Vous êtes sur la page 1sur 24

BAB I

TINJAUAN TEORI
A. Gestasional Diabetes Militus
1. Pengetian
GDM (Gestasional Diabetes Melitus) adalah Suatu Intoleransi karbohidrat ringan (
toleransi glukosa terganggu ) maupun berat (Diabetes Melitus), terjadi atau diketahui
pertama kali pada saat kehamilan berlangsung.
GDM (Gestasional Diabetes Melitus) adalah suatu gangguan toleransi glukosa yang
memiliki derajat keparahan yang bervariasi dengan awitan dikenalinya penyakit ini pada
saat kehamilan.
Perempuan yang menderita diabetes Gestasional sangat beresiko mengalami
Diabetes Tipe 2. Gestasional Diabetes Melitus dikenali pertama kali selama kehamilan
dan mempengaruhi 4 % dari semua kehamilan.

2. Etiologi
Faktor resiko terjadinya GDM adalah :
a. Usia tua
b. Obesitas
c. Multiparitas
d. Riwayat keluarga / genetik
e. Riwayat diabetes gestasional terdahulu
f. Infeksi
g. Obat-obatan yang bersifat toksik bagi terhadap sel-sel beta

3. Patofisiologi
Sebagian kehamilan ditandai dengan adanya resistensi insulin dan hiperinsulinemia,
yang pada beberapa perempuan akan menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya DM
selama kehamilan. Resistensi ini berasal dari hormon diabetogenik hasil sekresi plasenta
yang terdiri atas hormon pertumbuhan (growth hormon), corticotropin relesing hormon,
plasenta lactogen, dan progesteron. Hormon ini dan perubahan endokrinologik serta
metabolik akan menyebabkan perubahan dan menjamin pasokan bahan bakar dan nutrisi
ke janin sepanjang waktu. Akan terjadi diabetes melitus gestasional apabila fungsi
pankreas tidak cukup untuk mengatasi keadaan resistensi insulin yang diakibatkan oleh
perubahan hormon diabetogenik selama kehamilan.
Kadar glukosa yang meningkat pada ibu hamil sering menimbulkan dampak yang
kurang baik terhadap bayi yang dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu dengan DM
biasanya lebih besar, dan bisa juga terjadi pembesaran dari organ-organnya ( hepar,
kelenjar adrenal dan jantung). Segera setelah lahir, bayi dapat mengalami hipoglikemia
karena produksi insulin yang meningkat, sebagai reaksi terhadap kadar glukosa ibu yang
tinggi. Oleh karena itu, setelah bayi dilahirkan, kadar glukosanya perlu dipantau dengan
ketat.
Ibu hamil penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik akan
meningkatkan resiko terjadinya keguguran atau bayi lahir mati. Bila diagnosis diabetes
melitus sudah dapat ditegakan sebelum kehamilan, tetapi tidak terkontrol dengan baik,
maka janin beresiko mempunyai kelainan kongenital.

4. Manifestasi klinis
a. Glikosuria
b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)
c. Polidipsia (rasa haus)
d. Ketonuria
e. Pusing (penurunan gula darah)
f. Konfusi (peningkatan gula darah)
g. Kemungkinan mengalami infeksi monilial
h. Glukosa serum >140 mg/dl yang diperoleh melalui skrinning selama 1 jam
i. Pada tes toleransi glukosa 3 jam kadar glukosa serum puasa 105 mg/dl atau lebih
j. Kadar glukosa serum 1 jam 190 mgdl atau lebih
k. Kadar glukosa serum 2 jam 165 mg/dl atau lebih
l. Kadar glukosa serum 3 jam 145 mg/dl atau lebih

5. Komplikasi
Diabetes juga menganggu kehamilan. Perempuan yang menderita diabetes dan
hamil Cenderung mengalami abortus spontan, Kematian janin intra uterin, Ukuran janin
besar, Bayi prematur dengan insidens sindrom distres pernapasan yang tinggi, serta
malformasi janin.

