Vous êtes sur la page 1sur 109

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

RENCANA STRATEGIS DINAS TATA RUANG KOTA


DALAM MEREVITALISASI ALUN-ALUN UTARA
SURAKARTA

Disusun Oleh:

DESTA AMANA SHALIKHAH


D0107006

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
2011to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing

Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si.

NIP. 197505052008011033
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada hari :

Tanggal :

Panitia Penguji:

1. Ketua : Drs. Agung Priyono, M.Si. (.........................)


NIP. 195504231981031002

2. Sekretaris : Drs. Ali, M.Si. (.........................)


NIP. 195408301985031002

3. Penguji : Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si. (.........................)


NIP. 197505052008011033

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. H. Supriyadi SN., SU


NIP 195301281981031001

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan segenap cinta dan kasih sayangnya

selama ini. Terima kasih untuk dukungan dan doanya yang tiada henti. Semoga karya ini

dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan harapan kalian. Amin...

Kakak-kakakku (Mas Udin, Mbak Erni, Mas Dwi, Mbak Rila, Mbak Pipit, Pak Eko, Mbak

Novi, Pak Budi); Keponakanku (Ersa, Rizka, Dea, Akbar, Hana, Nayla) dan semua keluarga

besarku yang dengan tulus selalu mendoakan, memberikan dukungan dan juga

semangatnya,

Mas Sahid, terima kasih atas dukungan, dorongan, dan juga doanya. Terima kasih juga telah

mengajariku tentang kedewasaan

Sahabat-sahabatku (Farah, Juli, Mifta, Tresty, Mas Hendra). Terima kasih, kalian selalu ada

ketika aku dalam keadaan suka ataupun duka

Teman-temanku AN 07.

Almamaterku

Masa depanku

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya

(Q.S Al Baqarah 286)

Sesungguhnya bersaman kesulitan ada kemudahan. Maka apabila telah selesai

(dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

(Q.S. Al Insyirah 6 & 7)

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim..

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat

yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Rencana Strategis Dinas Tata Ruang Kota Dalam Merevitalisasi Alun-Alun

Utara Surakarta.

Skripsi ini disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat

akedemis untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini tanpa

mengurangi rasa hormat dan dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing atas

bimbingan yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi.

2. Ibu Dra Suprapti dan Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku pembimbng akedemik

yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.

3. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan FISIP UNS yang telah

memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi ini

4. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Administrasi atas ilmu yang diberikan

selama ini.
commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Dosen-dosen penguji

6. Bapak Ir. Yohanes Bambang Sri Nugroho selaku Kepala Dinas Tata Ruang

Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.

7. Bapak Jaka Santosa Agustanto, ST selaku Kasi Tata Bangunan Dan

Lingkungan; Bapak Joko Supriyanto, ST dan Bapak Kayato Hardeni, S.S

selaku staf bidang konservasi bangunan cagar budaya, dan para staf Dinas Tata

Ruang Kota Surakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan data

untuk penulisan skripsi ini.

8. KGPH Poeger selaku pihak Keraton Kasunanan Surakarta yang telah bersedia

menjadi informan dalam penelitian ini.

9. Sahabatku Farah, Juli, Mifta, Tresty, dan sahabat-sahabatku AN 07 yang telah

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan

terbuka untuk perbaikan skripsi ini kedepannya nanti. Semoga penulisan skripsi

ini berguna untuk pengembangan dan penelitian sebelumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta,
Penulis

Desta Amana Shalikhah

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI . ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi
ABSTRAK ......................................................................................................... xii
ABSTRACT . .... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perencanaan Strategis 10
2. Revitalisasi ............ 36
3. Revitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta ........................................... 38
B. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian ..................................................................................... 46
2. Lokasi Penelitian ................................................................................. 46
3. Sumber Data ........................................................................................ 47

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 48


5. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 48
6. Validitas Data ..................................................................................... 50
7. Teknik Analisa Data ............................................................................ 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi ................................................................................... 53
1. Kondisi Umum DTRK Surakarta .................................................... 53
1.1 Mandat, Tupoksi, DTRK ............................................................. 53
1.2 Visi dan Misi DTRK ................................................................... 55
1.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Organisasi DTRK ........................ 56
1.4 Struktur Organisasi DTRK .......................................................... 60
1.5 Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan ................................... 62
2. Kondisi Umum Alun-Alun Utara Surakarta 71
B. Hasil Penelitian. 74
B.1 Identifikasi Faktor Lingkungan.. 75
1. Lingkungan Internal.. 75
1.1 Kekuatan (Strength). 75
1.2 Kelemahan (Weakness) 79
2. Lingkungan Eksternal... 81
2.1 Peluang (Oppotrunities) ........... 81
2.2 Ancaman (Threat). 84
B.2 Identifikasi Isu Strategis. 86
B.3 Merumuskan Strategi Untuk Mengelola Isu... 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 102
B. Saran ........................................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1: Proses Perencanaan Strategis ...................................................... 16
Gambar 2.2: Matriks SWOT ............................................................................ 28
Gambar 2.3: Diagram Analisis SWOT ............................................................ 35
Gambar 2.4: Kerangka Pemikiran ........ 43
Gambar 3.1: Model Analisis Interaktif ............................................................ 52
Gambar 4.1: Struktur Organisasi DTRK .......................................................... 61

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1: Daftar Pertanyaan Tes Litmus ...................................................... 33
Tabel 4.1: Jumlah Pegawai DTRK Berdasarkan Jenis Kelamin..................... 63
Tabel 4.2: Jumlah Pegawai DTRK Berdasarkan Tingkat Pendidikan............ 64
Tabel 4.3: Jumlah Pegawai DTRK Berdasarkan Golongan Kepangkatan...... 65
Tabel 4.4: Matriks Analisis SWOT ................................................................. 87
Tabel 4.5: Matriks Isu Strategis ....................................................................... 90
Tabel 4.6: Hasil Analisis .............................................................................. 101

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

DESTA AMANA SHALIKHAH, D0107006, RENCANA STRATEGIS


DINAS TATA RUANG KOTA DALAM MEREVITALISASI ALUN-ALUN
UTARA SURAKARTA, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, 105
Halaman.

Alun-alun utara sebagai bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta


menjadi salah satu aset budaya yang memiliki nilai historis. Seiring dengan
perkembangan zaman alun-alun utara perlu diperhatikan agar nilai historis
kawasan alun-alun sebagai cagar budaya tetap terjaga. Cara yang dapat ditempuh
adalah dengan revitalisasi. Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana rencana
strategis Dinas Tata Ruang Kota dalam merevitalisasi alun-alun utara. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menyusun rencana strategis Dinas Tata Ruang Kota
dalam merevitalisasi alun-alun utara. Dengan menggunakan identifikasi faktor
internal dan eksternal maka diperoleh isu-isu stretegis yang akan digunakan Dinas
Tata Ruang Kota dalam melestarikan kawasan cagar budaya khususnya alun-alun
utara Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara
dilakukan dengan pihak-pihak yang mengetahui permasalahan penelitian seperti
Kepala Dinas Tata Ruang Kota, Kepala Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan,
Staf Bidang Konservasi Lingkungan dan Cagar Budaya, serta pihak Keraton
Kasunanan Surakarta. Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Dokumentasi dilakukan terhadap dokumen ataupun
buku-buku pedoman yang berhubungan dengan penelitian. Sedangkan observasi
yaitu pengamatan langsung mengenai kondisi di Dinas Tata Ruang Kota Surakarta
dan alun-alun utara. Validitas data yang digunakan adalah tringgulasi data yakni
menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisa datanya adalah
analisis interaktif dengan komponen yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan
simpulan.
Hasil penelitian menunjukkan dari analisis lingkungan internal dan
eksternal diperoleh isu yang paling strategis dengan skor 36 dari hasil tes litmus
yaitu menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi
alun-alun utara. Isu strategis tersebut selanjutnya menjadi strategi Dinas Tata
Ruang Kota Surakarta dalam merevitalisasi alun-alun utara dengan program
strategisnya sebagai berikut: 1) Membuat kelembagaan mengenai pengelolaan
bidang-bidang di kawasan alun-alun utara; 2) Menciptakan integritas di antara
instansi-instansi terkait dalam pelaksanaan revitalisasi sehingga dapat berjalan
lancar; 3) Meningkatkan standart kerja dalam revitalisasi alun-alun utara secara
efektif dan fleksibel untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Adapun saran dari penulis adalah sebaiknya segera dibentuk Perda cagar
budaya dan para staf DTRK sebaiknya dibekali dengan diklat tentang cagar
budaya.
commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

DESTA AMANA SHALIKHAH, D0107006, STRATEGIC PLAN AT


DEPARTEMENT OF CITY PLANNING TO REVITALIZE NORTH
PLAZA, Science Thesis, Administration Science, Faculty of Social and
Political Sciences, Sebelas Maret University, 2010, 105 pages.

North plaza is one part of Kasunanan Surakarta Palace that became one
of cultured asset which have historical value. According to development era, north
plaza Kasunanan palace Surakarta needed attention so the historical value of north
plaza area still protected. The attention can give in revitalization. The research
focus on how the strategic plan at department of city planning to revitalize of
north plaza Kasunanan Palace Surakarta. This research aims to arrange the
strategic plan at department of city planning to revitalize north plaza Kasunanan
Palace Surakarta. Identification internal and external factor are used to get
strategic issues will be used by department of city planning to conserve the culture
preserve especially north plaza.
This research method is descriptive kualitative. Technic are used for
collecting data are interview, observation, and documentation. Interview have
been done with people who have understand with this research problem which is
the chief of department of city planning, the chief of building and environmental,
the staff of conservation of culture preserve and environmental, and official from
Kasunanan Surakarta Palace. This research used purposive sampling to determine
the respondent. Documentation is collected from guidelines book that have
connectivity with this research. Meanwhile observation that has been used is
direct observation it is about condition in department of city planning and north
plaza. Validity data that used is trianggulasi data it is to examine the same data
from other sources. Technic that used for analyze data is interactive analysis with
component analysis are reduction data, presentation data, and conclusion making.
The result of the research show that from internal and external
environment analysis got the most strategic issue with 36 score from litmus test, it
is make corporation with connectivity instansi to optimal the potention from north
plaza. The strategic issue become strategic that used by department of city
planning to revitalize the north plaza with the strategic programs are: 1) To make
institution about management sectors in north plaza area; 2) To create integrity
between institutions in revitalizing to make it run well; 3) To improve labor
standard in revitalization of the north plaza with effective and flexibel to get an
optimal result.
As far suggestions is should be formed have to make regional regulation
about culture heritage and department of city planning staff provided education
and training on culture heritage.

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Tidak hanya

budaya yang lahir pada zaman sekarang, tetapi juga budaya yang lahir pada zaman

dahulu. Kerajaan-kerajaan yang hidup di Indonesia pada zaman dahulu telah

melahirkan banyak sekali peninggalan-peninggalan bersejarah. Bukti peninggalan

bersejarah pada masa kerajaan dapat dilihat dari adanya benda-benda dan

bangunan-bangunan yang khas dengan corak kehidupan kerajaan. Semua bukti

peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia baik peninggalan pada masa purba,

masa kerajaan, dan masa penjajahan semakin memperkaya obyek wisata di

Indonesia, yang kesemuanya menjadi andalan dan penggerak laju perekonomian

bangsa ini.

Budaya tidak hanya mencerminkan identitas suatu negara, tetapi juga

menjadi obyek wisata utama di seantero dunia. Tidak sedikit wisatawan yang

tertarik pada hasil peninggalan masa lampau di kota bersejarah, kota tua pada

setiap negara yang mereka kunjungi. Trend wisata tersebut diberi nama heritage

tourism atau cultural heritage tourism. Salah satu daya tarik pariwisata yang

menarik di Indonesia adalah wisata peninggalan sejarah atau yang disebut wisata

heritage. Heritage, atau wisata berupa berbagai peninggalan dalam segala bentuk

bangunan, dinilai penting bukan hanya sebagai sebuah identitas kota dan negara,

tapi juga bernilai ekonomi serta memberi dampak


commit to user sosial.

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Kondisi yang terjadi saat ini adalah banyaknya peninggalan sejarah atau

heritage yang tidak terawat keadaanya atau bahkan terbengkalai. Selain kumuh

dan tidak terawat, banyak situs dan benda bersejarah yang berubah fungsi, bahkan

ada yang hilang. Hal ini sangat memprihatinkan, karena nilai dan fungsi asli

benda bersejarah menjadi hilang. Bangunan-bangunan yang seharusnya dapat

menjadi saksi sejarah di masa lampau sama sekali banyak yang tidak

mendapatkan perhatian cukup serius dari pemerintah, dan tinggal menunggu

waktu untuk punah dengan sendirinya. Tingkat kesadaran masyarakat yang masih

kurang menjadi kendala dalam pelestarian budaya ataupun obyek wisata yang

lain. Pada umumnya bangunan yang berpotensi wisata itu dibiarkan kotor, tidak

terawat tanpa solusi yang disepakati. Keadaan ini juga terjadi di kota Surakarta

yang notabene mempunyai banyak sekali warisan peninggalan bangunan

bersejarah yang berpotensi untuk dijadikan wisata heritage.

