Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB 2

PEMBAHASAN PIODERMA

2.1 Pengertian
Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit,
dengan kata lain artinya kulit bernanah. Dalam definisi di literatur pioderma adalah infeksi
kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus beta hemoliticus.
Infeksi pada kulit ini dapat bersifat superfisial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda
(lebih dalam mencapai dermis).
Jenis infeksi superfisial contohnya seperti, impetigo nonbulosa, impetigo bulosa,
ektima, folikulitis, furunkel, dan karbunkel. Jenis infeksi profunda adalah selulitis, erisipelas,
flegmon, abses multiple kelenjar keringat, hidradenitis.

2.2 Etiologi
Penyebab yang utama dari pioderma adalah Staphylococcus B hemolyticus,
Streptococcus aureus.

2.3 Faktor Predisposisi


1) Higiene yang kurang
2) Menurunnya daya tahan tubuh, biasanya karena kelelahan, anemia, atau penyakit-
penyakit tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma, dan diabetes melitus
3) Telah ada penyakit lain di kulit, hal ini dapat merangsang terjadinya pioderma yang
hampir bisa dipastikan akan memperparah penyakit kulit sebelumnya tersebut, hal
itu juga terjadi karena fungsi kulit sebagai pelindung yang terganggu oleh penyakit.

2.4 Patofisiologis
Bakteri masuk kedalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis yang tampak
sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri, pada keadaan yang berat dapat disertai demam,
malaise, mual dan muntah. Setelah dua sampai empat hari terjadi proses supurasi dan
terbentuk abses yang dapat diketahui dengan terjadinya fluktuasi, ada bagian tengah lesi
terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nikrotik yang disebut mata bisul (core).
Bila penyebaran bakteri lebih dalam atau lebih luas terjadi selulitis. Pada pasien
Diabetes militus furunkel sering kambuh terutama dengan hygiene yang jelek.

3
2.5 Klasifikasi
Pioderma terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya
biasanya satu macam mikroorganisme.
2) Pioderma Sekunder
Pioderma yang terjadi pada kulit yang sebelumnya telah ada penyakit kulit.
Gambaran klinisnya menjadi tidak khas dan kadang ditemukan lebih dari satu organisme
pada pemeriksaan. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder maka disebut
impetigenisata. Tanda impetigenisata adalah munculnya pustule, pus, bula purulen, krusta
berwarna kuning kehijauan, pembesaran KGB regional, leukositosis, dan dapat pula disertai
demam.

2.6 Bentuk Pioderma


1) Impetigo
Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis). Terdapat tiga jenis
dari impetigo, yaitu:
a) Impetigo krustosa (impetigo kantagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury
Fox), disebabkan biasanya oleh Streptococcus B hemolyticus. Gejala umum tidak menyertai.
Predileksi di wajah, yakni sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi
dari daerah tersebut. UKK berupa eritem dan vesikel yang cepat memecah sehingga akan
terlihat krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika krusta dilepaskan akan tampak erosi
dibawahnya, sering menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Komplikasi,
glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh sero tipe tertentu. Diagnosis bandingnya
adalah Ektima. Pengobatan yang dipakai jika krusta sedikit, lepaskan krusta dan diberi
antibiotic. Jika banyak berikan antibiotic sistemik.

4
b) Impetigo bulosa (Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet), penyebab biasanya
adalah Staphylococcus aureus, keadaan umum tidak dipengaruhi, dengan predileksi di daerah
ketiak, dada, punggung. Sering bersama miliaria. Kelainan kulit berupa eritema, bula dan
bula hipopion. Kadang saat datang berobat bula sudah pecah dan yang tampak hanyalah
koleret dan dasarnya masih eritematosa. Diagnosis banding dari impetigo ini adalah
dermatofitosis (jika sudah pecah dan tampak koleret). Pengobatannya pecahkan bula, lalu
berikan antibiotic salep atau cairan antiseptic. Jika bula/vesikel banyak maka berikan pula
antibiotic sistemik.
c) Impetigo neonatorum, varian impetigo bulosa yang terjadi pada neonatus.
Kelainan sama dengan impetigo bulosa hanya saja bisa terjadi pada seluruh tubuh dan disertai
demam. Diagnosis bandingnya adalah sifilis congenital. Pengobatannya adalah antibiotic
sistemik, untuk topical dapat diberikan bedak salisil 2%

