Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan


dengan meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal
kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem tubuh termasuk
sistem muskuloskeletal. Salah satu golongan penyakit yang sering
menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal
terutama adalah reumatoid artritis. Kejadian penyakit tersebut akan
makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Menguntip pendapat Sjamsuhidajat (2002), artritis reumatoid
merupakan penyakit autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan
kausanya multifaktor. Penyakit ini ditemukan pada semua sendi dan
sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain menyerang
sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki
dan lutut. Artritis kronik yang terjadi pada anak yang menyerang satu
sendi atau lebih, dikenal dengan artitis reumatoid juvenil.
Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik. Gejala yang
timbul berupa nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul
sering terdapat di ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis
reumatoid, yang merupakan manisfestasi ekstraartikuler. Bila penyakit ini
terjadi bukan pada sendi, seperti bursa, sarung tendon, dan lokasi
lainnya dinamakan reumatoid ektraarikuler. Reumatik bukan merupakan
suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan golongan penyakit
yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun
semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan
para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan atau tanda.

Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada


sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan dan kelemahan, serta

1
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot,
dan gangguan gerak. (Soenarto, 2000). Reumatik dapat terjadi pada
semua umur dari kanak kanak sampai usia lanjut, atau sebagai
kelanjutan sebelum usia lanjut. Pucak dari reumatoid artritis terjadi pada
umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih
sering dari pada laki- laki.
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal
mengenai reumatoid artritis sangat dibutuhkan mahasiswa keperawatan
ataupun seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
secara kompherensif. Oleh Karena itu kami akan membahas lebih lanjut
tentang asuhan keperawatan reumatoid artritis.

2. Tujuan Penulis
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar
reumatoid artritis dan asuhan keperawatan pada klien dengan
reumatoid artritis.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada klien
dengan reumatoid artritis.
2) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan
pada klien dengan reumatoid artritis.
3) Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan
pada klien dengan reumatoid artritis.
4) Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan
pada klien dengan reumatoid artritis.
5) Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan
pada klien dengan reumatoid artritis.

c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam makalah ini adalah konsep dasar reumatoid
artritis dan asuhan keperawatan pada klien dengan reumatoid
artritis

d. Manfaat Penulisan

2
Dengan makalah ini diharapkan agar para pembaca bisa
memahami konsep dasar reumatoid artritis dan asuhan
keperawatan pada klien dengan reumatoid artritis

e. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
metode
1) Research library yaitu pengambilan sumber dari buku-buku
yang ada kaitannya dengan pembahasan atau studi
pustaka.
2) Web search yaitu pengambilan sumber dari internet
mengenai materi tentang reumatoid artritis

BAB II
PENDAHULUAN
1. Definisi
Kata arthritis berasal dari kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan

3
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi
(Gordon, 2002).
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis
yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan
penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah
membran sinovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak
berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk
kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon
mengalami. Inflamasi ditandai oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi
komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan parut.
Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalami hipertropi dan
menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi
nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi
ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat
menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan
pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Sehingga merusak tulang dan
menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).

Gambar 2.1 Reumatoid Artritis

2. Klasifikasi Artritis Reumatoid


a. Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe :
1) Reumatoid Arthritis Klasik
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
2) Reumatoid Arthritis Defisit

4
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
3) Probable Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
4) Possible Reumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 3 bulan.

b. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1) Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial
yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada
saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2) Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan
sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai
adanya kontraksi tendon.
3) Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan
berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara
menetap.
3. Etiologi
Penyebab pasti rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
diperkirakan merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus. Menurut
Smith dan Haynes (2002), ada beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan seseorang menderita rheumatoid arthritis yaitu :

5
a. Faktor genetik
Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan terjadinya
rheumatoid arthritis sangat terkait dengan faktor genetik. Delapan
puluh persen orang kulit putih yang menderita rheumatoid arthritis
mengekspresikan HLA-DR1 atau HLA-DR4 pada MHC yang
terdapat di permukaan sel T. Pasien yang mengekspresikan
antigen HLA-DR4 3,5 kali lebih rentan terhadap rheumatoid
arthritis.
b. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC
dan faktor Reumatoid
c. Usia dan jenis kelamin
Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh wanita
daripada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan ini
diasumsikan karena pengaruh dari hormon. Wanita memiliki
hormon estrogen sehingga dapat memicu sistem imun. Onset
rheumatoid arthritis terjadi pada usia sekitar 50 tahun.
d. Infeksi
Infeksi dapat memicu rheumatoid arthritis pada host yang mudah
terinfeksi secara genetik. Virus merupakan agen yang potensial
memicu rheumatoid arthritis seperti parvovirus, rubella, EBV,
borellia burgdorferi.
e. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan
psikososial), mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor
metabolik (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