6. Penatalaksanaan
Wanita dengan diabetes gestasional dapat dibagi menjadi dua kelas fungsional,
bergantung pada kadar glukosa puasa mereka. Terapi insulin biasanya dianjurkan
apabila penatalaksanaan diet standar tidak secara konsisten mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa kurang dari 105 mg /dl atau glukosa plasma 2 jam postprandial
kurang dari 120 mg/dl (american colege of obstetricians and gynecologists,1994).
Apakah insulin harus digunakan untuk wanita dengan derajat hiperglikekemi puasa
yang lebih rendah yaitu 105 mg/dl atau kurang tidak jelas kerena tidak ada uji klineeis
terkontrol untuk mengidentifikasi sasaran glikemia yang ideal untuk mencegah resiko
pada janin. Namun, fourth international workshop conference on Gestasional Diabetes (
Metzger dan coustan,1998 ) menganjurkan bahwa kadar glukosa kapiler ibu di
pertahankan 95 mg/dl atau kurang pada keadaan puasa. American Diabetes Association
(1999) merekomendasikan terapi insulin apabila penatalaksanaan gizi gagal
meempertahankan glukosa darah puasa sebesar atau kurang dari 95 mg/dl atau kadar
glukosa darah posprandial sebesar atau kurang dari 120 mg/dl.

a. Diet
Penyuluhan gizi merupakan landasan utama dalam penatalaksanaan. Tujuan
terapi ini adalah:
1) Untuk memberikan zat gizi yang di perlukan bagi ibu dan janinnya.
2) Untuk mengendalikan kadar glukosa.
3) Untuk mencegah ketosis akibat kelaparan.
Asupan kalori harian dan petambahan berat badan selama kehamilan yang
dianjurkan bagi wanita hamil dengan diabetes gestasional diperlihatkan pada tabel
51-5. Rekomendasi ini berkaitan dengan wanita yang di tetrapi dengan insulin serta
retraksi diet. Pembatasan kalori yang signifikan menjadi 1200 sampai 1800
kkal/hari telah diteliti pada wanita kelebihan berat badan dengan diabetes
gestasional. Bagi wanita dengan obesitas, asupan sekitar 1800 kkal/hari terbukti
meengurangi hiperglikemi dan trigliserida plasma tanpa meningkatkan ketonuria.
Pembatasan kabohidrat pada wanita-wanita dengan beratnya rata-rata 92,5 kg saat
melahirkan dan melaporkan bahwa pendekatan ini menyebabkan perbaikan
pengendalian glukosa, penurunan kebutuhan akan insulin dan penurunan insiden
makrosomia janin mungkin berkurang.

b. Insulin
Sebagian besar dokter memulai terapi insulin pada waktu dengan diabetes
gestasional apabila hiperglikemi puasa yang lebih dari 105 mg/dl menetap setelah
terapi diet. Para pakar berbeda pendapat tentang terapi insulin pada diabetes. Dosis
total 20 sampai 30 unit yang diberikan sekali sehari sebelum sarapan merupakan
terapi awal yang paling sering digunakan. Dosis total biasanya dibagi menjadi dua
pertiga insulin kerja sedang dan sepertiga insulin kerja singkat.
Berbagai macam obat insulin:
1) Insulin kerja cepat : Humulin R (40 IU, 100 IU) dan Actrapid Human 40, 100.
2) Insulin kerja menengah : Monotard Human 40, 100 dan Mixtard 30/70.

c. Obat hipoglikemik oral


Obat-obat penurun kadar glukosa oral tidak dianjurkan bagi wanita hamil oleh
american Diabetes Association. Namun tidak ditemukan penyulit neoanatus yang
berkaitan dengan pemberian obat hipoglikemik oral.
Sebagai alternatif pemberian obat antidiabetik seperti metformin dan
sulfonilurea dapat dipakai untuk mengendalikan gula darah.

d. Konsekuensi post partum


Fourth Workshop Conference menganjurkan agar wanita yang di diagnosis
mengidap diabetes gestasional menjalani evaluasi dengan uji toleransi glukosa oral
75 g pada 6 sampai 12 minggu setelah pelahiran. Wanita yang uji 75 g nya normal
harus di periksa ulang paling tidak setiap 3 tahun. Berbagai rekomendasi untuk
tindak lanjut postpartum ini didasarkan pada kemungkinan bahwa wanita dengan
diabetes gestasional berkembang menjadi diabetes overt dalam 20 tahun setelah
melahirkan sebesar 50 persen.
Penatalaksanaan antepartum
Penatalaksanaan antepartum pada perempuan dengan DMG bertujuan untuk:
1) Melakukan penatalaksanaan kehamilan trisemester ketiga dalam mencegah bayi
lahir mati atau afiksia, serta menekan sekecil mungkin kejadian morbiditas ibu
dan janin akibat persalinan.
2) Memantau pertumbuhan janin secara berkala dan terus menerus (misalnya
dengan USG) untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ukuran janin
sehingga dapat ditentukan saat dan cara persalinan yang tepat.
3) Memperkirakan maturitas (kematangan) paru-paru janin (misalnya dengan
amniosintesis) apabila ada rencana terminasi ( seksio sesarea) pada kehamilan
39 minggu.

