Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Astrocytoma mencakup tumor yang sangat bervariasi tergantung lokasinya di SSP, berpotensi
untuk tumbuh menjadi invasif, progresif dan menyebabkan timbulnya berbagai gejala klinik. Oleh
karena itu, sangat diperlukan untuk melakukan deteksi secara dini agar dapat ditentukan
pengobatan yang tepat. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mendiagnosis astrocytoma,
salah satunya adalah dengan metode imunohistokimia. Di dalam imunohistokimia ini dapat
digunakan 2 jenis tumor marker, yaitu bisa menggunakan GFAP (glial fibrillary acidic protein)
atau NFP (neurofilament protein). NFP adalah protein filament intermediet kelas 4 dimana
mengandung 3 heteropolimeric polipeptida. NFP dapat ditemukan hampir disemua neurons,
tepatnya di bagian perikarion saat belum terfosforilisasi dan di akson jika belum terfosforilisasi.
NFAP dapat membantu dalam penentuan dari sub kelompok khusus dari GBMs dan memprediksi
berapa lama pasien dapat bertahan hidup. Sedangkan GFAP adalah filament intermediet yang
diekspresikan oleh beberapa sistem saraf pusat termasuk sel glia. GFAP dan NFAP diekspresikan
dalam berbagai jenis tumor glia dan gliobastoma (GBMs) dengan pola differensiasi neuronal[1].
(a) (b)
(c) (d)
Gambar: ekspresi NFAP dan GFAP didalam astrocytoma (a) ekspresi NFAP negatif (b)
ekspresi NFAP positif (c) ekspresi GFAP positif (d) ekspresi GFAP negative.
Kejadian kanker endometrium lebih sering dijumpai pada wanita usia pascamenopause atau
perimenopause dengan riwayat perdarahan pervaginam yang abnormal. Dari mana pertumbuhan
tumor berasal, apakah dari endometrium atau endoserviks, sering menjadi masalah, sementara
dalam aspek terapi ada perbedaan penatalaksanaan antara kedua asal kanker tersebut[2].
Gambaran PA adenokarsinoma endometrium kadang-kadang tumpang tindih dengan
adenokarsinoma endoserviks. Hal itu mengakibatkan sangat sulit membedakan antara kanker
endometrium dengan kanker endoserviks, terutama pada spesimen yang terbatas seperti biopsi dan
kuretase endoserviks dan endometrium dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Hasil yang
diperoleh dari prosedur tersebut memiliki beberapa kelemahan antara lain adanya kontaminasi sel
dari endometrium dengan sel dari endoserviks. Dengan tercampurnya spesimen dari endoserviks
dan endometrium dalam sediaan tersebut, kadang-kadang pemeriksaan PA dengan pewarnaan
hematoksilin-eosin saja tak mampu membedakan asal dari tumor, apakah sel kanker tersebut
berasal dari endometrium yang menyebuk ke endoserviks atau sebaliknya[2].
Pola dari imunohistokimia yang memungkinkan identifikasi asal jaringan lebih akurat
dibandingkan dengan pemeriksaan hematoksilin-eosin saja. Terdapat beberapa pemeriksaan
imunohistokimia untuk membedakan adenokarsinoma endometrium dengan adenokarsinoma
endoserviks, yakni vimentin. Sensitivitas pewarnaan imunohistokimia vimentin sangat tinggi
untuk mengenal jaringan endometrium yaitu mencapai 97%. Pemeriksaan imunohistokimia
vimentin yang diyakini mampu mengenal jaringan kanker endometrium sekaligus membedakan
dari jaringan kanker endoserviks dapat dipakai sebagai prosedur diagnostik awal dan
menyederhanakan prosedur kuretase diagnostic[2].
Vimentin adalah protein yang membentuk filament intermediat dengan BM 57 kD yang
merupakan bagian kerangka sel (sitoskeleton), dan ditemukan dalam sel yang secara embrional
berasal dari mesenkim dan diekspresikan oleh sel epitel, termasuk sel epitel endometrium.6
Pemeriksaan imunohistokimia dengan vimentin dapat membedakan kanker endometrium dari
kanker endoserviks, khususnya pada gambaran PA yang tumpang tindih. Hal ini disebabkan
protein filamen intermediat vimentin dapat mengendap baik pada epitel kelenjar endometrium
normal maupun yang neoplastik, namun tidak pada epitel kelenjar endoserviks.7 Kemampuan
vimentin untuk membedakan kanker endometrium dari kanker endoserviks cukup tinggi[2].
Dari uji korelasi terdapat hubungan antara persentase area vimentin dengan stadium surgikal
kanker endometrium. Semakin rendah persentase area vimentin maka semakin tinggi stadium
surgikalnya. Begitu pula hubungan persentase area vimentin dengan derajat diferensiasi kanker
endometrium. Semakin rendah persentase area vimentin, maka semakin buruk derajat diferensiasi
sel kanker[2].
(a) (b)
[1]Iskandar Japardi. 2003. Astrositoma : insidens dan pengobatannya. Vol.22 No.3. Medan: J
Kedokter Trisakti. Diakses di www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Japardi.pdf