Kota Surakarta sebagai kota bersejarah yang lahir pada masa kerajaan

masih memiliki peninggalan-peninggalan bersejarah diantaranya alun-alun utara.

Alun-alun adalah tanah lapang yang berada di pusat sebuah kota yang pada zaman

dahulu merupakan milik kerajaan yang digunakan untuk melakukan upacara resmi

kerajaan dan kegiatan kultural kerajaan. Alun-alun juga menjadi tempat berlatih

perang (gladi yudha) bagi prajurit kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara

dan penyampaian titah (sabda) raja kepada kawula (rakyat). (Wikipedia Indonesia,

ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, 27 Oktober 2010)

Kawasan Alun-alun Surakarta sebagai salah satu peninggalan budaya dan

sejarah di Kota Surakarta pada dasarnya merupakan suatu kawasan yang memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

nilai historis dan merupakan sebuah kawasan yang memiliki warisan yang berupa

bangunan dan desain arsitektur tertentu yang mencirikan keadaan masa lalu

ataupun kondisi yang ada pada masa tersebut. Kawasan ini dulunya merupakan

bagian dari salah satu pusat pemerintahan kerajaan di Jawa Tengah (Keraton

Surakarta).

Alun-alun utara, yang merupakan salah satu dari dua nama alun-alun

yaitu alun-alun utara dan alun-alun selatan, yang menjadi salah satu bagian dari

Keraton Surakarta merupakan obyek wisata heritage yang menarik di Surakarta.

Selain merupakan bangunan heritage, alun-alun utara Surakarta juga menawarkan

wisata religi dan budaya, yang mempunyai nilai dan potensi ekonomi karena di

alun-alun utara lebih sering digunakan untuk berbagai acara kerajaan, misalnya

sekaten, malam satu Sura.

Sebagai suatu tempat dalam bentuk tanah lapang, alun-alun utara

mengalami perkembangan dalam pemanfaatannya., dimana pada masa Kerajaan

dulu alun-alun digunakan untuk acara kerajaan kemudian seiring dengan

perkembangan zaman alun-alun digunakan sebagai ruang publik yang dapat

diakses oleh semua kalangan. Namun dengan dijadikannya alun-alun sebagai

public space (ruang publik), malah menjadi bahan permasalahan bagi pemerintah

setempat. Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait dengan pemanfaatan

alun-alun utara sebagai ruang publik antara lain:

1. Tertutupnya keberadaan alun-alun sebagai kawasan yang mempunyai nilai

historis tinggi. Hal ini dikarenakan munculnya pedagang informal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

misalnya pedagang kaki lima yang nantinya akan mendatangkan masalah

terhadap kelestarian kawasan alun-alun utara Surakarta.

2. Lunturnya makna kompleks bangunan keraton dan alun-alun sebagai cagar

budaya. Penyebabnya adalah alun-alun yang dulunya sedemikian pesatnya

menjadi pelataran PKL dan parkir kendaraan wisata.

3. Munculnya kontradiksi dan konflik kepentingan antara aspek ekonomi

untuk mempertahankan sektor informal dengan aspek budaya untuk

mempertahankan obyek pariwisata Keraton Surakarta.

4. Adanya kecenderungan pemanfaatan ruang publik untuk kepentingan

sebagian orang yang menjadikan makna penggunaannya bergeser.

5. Hilangnya wajah kawasan alun-alun sebagai kawasan cagar budaya

sebagai dampak perkembangan aktivitas perdagangan dan nonbudaya

lainnya.

6. Hilangnya kesan estetika dan kesan monumental kawasan alun-alun

karena aktivitas perdagangan telah menimbulkan kekumuhan dan

kekotoran pada wajah kawasan. (http://google.com.alasan-revitalisasi-

alun-alun-utara-Surakarta, 27 Oktober 2010)

Dengan adanya beragam permasalahan yang ada di alun-alun utara

Surakarta, perlu adanya upaya perbaikan lingkungan, yaitu dengan revitalisasi.

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian

kota yang dulunya pernah hidup/vital, akan tetapi kemudian mengalami

kemunduran (www.google.com definisi-revitalisasi, 11 Oktober 2010). Hal

tersebut diperlukan mengingat bahwa kawasan bersejarah (cagar budaya) yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

tidak tertata dengan baik dikhawatirkan nantinya akan semakin buruk kondisinya

apabila tidak dilakukan penanganan yang serius. Kondisi yang demikian juga

merupakan ancaman yang serius bagi kota secara tidak langsung karena dapat

mempercepat penurunan kualitas fungsional, visual, maupun lingkungan. Untuk

itu, pelestarian dan revitalisasi alun-alun utara menjadi salah satu program

pemerintah kota Surakarta dalam rangka mewujudkan citra Solo sebagai Kota

Budaya. Upaya revitalisasi mengandung tiga hal pokok, yaitu:

1. Meningkatkan vitalitas yang ada

2. Menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar

3. Memberikan vitalitas baru

Strategi revitalisasi bagi kawasan bersejarah dipandang penting

mengingat:

1. Revitalisasi tidak hanya semata-mata melindungi kawasan historis,

melainkan juga mewadahi sejumlah fungsi lain, sebagai kawasan strategis

yang harus mampu memberi pengaruh bagi kawasan di sekitarnya,

memiliki dinamika perubahan tinggi serta mampu pula menyerap investasi

dalam jumlah besar, sehingga konservasi terhadap area historiskultural

menjadi sangat diperlukan.

2. Keberadaan asset historis yang tak lagi mendapat dukungan besar oleh

komunitasnya sering dianggap sebagai hal yang tidak fungsional dan

terabaikan diantara sejumlah besar kepentingan pragmatis, sehingga

revitalisasi untuk mendapatkan kembali daya hidup suatu asset historis

juga mutlak dibutuhkan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Usaha menghidupkan kembali kejayaan wilayah dengan dukungan semua

pihak baik masyarakat ataupun pemerintah kota merupakan usaha yang harus

dihargai. Hal itu sudah mendapatkan tanggapan yang positif dari pihak pemerintah

Kota Surakarta dan masyarakat luas dengan revitalisasi. Menurut Bapak Jaka,

Kepala Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

mengatakan bahwa

Upaya revitalisasi alun-alun utara Surakarta dilakukan dengan dasar


untuk mengembalikan kebudayaan seperti fungsinya semula, menjaga
keamanan dari para pedagang, selain itu revitalisasi ini juga digunakan
untuk mengembalikan image alun-alun sebagai bagian dari keraton
Surakarta yang sejalan dengan perwujudan harapan dan cita-cita Kota
Solo dan pemerintah Kota sebagai penyelenggaranya.

Dalam mewujudkan harapan dan cita-cita kota Solo, maka pemerintah

kota Surakarta melalui Dinas Tata Ruang Kota Surakarta harus siap menghadapi

kondisi lingkungan internal dan eksternal, yaitu dengan memperhatikan adanya

hambatan atau kendala yang mungkin timbul dalam revitalisasi alun-alun utara

serta mampu memanfaatkan peluang yang ada dalam kedua lingkungan tersebut.

Sehingga pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara dapat berjalan dengan efektif

dan strategis.

Adanya undang-undang nomor 32 tentang pelaksanaan pemerintahan

daerah dapat dijadikan peluang dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara

Surakarta. Karena dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut, maka

pemerintah daerah diberikan hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi

daerah, termasuk di dalamnya pengelolaan sektor tata kota dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Tata kota mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam

pembangunan daerah. Hal tersebut dikarenakan tata kota merupakan sektor vital

dalam proses pembangunan sebuah kota dan berpengaruh pada sektor-sektor

lainnya. Apabila tata kota tertata rapi dan dapat berjalan dengan baik, maka

pembangunan di kota tersebut akan dapat berjalan dengan lancar, begitu pula

dengan sektor lain seperti ekonomi, pariwisata, dan sebagainya akan tumbuh dan

berkembang dengan baik.

Selain adanya peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan

revitalisasi, munculnya hambatan juga harus diperhatikan. Hambatan pelaksanaan

revitalisasi diantaranya adalah karena adanya faktor biaya. Keterbatasan biaya

yang dimiliki oleh pemerintah, dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan

revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

Dengan adanya peluang dan tantangan tersebut, maka Dinas Tata Ruang

Kota harus jeli dalam melaksanakan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

Kejelian dan kecermatan dalam pelaksanaan revitalisasi diperlukan agar dapat

mewujudkan revitalisasi yang efektif dan strategis. Upaya untuk melaksanakan

revitalisasi dengan efisien dan strategis adalah dengan membuat suatu

perencanaan strategis. Perencanaan strategis adalah proses sistemik yang

disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara stakeholders tentang

prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi

(Michael Allison dan Jude Kaye, 2005:1). Perencanaan strategis khususnya

digunakan untuk mempertajam fokus organisasi agar semua sumber organisasi

digunakan secara optimal untuk melayani misi organisasi. Dengan perencanaan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

strategis, dapat digunakan untuk menentukan strategi yang paling tepat dari

revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut:

Bagaimana rencana strategis Dinas Tata Ruang Kota dalam merevitalisasi alun-

alun utara Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui strategi yang paling tepat untuk digunakan Dinas Tata Ruang

Kota dalam merevitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta.

2. Sebagai syarat guna meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran mengenai strategi yang paling tepat dalam

melaksanakan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

2. Memberikan sumbangan kepada Dinas Tata Ruang Kota berupa

pemikiran, saran-saran dalam melaksanakan revitalisasi dan dalam

mengembangkan kawasan heritage.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

3. Bagi penulis dapat menambah khasanah llmu pengetahuan, wawasan, dan

pengalaman

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis pada dasarnya adalah bagian dari manajemen

strategis, yaitu sebagai langkah awal dari manajemen strategis. Pemikiran tersebut

senada dengan pendapat John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, Jr (2008:5)

yang menyatakan bahwa:

Manajemen strategis sebagai suatu set keputusan dan tindakan yang


menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk
meraih tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategis mencakup
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusan dan
tindakan terkait strategi perusahaan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hadari Nawawi (2005:149) yang

mendefinisikan manajemen strategi sebagai berikut:

Manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar (disebut


perencanaan strategis) yang berorientasi pada jangkauan masa depan
yang jauh (disebut visi) dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen
puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipal) agar
memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi) dalam
usaha menghasilkan barang dan jasa serta pelayanan yang berkualitas,
dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan
strategik) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi.

Selain kedua pendapat diatas, pendapat yang menjelaskan perencanaan

strategi sebagai bagian dari manajemen strategi juga diungkapkan oleh Steiss

(dalam J. Salusu, 2003:500) bahwa perencanaan stratejik sebagai komponen dari

manajemen stratejik bertugas untuk memperjelas tujuan dan sasaran, memilih

berbagai kebijaksanaan, terutama commit to user


dalam memperoleh dan mengalokasikan sumber

10
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

daya, serta menciptakan suatu pedoman dalam menterjemahkan kebijaksanaan

organisasi.

Dari beberapa pendapat tersebut memberikan pemahaman bahwa

perencanaan strategis merupakan tahap yang paling penting dalam proses

manajemen strategis karena perencanaan strategis merupakan serangkaian

rencana, tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat oleh pimpinan puncak untuk

diimplementasikan seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi yang pada dasarnya mendorong organisasi untuk dapat melakukan

tugasnya dengan lebih baik.

Definisi mengenai perencanaan strategis secara lebih jelas seperti yang

dikemukakan oleh Olsen dan Eadie (dalam Bryson 2007: 4-5) sebagai berikut:

Perencanaan strategis sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat


keputusan dan tindakan-tindakan penting yang membentuk dan memandu
bagaimana menjadi organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan
organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas
lainnya) mengerjakan hal seperti itu.

Michael Allinson dan Jude Kaye (2005:1) menjelaskan perencanaan

strategis kalau dirumuskan secara sederhana adalah sebuah alat manajemen, dan

sama dengan setiap alat manajemen, alat itu hanya digunakan untuk satu maksud

saja, yaitu menolong organisasi melakukan tugasnya dengan lebih baik.

Perencanaan strategis dapat membantu organisasi memfokuskan visi dan

prioritasnya sebagai jawaban terhadap lingkungan yang berubah dan untuk

memastikan agar anggota-anggota organisasi itu bekerja kearah tujuan yang sama.

Pendek kata, perencanaan strategis adalah proses sistemik yang disepakati


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

organisasi dan membangun keterlibatan di antara stakeholder utama tentang

prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan koperasi.

Selain pendapat-pendapat diatas, masih ada lagi definisi perencanaan

strategis dalam International Journal European Planning Studies yaitu:

Strategic planning as the formulation of long-term organizational goals


and objectives, including the selection of the appropriate strategies to
achieve these goals and objectives. (Vol 17, No 2, page 2)

Perencanaan strategis merupakan perumusan tujuan organisasi jangka

panjang dan sasaran, termasuk pemilihan strategi yang tepat untuk mencapai

tujuan dan sasaran.