4. Manifestasi Klinik
a. Pada Tahap Awal Klien Dengan Rheumatoid Arthritis Akan
Menunjukan Tanda Dan Gejala Seperti :
1) Nyeri persendian
2) Bengkak (Reumatoid nodule)
3) Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada
pagi hari

6
4) Terbatasnya pergerakan
5) Sendi-sendi terasa panas
6) Demam (pireksia)
7) Anemi
8) Berat badan menurun
9) Kekuatan berkurang
10)Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11) Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

b. Pada Tahap Yang Lanjut Akan Ditemukan Tanda Dan Gejala


Seperti :
1) Gerakan menjadi terbatas
2) Adanya nyeri tekan
3) Deformitas bertambah pembengkakan
4) Kelemahan
5) Depresi

c. Gejala Extraartikular :
1) Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion
(gangguan katub), Pericarditis, Myocarditis
2) Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
3) Pada lympa : Lhymphadenopathy
4) Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
5) Pada otot : Mycsitis

Ada beberapa gambaran klinis yang ditemukan pada penderita


artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada
saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis
yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat
badan menurun dan demam.

7
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-
sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat
terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat
generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di
tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
e. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari,
subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere
adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal
yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi
besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan
pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis
Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah
sendi siku
g. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat
menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis),
paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.

5. Patofisiologi Artritis Reumatoi d


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan

8
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan
degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan
kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti
edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.
Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama
pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus
masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago
menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara
ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang
cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus (Long, 1996).
Pathway Reumatoid Artritis

9
Gambar 2.2 Pathway Reumatoid Artritis

6. Komplikasi Reumatoid Artritis


Secara umum rheumatoid arthritis bersifat progresif dan tidak
dapat disembuhkan, tetapi pada beberapa pasien penyakit ini secara
bertahap menjadi kurang agresif dan gejala bahkan dapat membaik.
Bagaimanapun, jika terjadi kerusakan tulang dan ligamen serta terjadi
perubahan bentuk, efeknya akan menjadi permanen. Kecacatan dan
nyeri sendi dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang umum.

Rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik yang dapat


mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi. Efek ini meliputi :

10
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Sistem Muskuloskeletal : Pada otot dapat terjadi myosis karena
proses granulasi jaringan otot dan Osteoporosis
c. Sistem Pembulu Darah : Tromboemboli adalah adanya sumbatan
pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang
membeku.
d. Splenomegali : Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika
limfa membesar kemampuannya untuk menangkap dan
menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
e. Sistem Pencernaan : Pada sistem pencernaan yang sering
dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan
komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas
utama pada arthritis reumatoid.
f. Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi
neuropatik.
g. Infeksi : Pasien dengan RA memiliki risiko lebih besar untuk
infeksi. Obat imunosupresif akan lebih meningkatkan risiko.
h. Penyakit Paru-Paru : Sebuah studi kecil menemukan prevalensi
tinggi peradangan paru dan fibrosis pada pasien yang baru
didiagnosis RA, namun temuan ini dapat dikaitkan dengan
merokok.
i. Sindrom Felty : Kondisi ini ditandai dengan splenomegali,
leukopenia dan infeksi bakteri berulang. Ini mungkin merupakan
respon disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs).
j. Limfoma dan kanker lainnya : RA terkait perubahan sistem
kekebalan tubuh. (Shiel, 2011)

7. Diagnosis Rheumatoid arthritis

11
Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid
Arnett F, 1998
Kriteria Definisi
a. Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
b. Artritis Pembengkakan jaringan lunak atau persendian
atau lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) Dalam
kriteria ini terdapat 14 persendian yang memenuhi
kriteria yaitu PIP, MCP, pergelangan tangan, siku
pergelangan kaki dan MTP kiri dan kanan.
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan seperti yang tertera diatas.
c. Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera
pada kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan
PIP, MCP atau MTP bilateral dapat diterima
walaupun tidak mutlak bersifat simetris.
d.Nodul RA Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-artrikular
yang diobservasi oleh seorang dokter.
e.Faktor Serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum
yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.
f.Perubahan Perubahan gambaran radiologis yang radiologis
gambaran khas bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar X
tangan posteroanterior atau pergelangan tangan
yang harus menunjukkan adanya erosi atau
dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi

8. Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang dapat membantu
menegakkan diagnosis :
a. Pemeriksaan cairan sinovial

