Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Walaupun sering di anggap hanya sebagai suatu organ yang diperlukan untuk mengeluarkan sisa
sisa metabolisme, ginjal sebenarnya memiliki fungsi yang jauh lebih banyak. Ginjal penting
untuk mempertahankan keseimbangan air, garam dan elektrolit dan merupakan suatu kelenjar
endokrin yang mengeluarkan paling sedikit 3 hormon. Ginjal membantu mengontrol tekanan
darah dan sangat rentan mengalami kerusakan apabila tekanan darah terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
Secara anatomis organ urogenital terletak sebagian besar di rongga ekstraperitoneal kecuali
genitalia eksterna, dan terlindung oleh otot-otot dan organ-organ disekitarnya. Sehingga apabila
didapatkan cedera pada organ-organ urogenital perlu diperhatikan juga kemungkinan cedera
organ-organ disekitanya. Saluran urogenital (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, uretra)
dapat mengalami trauma karena luka tembus, trauma tumpul, penyinaran maupun cedera
Latrogenic akibat tindakan dokter pada saat operasi atau petugas medik lain.
Gejala yang paling banyak ditemukan adalah adanya darah pada urin (hematuria), berkurangnya
proses berkemih dan nyeri. Karena cedera atau trauma, limbah metabolic yang seharusnya dapat
dibuang lewat saluran kemih akan terganggu dan dapat berakibat fatal. Diagnosis dan
pengobatan yang tepat dapat mengurangi atau meminimalkan kerusakan menetap pada saluran
kemih.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan definisi trauma ginjal !
2. Sebutkan etiologi dari trauma ginjal ?
3. Apa saja klasifikasi pada trauma ginjal ?
4. Sebutkan manifestasi klinis dari trauma ginjal ?
5. Jelaskan patofisiologi dari diabetes trauma ginjal !
6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk penderita trauma ginjal ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita trauma ginjal ?
8. Apa saja komplikasi yang dapat muncul dari trauma ginjal ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma ginjal ?
1.3 TUJUAN
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
TRAUMA RENAL
A. PENGERTIAN
Trauma renal adalah terjadinya cedera pada panggul, punggung, dan abdomen
atas yang dapat menyebabkan memar, laserasi, atau ruptur aktual pada ginjal. (Brunerr &
Suddarth.2002).
Normalnya ginjal dilindungi oleh susunan tulang iga, muskulatur punggung
posterior, dan oleh lapisan dinding abdomen serta visera anterior. Semuanya dapat
digerakkan dan difiksasi hanya pada pedikel renal (batang pembuluh darah renal dan
ureter). Adanya cedera traumatik, menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh iga paling
bawah, sehingga terjadi konstusi dan ruptur. Fraktur iga atau fraktur prosesus transversus
lumbar vertebra atas dapat dihubungkan dengan kontusi renal atau laserasi.
Cedera dapat tumpul (kecelakaan lalu lintas, jatuh, cedera atletik, akibat pukulan)
atau penetrasi (luka tembak, luka tikam). Lalai dalam menggunakan sabuk pengaman
sangat berperan dalam menimbulkan trauma renal pada kecelakaan lalu lintas. Trauma
renal sering dihubungkan dengan cedera lain; lebih dari 80% pasien trauma renal
mengalami cedera pada organ internal yang lain.
B. ETIOLOGI
Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu :
1. Trauma tajam
Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman pada abdomen bagian atas atau
pinggang merupakan 10 20 % penyebab trauma pada ginjal di Indonesia.
2. Trauma iatrogenic
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau
radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography,
percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin
meningkatnya popularitas dari teknik teknik di atas, insidens trauma iatrogenik
semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah diperkenalkan ESWL. Biopsi
ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal .
3. Trauma tumpul
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan
lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma
akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat.
Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma
langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau
perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai
organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang
menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum.
Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima
arteri renalis yang menimbulkan trombosis.
Ada beberapa faktor yang turut menyebebkan terjadinya trauma ginjal. Ginjal
yang relatif mobile dapat bergerak mengenai costae atau corpus vertebrae, baik
karena trauma langsung ataupun tidak langsung akibat deselerasi. Kedua, trauma
yang demikian dapat menyebabkan peningkatan tekanan subcortical dan intracaliceal
yang cepat sehingga mengakibatkan terjadinya ruptur.
C. KLASIFIKASI
American Association for Surgery of Trauma membagi trauma ginjal atas 5 gradasi :
Grade 1 :
Kontusio renis
Terdapat perdarahan di ginjal tanpa kerusakan jaringan, kematian jaringan maupun
kerusakan kaliks
Hematuria dapat mikroskopik/ makroskopik
Pemeriksaan CT-scan normal
Grade 2
Hematom subkapsular atau perirenal yang tidak meluas, tanpa adanya kelainan
parenkim.
Grade 3
Laserasi ginjal tidak melebihi 1 cm
Tidak mengenai pelviokaliks
Tidak terjadi ekstravasasi.