Selain itu, penjelasan tentang rencana strategi yang lain adalah dalam

International Journal California Management Review:

Strategic planning is a set of processes used by organizations for the


purposes of gaining a better view of the future, reaching a common
understanding among different parties about how the organization
should proceed, and aligning different interests toward a shared
goal.(Vol 51, No 2, page 3)

Perencanaan strategis adalah serangkaian proses yang digunakan oleh

organisasi untuk tujuan mendapatkan pandangan yang lebih baik di masa depan,

mencapai pemahaman bersama antara berbagai pihak tentang bagaimana

organisasi tersebut harus dilanjutkan, dan menyelaraskan kepentingan yang

berbeda menuju tujuan bersama.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa perencanaan

strategis penting dilakukan bagi suatu organisasi agar dapat melaksanakan

tugasnya sehingga dapat mencapai tujuan organisasi dengan lancar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar organisasi mampu

melihat secara objektif kondisi-kondisi eksternal dan internalnya, sehingga

organisasi-organisasi tersebut dapat mengantisipasi perubahan lingkungannya.

Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan

memiliki produk yang sesuai keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal

dari sumber daya yang ada. (Freddy Rangkuti, 2009:3)

Selain memiliki tujuan, perencanaan strategis juga memiliki beberapa

manfaat bagi suatu organisasi, yaitu:

a) Berfikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang efektif;

b) Memperjelas arah masa depan;

c) Menciptakan prioritas;

d) Membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi masa depan;

e) Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuatan

keputusan;

f) Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang yang

berada di bawah kontrol organisasi;

g) Membuat keputusan yang melintasi tingkat dan fungsi;

h) Memecahkan masalah utama organisasi;

i) Memperbaiki kinerja organisasi;

j) Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif;

k) Membangun kerja kelompok dan keahlian. (Bryson, 2007:12-13)

Menurut Bryson, meski perencanaan strategis dapat memberikan seluruh

manfaat di atas, tidak ada jaminan semuanya akan tersedia. Karena satu hal,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

perencanaan strategis hanyalah kumpulan konsep, prosedur, dan alat. Para

perencana perlu bersikap sangat hati-hati mengenai bagaimana mereka ikut serta

dalam perencanaan strategis, karena tidak semua pendekatan memiliki kegunaan

yang sama, karena beberapa syarat mempengaruhi keberhasilan penggunaan

masing-masing pendekatan.

Rencana strategis sangat beragam dalam bentuk dan isi. Bentuk yang

paling sederhana mungkin tidak lebih dari suatu pernyataan tidak tertulis dalam

pikiran para pembuat keputusan tentang misi organisasi dan apa yang seharusya

dilakukan organisasi. Namun pada umumnya dalam organisasi yang berskala

besar biasanya seorang pemimpin tidak memiliki informasi yang sangat detail

mengingat besarnya sumber daya yang harus dikelolanya. Sehingga ia

membutuhkan rencana untuk menjalankan organisasinya. Perencanaan strategis

bukanlah tujuan dalam perencanaan strategis itu sendiri, tetapi semata-mata

merupakan kumpulan konsep untuk membantu para pemimpin membuat

keputusan penting dan melakukan tindakan penting. Bahkan jika suatu proses

perencanaan strategis menimbulkan kesulitan dalam cara berfikir dan bertindak

strategis, proses perencanaan harus dikesampingkan bukan pemikiran dan

tindakannya! (Bryson, 2007:54). Jadi yang lebih diutamakan adalah apakah

perencanaan strategis tersebut dapat membantu pimpinan untuk dapat bertindak

strategis, bisa saja sebuah organisasi tidak membutuhkan rencana strategis sebab

memiliki seorang pemimpin yang mampu bertindak secara strategis. Namun

bagitu, Bryson beranggapan bahwa keberhasilan perencanaaan strategis juga

ditentukan oleh proses perencanaan itu sendiri.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Proses perencanaan strategis menurut Bryson (2007:55) terdiri dari

delapan langkah, yaitu:

1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis.

2. Mengidentifikasikan mandat organisasi.

3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi.

4. Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman

5. Menilai lingkungan internal: kekuatan dan kelemahan

6. Mengidentifikasikan isu strategis yang dihadapi organisasi.

7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu.

8. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.

Delapan langkah di atas harus mengarah pada tindakan, hasil, dan

evaluasi. Selain itu tindakan, hasil, dan evaluasi harus muncul di tiap-tiap langkah

dalam proses. Dengan kata lain, implementasi dan evaluasi tidak harus menunggu

hingga akhir, tetapi harus menjadi bagian yang menyatu dari proses dan terus

menerus. Pendek kata, selain delapan langkah tersebut, masih terdapat

implementasi dan evaluasi yang harus muncul dalam setiap langkah.

Alur proses perencanaan strategis digambarkan dalam bagan sebagai

berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Penjelasan mengenai proses perencanaan strategis delapan langkah adalah

sebagai berikut:

1. Memprakarsai dan menyepakati proses perencanaan strategis.

Tujuannya adalah menegosiasikan kesepakatan dengan orang-orang

penting pembuat keputusan (decision makers) atau pembentuk opini

(opinion leader) internal (dan mungkin eksternal) tentang seluruh upaya

perencanaan strategis dan langkah perencanaan yang terpenting.

Kesepakatan yang dimaksud adalah mencakup maksud upaya

perencanaan, langkah-langkah yang dilalui dalam proses, bentuk dan

jadwal pembuatan laporan; peran, fungsi, keanggotaan kelompok yang

berwenang mengatahui upaya tersebut; peran, fungsi, dan keanggotaan tim

perencana strategis; komitmen dari semua sumber daya yang diperlukan

bagi keberhasilan perencanaan strategis.

2. Memperjelas mandat organisasi

Mandat organisasi adalah tugas yang harus dijalankan oleh organisasi, dan

apa yang tidak boleh dilakukan oleh organisasi. Dengan mengetahui

mandat, maka dapat memperjelas arah organisasi di masa depan, mandat

ada yang bersifat formal, misalnya berupa undang-undang, perjanjian,

peraturan. Sedangkan bentuk mandat yang lain adalah mandat informal

misalnya berupa nilai-nilai sosial, cita-cita yang hidup di tengah

organisasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi

Misi organisasi yang berkaitan erat dengan mandat organisasi akan

memberikan pembenaran sosial bagi keberadaan organisasi. Memperjelas

misi/maksud berarti menetapkan di mana dan bagaimana organisasi akan

berkompetisi. Dalam organisasi publik dan nirlaba sebelum menetapkan

misi harus melakukan analisis terhadap stakeholders, karena kunci

keberhasilan dalam organisasi publik dan nirlaba adalah kepuasan

stakeholders.

4. Menilai Lingkungan eksternal

Tim perencana harus mengeksplorasi lingkungan di luar organisasi untuk

mengidentifikasikan peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi.

Sebenarnya, faktor di dalam merupakan faktor yang di kontrol oleh

organisasi dan faktor di luar adalah faktor yang tidak dikontrol oleh

organisasi.

Peluang dan ancaman dapat diketahui dengan memantau pelbagai

kekuatan dan kecenderungan politik, ekonomi, sosial, dan tekhnologi.

PESTs, merupakan akronim yang tepat bagi kekuatan dan kecenderungan

ini, karena organisasi biasanya harus berubah sebagai jawaban terhadap

kekuatan ataupun kecenderungan itu dan perubahan boleh jadi sangat

menyakitkan. Di samping PESTs, tim perencana strategis juga harus

memantau kelompok stakeholders yang beragam termasuk klien,

pelanggan, pembayar, pesaing, dan kolaborator.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

5. Menilai Lingkungan eksternal

Untuk dapat mengenali kekuasaan dan kelemahan internal, organisasi

dapat memantau sumber daya (inputs), strategi sekarang (process), dan

kinerja (outputs). Kinerja sebagai faktor penting dalam organisasi, karena

tanpa informasi kinerja dapat menciptakan dan memperkeras konflik

organisasional yang penting. Tanpa kriteria dan informasi kinerja tidak ada

cara untuk mengevaluasi keefektifan relatif strategi alternatif, alokasi

sumber daya, desain organisasi, dan distribusi kekuasaan.

6. Mengidentifikasikan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi.

Lima unsur pertama dari proses perencanaan strategis secara bersama-

sama melahirkan isu keenam, identifikasi isu strategis. Identifikasi isu

sttrategis berkaitan dengan persoalan kebijakan penting yang

mempengaruhi mandat, misi dan nilai, tingkat dan campuran produk atau

pelayanan, klien, pengguna atau pembayar, biaya keuangan dan

manajemen organisasi.

Perencanaan strategis memfokuskan pada tercapainya percampuran

yang terbaik antara organisasi dan lingkungannya. Oleh karena itu antara

mandat dan lingkungan eksternalnya dapat dipikirkan sebagai perencanaan

dari luar ke dalam. Sedangkan perhatian kepada misi dan nilai-nilai

maupun lingkungan internal dapat dianggap sebagai perencanaan dari

dalam ke luar. Dengan demikian, langkah identifikasi isu strategis benar-

benar penting untuk kelangsungan, keberhasilan, dan keefektifan

organisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

7. Merumuskan Strategi Untuk Mengelola Isu-Isu.

Strategi didefinisikan sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan,

keputusan, atau alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana

organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organisasi harus

mengerjakan hal itu. Strategi biasanya dikembangkan untuk mengatasi isu

strategi, dan juga untuk menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan

kebijakan pokok.

8. Menciptakan visi organisasi yang efektif untuk masa depan.

Dalam hal ini, organisasi hendaknya mengembangkan deskripsi mengenai

bagaimana seharusnya organisasi itu sehingga berhasil

mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensi yang

dimiliki. Yang termasuk dalam deskripsi tersebut adalah misi organisasi,

strategi dasarnya, kriteria kinerjanya, beberapa aturan keputusan penting,

dan standart etika yang diharapkan oleh seluruh pegawai.

Selain dari delapan langkah yang telah diuraikan di atas, masih ada lagi

tahapan yang harus ditempuh dalam proses perencanaan strategis. Tahapan

tersebut adalah tindakan atau lebih dikenal dengan implementasi strategi dan

tahap evaluasi strategi atau pengendalian.

Implementasi strategi adalah proses menjalankan strategi dan kebijakan

menjadi tindakan yang nyata atau kegiatan yang dapat dilaksanakan secara

realistis. Yang termasuk dalam kegiatan implementasi strategi adalah penyusunan

program, anggaran, dan prosedur. (Freddy Rangkuti, 2009:183-184)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Sedangkan evaluasi strategi adalah bentuk khusus dari pengendalian

organisasi yang memfokuskan kepada pengawasan dan evaluasi proses

manajemen strategis dengan maksud untuk meyakinkan bahwa hal tersebut secara

fungsi bisa berjalan. Pengendalian bertujuan untuk membuat sesuatu terjadi sesuai

dengan apa yang telah direncanakan. (Crown, 2007:137)

Berdasarkan delapan langkah proses perencanaan strategis di atas, dan

juga mendasarkan pada visi dan misi yang dimiliki Dinas Tata Ruang Kota

Surakarta, maka penelitian perencanaan strategis ini menggunakan tiga langkah

pokok, yaitu:

1. Analisis lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal

2. Identifikasi isu strategis

3. Perumusan strategi untuk mengelola isu.

Uraiannya sebagai berikut:

1. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan adalah:

Satu proses monitoring terhadap lingkungan organisasi yang bertujuan


untuk mengidentifikasikan peluang (opportunities) dan tantangan (threats)
yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya.
(Crown, 2007:38).

Allison dan Kaye (2005:15) menjelaskan bahwa:

Analisis lingkungan mengharuskan pengumpulan informasi mutakhir


tentang kekuatan dan kelemahan internal organisasi, dan peluang serta
ancaman eksternalnya penilaian yang akan memperhalus dan mungkin
menyusun ulang daftar pertanyaan kritis yang dihadapi organisasi dan
yang harus dihadapi oleh rencana strategis itu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

anaisis lingkungan berkaitan dengan lingkungan organisasi yang harus

diidentifikasi agar dapat mencapai tujuan organisasi.

Lingkungan organisasi yang dimaksud adalah lingkungan organisasi

internal dan lingkungan organisasi ekternal, yang keduanya perlu dianalisis.

Tujuan dari analisis lingkungan tersebut adalah agar organisasi dapat

mengantisipasi lingkungan organisasi sehingga dapat bereaksi secara cepat dan

tepat untuk kesuksesan organisasi.

Analisis lingkungan internal merupakan langkah untuk mengenali

kondisi dan situasi di dalam organisasi yang terkait dengan mandat, tugas dan

fungsi organisasi dalam mencapai tujuannya. Lingkungan internal memiliki dua

sisi, yaitu:

1. Kekuatan

Merupakan situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif, yang

memungkinkan organisasi memiliki keunggulan strategik dalam mencapai

sasarannya.

2. Kelemahan

Adalah situasi dan ketidakmampuan internal yang mengakibatkan

organisasi tidak dapat mencapai sasarannya.

Kategori yang termasuk dalam lingkungan internal menurut Bryson

(2007:145) adalah:

a. Sumber daya (input)

b. Strategi sekarang (proses)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

c. Kinerja (output)

Sedangkan menurut Crown (2007:42-43) komponenkomponen yang ada

dalam lingkungan internal yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

a. Aspek organisasi

- Jaringan komunikasi

- Struktur organisasi

- Hirarki tujuan

- Policy, prosedur, aturan

- Kemampuan tim manajemen

b. Aspek Pemasaran

- Segmentasi pasar

- Strategi produk

- Strategi harga

- Strategi promosi

- Strategi distribusi

c. Aspek Keuangan

- Likuiditas

- Profitabilitas

- Aktivitas

- Peluang investasi

d. Aspek Personel

- Hubungan ketenagakerjaan

- Perekrutan commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

- Program pelatihan

- Sistem penilaian performance

- Sistem insentif

- Tingkat absensi dan turnover karyawan

e. Aspek Produksi

- Layout fasilitas pabrik

- Penelitian dan pengembangan

- Penggunaan tekhnologi

- Pembelian bahan mentah

- Pengontrolan inventori

- Penggunaan sub-kontraktor.

