kedepan

dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada

lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan

yang dapat memberi informasi terbaru serta menjadi sumber referensi yang dapat

digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan studi kasus pada semester akhir

berikutnya.

2. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asfiksia dan

dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di

bangku kuliah dan di lahan praktek.


3. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih

meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya

pada kasus asfiksia dan dengan adanya studi kasus ini diharapkan dapat lebih

meningkatakan kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam

menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga Angka Kematian Bayi

(AKB) dapat diturunkan.

4. Kepada mahasiswa khususnya (khususnya mahasiswa kebidanan) atau pembaca

disarankan agar dapat mengambil pelajarann dari kasus Ikterus fisiologis

Neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2014) Data Kelahiran Bayi di Dunia dan Indonesia.


http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=423. Diakses
tanggal 9 Agustus 2015.

--------- (2012) Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.


(http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL-KES-PROVINSI-2012/27-
Profil-Kes.Prov.Sulawesi-Tenggara2012.pdf). Diakses tanggal 11 Agustus
2015.
--------- (2012) Dinas Kesehatan Kabupaten Muna.

--------- (2013) Dinas Kesehatan Kabupaten Muna.

--------- (2014) Dinas Kesehatan Kabupaten Muna.


---------- (2013) Data Bayi Ikterus di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna
---------- (2014) Data Bayi Ikterus di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna
---------- (2015) Data Bayi Ikterus di Puskesmas Tongkuno Kabupaten Muna

Dewi,V,N,L (2012). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta, Slemba
Medika.
Dodge, dkk (2012). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatus,Yogyakarta,Nuha Medika
Fraser, Diane M. & Margaret A. Cooper (2011) Buku Ajar Bidan. Edisi 14, Jakarta,
EGC.

Jitowiyono, Sugeng, Weni Kristiyani (2011) Asuhan Keperawatan Neonatus dan


Anak. Yogyakarta, Nuha Medika.

Lindon, Saputra (2014) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tangeran Selatan,
Binarupa Aksara.
Mirahnova ( 2013 ) https://mirahnova5.wordpress.com/2013/10/11/penanganan-
ikterus-pada-bbl/

Marini (2012) Manajemen Kebidanan. http://bidanshop.blogspot.com/2010/12/


manajemen-kebidanan.html. Diakses Tanggal 09 Agustus 2015.

Prawirohardjo, S. (2008) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Edisi 3,


Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

---------- (2009) Ilmu Kebidanan. Edisi 4, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rahma, Wiwid. (2013) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
http://wiedrahma.blogspot.com/2013/09/asuhankebidanan-pada-bayi-baru-
lahir.html. Askes pada tanggal 10 agustus 2015.

Simatupang, E.J. (2013) Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta, EGC.

Sudarti. & Afroh Fauziah. (2013) Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta, Nuha Medika.

Suriadi. (2010).Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta : Sagung Seto

Sukarni, Icesmi & Sudarti. (2014) Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan
Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta, Nuha Medika.

Vous aimerez peut-être aussi