7. Cara dan waktu persalinan


Perempuan hamil dengan diabetes mellitus gestasional bukan merupakan indikasi
seksio sesarea. Penanganan persalinan tetap harus berdasar kepada indikasi ibu dan
janin, sama halnya dengan pengelolan perempuan hamil tanpa diabetes
Pada perempuan hamil diabetes gestasional dengan bayi makrosomia, komplikasi
utama yang mungkin terjadi pada persalinan adalah trauma kelahiran seperti distosia
bahu, fraktur tulang, dan injuri pleksus brakialis. Bayi yang dilahirkan juga beresiko
mengalami hipoglikemi dan kelainan metabolik lainnya.
Pengambilan keputusan untuk melakukan persalinan lebih awal ( pada kehamilan
38 minggu) dengan cara induksi persalinan atau seksio sesarea dilakukan atas
pertimbangan resiko terjadinya kematian perinatal atau morbiditas perinatal yang
berhubungan dengan makrosomia, distosia bahu, gawat janin, dan terjadinya sindrom
distres respirasi. Penatalaksanaan perempuan hamil dengan DMG pada kehamilan 38
minggu dengan cara induksi perslinan yang mendapat pengobatan insulin, dihubungkan
dengan upaya menurunkan berat badan janin diatas 4000 g atau di atas persentil ke 90.
Pada perempuan hamil dengan DMG yang mendapat pengobatan insulin, tidak ada
manfaatnya menunda persalinan sampai melampaui umur kehamilan 38-39 minggu
karena persalian yang dilakukan pada kehamilan 38-39 minggu, bisa menurunkan
kemungkinan terjadinya makrosomia. Bila berat badan janin diduga lebih dari 4500
gram, persalian dianjurkan dengan cara seksio sesaria.

8. Pengelolaan pasca persalinan


a. Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi, maka pada periode
pascapersalian, perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan
insulin.
b. Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet, setelah persalian tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya. Namun, bila pada waktu kehamilan di beri pengobatan
insulin, sebelum meninggalkan rumah sakit perlu di periksa kadar glukosa puasa
dan 2 jam pascaprandial.
c. Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes melitus di kemudian hari meningkat, maka
6 mingggu pascaperslinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara
pemeriksaan gula darah puasa dalam waktu 3 jam setelah pemberian 75 g glukosa
pada glukosa tolerance test (kadar kurang dari 140 mg per dl berarti normal, kadar
antara 140-200 mg per dl, berarti ada gangguan toleransi glukosa, kadar lebih dari
200 berarti diabetes mellitus). Biala test ini menunjukan kadar yang normal, maka
kadar glukosa darah puasa dievaluasi lagi setelah 3 tahun.
d. Skining diabetes ini harus dilakukan secara berkala, khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa yang meningkat waktu kehamilan. Perempuan yang
pernah menderita diabetes mellitus gasteointestinal harus diberi konseling agar
menyusui anaknya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula
darah.
e. Harus direncanakan penggunaan konrtasepsi karena sekali perempuan hamil
menderita diabetes, maka dia beresiko terkena hal yang sama pada kehamilan
berikutnya. Tidak ada pembatasan pengunaan. Kontrasepsi oral hormonal pada
pasien dengan riwayat diabetes melitus gestasional.
f. Bagi perempuan yang obesitas, setelah melahirkan harus dilakuan upaya penurunan
berat badan berat dan berolah berat dengan diet dan olahraga secara teratur agar
resiko terjadinya diabetes menurun

B. Pre-eklamsi
1. Pengertian

Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan
preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia
umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada
yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir trisemester kedua sampai trisemester ketiga)
atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia
ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang
sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama
kehamilan).
2. Klasifikasi Pre eklampsi