Selain Crown dan Bryson, komponen variabel internal juga dijelaskan

oleh David Hunger dan Thomas L.Wheelen (2003:113) secara lebih ringkas,

yaitu:

a. Kekuatan ekonomi

b. Kekuatan tekhnologi

c. Kekuatan hukum-politik

d. Kekuatan sosio-kulutral.

Analisis lingkungan eksternal merupakan proses mengenali kondisi dan

situasi yang ada di luar organisasi agar organisasi dapat mencapai tujuannya.

Lingkungan eksternal terdiri dari dua sisi, yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

1. Peluang

Adalah situasi dan faktor eksternal yang membantu organisasi mencapai

atau bahkan bisa melampaui pencapaian sasarannya.

2. Ancaman

Yaitu faktor-faktor eksternal yang menyebabkan organisasi tidak dapat

mencapai sasarannya.

Bryson (2007:142) membagi lingkungan eksternal dalam empat kategori

yaitu:

a. Politik

b. Ekonomi

c. Sosial

d. Tekhnologi, yang selanjutnya keempat kategori disingkat menjadi PESTs.

Sedangkan menurut Crown (2007:41) komponen lingkungan eksternal

terdiri dari:

a. General environment

Terdiri dari komponen-komponen yang pada umumnya memiliki

cakupan yang luas dan tidak bisa segera diaplikasikan untuk mengelola

organisasi. Komponen tersebut adalah:

- Komponen sosial

Menjelaskan karakteristik dari masyarakat dimana organisasi berada.

- Komponen ekonomi

Menunjukkan bagaimana sumber daya didistribusikan dan

digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

- Komponen politik

Berisi semua elemen yang berhubungan dengan atau berurusan

dengan pemerintah.

- Komponen hukum

Berisi aturan-aturan yang harus dipenuhi.

- Komponen tekhnologi

Berisi pendekatan-pendekatan baru untuk memproduksi barang/jasa.

b. Opration environment

Terdiri dari komponen yang relatif lebih memberikan pengaruh spesifik

dan lebih cepat untuk pengelolaan organisasi. Komponennya meliputi:

- Komponen pelanggan

Menunjukkan karakteristik dan perilaku dari mereka yang membeli

barang atau jasa perusahaan.

- Komponen persaingan

Menujukkan dengan siapa organisasi/perusahaan harus berperang

dalam rangka memperoleh sumber daya.

- Komponen tenaga kerja

Terdiri dari faktor yang mempengaruhi supply tenaga kerja untuk

melakukan aktivitas-aktivitas organisasi.

- Komponen internasional

Terdiri dari semua faktor yang berhubungan dengan operasi

internasional perusahaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

David Hunger dan Thomas L. Wheleen (2003:113) menjelaskan lebih

ringkas mengenai komponen lingkungan eksternal yaitu:

a. Komunitas f. Pemerintah

b. Pesaing g. Kelompok kepentingan

c. Kreditur h. Pemegang saham

d. Pelanggan i. Pemasok

e. Karyawan/Serikat Pekerja j. Asosiasi perdagangan

Langkah analisis faktor lingkungan dalam penelitian perencanaan

strategis yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan analisis SWOT.

Pengertian analisis SWOT adalah sebagai berikut:

Menurut Freddy Rangkuti (2009:18-19) yang dimaksud dengan analisis

SWOT adalah:

Identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan stategi


perusahaan. SWOT merupakan singkatan dari lingkungan Internal
Strengths dan Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan
Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threaths)
dengan faktor internal kekuaan (strengths) dan kelemahan (weakness).

John A. Pearch dan Richard B. Robinson, Jr (2008:200) menjelaskan


bahwa:

SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan) dan Weakness


(kelemahan) internal dari suatu peusahaan serta Opportunities (peluang)
dan Threath (ancaman) lingkungan yang dihadapinya. Analisis SWOT
(SWOT analysis) merupakan teknik histori yang terkenal dimana para
manejer menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi
strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi
yang efektif diturunkan dari kesesuaian yang baik antara sumber daya
internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya
(peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan
kekuatan dan peluang perusahaan serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Dengan demikian analisis SWOT dapat memberikan gambaran mengenai

situasi strategi perusahaan yang dilakukan dengan membandingkan antara

lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang

dan ancaman) yang dihadapi organisasi. Alat yang digunakan untk menyusun

faktor-faktor strategi perusahaan dikenal dengan nama matriks SWOT.

Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan

dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks SWOT digambaran sebagai berikut:

Gambar 2.2

Matriks SWOT

IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

Tentukan 5-10 faktor- Tentukan 5-10 faktor-


faktor kekuatan internal faktor kelemahan
internal
EFAS
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkn kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang

TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber: Matriks Analisis SWOT (Freddy Rangkuti, 2009:31)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Strategi SO (Strenght-Opportunities)

Yaitu strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

merebut dan memanfaatan peluang sebesar-besarnya.

Strategi ST (Strenght-Threats)

Adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman.

Strategi WO (Weakness-Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi WT (Weakness-Threats)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimakan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2. Identifikasi Isu Strategis

Proses identifikasi isu strategis merupakan proses yang vital dalam

perencanaan strategis. Dikatakan vital karena identifikasi isu strategis sangat

berpengaruh pada keputusan yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa

yang dikerjakan, dan mengapa organisasi itu mengerjakannya. Peran identifikasi

isu strategis yang sangat penting dalam proses perencanaan strategis senada

dengan pendapat dari Bryson (2007:161);

Identifikasi isu strategis adalah jantung dalam proses perencanaan


strategis, yang sekaligus merupakan pilihan kebijakan pokok yang
mempengaruhi mandat, misi, nilai organisasi, tingkat dan perpaduan
produk atau jasa, klien atau pemakai biaya keuangan, organisasi, atau
manajemen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Identifikasi isu strategis memiliki tujuan untuk mengidentifikasikan

pilihan kebijakan pokok yang dilakukan oleh organisasi. Adapun manfaat yang

diperoleh dengan mengidentifikasikan isu strategis adalah:

a) Perhatian difokuskan kepada apa yang benar-benar penting. Arti penting

dari manfaat ini jangan diremehkan.

b) Perhatian difokuskan kepada isu, bukan jawaban. Semua konflik serius

yang sering muncul adalah tentang solusi terhadap masalah tanpa satupun

kejelasan mengenai apa masalahnya.

c) Identifikasi isu biasanya menciptakan semacam ketegangan yang berguna

yang diperlukan untuk mendorong perubahan organisasi.

d) Identifikasi isu strategis harus memberikan petunjuk yang bermanfaat

mengenai bagaimana memecahkan isu.

e) Memperjelas proses perencanaan strategis bagi para partisipan.

Selain beberapa manfaat di atas, identifikasi isu juga membantu

mengenali bahwa ada tiga macam bentuk isu strategis, yaitu;

1. Isu yang tidak membutuhkan tindakan sekarang, tetapi isu tersebut harus

terus dipantau.

2. Isu-isu yang bisa ditangani sebagai bagian dari lingkaran perencanaan

strategis regular organisasi.

3. Isu-isu yang memerlukan tanggapan segera dan karenanya tidak bisa

ditangani dengan cara yang lebih rutin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Untuk dapat mengidentifikasikan isu strategis, perlu adanya pendekatan.

Pendekatan tersebut menurut Barry seperti yang dikutip oleh Bryson (2007:171)

dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Pendekatan langsung

Pendekatan langsung mungkin yang paling berguna bagi sebagian besar

organisasi pemerintah dan organisasi nirlaba. Dalam pendekatan ini perencana

bergerak lurus dari peninjauan terhadap mandat, misi, dan SWOTs hingga

identifikasi isu strategis.

2. Pendekatan Sasaran

Merupakan pendekatan yang lebih terikat dengan teori perencanaan tradisional,

dimana pertama-tama organisasi membangun tujuan dan sasaran bagi dirinya

sendiri dan kemudian mengidentifikasikan isu-isu atau mengembangkan

strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.

3. Pendekatan visi keberhasilan

Merupakan pendekatan dimana organisasi diminta untuk mengembangkan

gambaran terbaik tentang dirinya sendiri di masa depan ketika organisasi

memenuhi misinya dan mencapai keberhasilan. Pendekatan ini amat

bermanfaat jika organisasi sulit mengidentifikasikan isu-isu strategis secara

langsung.

Apabila isu tersebut telah diidentifikasi, isu tersebut harus diurutkan

berdasarkan prioritas, logis, atau urutan temporal sebagai pendahuluan bagi

pengembangan strategi. Untuk mengembangkan beberapa ukuran tentang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

bagaimana strategi isu tersebut, maka digunakan Test Litmus atau Litmus test

yang telah dikembangkan oleh Hennepin.

Tes Litmus digunakan untuk menyaring isu-isu strategis. Di dalam tes

litmus, setiap isu strategis yang telah diidentifikasi kemudian diberi 13 pertanyaan

yang selanjutnya diberi penilaian. Isu yang memiliki skor tertinggi adalah isu

yang paling strategis. Sedangkan isu yang memiliki skor terendah adalah isu

operasional. Penilaianya adalah sebagai berikut:

a) Skor 1, untuk isu yang bersifat operasional

b) Skor 2, untuk isu yang cukup strategis

c) Skor 3, untuk isu yang sangat strategis.

Dari hasil perkalian antara jumlah soal dan skor, dipeoleh nilai terendah

adalah 13 dan nilai tertinggi adalah 39. Sehingga dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a) Nilai 13-21, berarti isu tersebut kurang strategis.

b) Nilai 22-30, berarti isu tersebut cukup strategis

c) Nilai 31-39, berarti isu tersebut sangat strategis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Table 2.1

Daftar Pertanyaan Test Litmus

No. Pertanyaan (1) (2) (3)

1. Kapan tantangan atau peluang isu-isu Sekarang Satu tahun Dua


strategis yang ada dihadapan anda? tahun/lebih
dari sekarang
2. Seberapa luas isu akan berpengaruh Unit atau divisi Beberapa Seluruh
pada organisasi anda? tunggal divisi departemen
3. Seberapa banyak resiko/peluang Kecil Sedang Besar
keuangan organisasi anda?
4. Apakah strategi pemecahan isu
membutuhkan:
a) Pengembangan sarana dan
Tidak Ya
program pelayanan baru
b) Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
sumber-sumber atau jumlah
pajak?
c) Perubahan signifikan dalam
ketetapan atau peraturan? Tidak Ya
d) Penambahan atau modifikasi
Tidak Ya
fasilitas?
e) Penambahan staf yang signifikan? Tidak Ya
5. Bagaiman pendekatan terbaik bagi Jelas, siap untuk Parameter Terbuka luas
pemecahan isu? diimplentasikan luas, agak
terperinci
6. Tingkat manajemen manakah yang Pengawas Kepala Kepala
dapat menetapkan bagaimana Staf lini Difisi Departeman
menanggulangi isu?
7. Konsekuensi apakah yang mungkin Ada gangguan, Kekacauan Kekacauan
terjadi bila isu itu tidak diselesaikan? inefisiensi pelayanan, pelayanan jika
kehilangan pjg, biaya bsr,
sumber merostnya
dana penghasilan
8. Seberapa banyak departeman lain Tidak ada Satu-tiga 4 atau lebih
dipengaruhi oleh isu ini dan harus
dilibatkan dalam pemecahan?
9. Bagaimana sensifitas isu ini terhadap Lunak Sedang Keras
nilai sosial, politik, religious, dan
kultural?
(Sumber: Bryson, 2007:184-185) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

3. Perumusan Strategi untuk Mengelola Isu

Menurut Allison dan Jude Kaye (2005:3) strategi merupakan prioritas

atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi. Strategi mencakup

pilihan-pilihan tentang bagimana cara terbaik untuk mencapai misi organisasi.

Strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program,

tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana

organisasi itu, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa organisasi

melakukannya. Oleh karena itu strategi merupakan perluasan dari misi, guna

menjembatani organisasi dengan lingkungannya. Strategi biasanya dikembangkan

untuk mengatasi isu strategi.

Di dalam analisis SWOT, strategi dibedakan menjadi empat macam,

yaitu strategi agresif, strategi diversifikasi, strategi turn-arround, dan strategi

defensive. Keempat strategi analisis SWOT digambarkan sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.3

Diagram Analisis SWOT

BERBAGAI PELUANG

3. Mendukung 1. Mendukung
Strategi turn-arround strategi agesif

KELEMAHAN
KEKUATAN
4. INTERNAL INTERNAL

4. Mendukung 2. Mendukung
Strategi defensive strategi diversifikasi

BERBAGAI ANCAMAN

(Sumber: Freddy Rangkuti, 2009:19)

Kuadran 1: strategi yang agresif

Yaitu strategi yang ditetapkan untuk menghadapi berbagai peluang lingkungan di

mana dimiliki berbagai kekuatan yang mendorong pemanfaatan berbagai peluang

tersebut. Strategi ini mengacu pada strategi pertumbuhan, dan diterapkan dalam

kondisi di mana organisasi dalam situasi yang menguntungkan.