12
1) Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang
menggambarkan peningkatan jumlah sel darah putih.
2) Leukosit 5.000 50.000/mm3, menggambarkan adanya
proses inflamasi yang didominasi oleh sel neutrophil (65%).
3) Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum
dan berbanding terbalik dengan cairan sinovium.
b. Pemeriksaan darah tepi
1) Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit
menurun bila terdapat splenomegali; keadaan ini dikenal
sebagai Feltys Syndrome.
2) Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
c. Pemeriksaan kadar sero-imunologi
1) Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada
penderita dengan nodul subkutan.
2) Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada
arthritis rheumatoid dini.
d. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
e. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
f. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

9. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


a. Tujuan Utama Terapi Adalah :
1) Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2) Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional
maksimal penderita.
3) Mencegah atau memperbaiki deformitas

13
b. Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan
tersebut yaitu:
1) Istirahat
2) Latihan fisk
3) Pengobatan : Aspirin dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari,
kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg
per 100 ml. Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan
toleransi saluran cerna terhadap terapi obat dan Obat anti
malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 600
mg/hari mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid
sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang
diperlukan.
4) Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
5) Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi
tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan
untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit
dan pergelangan tangan.
Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat
kembali dataran pada persendian.

BABIII
ASUHAN KEPERAWATAN REUMATOID ARTRITIS

1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru,
ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan
bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
a. Aktivitas/ istirahat

14
Gejala Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan
pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh
pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot,
kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

b. Kardiovaskuler
Gejala Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada
jari sebelum warna kembali normal).
c. Integritas Ego
Gejal Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial,
a pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan
( situasi ketidakmampuan ). Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya
ketergantungan pada orang lain).
d. Hygiene
Gejal Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
a perawatan pribadi. Ketergantungan.

e. Makanan/ Cairan
Gejal Ketidakmampuan untuk menghasilkan/
a mengkonsumsi makanan/cairan adekuat: mual,
anoreksia, kesulitan untuk mengunyah
Tanda Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
f. Neurosensori
Gejala Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda Pembengkakan sendi simetris
g. Nyeri/ kenyamanan

15
Gejal Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
a pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
h. Keamanan
Gejal Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit,
a ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam
menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejal : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang
a lain; perubahan peran; isolasi.

Pengkajian 11 Pola Gordon


a. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
3) Riwayat keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

b. Pola Nutrisi Metabolik


1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi
(makanan yang banyak mengandung pospor(zat kapur),
vitamin dan protein)
2) Riwayat gangguan metabolik
c. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
3) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Pola Istirahat dan Tidur

16
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Aktifitas yang dilakukan sebelum tidur
3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Pola Persepsi Kognitif
Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku
sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan
penyakitnya?
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

k. Pola Sistem Kepercayaan


1) Apakah agama klien ?
2) Adakah gangguan beribadah?
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya
kepada Tuhan ?

2. Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid

a. Gangguan rasa nyaman nyeri akut/ kronis berhubungan dengan


distensi, proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal, nyeri, penurunan, kekuatan otot.

17
c. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi, ketidakseimbangan mobilitas.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan


musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada
waktu bergerak, depresi.

N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


O Keperawatan
1 Gangguan rasa NOC : NIC : Pain Management
nyaman nyeri a. Pain Level a. Lakukan pengkajian
b. pain control
akut/ kronis nyeri secara
c. comfort level
berhubungan komprehensif termasuk
Setelah dilakukan
dengan distensi, lokasi, karakteristik,
tindakan
proses durasi, frekuensi, kualitas
keperawatan selama .
inflamasi, dan faktor presipitasi
Pasien tidak mengalami
destruksi sendi. b. Observasi reaksi
nyeri, dengan kriteria
nonverbal dari
hasil:
ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol
c. Kontrol lingkungan
nyeri
yang dapat
b. Melaporkan bahwa
mempengaruhi nyeri
nyeri berkurang dengan
d. Kurangi faktor

18
menggunakan presipitasi nyeri
manajemen nyeri e. Kaji tipe dan sumber
c. Mampu mengenali nyeri untuk
nyeri (skala, intensitas, menentukan intervensi
frekuensi dan tanda f. Ajarkan tentang teknik
nyeri) non farmakologi:
d. Menyatakan rasa napas dala, relaksasi,
nyaman setelah nyeri distraksi, kompres
berkurang hangat/ dingin
e. Tanda vital dalam g. Berikan analgetik
rentang normal untuk mengurangi nyeri
f. Tidak mengalami h. Monitor vital sign
gangguan tidur sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