Pre Eklamsia dibagi menjadi 2 golongan,yaitu :


a. Pre Eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih.
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau
lebih per minggu.
3) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin
kateter atau midstream
b. Pre Eklamsi berat, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis.
3. Etiologi Pre-Eklampsia
Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian
menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan
eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran
darah ke rahim.
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada
penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai
alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air
dan coogulasi intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab
primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang
menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui :
a. Vasospasmus menyebabkan :
1) Hypertensi
2) Pada otak (sakit kepala, kejang)
3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
5) Pada hati (icterus)
6) Pada retina (amourose)
b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu
1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa
2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
4) Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsi
1) Molahidatidosa
2) Diabetes melitus
3) Kehamilan ganda
4) Hidrocepalus
5) Obesitas
6) Umur yang lebih dari 35 tahun
7)
4. Patofisiologi

Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap


angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler,
akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah
kesemua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun
sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan
kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas
terhadap oksitosin meningkat (Maryunani & Yulianingsih, 2010)
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan,
tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan
hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan
hematokrit. Pada preeklamsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan
berat badan naik dengan cepat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan
hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri
pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat
dari preeklamsia, enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme
arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symtom visual skotama dan
pandangan kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta
peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus
pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Edema paru dihubungkan dengan
edema umum yang berat, kompliksai ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis
kiri (Maryunani & Yulianingsih, 2010).

5. Tanda dan Gejala

Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah tinggi, gejala
preeklampsia yang patut diwaspadai adalah :
a. Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalam
tubuh
b. Nyeri perut
c. Sakit kepala yang berat
d. Perubahan pada refleks
e. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
f. Ada darah pada air kencing
g. Pusing
h. Mual dan muntah yang berlebihan
i. Udem
j. Hipertensi
k. Proteinuria
Pre-eklampsia ringan
Tanda dan gejala :
a. Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg; diastole
90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg
b. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni)
c. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan

Pre-eklampsia Berat
a. Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Tanda dan gejala pre-
eklampsia berat :
d. Tekanan darah sistolik ? 160 mmHg
e. Tekanan darah diastolik ? 110 mmHg
f. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
g. Trombosit < 100.000/mm3
h. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam) 6. Proteinuria (protein dalam air seni
> 3 g / L)
i. Nyeri ulu hati
j. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
k. Perdarahan di retina (bagian mata)
l. Edema (penimbunan cairan) pada paru
m. Koma

6. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia yaitu antara lain (Mitayani, 2009):
a. Pada ibu
1) Eklamsia
2) Solusio plasenta
3) Perdarahan subkapsula hepar
4) Kelainan pembekuan darah
5) HELLP syndrome (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count)
6) Ablasio retina
7) Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada janin
1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
4) Kematian dalam uterus
5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
2) Urinalisis
3) Pemeriksaan Fungsi hati
4) Tes kimia darah
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
2) Kardiotografi
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama.
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat,
polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
2) Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan
1) Diabetes mellitus gestasional.
2) Hipertensi karena kehamilan.
3) Infertilitas.
4) Bayi low gestasional age.
5) Riwayat kematian janin.
6) Lahir mati tanpa sebab jelas.
7) Anomali congenital.
8) Aborsi spontan.
9) Polihidramnion.
10) Makrosomia.
11) Pernah keracunan selama kehamilan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada
diabetes yang lama.
Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
Peningkatan tekanan darah.
Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.
2) Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poli uri.
3) Nutrisi dan Cairan
Polidipsi.
Poliuri.
Mual dan muntah.
Obesitas.
Nyeri tekan abdomen.
Hipoglikemi.
Glukosuria.
Ketonuria.
Kulit.
Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas
injeksi insulin yang sering.
Mata.
Kerusakan penglihatan atau retinopati.
Uterus.
Tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal
terhadap usia gestasi.
e. Psikososial
Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.
Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.
2. Diagnosa
a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
b. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
maternal, perubahan pada sirkulasi.
c. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan ketidakadekuatan
kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan
respon umum.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak
mengenal sumber informasi.
e. Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi
pertumbuhan intra uterin.
f. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam
pada status kesehatan maternal atau janin.
3. Rencana Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria evaluasi :
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah
makan tidak lebih dari 140 mg/dl.

