Vous êtes sur la page 1sur 5

ANALISIS KASUS

Seorang anak laki-laki usia 10 tahun 11 bulan datang ke RS dengan keluhan


utama demam tinggi sejak 6 hari SMRS. Demam tinggi mendadak, terus menerus,
dan hanya turun sebentar dengan pemberian parasetamol. Tidak ada hari bebas
demam. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut dan nyeri ulu hati sejak 3 hari SMRS.
Nyeri disertai mual dan muntah 2x, berisi air dan makanan. Pasien juga
mengeluhkan batuk kering, dahak sulit keluar, sesekali. Saat di IGD, demam masih
tinggi dan hasil laboratorium menunjukkan adanya peningkatan hematokrit dan
trombositopenia sehingga pasien dirawat inapkan di RS. BAB dan BAK lancar.

Berdasarkan data anamnesis untuk pasien dengan keluhan demam kurang dari 7
hari memiliki banyak diagnosis banding. Menurut WHO, diagnosis banding demam
kurang dari 7 hari antara lain ISPA, pneumonia, otitis media, sinusitis, meningitis,
campak, demam dengue, demam berdarah dengue, chikunguya, rubella, demam
pascavaksinasi, gastroenteritis, tonsilofaringitis, dll.1

Pada kasus pasien tersebut, demam tinggi mendadak dan terus menerus
merupakan ciri khas dari demam yang disebabkan oleh infeksi virus, salah satunya
adalah demam dengue atau demam berdarah dengue. Demam dengue merupakan
merupakan sindrom benigna yang disebabkan oleh arthropod borne viruses,
yakni virus dengue. Hingga saat ini dikenal empat serotipe yaitu DEN-1,DEN-
2,DEN-3 dan DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan memicu imunitas protektif
terhadap serotipe tersebut tetapi tidak terhadap serotipe yang lain, sehingga infeksi
kedua akan memberikan dampak yang lebih buruk. Hal ini dikenal sebagai
fenomena yang disebut antibody dependent enhancement (ADE), dimana antibodi
akibat serotipe pertama memperberat infeksi serotipe kedua.2

Demam dengue memiliki ciri demam bifasik, mialgia atau atralgia, ruam,
leukopeni dan limfadenopati. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit
demam akibat virus dengue yang berat dan sering kali fatal. 3
Gambar 1. Spektrum Klinis DD dan DBD