2) Folikulitis
Radang pada folikel rambut, biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Terbagi menjadi dua jenis:
a) Folikulitis Superfisial (terbatas didalam epidermis). Nama lainnya adalah
impetigo Bockhart, tempat predileksi adalah tungkai bawah. UKK berupa papul
atau pustule yang eritematosa, di tengahnya terdapat rambut. Biasanya multiple.
b) Folikulitis Profunda (sampai ke subkutan). Gambaran klinis sama, selain itu juga
teraba infiltrate di subkutan. Contohnya sikosis barbae, bersifat bilateral.
Diagnosis banding penyakit ini adalah tinea barbae. Pengobatan dipakai antibiotic
sistemik/topical dan cari faktor predisposisinya.

5
3) Furunkel/Karbunkel
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari sebuah disebut
furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Biasanya disebabkan oleh Staphylococcus
aureus. Keluhan yang muncul adalah nyeri, dengan UKK berupa nodus eritem berbentuk
kerucut dengan pustule ditengahnya. Kemudian melunak menjadi abses berisi pus dan
jaringan nekrotik lalu memecah membentuk fistel. Predileksi adalah tempat yang banyak
friksi, misalnya aksila dan bokong. Pengobatan jika hanya sedikit furunkel, cukup dengan
antibiotic topical, jika banyak perlu gabungan dengan antibiotic sistemik. Jika terjadi
furunkulosis atau karbunkel berulang-ulang cari faktor predisposisi, misalnya diabetes
mellitus.

4) Ektima
Ektima ialah ulkus superficial dengan krusta diatasnya disebabkan infeksi
Streptococcus, biasanya Streptococcus B hemolyticus. Gejala yang tampak adalah krusta tebal
berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relative banyak trauma. Jika
krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang dangkal. Diagnosis bandingnya adalah
impetigo krustosa, perbedaannya, impetigo krustosa sering terjadi pada anak dan berlokasi di
muka dan dasarnya adalah erosi, ektima terjadi pada anak maupun dewasa tempat predileksi
tungkai bawah dan dasarnya adalah ulkus.
Pengobatan yang dipakai adalah krusta diangkat dan disalep antibiotic. Jika banyak,
gabungkan dengan antibiotic sistemik.

6
5) Pionika
Radang sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya biasanya Staphylococcus dan/atau
Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinis dari penyakit ini adalah didahului trauma, mulai
infeksi pada lipatan kuku, terlihat tanda-tanda radang dan menjalar ke matriks dan lempeng
kuku, dapat terbentuk abses subungual.
Pengobatan kompres dengan larutan antiseptic dan berikan antibiotic sistemik. Jika
terjadi abses subungual, kuku diekstraksi.

6) Erisipelas
Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B
hemolyticus. Gejala klinis, demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan
dermis, didahului dengan trauma, tempat predileksinya tungkai bawah. UKK yang utama
adalah eritema merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda radang
akut. Dapat disertai edem, vesikel dan bula. Terdapat leukosistosis.
Jika sering residif ditempat yang sama dapat terjadi elephantiasis. Diagnosis
bandingnya adalah selulitis, namun pada penyakit ini infiltratnya di subkutan. Pengobatan
terutama adalah istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi),
pengobatan sistemik dengan antibiotic, topical diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptic. Jika terjadi edem diberikan diuretic.

7
7) Selulitis
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan lab, dan terapi
sama dengan erysipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate difus di subkutan dengan tanda-tanda
radang akut.

8) Flegmon
Selulitis yang mengalami supurasi. Terapi sama dengan selulitis hanya saja
ditambah dengan insisi.

9) Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus, gambaran klinisnya tidak khas dengan disertai pus diatasnya.
Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman gram negative sehingga perlu
dilakukan kultur.
10) Abses Multipel Kelenjar Keringat
Infeksi yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, pada kelenjar
keringat berupa abses multiple tak nyeri berbentuk kubah. Didapati pada anak dengan faktor
predisposisi berupa daya tahan tubuh yang menurun juga banyak keringat, sehingga sering
bersama denga miliaria. UKK berupa nodus eritema, multiple, tidak nyeri, berbentuk kubah
dan lama memecah. Lokasinya di tempat yang banyak keringat.
Diagnosis bandingnya adalah furunkulosis, namuan furunkulosis terasa nyeri dan
bentuknya seperti kerucut, dengan pustule ditengah dan lebih cepat memecah. Pengobatan
yaitu antibiotic topical dan sistemik dengan tidak lupa memperhatikan faktor predisposisi.

8
11) Hidradenitis
Infeksi kelenjar apokrin biasanya oleh Staphylococcus aureus. Sering didahului
oleh trauma, dengan gejala konstitusi berupa demam, malaise. Ruam berupa nodus, dengan
kelima tanda radang akut (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolesa). Kemudian dapat melunak
menjadi abses, dan memecah membentuk fistel yang disebut hidradenitis supuratif. Pada
yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, sinus yang multiple. Terbanyak berlokasi di
ketiak, juga di perineum. Terdapat leukositosis.
Diagnosis bandingnya adalah skrofuloderma, perbedaannya pada hidradenitis
didahului tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi. Pengobatan yang digunakan
adalah antibiotic sistemik, jika telah terbentuk abses, diinsisi. Jika belum melunak diberi
kompres terbuka, pada kasus yang kronik residif, kelenjar apokrin dieksisi.

12) S4 (Staphylococcal Scalded Skin Syndrome)


S4 pertama kali oleh Ritter von Rittershain, sehingga sering disebut penyakit Ritter.
S.S.S.S ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri yang khas
ialah terdapatnya epidermolisis. Penyakit ini terutama terdapat pada anak dibawah 5 tahun,
pria lebih banyak dari wanita. Etiologinya ialah Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55
dan/atau faga 71.

2.7 Tanda dan Gejala


1) Demam / Panas
2) Adanya Nodul
3) Mual, Muntah

9
4) Krusta
5) Nyeri
6) Gatal-gatal
7) Radang
8) Papul dan Prustul

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis
dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan
stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong,
invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.

2.9 Penatalaksanaan
1. Pada pengobatan umum kasus pioderma, factor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan
2. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma.
1) Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota
besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak
dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan
semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-
100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam
3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan.
Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi
dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase

10
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4
dosis.
2) Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu
dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak
yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16
mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4
dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin
resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis
pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi
dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek
sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh
adanya makanan dalam lambung.
3) Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member
rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3-4 dosis.
4) Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk
kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari
generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg
sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis.
5) Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma.
Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar
kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin,
neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-
gram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi,
jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak

11
digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap
atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan
permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 %
yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil
mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena
mengotori sprei dan mengiritasi kulit.

12
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a) Data subyektif:
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit,
terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi
sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
b) Data obyektif:
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis,
menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri,
porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien
bertanya tentang penyakitnya
2) Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b) Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma
d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus
f) Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya
3) Intervensi Keperawatan
a) Dx 1: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
1 Setelah diberikan asuhan Pantau suhu pasien Suhu 38,9 41OC
keperawatan x 24 jam, (derajat dan pola) menunjukkan proses
diharapkan suhu tubuh infeksius
menurun dengan kriteria Berikan kompres hangat Membantu mengurangi
hasil : demam
Suhu : 36,5 -37 C
0
Anjurkan pasien untuk Membantu mengurangi
banyak minum demam
Berikan antipiretik Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus

13
b) Dx 2: Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
2 Setelah dilakukan tindakan Kaji nyeri, misal lokasi Informasi memberikan
keperawatan ... x 24 jam, nyeri, frekuensi, durasi, data dasar untuk
diharapkan nyeri px dapat dan intensitas (skala 1- mengevaluasi kebutuhan/
terkontrol dengan kriteria 10), serta tindakan keefektifan intervensi
hasil : penghilang nyeri yang
Pasien tidak tampak digunakan.
meringis Dorong penggunaan Memungkinkan klien
Skala nyeri 0 (tidak keterampilan manajemen untuk berpartisipasi secara
nyeri) nyeri (missal teknik aktif dan meningkatkan
Pasien tampak lebih relaksasi, visualisasi, rasa control.
rileks bimbingan imajinasi,
Ukuran pioderma tertawa, music, dan
mengecil sentuhan terapeutik)
Tingkatkan kenyamanan Meningkatkan relaksasi
dasar (missal teknik dan membantu
relaksasi, visualisasi, memfokuskan kembali
bimbingan imajinasi)dan perhatian.
aktivitas hiburan(missal :
music, televisi)
Evaluasi penghilang Tujuannya adalah control
nyeri/ control nyeri maksimum dengan
pengaruh minimum pada
aktivitas kegiatan sehari-
hari
Kembangkan rencana Rencana terorganisasi
manajemen nyeri mengembangkan
bersama klien dan tim kesempatan untuk control
medis. nyeri. Terutama dengan
nyeri kronis, klien/orang
terdekat harus aktif
menjadi partisipan dalam

14
manajemen nyeri di
rumah.
Berikan aktivitas Membantu mengurangi
terapeutik tepat sesuai konsentrasi nyeri yang
dengan kondisi dan usia dialami dan memfokuskan
pasien kembali perhatian
Berikan analgesic sesuai Nyeri adalah kompikasi
indikasi, missal morfin, tersering dari kanker,
metadon, atau campuran meskipun respon individu
narkotik IV khusus. berbeda. Saat perubahan
Pastikan hal tersebut penyakit/pengobatan
hanya untuk memberikan terjadi, penilaian dosis dan
analgesic dalam sehari. pemberian akan diperlukan
Ganti dari analgesic kerja
pendek menjadi kerja
panjang bila ada indikasi.

c) Dx 3: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma


Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
3 Setelah dilakukan tindakan Kaji/catat ukuran atau Memberikan informasi
keperawatan selama ... x warna, kedalaman luka dasar tentang kebutuhan
24 jam diharapkan dan kondisi sekitar luka dan petunjuk tentang
kerusakan integritas kulit sirkulasi
dapat teratasi, dengan Anjurkan pasien untuk Menjaga kebersihan kulit
kriteria hasil : menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi
Px menyatakan dengan cara mandi sehari
ketidaknyamanannya 2 kali
hilang Lindungi kulit yang sehat Maserasi pada kulit yang
Px menunjukkan terhadap kemungkinan sehat dapat menyebabkan
perilaku/tekhnik untuk maserasi pecahnya kulit dan
mencegah kerusakan perluasan kelainan primer
kulit/memudahkan Beri nasehat kepada Pioderma memerlukan air

15
penyembuhan sesuai pasien untuk menjaga agar fleksibelitas kulit
indikasi agar kulit tetap lembab tetap terjaga. Pengolesan
Px dapat mencapai dan fleksibel dengan cream atau lotion untuk
penyembuhan luka pengolesan cream atau mencegah agar kulit tidak
sesuai lotion menjadi kasar, retak dan
waktu/penyembuhan bersisik
lesi terjadi Kolaborasi dalam Mencegah atau
pemberian obat topical mengontrol infeksi

d) Dx 4: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus


Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
4 Setelah dilakukan tindakan Kaji tingkat tidur pasien Untuk mengetahui kualitas
keperawatan selama x tidur pasien
24 jam kebutuhan tidur Anjurkan pasien untuk Cafein memiliki efek
klien dapat terpenuhi menghindari minuman puncak 2-4 jam sesudah
dengan kriteria hasil : yang mengandung cafein dikonsumsi
Klien tidur 6-8 jam menjelang tidur malam
dalam sehari hari
Anjurkan pasien untuk Memberikan efek yang
melakukan gerak badan menguntungkan untuk
secara teratur tidur jika dilakukan pada
sore hari
Anjurkan melakukan hal- Tindakan ini memudahkan
hal ritual rutin menjelang peralihan dari keadaan
tidur terjaga menjadi keadaan
Kolaborasi pemberian Memberikan obat
obat antihistamin diharapkan pasien dapat
tidur