No. Intervensi Rasional


Mandiri
1 Timbang berat badan setiap kunjungan Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk
prenatal. untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.
2 Kaji masukan kalori dan pola makan Membantu dalam mengevaluasi pemahaman
dalam 24 jam. pasien tentang aturan diet.
3 Tinjau ulang dan berikan informasi Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu
mengenai perubahan yang diperlukan membutuhkan perubahan besar selama gestasi
pada penatalaksanaan diabetic. memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi
4 Tinjau ulang tentang pentingnya Makan sedikit dan sering menghindari
makanan yang teratur bila memakai hiperglikemia , sesudah makan dan kelaparan.
insulin.
5 Perhatikan adanya mual dan muntah Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi
khususnya pada trimester pertama. karbohidrat yang dapat mengakibatkan
metabolisme lemak dan terjadinya ketosis.
6 Kaji pemahaman stress pada diabetic. Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar
glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
7 Ajarkan pasien tentang metode finger Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan
stick untuk memantau glukosa sendiri. temuan glukosa darah serum secara periodic
8 Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan berat
serta kepentingan hipo atau pada trimester pertama karena peningkatan
hiperglikemia. penggunaan glukosa dan glikogen oleh ibu dan
perkembangan janin. Hiperglikemia berefek
terjadinya hidramnion.
9 Instruksikan untuk mengatasi Pengguanaan jumlah besar karbohidrat sederhana
hipoglikemia asimtomatik. untuk mengatasi hipoglikemi menyebabkan nilai
glukosa darah meningkat.
10 Anjurkan pemantauan keton urine. Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan
dengan ketonuria, menandakan kebutuhan
terhadap peningkatan karbohidrat.
Mandiri
11 Diskusikan tentang dosis , jadwal dan Pembagian dosis insulin mempertimbangkan
tipe insulin. kebutuhan basal maternal dan rasio waktu makan.
12 Sesuaikan diet dan regimen insulin Kebutuhan metabolisme prenatal berubah selama
untuk memenuhi kebutuhan individu. trimester pertama.
13 Kolaborasi dengan ahli gizi. Diet secara spesifik pada individu perlu untuk
mempertahankan normoglikemi.
14 Observasi kadar Glukosa darah. Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir
menurun bila kadar glukosa darah antara 60 100
mg/dl, sebelum makan antara 60 -105 mg/dl, 1
jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam
sesudah makan kurang dari 200 mg/dl.
15 Tentukan hasil HbA1c setiap 2 4 Memberikan keakuratan gambaran rata rata
minggu. control glukosa serum selama 60 hari . Kontrol
glukosa serum memerlukan waktu 6 minggu
untuk stabil.
b. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
Kriteria evaluasi :
Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau
Construction Stress Test secara normal.

No. Intervensi Rasional


Mandiri
1 Kaji control diabetik sebelum Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi
konsepsi. membantu menurunkan resiko mortalitas janin dan
abnormal konginental.
2 Tentukan klasifikasi white terhadap Janin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah
diabetes. A, B, C dan apabila D adalah beresiko tinggi.
3 Kaji gerakan janin dan denyut janin Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal
setiap kunjungan. mungkin secara negatif mempengaruhi gerakan
janin dan denyut jantung janin.
4 Observasi tinggi fundus uteri setiap Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal
kunjungan.
5 Observasi urine terhadap keton. Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan
susunan syaraf pusat yang tidak dapat diperbaiki.
6 Berikan informasi dan buatkan Penurunan mortalitas dan komplikasi morbiditas
prosedur untuk pemantauan glukosa janin bayi baru lahir dan anomali congenitial
dan penatalaksanaan diabetes di dihubungkan dengan kenaikan kadar glukusa darah.
rumah.
7 Pantauan adanya tanda tanda edema, sekitar 12% 13% dari diabetes akan berkembang
proteinuria, peningkatan tekanan menjadi gangguan hipertensi karena perubahan
darah. kardiovaskuler berkenaan dengan diabetes.
8 Tinjau ulang prosedur dan rasional Aktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda
untuk Non stress Test setiap minggu. baik dari kesehatan janin.
9 Diskusikan rasional atau prosedur Contraction Stress Test dapat memberikan
untuk melaksanakan Oxytocin informasi tentang perfusi oksigen dan nutrisi pada
Challenge Test atau Contraction janin. Hasil positif menandakan insufisiensi
Stress Test setiap minggu mulai plasenta.
minggu ke 30 sampai dengan
minggu ke- 32.
10 Tinjau ulang prosedur dan rasional Maturasi paru janin adalah kriteria yang digunakan
untuk tindakan amniosentesis untuk menentukan kelangsungan hidup.
Kolaborasi