Kuadran 2: strategi diversifikasi

Yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekarang untuk

membuka peluang jangka panjang dan menghadapi situasi lingkungan tidak

menguntungkan dalam produk atau pasar lain atau baru.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Kuadran 3: strategi turn-around

Merupakan strategi yang ditetapkan untuk mengambil berbagai langkah untuk

mengatasi kelemahan yang dihadapi secara internal agar peluang pasar dapat

dimanfaatkan.

Kuadran 4: strategi defensive

Yaitu strategi yang ditetapkan untuk menghadapi kondisi yang paling buruk

karena harus menghadapi tantangan besar yang bersumber pada lingkungan dan

pada waktu yang bersamaan dilanda berbagai kelemahan. Caranya adalah dengan

mengurangi atau merubah bentuk keterlibatan dalam produk atau pasar.

Jadi merumuskan strategi adalah merumuskan program-program strategi

atau alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk

mengelola isu. Pada tahap ini dirumuskan program-program strategis, alternatif-

alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk menanggapai

dan menyikapi isu strategis yang berada pada tahap sebelumnya.

2. Revitalisasi

Revitalisasi berasal dari kata re-vital-isasi. Kata re berarti kembali, kata

vital berarti penting dan kata isasi berarti proses. Jadi menurut bahasa, kata

revitalisasi berarti mementingkan kembali, dengan kata lain memfungsikan

kembali.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), revitalisasi berarti

perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai kegiatan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Sedangkan di dalam SK Walikota Surakarta No 646/116/1/1997

menyebutkan revitalisasi adalah merubah fungsi yang lebih sesuai, tanpa

melakukan perubahan menyeluruh atau hanya mengakibatkan dampak sekecil

mungkin. Revitalisasi sering disamakan artinya dengan adaptasi karena berupa

penyesuaian, yaitu menyesuaikan dengan perubahan zaman.

Sesuai dengan SK Walikota Surakarta No 646/116/1/1997, revitalisasi

merupakan bagian dari kegiatan konservasi. Konservasi sendiri diartikan sebagai

proses pengelolaan suatu tempat, khususnya menyangkut bagunan kuno atau

bersejarah, agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik,

mencakup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi, atau revitalisasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa revitalisasi merupakan suatu usaha untuk

menghidupkan kembali suatu tempat atau bangunan yang dilakukan oleh pihak-

pihak yang berkepentingan. Kegiatan revitalisasi bertujuan untuk mengubah suatu

tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai.

Tujuan dari kegiatan konservasi yang di dalamnya termasuk kegiatan

revitalisasi sesuai dengan SK Walikota No 646/166/1/1997 adalah:

a) Untuk menjaga, mempertahankan, dan mewariskan peninggalan budaya

berupa bangunan kuno/bersejarah.

b) Menjamin terwujudnya keberagaman atau variasi lingkungan binaan

sebagai tuntutan budaya masyarakat.

c) Meningkatkan nilai ekonomis bangunan kuno/bersejarah.

d) Menumbuhkan rasa kebanggaan dan kepercayaan diri yang kuat bagi

masyarakat kota Solo


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

3. Revitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta

Revitalisasi merupakan salah satu bentuk upaya pelestarian suatu

bangunan. Pelestarian bangunan berkaitan erat dengan identitas budaya suatu

daerah. Alun-alun utara Surakarta yang menjadi identitas budaya di Kota

Surakarta perlu mendapatkan revitalisasi yang nantinya akan mengembalikan

fungsi alun-alun seperti sediakala.

Revitalisasi alun-alun utara Surakarta dapat berarti pemfungsian kembali

atau pemanfaatan kembali serta pemberdayaan alun-alun utara seperti semula agar

lebih sesuai tanpa merubah secara keseluruhan makna alun-alun utara Surakarta

seperti saat pertama kali dibangun. Alun-alun utara yang saat ini sebagai ruang

publik dan dapat dimanfaatkan oleh semua orang, diharapkan dapat dihidupkan

dan dilestarikan kembali bersamaan dengan adanya revitalisasi yang dilakukan

tesebut. Dalam palaksanaan revitalisasi alun-alun utara Surakarta, Dinas Tata

Ruang Kota tidak akan melakukan perubahan fisik yang signifikan, karena hanya

berupa pelestarian saja, dan pelaksanaan revitalisasi diawali dengan perbaikan

saluran irigasi kawasan gladak sebelah timur. (Solopos, 22 September 2010).

Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana rencana strategis Dinas Tata

Ruang Kota dalam merevitalisasi alun-alun utara Surakarta. Rencana strategis

sendiri diartikan sebagai suatu upaya yang telah diproses sedemikian rupa dengan

melihat kondisi lingkungan organisasi yang ada, sehingga dapat dijadikan

pedoman bagi organisasi untuk dapat melakukan tugas-tugasnya dalam rangka

mencapai tujuan organisasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

Perencanaan strategis memiliki tujuan agar organisasi dalam melakukan

tugasnya dengan melihat kondisi lingkungan di sekitarnya baik internal maupun

eksternal sehingga organisasi tersebut mampu mengantisipasi perubahan

lingkungan yang ada. Perencanaan strategis penting untuk diketahui bagi suatu

organisasi agar dapat memfokuskan pada visi dan misinya sehingga dapat

melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan organisasi dengan lancar. Selain

memiliki tujuan yang bagus, perencanaan strategis juga dapat memberikan

manfaat yang baik bagi organisasi pelaksananya.

Di dalam penelitian ini, Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam

merevitalisasi alun-alun utara menggunakan tiga langkah yang merupakan bagian

dari proses perencanaan strategis menurut Bryson. Langkah-langkah tersebut

adalah:

1. Analisis lingkungan

Proses analisis lingkungan digunakan untuk mengetahui kondisi

lingkungan yang ada di sekitar organisasi dalam rangka merevitalisasi

alun-alun utara. Analisis lingkungan ini dilakukan dengan mengamati dan

memperhatikan adanya kondisi lingkungan internal yaitu dengan

mengetahui kekuatan dan kelemahan, serta lingkungan eksternal, yaitu

dengan memperhatikan peluang dan ancaman yang mungkin timbul

selama proses revitalisasi.

Di dalam penelitian ini, analisis lingkungan disajikan dengan

menggunakan matriks SWOT, yang digunakan untuk mengidentifikasikan

kondisi lingkungan dari sisi internal dan eksternal. SWOT merupakan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

singkatan dari Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities

(peluang), dan Threats (ancaman).

2. Identifikasi isu strategis.

Setelah proses analisis lingkungan dilakukan, langkah selanjutnya adalah

mengidentifikasi isu yang ada. Identifikasi isu berguna untuk mengetahui

apakah isu-isu yang ada selama proses revitalisasi merupakan isu strategis

atau isu operasional. Pengkategorian kedalam isu strategis atau isu

operasional dilakukan dengan menggunakan tes litmus.

3. Perumusan strategi untuk mengelola isu.

Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah merumuskan strategi yang

telah diidentifikasi untuk mengelola isu-isu yang ada. Merumuskan

strategi adalah merumuskan program-program strategi atau alternatif

kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk mengelola isu.

Pada tahap ini dirumuskan program-program strategis, alternative-

alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk

menanggapai dan menyikapi isu strategis yang berada pada tahap

sebelumnya. Dengan merumuskan strategi akan didapatkan strategi mana

yang paling tepat untuk memecahkan isu yang ada.

Di dalam penelitian ini, selain dipahami mengenai perencanaan strategis,

maka juga diperlukan pemahaman mengenai revitalisasi. Revitalisasi diartikan

sebagai upaya memanfaatkan kembali suatu obyek agar dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Jadi, revitalisasi alun-alun utara adalah upaya untuk

memanfaatkan kembali alun-alun utara agar dapat berfungsi kembali sebagai


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

mana maknanya. Dengan demikian, penelitian dengan judul Rencana Strategis

Dinas Tata Ruang Kota Dalam Merevitalisasi Alun-Alun Utara Surakarta

maksudnya adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang Kota

Surakarta untuk memanfaatkan kembali bangunan alun-alun utara Surakarta agar

dapat memiliki fungsi yang lebih sesuai dengan memperhatikan kondisi

lingkungan internal organisasi yang meliputi kekuatan dan kelemahan serta

kondisi lingkungan eksternal organisasi yang meliputi peluang dan ancaman, serta

mendasarkan pada visi, misi dan mandat Dinas Tata Ruang Kota Surakarta agar

dapat sesuai dengan tujuan dan sasarannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ditetapkan sebagai dasar dalam pengembangan

berbagai konsep maupun teori yang digunakan dalam penelitian ini dan

hubungannya dengan masalah yang dirumuskan. Kerangka pemikiran yang

ditetapkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan konsep perencanaan stategis.

Dalam penelitian ini membahas tentang salah satu potensi pariwisata

yang ada di Kota Surakarta yaitu alun-alun utara. Alun-alun utara merupakan

salah satu cagar budaya peninggalan sejarah yang merupakan bagian dari Keraton

Kasunanan Surakarta. Sebagai bagian dari sejarah yang menjadi salah satu simbol

daerah Surakarta, kondisi alun-alun utara Surakarta saat ini dapat dikatakan tidak

terawat, dan kadang disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak

bertanggungjawab. Untuk itulah pemerintah kota Surakarta melalui Dinas Tata

Ruang Kota melakukan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

Pelaksanaan revitalisasi yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang Kota

memerlukan suatu perencanaan strategis, karena dengan perencanaan strategis

dapat membantu Dinas Tata Ruang Kota mengetahui adanya kelemahan dan

kekuatan, serta tantangan dan peluang yang dihadapi dalam proses revitalisasi.

Proses perencanaan strategis dalam penelitian ini mengacu pada konsep

perencanaan strategis dari Bryson, dimana hal-hal yang akan dilakukan adalah

analisis lingkungan organisasi yang bersangkutan, identifikasi isu strategis, dan

perumusan strategis untuk mengelola isu. Adapun kerangka pemikiran penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran

Mandat, visi, misi

Dinas Tata Tuang Kota

Lingkungan Internal Lingkungan Eksternal


Dinas Tata Ruang Kota Dinas Tata Ruang Kota

Analisis SWOT

Identiikasi Isu Strategis

Strategi Revitalisasi

Alun-Alun Utara

Konseptualisasi:

a. Faktor internal: situasi dan kondisi dalam organisasi yang saling

mempengaruhi dan terkait dengan misi, mandat, tugas, dan fungsi organisasi

dalam mencapai tujuan.

b. Faktor eksternal: berbagai kecenderungan lingkungan dari luar organisasi

yang tidak dikendalikan oleh organisasi.

c. Analisis SWOT: metode yang dikembangkan untuk membantu


commit to user
memformulasikan suatu strategi.
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

d. Identifikasi isu strategi: pilihan kebijakan pokok yang mempengaruhi mandat,

misi, nilai organisasi, tingkat dan perpaduan produk atau jasa, klien atau

pemakai, biaya, keuangan, organisasi, atau manajemen.

e. Strategi: pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan

gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu

tertentu.

Penjelasan:

Kerangka pemikiran tersebut menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan

revitalisasi alun-alun utara Surakarta, diperlukan suatu perencanaan strategis agar

dapat mengetahui kondisi lingkungan yang ada selama proses revitalisasi.

Penyusunan rencana strategis yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan

alur berfikir penulis (gambar 2.4) adalah Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam

melakukan revitalisasi harus melihat adanya kondisi lingkungan yang meliputi

lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Selain itu, pelaksanaan revitalisasi

juga harus didasarkan pada mandat, visi, dan misi dari Dinas Tata Ruang Kota

Surakarta. Dari kondisi lingkungan yang ada baik internal maupun eksternal

kemudian dianalisis. Penganalisisanya adalah menggunakan analisis SWOT, yaitu

untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan (dalam lingkungan internal) serta

peluang dan ancaman (dalam lingkungan eksternal). Setelah analisis lingkungan

dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan isu strategis.

Pengidentifikasian isu-isu yang ada adalah dengan tes litmus. Dengan

mengidentifikasikan isu strategis akan dapat diketahui isu mana yang strategis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

atau tidak strategis, untuk kemudian isu tersebut dikelola hingga menjadi strategi

revitalisasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Kondisi Umum Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

1.1 Mandat, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan

amanah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,

pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah

dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan, dan kekhususan sebagai perwujudan Good Governance dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dinas Tata Ruang Kota Surakarta sebagai salah satu organisasi

penyelenggara pemerintahan daerah Surakarta dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Urusan Yang Menjadi

Kewenangan Pemerintahan Daerah. Selain itu, terdapat pula Peraturan Daerah

Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Kota Surakarta, khususnya Bab IV bagian kedelapan. Sebagai perwujudan

semangat untuk melaksanakan otonomi daerah dalam rangka menunjang


commit to user

53
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

kelancaran penyelenggaraan tugas, peraturan-peraturan tersebut ditindaklanjuti

dengan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18 tahun 2008 tentang Penjabaran

Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata kerja Dinas Tata Ruang Kota Surakarta.