Grade 4 :
Laserasi lebih dari 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks atau ekstravasasi urin
Laserasi yang mengenai korteks, medulla, dan pelviokaliks.
Grade 5 :
Cedera pembuluh darah utama
Avulsi pembuluh darah gangguan perdarahan ginjal
Laserasi luas pada beberapa tempat
Mekanisme dan keparahan cedera. Trauma renal digolongkan berdasarkan
mekanisme cedera (tumpul versus penetrasi), lokasi anatomis, atau keparahan cedera.
D. MANIFESTASI KLINIK
Nyeri
Hematuria
Mual dan muntah
Distensi abdomen
Syok hipovolemik
Nyeri pada bagian punggung
Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar
Massa di rongga panggul
Ekimosis
Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul
E. PATOFISIOLOGI
Secara anatomis ginjal dilindungi oleh susunan tulang iga, otot punggung
posterior, lapisan dinding abdomen, serta visera anterior. Oleh Karena itu, cidera ginjal
tidak jarang diikuti oleh cidera organ organ yang mengitarinya.
Adanya cidera traumatic, menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh iga paling
bawah shingga terjadi kontusi dan ruptur. Fraktur iga atau fraktur prosesus transverses
lumbar vertebra atas dapat dihubungkan dengan kontusi renal atau laserasi. Cidera dapat
tumpul (kecelakaan lalu lintas, jatuh, cidera atletik, akibat pukulan) atau penetrasi (luka
tembak, luka tikam)
Ketidakdisiplinan dalam menggunakan sabuk pengaman akan memberikan reaksi
goncangan ginjal didalam rongga retroperitoneum dan menyebabkan regangan pedikel
ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis. Robekan ini akan
memeacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan
thrombosis arteri renalis beserta cabang cabangnya. Kondisi adanya penyakit pada
ginjal seperti hidronefrosis, kista ginjal, atau tumor ginjal akan memperberat suatu
trauma pada kerusakan struktur ginjal.
Cidera ginjal akan menyebabkan menifestasi kontusi, laserasi, rupture dan cidera
pedikel renal, atau laserasi internal kecil pada ginjal. Secara fisiologis, ginjal menerima
setengah dari aliran darah aorta abdominal, oleh karena itu meskipun hanya terdapat
laserasi renal yang kecil, namun hal ini dapat menyebabkan perdarahan yang banyak.
Cidera ginjal akan memberikan berbagai manifestasi masalah keperawatan.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Klasifikasi beratnya trauma sehingga dapat dilakukan penenganan yang tepat dan
menentukan prognosisnya
2. Menyingkirkan keadaan ginjal patologis pre trauma
3. Mengevaluasi keadaan ginjal kontralateral
4. Mengevaluasi keadaan organ intra abdomen lainnya
a Plain Photo
Adanya obliterasi psoas shadow menunjukkan hematom retroperitoneaal atau
ekstravasasi urin. Udara usus pindah dari posisinya. Pada tulang tampak fraktur prosesus
transversalis vertebra atau fraktur iga.(Donovan , 1994)
c CT Scan
Staging trauma ginjal paling akurat dilakukan dengan sarana CT scan. Teknik
noninvasiv ini secara jelas memperlihatkan laserasi parenkim dan ekstravasasi urin,
mengetahui infark parenkim segmental, mengetahui ukuran dan lokasi hematom
retroperitoneal, identifikasi jaringan nonviable serta cedera terhadap organ sekitar seperti
lien, hepar, pankreas dan kolon (Geehan , 2003). CT scan telah menggantikan pemakaian
IVU dan arteriogram.Pada kondisi akut, IVU menggantikan arteriografi karena secara
akurat dapat memperlihatkan cedera arteri baik arteri utama atau segmental. Saat ini
telah diperkenalkan suatu helical CT scanner yang mampu melakukan imaging dalam
waktu 10 menit pada trauma abdomen (Brandes , 2003).
d Arteriografi
Bila pada pemeriksaan sebelumnya tidak semuanya dikerjakan, maka arteriografi
bisa memperlihatkan cedera parenkim dan arteri utama. Trombosis arteri dan avulsi
pedikel ginjal terbaik didiagnosis dengan arteriografi terutama pada ginjal yang
nonvisualized dengan IVU. Penyebab utama ginjal nonvisualized pada IVU adalah avulsi
total pedikel, trombosis arteri, kontusio parenkim berat yang menyebabkan spasme
vaskuler. Penyebab lain adalah memang tidak adanya ginjal baik karena kongenital atau
operasi sebelumnya.(Mc Aninch , 2000)
G. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan observasi
tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh), kemungkinan adanya penambahan masa di pinggang,
adanya pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglombin dan perubahan warna urin
pada pemeriksaan urin. Trauma ginjal minor 85% dengan hematuri akan berhenti dan sembuh
secara spontan. Bed rest dilakukan sampai hematuri berhenti.
