Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
askep
Classic
Beranda
1.
KOTA BINJAI
DI
OLEH :
1. Deni ariansyah
2. Chairul saleh
AKADEMI KEPERAWATAN SEHAT BINJAI
T.A 2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat limpahan rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovascular Hipertensi di Ruang Mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham Binjai.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan
ilmiah ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan moril maupun materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak H. Hasan Basri Nasution,SKM,M.Kes selaku Ketua Yayasan Akademi Keperawatan Sehat Binjai
2. Bapak Ilham Syahputra Siregar,S.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan Sehat Binjai
3. Bapak Dr.Mahim M.S Siregar Mars selaku Direktur RSUD RM Djoelham Kota Binjai
4. Ibu Tukinem AMK selaku Kepala Ruangan Mengkudu yang banyak membantu dalam proses penyelesaian laporan kasus ini
5. Ibu Rahayu Kumala Dewi,S.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah member pengarahan dalam menyusun laporan kasus ini
7. Kepada orang tua tercinta yang telah member dukungan baik itu moril maupun materil, serta selalu mendoakan penulisa dalam menjalankan pendidikan di Akademi Keperawatan
Sehat Binjai
8. Rekan mahasiswa/i Akper Sehat Binjai atas motivasi serta saran dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga laporan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada
umumnya, semoga Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Amiin
DAFTAR ISI
2.1.1. . Defenisi
2.1.3. . Etiologi
2.1.4. . Patofisiologi
2.1.5. . Tanda dan gejala
2.1.6. . Komplikasi
2.1.7. . Penatalaksanaan
2.1.8. Pencegahan
2.1.9. Pengobatan
2.2.1. . Pengertian
2.2.3. . Intervensi
2.2.4. . Implementasi
2.2.5... Evaluasi
BAB III ................................................................................................................. : TINJAUAN KASUS
4.4.............................................................................................................................. Pelaksanaan
4.5.............................................................................................................................. Evaluasi
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh dokter
yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi
2 yaitu : Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik, Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4%, yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor
resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA (multinational monitoring kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar 2-18%
diberbagai daerah, jadi di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.
(Weblog, ririns)
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini menyelubungi
perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang penting. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik. Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila
hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal ginjal mekanis.
Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh ferifer dan beban
aktif ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastolik. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas.
Hipertensi biasanya dimulai diam-diam umumnya setelah usia 30 tahun atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap
awal, tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau
tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini kita membicarakan hipertensi labil. Atau jika angkanya terletak
diatas kesasaran normal, kita menyebutnya hipertensi perbatasan namun, jika angkanya diatas normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap stabil hipertensi
kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi, dari 200/120
samapi 250-140.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg di defenisikan sebagai normal pada tekanan darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan
sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur kedua lengan iga dalam jangka beberapa minggu.
(weblog, Wikipedia-indonesia/)
1.2 Ruang lingkup
Dalam penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus yaitu Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovascular Hipertensi di Ruang
Mengkudu di RSUD DR.RM Djoelham Kota Binjai.
Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang Mengkudu RSUD Dr. RM
Djoelham kota binjai.
b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai
d. Mampu melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada Tn.M dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai.
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini adalah metode kognitif yang metode ilmiah yang bersifat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan
metode deskriptif yang memaparkan pokok masalah yaitu dengan cara :
a. Study kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang mengacu dan berhubungan dengan pembahasan yang dibahas pada kardiovascular hipertensi
b. Study kasus
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau melaksanakan asuhan keperawatan langsung pada pasien melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.
- Wawancara
Yaitu melakukan wawancara langsung pada pasien maupun pada kelurga pasien dan juga perawat yang ada diruangan tersebut untuk memperoleh keterangan yang jelas, baik
subjektif maupun objektif.
- Dokumentasi
Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien dan medical record.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Imu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik
yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suau pola yang khas. (Wolff.2006 : h 62)
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang
hipertensi ringan dan sedang gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Anderson : 2006. h 582)
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya
penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu
resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (weblog, wikipedia indonesia)
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara
peredaran melalui saluran tubuh.
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas
dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus
untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal
atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi.
Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit.
Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena
sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah
dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan
perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan
ini menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg.
Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.
Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada
kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan
diatas vena, gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu
diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya
pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar yang
konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer.
Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)
2.1.3 Etiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi seperti
umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang mempengaruhi
seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi vascular renal dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer. 2001 : h 518)
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau noredinefrin (noradrenalin)
kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki
kenaikan yang diturunkan stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
(Weblog, Wikipedia indonesia)
2.1.4 Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena
penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung
akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa
(penurunan fraksieleksi) penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa
jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya compliance
pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran
hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik
ventrikel kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)
2.1.5 Tanda dan Gejala
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama, untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri bawah, pada
kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium,
selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih normal, bila
berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan
aliran darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h 442)
2.1.6 Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal jantung,
pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)
2.1.7 Penatalaksanaan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap penyakit
kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan aktivitas
susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)
2.1.8 Pencegahan
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat membakar lemak
yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan stress.
2.1.9 Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution treatmori of high blood preasure
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
c. Antoganis kalsium
g. Vasodilatov
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa
Menjaga kestabilan BB
Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi,
biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.
(Iyert el, al, 1996)
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui berbagai
permasalahan yang ada.
1. Aktivitas istirahat
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat,
pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat
pengguna diuretik.
- Kongestiva
6. Neurosensori
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
8. Pernapasan
- Sianosis
9. Keamanan
10. Pembelajaran/Penyebab
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus
didukung oleh data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan
gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala
yang menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan
hilang secara spontan setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien.
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al (2000) adalah :
Diagnosa keperawatan I
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan
gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :
Pantau TD
Catat keberadaan
Rasionalisasi
Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah kaskuler
Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan curah jantung
Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan penyakit hipertensi
Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga tak menurunkan TD
Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.
Diagnosa Keperawatan II
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada saat
bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan.
Intervensi :
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi
Rasionalisasi :
Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat / memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komlikasinya
Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral
Diagnosa IV
Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi untuk mengatasinya
Rasionalisasi :
Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh
Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil
Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori dapat menurunkan BB 0,5 kg/hari
Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan
Diagnosa V
Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa yang tidak menentu dan tidak berdaya.
Diagnosa keperawatan IV
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima informasi
Intervensi :
Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut
Rasionalisasi :
Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular
Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan beban
kerja miokardium.
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h
11)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan
kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien tindakan.
Diagnosa keperawatan I :
Memantau TD
Mencatat keberadaan
Diagnosa keperawatan II :
Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi
Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Diagnosa keperawatan V
Diagnosa keperawatan VI :
Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)
Diagnosa I
Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
Diagnosa II
Diagnosa III
Diagnosa IV
Diagnosa V
Diagnosa VI
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
a. Identitas Pengkajian
Nama : Tn.M
Umur : 60 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun
No.Register : 06-46-47
Golongan Darah : O
Nama : Tn.D
Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun
Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu pasien
juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.
Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa kepada Allah
SWT, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan saudara.