Tugas Pokok Dinas tata Ruang Kota Surakarta adalah menyelenggarakan

urusan pemerintahan daerah di bidang pengembangan kota dan tata ruang kota

berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Sedangkan fungsi Dinas

Tata Ruang Kota adalah:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengembangan kota dan tata ruang

kota

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

pengembangan kota dan tata ruang kota

3. Pembinaan dan fasilitas di bidang pengembangan kota dan tata ruang kota;

4. Pelaksanaan tugas di bidang pengembangan kota dan tata ruang kota

5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan kota dan

tata ruang kota;

6. Pelaksanaan kesekretariatan dinas;

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

(Sumber: Renstra DTRK 2011-2015)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

1.2 Visi dan Misi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

a. Visi

Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut ke mana instansi

pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan

tetap eksis, antisipatif serta produktif. Visi adalah suatu gambaran menantang

tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan

instansi pemerintah. Dinas Tata Ruang Kota merumuskan visinya sebagai berikut:

Terwujudnya penataan ruang kota Solo yang berkarakter budaya dan

berwawasan lingkungan.

1. Penataan ruang artinya proses melaksanakan tata ruang

2. Berkarakter budaya artinya memiliki sifat dan sikap yang khas dan jelas sesuai

budaya

3. Kota Solo artinya kota yang berhubungan dengan aspek sejarah

4. Berwawasan lingkungan artinya berpedoman pada kualitas lingkungan yang

meliputi kebersihan, kesehatan, kenyamanan, dan keindahan.

Intinya visi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta senantiasa memberikan

arah dan pandangan dalam mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan

bangunan baik yang dilakukan oleh masyarakat, swasta, ataupun pemerintah.

b. Misi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi

pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan

misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintah dalam

penyelenggaraan pemerintahan negara.

Misi suatu instansi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

Misi juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki instansi pemerintah dari

peraturan perundangan atau penguasaan teknologi sesuai dengan strategi yang

telah dipilih. Misi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta adalah:

1. Mewujudkan pengendalian tata ruang;

2. Mewujudkan sistem pengendalian tata ruang yang meliputi perencanaan

dan pemanfaatan ruang melalui periijinan bangunan

3. Mewujudkan kota Solo sebagai eco cultural city;

4. Mewujudkan pencitraan kota yang beridentitas lokal;

5. Melestarikan bangunan cagar budaya.

Misi tersebut merupakan kondisi yang diinginkan dan merupakan

proyeksi ke depan, yang diharapkan dengan misi ini maka tujuan organisasi dapat

tercapai.

1.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Organisasi Dinas Tata Ruang Kota

Surakarta

a. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam

jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahunan. Tujuan ditetapkan dengan

mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan

analisis stratejik. Tujuan tidak harus dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

tetapi harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa

mendatang. Tujuan dari Dinas Tata Ruang Kota adalah:

1. Memperkuat karakter Solo sebagai kota budaya

2. Melestarikan artefak budaya

3. Melestarikan kawasan cagar budaya

4. Mewujudkan penataan ruang kawasan yang sesuai dengan pola ruang dan

struktur ruang kota

5. Terselenggaranya penataan kota sesuai dengan peruntukan ruang

6. Memperjelas jati diri kota Surakarta

7. Mengendalikan tata bangunan sesuai dengan daya dukung kota.

b. Sasaran

Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi

pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang

lebih pendek dari tujuan. Sasaran yang akan dicapai Dinas Tata Ruang Kota

adalah:

1. Terwujudnya identitas lokal

2. Terwujudnya pelestarian artefak budaya

3. Terwujudnya pelestarian kawasan cagar budaya

4. Terwujudnya pemeliharaan dan perlindungan cagar budaya

5. Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan cagar budaya

6. Terwujudnya penataan kota sesuai dengan peruntukan kawasan perkotaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

7. Tersusunya Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) atau Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan yang diprioritaskan sebagai

dasar penertiban dan perijinan pemanfaatan ruang

8. Terkendalinya pertumbuhan bangunan di Kota Surakarta

9. Tersedianya ruang publik dan tersusunnya pedoman pemanfaatan ruang

c. Strategi

Strategi adalah cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke

dalam kebijakan-kebijakan dan program-program.

1. Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman, pegangan atau

petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan program/kegiatan guna

tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, serta

visi dan misi instansi pemerintah.

Adapun strategi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam mencapai

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui kebijakan, diantaranya:

a. Melengkapi dokumen perencanaan tata ruang

b. Meningkatkan upaya pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya

melalui penyusunan pedoman dan penyebarluasan kebijakan tata ruang

c. Meningkatkan konservasi lingkungan dan kawasan/bangunan cagar

budaya yang selaras dengan jati diri kota

d. Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

2. Program

Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk

mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah

ataupun dalam rangka kerjasama dengan masyarakat, guna mencapai sasaran

tertentu.

Dinas Tata Ruang Kota mempunyai tiga program induk untuk

mewujudkan kebijakan organisasi. Program-program tersebut adalah:

1. Program perencanaan tata ruang

2. Program pemanfaatan ruang

3. Program pengendalian pemanfaatan ruang

3. Kegiatan

Kegiatan adalah penjabaran dari program kerja operasional yang telah

ditetapkan oleh organisasi yang berorientasi satu tahun. Selanjutnya dari masing-

masing program di atas, maka dirinci dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Program perencanaan tata ruang, kegiatannya:

a) Penyusunan dokumen perencanaan strategis

b) Penyusunan pedoman tentang karekter bangunan di Kota Surakarta

c) Penyusunan dokumen perencanaan kawasan cagar budaya

2. Program pemanfaatan tata ruang, kegiatannya adalah:

a) Meningkatkan penataan kawasan

b) Penyusunan kebijakan dalam pengendalian pemanfaatan ruang kota

c) Pengawasan pemanfaatan ruang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

3. Program pengendalian pemanfaatan ruang, kegiatannya adalah:

Koordinasi teknis perijinan, yang menghasilkan informasi tata ruang dan

tata bangunan.

1.4 Struktur Organisasi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

Struktur organisasi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta diatur dalam

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 19-K Tahun 2009. Peraturan tersebut

dijadikan sebagai pedoman uraian tugas jabatan struktural pada Dinas Tata Ruang

Kota. Peraturan tersebut merupakan penjabaran dari Peraturan Daerah Kota

Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Kota Surakarta. Struktur Organisasi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

digambarkan dalam gambar sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

1.5 Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan

Susunan organisasi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta terdiri dari:

a. Kepala Dinas

b. Sekretaris, membawahkan:

- Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan;

- Subbagian Keuangan;

- Subbagian Umum dan Kepegawaian

c. Bidang Tata Ruang, membawahkan:

- Seksi Perencanaan Tata Ruang;

- Seksi Evaluasi dan Pengendalian Ruang

d. Bidang Pemanfaatan Ruang, membawahkan:

- Seksi Kawasan Konservasi;

- Seksi Tata Guna Tanah dan Ruang Hijau

e. Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan, membawahkan:

- Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan;

- Seksi Pengendalian Tata Bangunan dan Lingkungan

f. Bidang Konservasi Bangunan Cagar Budaya, membawahkan:

- Seksi Pemeliharaan dan Perlindungan Bangunan Cagar Budaya

- Seksi Revitalisasi Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya

g. Kelompok Jabatan Fungsional

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Pegawai Dinas Tata Ruang Kota Surakarta terdiri dari orang-orang yang

bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing seperti yang tertera dalam

gambar sturktur organisasi di atas. Pegawai Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

terdiri dari satu orang Kepala Dinas, satu orang Kepala Bagian Tata Usaha, dan

satu orang Kepala Subdinas yang masing-masing membawahi dua seksi dan

beberapa staf. Berikut adalah tabel mengenai pegawai Dinas Tata Ruang Kota

Surakarta.

Tabel 4.1

Jumlah Pegawai Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 31

Perempuan 20

Total 51

(Sumber: Renstra DTRK)

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan pegawai

Dinas Tata Ruang Kota Surakarta adalah 51 orang, yang terdiri dari pegawai laki-

laki 31 orang dan pegawai perempuan 20 orang.

Pendidikan pegawai Dinas Tata Ruang Kota Surakarta bervariasi mulai

sekolah dasar sampai dengan jenjang Strata 2. Bagi pegawai yang mengenyam

tingkat pendidikan tinggi menyangkut kebutuhan bidang tugas dan beban kerja

yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

pendidikan pegawai Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Pegawai Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah

SD -

SMP 1

SMA 15

D-2 -

D-3 1

D-4 -

S-1 24

S-2 10

Total 51

(Sumber: Renstra DTRK)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

pegawai Dinas Tata Ruang Kota Surakarta di mulai dari tingkat SMP sampai

Strata 2. Dari 51 pegawai, pegawai yang berada di tingkat SMP sebanyak 1 orang,

SMA 15 orang, D-3 1 orang, S-1 sebanyak 24 orang, dan S-2 10 orang. Dari tabel

commit tobesar
di atas dapat dikatakan bahwa sebagian user pendidikan pegawai Dinas Tata
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

Ruang Kota Surakarta adalah Strata 1. Dengan demikian rata-rata pegawai telah

memiliki pendidikan yang tinggi.

Selain tingkat pendidikan, pegawai Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

juga dibedakan berdasarkan golongan kepangkatannya. Seperti yang terlihat

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Jumlah Pegawai Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

Berdasarkan Golongan Kepangkatan

Golongan Jumlah

I 1

II 4

III 41

IV 5

Total 51

(Sumber: Renstra DTRK)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan pegawai Dinas

Tata Ruang Kota sebanyak 51 orang, dilihat dari pangkat dan golongannya terdiri

dari 10 jenis kepangkatan mulai dari yang terendah yaitu Juru/ I c hingga tertinggi

yaitu Pembina Tingkat I/ IV b. Jumlah pegawai dengan golongan I sebanyak 1

orang, golongan II sebanyak 4 orang, golongan III terdiri dari 4 orang, dan

golongan IV terdiri dari 5 orang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan bidang-bidang yang ada dalam struktur organisasi Dinas

Tata Ruang Kota Surakarta, rencana revitalisasi alun-alun utara Surakarta

ditangani oleh Bidang Konservasi Bangunan Cagar Budaya. Hal tersebut

mengingat bahwa kawasan alun-alun merupakan bagian dari Keraton Kasunanan

Surakarta yang merupakan salah satu peninggalan sejarah yang menjadi cagar

budaya di Kota Surakarta.

Bidang Konservasi Bangunan Cagar Budaya adalah bidang yang

bertugas khusus dalam melaksanakan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

Bidang Konservasi Bangunan Cagar Budaya terdiri dari seorang Kepala Bidang.

Berdasarkan tugasnya, Kepala Bidang Konservasi Bangunan Cagar Budaya

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang konservasi bangunan cagar budaya. Uraian

tugasnya sebagai berikut:

a. Melaksanakan rencana kerja Bidang berdasarkan rencana strategis dan

rencana kerja Dinas

b. Memberi petunjuk, arahan, dan mendistribusikan tugas kepada bawahan

c. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan dinas sesuai

dengan bidang tugas.

d. Melaksanakan sistem pengendalian intern pelaksanaan kegiatan agar

efektif dan efisien sesuai peraturan perundangan yang berlaku

e. Menerapkan standart pelayanan minimal sesuai bidang tugas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

f. Merumuskan kebijakan teknis di bidang pemeliharaan, dan perlindungan

bangunan cagar budaya

g. Merumuskan kebijakan teknis di bidang revitalisasi kawasan dan

bangunan cagar budaya

h. Melaksanakan inventarisasi kawasan dan bangunan cagar budaya

i. Melaksanakan kajian teknis penetapan dan klasifikasi kawasan dan

bangunan cagar budaya

j. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi peran serta masyarakat dalam

pelaksanaan konservasi kawasan dan bangunan cagar budaya

k. Melaksanakan fasilitasi bimbingan teknis untuk pelatihan aparat di bidang

konservasi bangunan cagar budaya

l. Melaksanakan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja bidang

konservasi bangunan cagar budaya

m. Melaksanakan sosialisasi di bidang konservasi bangunan cagar budaya

n. Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik

o. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran

pelaksanaan tugas

p. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

q. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

Selain melaksanakan tugasnya sendiri, Kepala Bidang Konservasi

Bangunan Cagar Budaya membawahi:

1. Seksi Pemeliharaan, dan Perlindungan Bangunan Cagar Budaya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

2. Seksi Revitalisasi Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya

Kepala Seksi Pemeliharaan, Perlindungan Bangunan Cagar Budaya

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis

pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pemeliharaan, dan Perlindungan Bangunan

Cagar Budaya, meliputi: pendataan dan penelitian, revitalisasi dan pemantauan

spesifikasi bangunan cagar budaya;

Uraian tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan rencana kerja Seksi pemeliharaan, dan Perlindungan Bangunan

Cagar Budaya berdasarkan rencana strategis Dinas.

b. Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan

c. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas sesuai

dengan bidang tugas

d. Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

pemeliharaan, dan perlindungan bangunan cagar budaya

e. Melakukan penyusunan pedoman teknis pemeliharaan dan perlindungan

bangunan cagar budaya

f. Melakukan penyiapan bahan pembinaan kepada masyarakat dalam

tindakan pemeliharaan dan perlindungan bangunan cagar budaya

g. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pemeliharaan dan

perlindungan bangunan cagar budaya

h. Melakukan fasilitasi bimbingan teknis untuk pelatihan aparat di bidang

konservasi bangunan cagar budaya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

i. Melakukan penyiapan bahan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja

di bidang pemeliharaan dan perlindungan cagar budaya

j. Melakukan penyiapan bahan sosialisasi di bidang pemeliharaan dan

perlindungan bangunan cagar budaya

k. Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik

l. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran

pelaksanaan tugas

m. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

Kepala Seksi Revitalisasi Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis

pembinaan dan pelaksanaan di bidang Revitalisasi Kawasan dan Bangunan Cagar

Budaya.