O Keperawatan
2 Gangguan NOC : NIC : Exercise therapy :
mobilitas fisik a. Joint Movement : Ambulation
berhubungan Active
dengan b. Mobility Level a. Monitoring vital sign
c. Self care : ADLs
deformitas sebelm/sesudah latihan
d. Transfer
skeletal, nyeri, dan lihat respon pasien
Performance
penurunan, saat latihan
Setelah dilakukan
kekuatan otot. b. Konsultasikan dengan
tindakan keperawatan
terapi fisik tentang
selama. gangguan
rencana ambulasi sesuai
mobilitas fisik teratasi
dengan kebutuhan
dengan kriteria hasil:
c. Bantu klien untuk
a. Klien meningkat
menggunakan
dalam aktivitas fisi
b. Memperagakan tongkat saat berjalan dan

19
penggunaan alat cegah terhadap cedera
Bantu untuk d. Ajarkan pasien atau
mobilisasi (walker) tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
e. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
f. Latih pasien dalam
pemenuhankebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
g. Dampingi dan Bantu
pasien saat
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan klien.

N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


O Keperawatan

3 Gangguan Citra
NOC : NIC : Body image
Tubuh / Perubahan
a. Body image enhancement
Penampilan Peran b. Self esteem
berhubungan
a. Kaji secara verbal
Setelah dilakukan
dengan perubahan
dan nonverbal respon
tindakan keperawatan
kemampuan untuk
klien terhadap
selama . gangguan
melaksanakan
tubuhnya.
body image
tugas-tugas umum,
b.Monitor frekuensi
pasien teratasi dengan
peningkatan
mengkritik dirinya
kriteria hasil:
penggunaan
c. Jelaskan tentang
a. Body image positif
energi,
b. Mampu pengobatan,
ketidakseimbangan
mengidentifikasi perawatan, kemajuan
mobilitas.
kekuatan personal dan prognosis

20
c. Mendiskripsikan penyakit
secara faktual d. Dorong klien
perubahan fungsi mengungkapkan
tubuh perasaannya
d. Mempertahankan
e. Identifikasi arti
interaksi sosial
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
f. Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok kecil
Rencana keperawatan

N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervsi


O Keperawatan Hasil

4 Defisit
NOC : NIC : Self Care assistane :
perawatan diri
Self care : Activity of ADLs
berhubungan
Daily Living (ADLs) a. Monitor kemempuan
dengan
klien untuk perawatan diri
kerusakan
Setelah dilakukan yang mandiri.
musculoskeletal,
tindakan b. Monitor kebutuhan klien
penurunan
keperawatan selama bantu untuk kebersihan diri,
kekuatan, daya
. berpakaian, berhias,
tahan, nyeri
Defisit perawatan diri toileting dan makan.
pada waktu
teratas dengan kriteria c. Sediakan bantuan
bergerak,
hasil: sampai klien mampu
depresi.
a. Klien terbebas secara utuh untuk
dari bau badan melakukan self-care.
b. Menyatakan
d. Dorong klien untuk

21
kenyamanan melakukan aktivitas sehari-
terhadap hari yang normal sesuai
kemampuan kemampuan yang dimiliki.
untuk e. Ajarkan klien/ keluarga
melakukan untuk mendorong
ADLs kemandirian, untuk
c. Dapat
memberikan bantuan
melakukan ADL
hanya jika pasien
secara mandiri.
tidak mampu untuk
melakukannya.
f. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari
sesuai kemampuan.

3. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan rematoid artritis adalah
dengan tindakan sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam tindakan ini diperlukan kerja sama antara perawat sebagai
pelaksana asuhan keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar
asuhan keperawatan yang diberikan mampu berkesinambungan
sehingga klien dan keluarga dapat menjadi mandiri.

4. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna dan peningkatan adaptasi nyeri
b. Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
c. Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu.
d. Tercapainya pemenuhan perawatan diri.
e. Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan rumah dan
mencegah penyakit degeneratif jangka panjang.
f. Terpenuhinya pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi.

22
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kata arthritis berasal dari kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi
(Gordon, 2002).
Penyebab pasti rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
diperkirakan merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Ada beberapa gambaran klinis
yang ditemukan pada penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini
tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena
penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
Nyeri,persendian Bengkak (Reumatoid nodule), Kekakuan pada sendi
terutama setelah bangun tidur pada pagi hari, Terbatasnya pergerakan
Sendi-sendi.

2. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah di berikan,
dan dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan
keperawatan dalam praktik, khususnya pada klien yang menagalami
gangguan sistem muskuloskeletal, Rheumatoid Arthritis, dan mampu

23
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Rheumatoid
Arthritis.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta:

EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media

hardy.

Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

aesculapius.

Muttaqin, arif. 2006. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

24
25

Vous aimerez peut-être aussi