e) Dx 5: Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus

16
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
5 Setelah dilakukan tindakan Berikan kesempatan Pasien membutuhkan
keperawatan selama ...x 24 untuk pengungkapan, pengalaman didengarkan
jam gangguan citra diri dengarkan dengan cara dan dipahami
teratasi dengan kriteria terbuka dan tidak
hasil : menghakimi untuk
Px dapat mengekspresikan
mengembangkan perasaan.
peningkatan kemauan Bantu pasien yang cemas Menetralkan kecemasan
untuk menerima dalam mengembangkan yang tidak perlu terjadi
keadaan diri kemampuan untuk dan memulihkan realitas
Px dapat mengikuti dan menilai diri dan situasi
turut berpartisipasi mengenali diri serta
dalam tindakan mengatasi masalah.
perawatan mandiri Dorong pasien untuk Membantu dalam
Px dapat melaporkan bersosialisasi dengan meningkatkan sosialisasi
perasaan dalam orang lain dan Bantu dan penerimaan diri
pengendalian situasi pasien kearah
Px dapat menguatkan penerimaan diri
kembali dukungan Kaji perubahan dari Menentukan bantuan
positif dari diri sendiri gangguan persepsi dan individual dalam
Px dapat mengutarakan hubungan dengan derajat menyusun rencana
perhatian terhadap diri ketidakmampuan perawatan atau pemilihan
sendiri yang lebih sehat intervensi
Px tampak tidak begitu Anjurkan klien untuk Menunjukkan penerimaan,
memprihatinkan mengekspresikan membantu klien untuk
kondisi perasaan, termasuk sikap mengenal dan mulai
Menggunakan tekhnik bermusuhan dan menyesuaikan dengan
menyembunyikan kemarahan perasaan tersebut
kekurangan dan
Pernyataan pengakuan Membantu klien untuk
menekankan tekhnik
terhadap penolakan melihat bahwa perawat
untuk meningkatkan
tubuh, mengingatkan menerima kedua bagian
penampilan
kembali fakta kejadian sebagai bagian dari

17
tentang realitas bahwa seluruh tubuh.
masih dapat Mengizinkan klien untuk
menggunakan sisi yang merasakan adanya harapan
sakit dan belajar dan mulai menerima
mengontrol sisi yang situasi baru
sehat
Dukungan perilaku atau Klien dapat beradaptasi
usaha, seperti terhadap perubahan dan
peningkatan minat atau pengertian tentang peran
partisipasi dalam individu di masa
aktivitas rehabilitasi mendatang
Bersama klien mencari Dukungan perawat pada
alternative koping yang klien dapat meningkatkan
positif rasa percaya diri klien

f) Dx 6: Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya


Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
6 Setelah diberikan asuhan Berikan petunjuk yang Pemberian intruksi yang
keperawatan diharapkan jelas dan rinci kepada jelas diperkuat dengan
infeksi berkurang dan tidak pasien mengenai instruksi tertulis
ada infeksi dengan kriteria program terapi
hasil : Nasehati pasien untuk Reaksi alergi dapat terjadi
Tidak ada tanda-tanda menghentikan pemakaian akibat setiap unsur yang
infeksi seperti kalor, setiap obat kulit yang ada dalam obat tersebut
rubor, dolor, tumor, memperburuk masalah
fungsiolesia Berikan terapi antibiotic Membunuh atau mencegah
sesuai instruksi dokter pertumbuhan
mikroorganisme penyebab
infeksi

18
Gunakan obat-obat Kortikosteroid memiliki
topical yang kerja anti inflamasi
mengandung
koortikosteroid sesuai
indikasi

19

Vous aimerez peut-être aussi