11 Kaji HbA1c setiap 2 4 minggu Insiden bayi malformasi secara kongenital meingkat
sesuai indikasi. pada wanita dengan kadar HbA1c tinggi pada awal
kehamilan atau sebelum konsepsi.
12 Kaji kadar albumin glikosilat pada Tes serum albumin glikosilat menunjukkan
getasi minggu ke 24 sampai ke 28 glikemia lebih dari beberapa hari.
khususnya pada ibu dengan resiko
tinggi.
13 Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu
pada gestasi minggu ke 14 sampai diabetik dari pada non diabetik bila kontrol sebelum
minggu ke 16. kehamilan sudah buruk.
14 Siapkan untuk ultrasonografi pada Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan
gestasi minggu ke 8, 12, 18, 28, 36 tanggal gestasi dan membantu dalam evaluasi
sampai minggu ke 38. retardasi pertumbuhan intra uterin.
15 Lakukan non stress test dan Oxytocin Mengetahui kesehatan janin dan kedekatan perfusi
Challenge Test atau Construction plasenta.
Stress test dengan tepat.
16 Dapatkan sekuensial serum atau Penurunan kadar estriol dapat menunjukkan
specimen urine 24 jam terhadap kadar penurunan fungsi plasenta, menimbulkan retardasi
estriol setelah gestasi minggu ke 30. pertumbuhan intra uterin dan lahir mati.
17 Bantu untuk persalinan per vaginam Membantu menjamin hasil positif untuk neonatus.
atau seksio. Insiden lahir mati meningkat secara bermakna pada
gestasi lebih dari minggu ke-36. Makrosomia sering
menyebabkan distosia dengan sefalopelvis
disproporsi.

c. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan kontrol


diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon
imun.
Kriteria evaluasi :
Tetap normotensif.
Mempertahankan normoglikemia.
Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.

No. Intervensi Rasional


Mandiri
1 Perhatikan klasifikasi white untuk Klien dengan klasifikasi D, E atau F adalah berisiko
diabetes. Kaji derajad kontrol tinggi terhadap komplikasi kehamilan.
diabetik.
2 Kaji perdarahan pervaginam dan Perubahan vaskuler yang dihubungkan dengan
nyeri tekan abdomen. diabetes menandakan resiko abrupsi plasenta.
3 Pantau terhadap tanda dan gejala Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau
persalinan preterm. hidramnion dapat mempredisposisikan pada
persalinan awal.
4 Bantu untuk belajar memantau Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar
glukosa darah di rumah yang karena ambang ginjal terhadap glukosa menurun
dilakukan 6 kali sehari. selama kehamilan.
5 Periksa keton dalam urin setiap hari. Ketonuria menandakan adanya kondisi kelaparan
yang secara negatif dapat mempengaruhi
perkembangan janin
6 Identifikasi kejadian hipoglikemia Insiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester
dan hiperglikemia. ketiga karena aliran glukosa darah dan asam amino
yang kontinue pada janin dan untuk menurunkan
kadar insulin antagonis laktogen plasenta. Insiden
hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin
untuk normoglikemia khususnya pada trimester
kedua dan ketiga karena kebutuhan insulin sering
meningkat dua kali.
7 Pantau adanya edema dan tentukan Diabetes cenderung kelebihan cairan karena
tinggi fundus uteri. perubahan vaskuler. Insiden hidramnion sebanyak
6% 25% pada kasus diabetes yang hamil
kemungkinan berhubungan dengan peningkatan
kontribusi janin pada cairan amnion dan
hiperglikemia meningkatkan haluaran urin janin.
8 Kaji adanya infeksi saluran kencing. Deteksi awal adanya infeksi saluran kencing dapat
mencegah pielonefritis.
9 Pantau dengan ketat bila obat Obat tokolitik dapat meningkatkan glukosa darah
tokolitik digunakan untuk dan insulin plasma.
menghentikan persalinan.
Kolaborasi Mendeteksi ancaman ketoasidosis, menentukan
adanya ancaman hipoglikemia.
10 Pantau kadar glukosa serum setiap
kunjungan.
11 Dapatkan urinalisa dan kultur urin, Membantu mencegah atau mengatasi pielonefritis.
kultur rabas vagina, berikan Monilial vulvovaginitis dapat menyebabkan
antibiotika sesuai indikasi. sariawan oral pada bayi baru lahir.
12 Kumpulkan spesimen untuk ekskresi Kemajuan perubahan vaskuler dapat merusak fungsi
protein total, klirens kreatinin ginjal dengan diabetes jangka panjang atau berat.
nitrogen urea darah dan kadar asam
urat.
13 Jadwalkan pemeriksaan oftalmologi Latar belakang retinopati dapat berlanjut selama
selama trimester pertama, trimester kehamilan karena keterlibatan vaskuler berat. Terapi
kedua dan ketiga bila berada dalam koagulasi laser dapat memperbaiki dan menurunkan
diabetes klasifikasi kelas D atau fibrosis optik.
diatasnya.
14 Siapkan untuk ultrasonografi pada Mengetahui adanya tanda makrosomia dan
gestesi ke-8, 12, 26, 36 dan 38 untuk diproporsi cephalopelvis.
menentukan ukuran janin dengan
menggunakan diameter biparietal,
panjang femur dan perkiraan berat
badan janin.
15 Mulai terapi intra vena dengan Glukagon adalah substansi alamiah yang bekerja
dekstrose 5%, berikan glukogon sub pada glikogen hepar dan mengubahnya menjadi
cutan bila dirawat di rumah sakit glukosa yang memperbaiki status hipoglikemik.
dengan shock insulin dan tidak sadar.
Ikuti dengan pemberian susu skim 8
oz bila mampu menelan