2. Eksplorasi
a) Indikasi Absolut
Indikasi absolut adalah adanya perdarahan ginjal persisten yang ditandai oleh adanya
hematom retroperitoneal yang meluas dan berdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi
vasa renalis utama pada pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
b) Indikasi Relatif
1) Jaringan Nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relatif untuk dilakukan eksplorasi.
2) Ekstravasasi Urin
Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila ekstravasasi menetap maka
membutuhkan intervensi bedah.
3) Incomplete Staging
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan pemeriksaan imaging untuk
menilai derajat trauma ginjal. Adanya incomplete staging memerlukan pemeriksaan imaging
dahulu atau eksplorasi /rekonstruksi ginjal. Pada pasien dengan kondisi tidak stabil yang
memerlukan tindakan laparotomi segera, pemeriksaan imaging yang bisa dilakukan hanyalah one
shot IVU di meja operasi. Bila hasil IVU abnormal atau tidak jelas atau adanya perdarahan
persisten pada ginjal harus dilakukan eksplorasi ginjal.
4) Trombosis Arteri
Trombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal soliter dibutuhkan eksplorasi segera
dan revaskularisasi.
5) Trauma Tembus
Pada trauma tembus indikasi absolut dilakukan eksplorasi adalah perdarahan arteri
persisten. Hampir semua trauma tembus renal dilakukan tindakan bedah. Perkecualian adalah
trauma ginjal tanpa adanya penetrasi peluru intraperitoneum Luka tusuk sebelah posterior linea
aksilaris posterior relatif tidak melibatkan cedera organ lain.(Brandes, 2003)
3. Teknik Operasi
H. KOMPLIKASI
Komplikasi dini terjadi dalam bulan pertama setelah injuri, dan dapat terjadi
perdarahan, infeksi, perinefrik abses, sepsis, fistula urinaria, hipertensi, extravasi urinaria,
dan urinoma. Adapun komplikasi yang tertunda, yaitu perdarahan, hidronefrosis,
pembentukan calculi, pyelonefritis kronik, hipertensi, arterivenous fistula,
pseudoaneurisma.
Hipertensi dapat terjadi secara akut sebagai akibat dari kompresi eksternal, karena
hematoma perirenal dan membuat jaringan ginjal iskemik.
Renin - yang dimediasi hipertensi dapat terjadi jangka panjang sebagai akibat
dari komplikasi; etiologinya termasuk trombosis arteri ginjal, trombosis arteri segmental,
dan fistula arteriovenosa. Arteriografi dapat memberi informasi dalam kasus-kasus pasca-
trauma hipertensi.
Ekstravasasi urin setelah dilakukan rekonstruksi pada ginjal sering reda tanpa
intervensi selama obstruksi saluran kemih dan infeksi biasanya tidak ada. Saluran kemih,
stenting retrograde dapat memperbaiki drainase dan memungkinkan penyembuhan.
Ekstravasasi urin yang persisten dari ginjal dinyatakan layak setelah trauma tumpul
sering merespon stent penempatan dan / atau drainase perkutan.
B. PENGKAJIAN
a) Pengkajian primer
a. Airway
- Kaji penyebab terjadinya obstruksi atau gangguan jalan nafas seperti
tersedak adanya benda asing
- Non obstruksi, kaji penyebab adanya trauma medula spinalis
b. Breathing
- Kaji penyebab adanya penurunan kesadaran
- Kaji penyebab adanya fraktur iga
- Kaji penyebab adanya cyanosis sentral sekitar mulut
c. Circulation
- Kaji penyebab adanya gangguan berhubungan dengan darah dan
pembuluh darah
- Kaji penyebab adanya perdarahan
- Kaji penyebab nadi tidak teratur
- Kaji penyebab CRT lebih dari 2 detik
- Kaji penyebab cyanosis perifer
- Kaji penyebab pucat
Neurologi
- Nilai GCS (E : M: V: )
- Kesadaran kuantitatif
d. Diasability
- Pupil isokor , anisokor
- Refleks cahaya
- Besar pupil
e. Exprosure
- Kaji adanya luka atau jejas
f. Folley catheter
- Pemasangan kateter
- Urine yang dikeluarkan
- Warna urine
Trauma ginjal
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan; ginjal b/d trauma
Tujuan : setelah dilakukuan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
mempertahankan fungsi enal agar tetap maksimal
Kh :
tekanan systole dan diastole dalam rentang yg dihapkan
ttv normal
N Intervensi Rasional
o
Kh:
klien mampu mengontrol nyeri
melaporkan nyeri brkurang dengan manajemen nyeri
menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkrang
N Intervensi Rasional
o
2 Bedrest dan atur posisi yang Posisi yang nyaman dapat membantu
nyaman bagi pasien meminimalkan nyeri
3 Anjurkan pasien untuk Nyeri akut tercetus pada area ginjal oleh
menghindari posisi yang menekan penekanan
daerah lumbal
N Intervensi Rasional
o
4. Resiko syok hipovolemik b/d pengeluaran darah masin pada arteri renal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan volume
teratasi
Kh:
N Intervensi Rasional
o
N Intervensi Rasional
o