Uraian tugasnya sebagai berikut:

a. Melakukan rencana kerja Seksi Revitalisasi Kawasan dan Bangunan Cagar

Budaya berdasarkan rencana strategis Dinas

b. Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan

c. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,

petunjuk pelaksanaan dan petunujuk teknis program kegiatan dinas sesuai

dengan bidang tugas

d. Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

revitalisasi kawasan dan bangunan cagar budaya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

e. Melakukan penyiapan program perbaikan, peremajaan, dan penataan

kembali kawasan dan bangunan cagar budaya

f. Melakukan invetarisasi kawasan dan bangunan yang diusulkan menjadi

kawasan dan bangunan cagar budaya

g. Melakukan fasilitasi pengembangan kawasan dan bangunan cagar budaya

dengan pihak lain

h. Melakukan pengawasan pengembangan kawasan dan bangunan cagar

budaya

i. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan revitalisasi kawasan dan

bangunan cagar budaya

j. Melakukan penyiapan bahan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja

di bidang revitalisasi kawasan dan bagunan cagar budaya

k. Melakukan penyiapan bahan sosialisasi di bidang revitalisasi kawasan dan

bangunan cagar budaya

l. Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik

m. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran

pelaksanan tugas

n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

2. Kondisi Umum Alun-Alun Utara Surakarta

Alun-alun adalah tanah lapang yang berada di pusat sebuah kota yang

pada zaman dahulu merupakan milik kerajaan yang digunakan untuk melakukan

upacara resmi kerajaan dan kegiatan kultural kerajaan. (www.wikipedia.com, 14

November 2010). Secara istilah, alun-alun diartikan sebagai alon-alon dalam

bahasa Jawa, yang diharapkan setiap orang berjalan tenang dan sabar saat

melewati lapangan itu. Selain itu, disebut dengan istilah alun-alun, karena di

waktu siang hari di saat sinar matahari panas membakar, tempat tersebut terlihat

bergetar bagai ombak mengalun (bahasa Jawa: amun-amun apindo alun)

Ada dua alun-alun yang dimiiki Keraton Kasunanan Surakarta, yaitu

alun-alun utara dan alun-alun selatan. Namun dalam segala hal keadaannya, alun-

alun selatan lebih sederhana daripada alun-alun utara dan menurut fungsinya,

alun-alun utara juga lebih sering digunakan dalam berbagai kegiatan yang

diselenggarakan oleh keraton dibandingkan alun-alun selatan

Alun-alun utara, sebagai bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta,

adalah bagian depan kompleks keraton yang berupa tanah lapang dan dibangun

pada masa Paku Buwana III untuk berbagai macam kegiatan. Alun-alun utara

berbentuk segi empat berukuran 300 m tiap sisi dan mempunyai sepasang pintu

depan, yaitu Kori Pamurakan dan Kori Gladhag. Kedua kori ini merupakan batas

gledhegan (pintu) yang menghubungkan keraton dengan luar keraton. Di sebelah

utara alun-alun lor berdiri dua patung raksasa yang dinamakan Cingurabala dan

Balaupata yang dikenal sebagai penjaga masuk khayangan. Sebelah utara ini juga

menjadi pintu masuk alun-alun utara. Di sebelah timur laut dan barat daya alun-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

alun utara terdapat pintu samping yaitu Kori Gledheg Wetan menuju ke kampung

Bathangan dan Kori Gledheg Kulon menuju ke kampung Slompretan. Sedangkan

di bagian tengah alun-alun terdapat dua buah pohon beringin besar yang

dinamakan Jayandaru dan Dewandaru.

Pohon beringin Jayandaru dan Dewandaru diapit dua batang pohon

beringin lainnya yang lebih kecil, yakni sepasang berada di sebelah selatan di

dekat meriam-meriam di depan pagelaran dan sepasang lainnya di sebelah utara di

dekat Kori Pamurakan. Kedua pohon beringin besar melambangkan loroning

atunggal, yaitu dua unsur yang berjarak tetapi merupakan persatuan yang sulit

dipisahkan.

Di sekeliling alun-alun terdapat pohon beringin dalam jumlah banyak dan

di tepi sebelah utara, timur dan barat terdapat deretan bangunan yang disebut

dengan kapalan. Fungsinya sebagai tempat istirahat bagi para abdi dalem setelah

melakukan Gledhen Watangan (latihan perang-perangan). Setelah tradisi gladhen

watangan tidak ada, yakni sejak Sunan PB XI, maka kapalan digunakan sebagai

tempat istirahat para abdi dalem yang akan menghadap raja ke istana. Oleh karena

itu nama kapalan kemudian disebut paseban.

Pada awal dibangunnya alun-alun utara Surakarta, alun-alun difungsikan

sebagai:

Tempat berkumpul prajurit pada saat akan berangkat perang.

Tempat berkumpul rakyat kerajaan pada saat mendengarkan

pengumuman-pengumuman penting atau undang-undang dari Raja.

Tempat untuk latihan perang.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

Tempat rampokan (aduan hewan dengan hewan atau dengan manusia).

Tempat rakyat jelata ataupun sentono dalem dan abdi dalem melakukan

topo pepe (duduk diam diantara dua pohon beringin ditengah alun-alun,

untuk dapat dilihat dan dipanggil menghadap raja, sebagai upaya mencari

keadilan langsung, atau mohon ampun langsung kepada raja).

Namun seiring dengan perkembangan jaman, fungsi alun-alun menjadi

berubah. Pada saat ini alun-alun dijadikan sebagai ruang publik yang digunakan

sebagai tempat olah raga dari beberapa sekolah yang ada di sekitarnya. Banyak

juga masyarakat yang berjualan di tempat itu. Alun-alun Utara juga banyak

dikunjungi wisatawan dari beberapa tempat. Sehingga banyak mobil dan

kendaraan roda dua yang masuk ke area alun-alun. Hal tersebut membuat alun-

alun menjadi ramai diikunjungi banyak orang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

B. Hasil Penelitian

Kebudayaan yang tumbuh di Indonesia menjadi identitas bagi negara

Indonesia sendiri. Banyaknya kebudayaan yang lahir semakin memperkaya

khasanah budaya dan semakin memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang

berbudaya. Sejarah perjalanan bangsa Indonesia dari lahir sampai saat ini telah

menumbuhkan beragam budaya-budaya yang berpotensi untuk dijadikan obyek

wisata. Salah satuya adalah kebudayaan yang lahir di Kota Surakarta. Alun-alun

utara Surakarta sebagai salah satu asset budaya peninggalan Keraton Kasunanan

Surakarta menjadi bagian dari kebudayaan yang ada di Surakarta dan kini telah

menjadi bagian dari pariwisata.

Sektor parwisata merupakan salah satu sektor penting dalam pendapatan

daerah. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh alun-alun utara dapat berperan

dalam menyumbang pendapatan daerah tatkala ada event-event yang digelar di

kawasan alun-alun utara Surakarta. Sebagai kawasan budaya bagian dari Keraton

Kasunanan Surakarta, alun-alun utara merupakan salah satu asset berharga yang di

miliki Kota Surakarta mengingat alun-alun utara merupakan peninggalan sejarah

yang saat ini keberadaannya menjadi perhatian karena berkaitan dengan adanya

revitalisasi yang akan mengubah fungsi penggunaan alun-alun yang selama ini

dirasa menyimpang dari makna alun-alun yang sebenarnya. Revitalisasi yang

dilakukan bertujuan untuk memperkuat citra Solo sebagai kota budaya selain itu

juga sebagai wujud pengembalian fungsi ideal sebagai penguat citra Keraton.

Berkaitan dengan hal di atas, Dinas Tata Ruang Kota Surakarta sebagai

instansi yang berkaitan melakukan upaya dan strategi dalam rangka revitalisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

alun-alun utara mempunyai rencana strategis sebagai pedoman pelaksanaan

revitalisasi. Hal ini dikarenakan dalam perencanaaan strategis didasarkan atas visi

dan misi strategis yang jelas. Visi dan misi stategis itu sendiri mampu

mengendalikan arah perencanaan yang baik. Rencana strategis Dinas Tata Ruang

Kota dalam merevitalisasi alun-alun utara Surakarta adalah dengan melihat dan

menganalisa faktor-faktor lingkungan yang ada baik lingkungan internal ataupun

lingkungan eksternal kemudian mengidentifikasikan isu-isu yang muncul dalam

proses perencanaan strategis dan yang terakhir adalah merumuskan strategi yang

tepat untuk megelola isu-isu yang muncul dalam proses revitalisasi.

B.1 Identifikasi Faktor Lingkungan

1. Lingkungan Internal

1.1 Kekuatan (Strength)

Dinas Tata Ruang Kota selaku pelaksana proyek revitalisasi alun-alun

utara mempunyai kekuatan yang muncul dalam lingkup Dinas Tata Ruang Kota

sendiri. Kekuatan yang dapat dijadikan pendorong pelaksanaan revitalisasi

diantaranya adalah dengan adanya komitmen untuk melaksanakan revitalisasi.

Bapak Royvita Yoseph Puji Harjanto, SH selaku Kepala Bidang

Konservasi Bangunan Cagar Budaya Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

menyatakan komitmen Dinas Tata Ruang Kota dalam melaksanakan revitalisasi

alun-alun utara:

Merupakan tugas kami untuk melindungi bangunan cagar budaya di Surakarta


termasuk alun-alun utara Surakarta, saya sendiri sangat mendukung adanya
revitalisasi tersebut karena dapat semakin memperkuat citra Solo sebagai kota
budaya. Sedangkan komitmen commit to user hal ini adalah sebagai wujud
kami dalam
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

kepedulian dengan menyelesaikan sepenuhnya revitalisasi dengan mengusulkan


penyelesaian pembiayaan kepada APBD atau APBN. Selain itu kami juga
melaksanakan amanah peraturan perundang-undangan tentang konservasi
bangunan cagar budaya. (wawancara 19 November 2010)

Lebih lanjut Bapak Joko Supriyanto, ST selaku Pelaksana Bidang

Konservasi Bangunan Cagar Budaya menjelaskan bahwa:

Komitmen sudah jelas ada proyek fisik tahun 2010 tentang revitalisasi alun-alun
utara terus tahun 2011 di RPJM walikota sudah kita cantumkan lanjutan dan saat
ini baru kita ajukan ke pemerintah pusat untuk lanjutan. Bentuk revitalisasi alun-
alun utara tahun 2010 seperti mengembalikan fungsi semula pedestrian terus
street furniture. kalau street furniture lebih tepat kagi ke lighting. Kemudian
pagar, trus ada rencana seperti juga semacam pemasangan papan informasi.
Sedangkan tahap kedua juga hampir sama dengan tahap yang pertama yaitu
pedestrian dan masuk mulai dari supit urang sampai depan masjid agung
(wawancara 23 November 2010)

Sedangkan untuk pendorong pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara,

Bapak Joko Supriyanto, ST mengatakan:

Pendorong kita yang pertama adalah untuk destinasi pariwisata istilahnya untuk
memberikan kenyamanan bagi para wisatawan, mengoptimalkan fungsi pedestrian
karena banyak PKL yang memanfaatkan tempat pedestrian, dan juga pemenuhan
ruang terbuka yang nyaman. (wawancara 23 November 2010)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa komitmen dan

pendorong Dinas Tata Ruang Kota dalam melaksanakan revitalisasi adalah

sebagai bentuk kepedulian serta pelaksanaan amanah peraturan perundang-

undangan dalam rangka melindungi cagar budaya yaitu alun-alun utara Surakarta.

Selain itu kita juga mengetahui hal yang mendasari Dinas Tata Ruang Kota

berkomitmen penuh dalam mengembangkan dan mengelola alun-alun utara adalah

adanya kepedulian akan cagar budaya mengingat alun-alun merupakan salah satu
commit
kawasan konservasi sehingga perlu to user
ditingkatkan potensinya sebagai destinasi
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

pariwisata dan juga perlu dioptimalkan fungsi pedestrian yang ada di sekitar

kawasan alun-alun utara. Hal tersebut mengingat bahwa alun-alun utara

merupakan peninggalan sejarah yang mempunyai nilai budaya yang tinggi.

Selain memiliki komitmen dan motivasi untuk melaksanakan revitalisasi

alun-alun utara, proyek revitalisasi alun-alun utara juga memerlukan sumber daya

manusia atau tenaga ahli yang memiliki latar belakang pendidikan yang memadai

misalnya tenaga ahli di bidang tekhnik sipil, arkeolog, dan paham tentang

konsep/DED (Detail Engineering Design).