d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan kebutuhan tindakan


berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal
sumber informasi.
Kriteria evaluasi :
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan.
Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan aktivitas
yan melibatkan pengontrolan diabetes.
Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin.

No Intervensi Rasional
Mandiri
1 Kaji pengetahuan tentang proses dan Rasional: Diabetes mellitus gestasional besisiko
tindakan terhadap penyakit termasuk terhadap ambilan glukosa yang tidak efektif
hubungan dengan diet, latihan, stres dan dalam sel, penggunaan lemak dan protein untuk
kebutuhan insulin. energi secara berlebihan dan dehidrasi seluler saat
air dialirkan dari sel oleh konsentrasi hipertonik
glukosa dalam serum.
2 Berikan informasi tentang cara kerja dan Rasional: Perubahan metabolik prenatal
efek merugikan insulin dan tinjau ulang menyebabkan kebutuhan insulin berubah.
alasan menghindari obat hipoglikemi Trimester pertama kebutuhan insulin rendah
oral. tetapi menjadi dua kali dan empat kali selama
trimester kedua dan ketiga. Meskipun insulin
tidak melewati plasenta, agen hipoglikemi oral
dapat dan potensial membahayakan janin.
3 Jelaskan penambahan berat badan Rasional: Pembatasan kalori dengan akibat
normal. ketonemia dapat menyebabkan kerusakan janin
dan menghambat penggunaan protein optimal.
4 Berikan informasi tentang kebutuhan Rasional: Latihan setelah makan dapat membantu
program latihan ringan. mencegah hipoglikemia dan menstabilkan
penyimpangan glukosa, kecuali terjadi
peningklatan glukosa berlebihan, dimana latihan
dapat meningkatkan ketoasidosis.
5 Berikan informasi mengenai dampak Rasional: Peningkatan pengetahuan dapat
kehamilan pada kondisi diabetes dan menurunkan rasa takut, meningkatkan kerja sama
harapan masa depan. dan membantu menurunkan komplikasi janin.
6 Diskusikan mengenali tanda infeksi. Rasional: Penting untuk mencari pertolongan
medis awal untuk menghindari komplikasi.
7 Anjurkan mempertahankan pengkajian Rasional: Bila ditinjau ulang oleh praktisi
di rumah terhadap kadar glukosa serum, pemberi perawatan, catatan harian dapat
dosis insulin, diet dan latihan. membantu bagi evaluasi dan perubahan terapi
8 Bantu untuk mempelajari pemberian Rasional: Adanya gejala hipoglikemia seperti
glukosa, instruksikan untuk diaforesis, sensasi kesemutan dan palpitasi
menyertainya dengan susu 8 oz dan dengan kadar glukosa dibawah 70 mg/di
periksa ulang kadar glukosa dalam 15 memerlukan tindakan dengan segera. Penggunaan
menit. glukagon sebagai kombinasi susu dapat
meningkatkan kadar glukosa serum tanpa resiko
berbalik menjadi hiperglikemia.

e. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan
dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi
pertumbuhan intra uterin.
Kriteria evaluasi :
Kehamilan cukup bulan.
Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.
Bebas cedera.
Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemia
No. Intervensi Rasional
Mandiri
1 Tinjau ulang riwayat pranatal dan Hiperglikemia maternal pada periode pranatal
kontrol maternal. meningkatkan makrosomia, membuat janin
berisiko terhadap cedera kelahiran karena distosia
atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa
maternal yang tinggi pada kelahiran meransang
pankreas janin, mengakibatkan hiperinsulinemia.
2 Periksa adanya glukosa atau keton dan Rasional: Peningkatan glukosa dan kadar keton
albumin dalam urin ibu dan pantau menandakan ketoasidosis yang dapat
tekanan darah. mengakibatkan asidosis janin dan potensial cedera
susunan syaeaf pusat.
3 Observasi tanda vital. Rasional: Peningkatan infeksi asenden, dapat
mengakibatkan sepsis neonatal.
4 Anjurkan posisi rekumben lateral Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta dan
selama persalinan. meningkatkan kesediaan oksigen untuk janin.
5 Lakukan dan bantu dengan Rasional: Persalinan yang lama dapat
pemeriksaan vagina untuk menentukan meningkatkan resiko distres janin.
kemajuan persalinan.
6 Kolaborasi

Tinjau hasil tes pranatal seperti profil Rasional: Memberikan informasi tentang cadangan
biofisikal, tes nonstres dan tes stres pada plasenta untuk oksigenasi janin selama
kontraksi. periode intrapartal.
7 Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari Rasional: Memberikan informasi tentang maturasi
amniosentesis dan ultrasonografi. paru janin.
8 Pantai kadar glukosa serum maternal Rasional: Peningkatan kebutuhan energi,
dengan finger stick setiap jam, penurunan kadar glikogen.
kemudian setiap 2-4 jam sesuai
indikasi.
9 Observasi frekuensi denyut jantung Rasional: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi
janin. lambat pada penurunan variabilitas menandakan
kemungkinan hipoksia janin.
10 Lakukan pemberian cairan dekstrose Rasional: Mempertahankan normoglikemia tanpa
5% per parenteral. pemberian glukosa sampai persalinan aktif mulai.
11 Siapkan untuk induksi persalinan Rasional: Mendapatkan kelahiran dari bayi sesuai
dengan oksitosin atau seksio saesar. usia gestasi yang tepat.

f. Gangguan psikologis: ansietas berhubungan dengan situasi krisis atau mengancam


pada status kesehatan (maternal atau janin).
Kriteria evaluasi :
Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan persalinan.
Menggunakan strategi koping yang tepat.

No. Intervensi Rasional


Mandiri

1 Atur keberadaan perawat secara Rasional: Meningkatkan kontinuitas asuhan. Pasien


kontinu selama persalinan. dan keluarga perlu mengetahui bahwa mereka tidak
sendiri dan tersedianya tenaga bantuan dengan
segera.
2 Pastikan respon yang ada pada Memberikan pengkajian dasar untuk perbandingan
pesalinan dan penatalaksanaan medis. selanjutnya, mengidentifikasi kekuatan dan masalah
Kaji keefektifan sistem pendukung. yang potensial.
3 Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi. Memberikan perasaan kontrol terhadap situasi.
4 Jelaskan semua prosedur tindakan Pengetahuan tentang apa yang terjadi membantu
perawatan. menurunkan rasa takut.
5 . Fasilitasi semua keluhan atas Suasana terbuka dan mendukung menurunkan
ungkapan perasaan. intimidasi karena prosedur atau peralatan.
6 Informasikan kepada keluarga tentang Membantu untuk menghilangkan atau
kemajuan persalinan dan keadaan meminimalkan rasa khawatir dan mengembangkan
janin. rasa percaya.

Vous aimerez peut-être aussi