Adapun kriteria diagnosis demam dengue antara lain:4


1. demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus menerus,
bifasik.
2. Manifestasi perdarahan baik spontan seperti petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena,
maupun berupa uji torniquet positif
3. Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbita
4. Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau di
sekitar rumah
5. Leukopenia <4000/mm3
6. Trombositopenia <100.000/mm3
Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan adanya dua atau lebih
tanda dan gejala lain, diagnosis klinis demam dengue dapat ditegakkan. Pada kasus
ini, pasien memiliki manifestasi klinis demam dengue, antara lain demam tinggi
mendadak dan terus menerus, kurang dari 7 hari, serta tidak turun dengan
pemberian parasetamol. Kemudian saat di IGD, pasien sempat dilakukan uji
torniquet dan didapatkan hasil (+), yakni dengan jumlah bintik perdarahan >10,
meskipun tidak disertai perdarahan aktif. Selain itu, pada pemeriksaan
laboratorium, ditemukan jumlah trombosit hanya berjumlah 67.000/L
(trombositopenia). 4
DBD dibedakan dari DD berdasarkan adanya peningkatan permeabilitas
vaskuler dan bukan dari adanya perdarahan. Pasien dengan demam dengue (DD)
dapat mengalami perdarahan berat walaupun tidak memenuhi kriteria WHO untuk
DBD. 1 Patofisiologi yang terpenting dan menentukan derajat penyakit ialah adanya
perembesan plasma dan kelainan hemostasis yang akan bermanifestasi sebagai
peningkatan hematokrit dan trombositopenia. Adanya perembesan plasma ini
membedakan demam dengue dan demam berdarah dengue.5,6 Pada demam berdarah
dengue, kriteria diagnosis sama dengan demam dengue ditambah dengan kebocoran
plasma, yang ditandai dengan salah satu tanda /gejala:4
1. Peningkatan nilai hematokrit >20% dari pemeriksaan awal atau dari data
populasi menurut umur
2. Ditemukan adanya efusi pleura, asites
3. Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
Pada pasien ini memang terdapat peningkatan nilai hematokrit, yakni 44%.
Berdasarkan data populasi menurut umur, nilai hematokrit normal pada anak usia
10 tahun adalah 35-42%. Jadi, belum terjadi peningkatan hematokrit yang
signifikan hingga >20%. Pada anak, saat dirawat mulai ditemukan adanya ruam
kemerahan di kedua tangan dan kaki. Demam dengue dapat dibagi menjadi 2 fase,
yakni fase demam / febril dan fase penyembuhan / afebril. Sementara demam
berdarah dengue dapat dibagi menjadi 3 fase, antara lain fase demam, dilanjutkan
dengan fase kritis (hari ke 4-6) dan terakhir fase penyembuhan. Pada fase
penyembuhan sendiri, baik pada demam dengue maupun demam berdarah dengue
biasanya dapat muncul ruam konvalesens atau pruritus. Hal ini menunjukkan bahwa
demam dengue telah masuk ke dalam fase penyembuhan / konvalesens.4,6,7
Selain demam dengue, pasien ditemukan adanya nyeri ulu hati dan nyeri perut,
disertai mual dan muntah, terutama saat setelah makan. Pasien juga memiliki
riwayat sakit maag 6 bulan yang lalu. Hal ini menunjukkan klinis kuat penyakit
gastritis pasien kambuh, yang bisa dipicu oleh berbagai faktor. Gastritis terjadi
karena ketidakseimbangan antara faktor agresor dan faktor protektor lambung,
diperparah dengan faktor risiko anak senang mengonsumsi makanan gorengan dan
pedas. Pola makan tidak teratur juga menjadi faktor risiko gastritis.
Penatalaksanaan kasus DD bersifat simptomatis dan suportif. Pada kasus ini
pasien tirah baring selama fase demam akut, diberikan obat-obatan golongan
antipiretik yakni parasetamol untuk menjaga suhu tubuh tetap dibawah 40C.
Ibuprofen sebaiknya tidak digunakan karena meningkatkan risiko perdarahan yang
akan memperburuk kondisi pasien. Pasien juga diberikan cairan infus kristaloid,
yakni Ringer Laktat. Cairan yang diberikan guna memenuhi kebutuhan rumatan,
dan mencegah dehidrasi akibat muntah.4,8,9 Isprinol merupakan obat yang
mengandung methisoprinol untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
mempercepat penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh virus. Obat-obatan lain
yang diberikan adalah untuk mengurangi gejala, seperti ondansentron untuk
muntah, ranitidin untuk mengurangi produksi asam lambung. Psidii syrup diberikan
untuk meningkatkan jumlah trombosit pasien. Salbutamol dan acitral untuk batuk
yang dialami pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Garna H, Nataprawira HMD, Alam A, penyunting. Proceedings Book 13th


National Congress of Child Health. KONIKA XIII. Bandung, July 4-7,
2005.
2. Trihono PP, Syarif DR, Amir I, Kurniati N, penyunting. Current
Management of Pediatrics Problems. Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVI. Jakarta 5-6 September 2006.
3. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Textbook of
Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders; 2009.
4. Hadinegoro SR, Moedjito I, Chairulfatah. Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: UKK Infeksi dan
Penyakit Tropis; 2016.
5. Soedarmo SSP. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Jakarta : UI Press;
2008.
6. Halstead CB. Dengue hemorrhagic fever: two infections and antibody
dependent enhancement, a brief history and personal memoir . Rev Cubana
Med Trop 2010; 54(3): 171-79.
7. Soewondo ES. Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue Pengelolaan
pada Penderita Dewasa. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XIII.
Surabaya 12-13 September 2008.
8. World Health Organization Regional Office for South East Asia. Prevention
and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever : Comprehensive
Guidelines. New Delhi : WHO; 2009.
9. Hadinegoro SRS,Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana Demam
Dengue/Demam Berdarah Dengue pada Anak. Naskah Lengkap Pelatihan
bagi Dokter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam
tatalaksana Kasus DBD. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2009.

Vous aimerez peut-être aussi