Pegawai Dinas Tata Ruang Kota dalam melaksanakan tugas-tugasnya

telah memiliki kualitas yang memadai. Hal tersebut seperti yang diutarakan oleh

Bapak Jaka Santosa Agustanto, ST selaku Kepala Seksi Tata Bangunan dan

Lingkungan:

Kalau untuk SDM yang ada di DTRK ini sementara masih mampu dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Kita liat saja rata-rata pegawai berpendidikan
Strata 1. Jadi menurut saya dillihat dari sisi kualitas, pegawai DTRK sudah
berkualitas. (wawancara 10 November 2010)

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Bapak Joko Supriyanto, ST:

SDM cukup memadai karena kita punya direksi lapangan yaitu sebagai
pengawas internal Dinas Tata Ruang Kota. Ada arkeolog, arsitek, ada perbantuan,
secara internal di bidang bangunan cagar budaya ya cukup untuk satu proyek.
(wawancara 23 November 2010)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pegawai Dinas Tata Ruang

Kota secara keseluruhan berkualitas dan rata-rata berpendidikan Strata 1.

Sedangkan untuk pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara juga diperlukan sumber

daya manusia yang siap untuk melaksanakan tugas baik di lapangan, non
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

lapangan, tekhnis, ataupun nontekhnis. Dalam hal ini Bapak Joko Supriyanto, ST

mengatakan:

Jumlah pelaksana revitalisasi alun-alun utara adalah satu sebagai pelaksana


kontraktor. Untuk bicara suatu kegiatan pasti ada konsultan perencana, kontraktor
untuk revitalisasi alun-alun utara adalah PT Karya Bisa dan ada konsultan
pengawasanya. Kalau masalah proyek ini pengawasnya adalah direksi lapangan
sebanyak empat orang. (wawancara 23 November 2010)

Dengan melihat hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa SDM

yang dipunyai Dinas Tata Ruang Kota dalam revitalisasi alun-alun utara terdiri

dari 4 orang direksi lapangan dan dalam hal tekhnis ada 1 sebagai pelaksana

kontraktor.

Meskipun Dinas Tata Ruang Kota telah memiliki komitmen penuh dalam

melakukan revitalisasi alun-alun utara dan pelaksanaannya juga telah didukung

oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan memadai namun dukungan dan

partisipasi masyarakat juga dibutuhkan. Partisipasi masyarakat yang berupa

aspirasi dapat menjadi masukan bagi Dinas Tata Ruang Kota untuk merevitalisasi

alun-alun utara Surakarta. Dengan munculnya aspirasi masyarakat maka perlu

adanya evaluasi yang teratur dalam pelaksanaan revitalisasi dengan tujuan untuk

mengetahui hasil output serta mengetahui mutu sesuai dengan spesifikasinya atau

tidak. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Joko Supriyanto, ST:

Setiap minggu itu ada rapat evaluasi direksi lapangan istilahnya direksi kit. Dari
tiga komponen diundang semua termasuk dengan kami. Di sana kita bahas
istilahnya kemajuan kegiatan apakah sesuai dengan time schedule yang
dijadwalkan atau tidak. (wawancara 23 November 2010)

Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa Dinas Tata Ruang Kota
commit to
melakukan rapat evaluasi yang bertujuan user
mengetahui perkembangan yang disusun
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

dalam time schedule sehingga dapat dikontrol apa yang menjadi kendala dan

permasalahan dalam pengerjaan revitalisasi alun-alun utara Surakarta.

1.2 Kelemahan (Weakness)

Pelaksanaan revitalisasi alun-alun tidak luput dari adanya kebutuhan

dana atau anggaran. Dengan adanya anggaran, maka pelaksanaannya akan dapat

berjalan lancar. Begitupula sebaliknya minimnya dana akan membuat pelaksanaan

revitalisasi terhambat. Keterbatasan dana dapat menjadi penghambat dalam

pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara. Seperti yang disampaikan Bapak Jaka

Santosa Agustanto, ST:

Kendala dalam pelaksanaan revitalisasi ini diantaranya adalah ya itu sedikit dana.
Kalau dana yang ada saat ini ya bisa dibilang terbatas. Sehingga dana yang ada
harus dimanfaatkan sepenuhnya. (wawancara 10 November 2010)

Hal senada juga disampaikan oleh KGPH Puger selaku informan dari

pihak Keraton Surakarta:

Penghambatnya juga bisa dari dana. Dana merupakan faktor penting karena
tanpa biaya bagaimana kita mau jalan. Ini merupakan kendala nomor satu.
(wawancara 24 November 2010)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan

revitalisasi alun-alun utara yang menjadi kendala utama adalah keterbatasan dana.

Keterbatasan dana menyebabkan pelaksanaan revitalisasi tidak bisa langsung jadi

dalam sekali waktu tapi harus dilakukan bertahap sambil menunggu adanya dana

lagi seperti yang diungkapkan oleh Bapak Joko Supriyanto, ST:

Dana yang digunakan untuk revitalisasi alun-alun utara tahap satu itu sebesar 1,2
milyar dan karena dana sudah commit to user
tidak cukup untuk dilanjutkan maka diadakan
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

revitalisasi tahap kedua dengan rencana dana sebesar 6,5 milyar yang masih
berupa usulan . (wawancara 23 November 2010)

Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa pelaksanaan proyek

revitalisasi alun-alun utara dilaksanakan secara bertahap mengingat bahwa dana

yang ada sangat terbatas sehingga tidak bisa diselesaikan dalam sekali

pelaksanaan kegiatan.

Pelaksanaan revitalisasi cagar budaya seperti alun-alun utara Surakarta

juga memerlukan wawasan cagar budaya terutama bangunan sejarah budaya jawa

yang ada di Kota Solo sehingga akan memudahkan setiap konsep yang akan

digarap oleh Dinas Tata Ruang Kota Surakarta.

Namun kondisi yang ada saat ini adalah para pegawai yang ada di

lapangan belum dibekali dengan adanya diklat yang khusus memfasilitasi

mengenai cagar budaya. Hal ini cukup menjadi kendala bagi pelaksanaan

revitalisasi seperti yang diutarakan oleh Bapak Jaka Santosa Agustanto, ST:

Kalau diklat-diklat biasa sih sering ya, namun yang belum ada itu setahu saya
diklat untuk menangani atau mengawasi cagar budaya. Padahal ini juga penting
bagi para pegawai agar dapat memberikan wawasan tentang cagar budaya.
(wawancara 10 November 2010)

Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Joko Supriyanto, ST:

Diklat biasa ada namun diklat tentang cagar budaya misal tentang pemeliharaan
bangunan cagar budaya di lapangan itu belum ada. (wawancara 23 November
2010)

Dengan belum adanya diklat bagi para pegawai khususya diklat tentang

bangunan cagar budaya maka dapat menjadi kendala tersendiri karena sebenarnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

dengan adanya diklat dapat menambah pengetahuan tentang bangunan cagar

budaya.

Kendala-kendala yang ada di lingkungan internal Dinas Tata Ruang Kota

tentu saja memberikan persoalan tersendiri namun dengan adanya dukungan dari

beberapa pihak Dinas Tata Ruang Kota optimis dengan upaya yang akan

dilaksanakan.

2. Lingkungan Eksternal

2.1 Peluang (Opportunities)

Pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara tidak terlepas dari adanya

dukungan dari berbagai fihak. Tidak hanya dukungan internal di dalam Dinas Tata

Ruang Kota sendiri, tetapi dukungan dari pihak luar pun juga dibutuhkan. Sebagai

pelaksana revitalisasi alun-alun utara, Dinas Tata Ruang Kota berkoordinasi

dengan pihak luar. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Arzoni, ST. MT:

Dalam pelaksanaan revitalisasi ini jelas ada koordinasi dengan pihak lain.
Artinya harus melibatkan tokoh masyarakat yang ada di sana. Kalau koordinasi
dengan instansi terkait memang sesuatu yang mutlak. Misalnya seperti Dishub,
Satpol PP, Dinpar, camat, lurah dan lain sebagainya karena akan melibatkan
banyak stakeholder dan tokoh masyarakat. Jadi dukungan pelaksanaan revitalisasi
ini yang utama dari berbagai instansi dalam bentuk koordinasi. (wawancara 10
November 2010)

Senada dengan pernyataan Bapak Arzony, Bapak Jaka Santosa

Agustanto, ST menjelaskan bahwa:

Pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara ini tentunya juga tidak terlepas dari
dukungan berbagai fihak seperti budayawan, masyarakat sendiri, Keraton sebagai
pemilik, dan dinas-dinas lain yang terkait SKPD nya. (wawancara 10 November
2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

Dukungan dari SKPD terkait dituangkan dalam bentuk kerjasama

pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara misalnya seperti DPU yang mengurusi

perbaikan jaringan bawah, DKP mengurusi penghijauan, dan sebagainya seperti

yang disampaikan oleh Bapak Kayato Hardeni, SS selaku staff bidang konservasi

bangunan cagar budaya:

Dukungan revitalisasi ini memang datang dari berbagai pihak seperti Keraton
selaku pemiliknya mendukung kegiatan ini dengan memberikan ijin, DPU sebatas
perbaikan jaringan bawah (drainase), DKP sebatas penanaman pohon atau
penghijauan sekitar jalan, Dinas Perparkiran dan juga Dinas Pariwisata semua
mendukung pelaksanaan kegiatan ini. (wawancara 23 November 2010)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa dukungan dari

berbagai instansi lain diperlukan dan dukungan yang diberikan dalam bentuk

kerjasama penyelesaian kegiatan revitalisasi alun-alun utara akan dapat

memperlancar pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara sendiri.

Dukungan dari berbagai instansi memang diperlukan mengingat Dinas

Tata Ruang Kota tidak mungkin menyelesaikan kegiatan revitalisasi dengan

sendirian hal ini disebabkan revitalisasi dilaksanakan karena adanya berbagai

permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh pihak Dinas Tata Ruang Kota

sendiri misalnya masalah parkir, lingkungan, sampah dan lain sebagainya

sehingga harus melibatkan instansi yang terkait.

Dukungan untuk lebih memajukan kawasan alun-alun utara tidak hanya

datang dari instansi dan stakeholder terkait melainkan juga datang dari masyarakat

kota Solo terlebih lagi warga disekitar alun-alun utara. Kesadaran masyarakat

untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara menjadi hal

penting mengingat mereka adalahcommit to user


pengguna kawasan. Kesadaran masyarakat kota
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

Solo tertuang dalam keinginan mereka agar Solo dapat berkembang menjadi lebih

baik. Seperti yang diungkapkan oleh KGPH Poeger:

Saya kira masyarakat itu faham tentang perkembangan zaman jadi mereka itu
mengikuti perkembangan zaman. Masyarakat tidak akan terganggu ketika kita
bisa membuat statement berupa perencanaan yang bisa menyamankan mereka.
Intinya masyarakat mendukung karena mereka hidup di daerah Solo. Sebenarnya
mereka itu menunggu kapan Solo dapat melimpah ruah dengan penghasilan dan
dapat tergarap bagus sesuai dengan slogan Pemerintah kota Solo yaitu Solo Kota
Budaya. Lebih jelasnya masyarakat mendukung apabila alun-alun utara
direvitalisasi. (wawancara 24 November 2010)

Dukungan dari masyarakat secara nyata seperti yang dikemukakan oleh

Bapak Karto warga Gajahan:

Kalau ada sisi positifnya ya mendukung saja. Jadi kalau alun-alun utara
direvitalisasi saya setuju dan mendukung soalnya apabila dipandang orang-orang
yang lewat akan menjadi bagus terasa sejuk dan indah. (wawancara 29
November 2010)

Demikian juga Bapak Mulyadi warga Gajahan mengatakan bahwa:

Saya setuju dengan rencana itu (revitalisasi alun-alun utara) karena dapat
memperindah kota Solo. (wawancara 29 November 2010)

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Purwanti warga Baluwarti:

Ya saya setuju saya. Itu kan bagian dari budaya sehingga perlu dilestarikan.
Budaya Solo perlu dilestarikan agar tidak punah. (wawancara 29 November
2010)

Dengan adanya dukungan yang diperoleh dari berbagai pihak dalam

rangka memajukan alun-alun utara akan sangat mempengaruhi perkembangan

alun-alun utara ke depannya. Partisipasi masyarakat dan pihak-pihak yang terkait

dalam mengembangkan alun-alun utara sangat diharapkan dapat memberikan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

dampak yang positif bagi kemajuan alun-alun utara sebagai salah satu

peninggalan budaya di Kota Solo ini.

2.2 Ancaman (Threats)

Pelaksanaan proyek revitalisasi alun-alun utara yang dilakukan dengan

memperbaiki beberapa aksesoris yang cenderung rusak atau kurang tentunya

membutuhkan adanya bahan baku sebagai kebutuhan utama, bahan baku harus

selalu tersedia dan jumlahnya harus sesuai. Namun kenyataan yang ada, kondisi

yang ada sekarang dengan munculnya bencana yang sulit diprediksi menyebabkan

pelaksanaan revitalisasi sedikit terhambat karena minimnya bahan baku. Seperti

yang diutarakan oleh Bapak Jaka Santosa Agustanto, ST:

Kendala lain dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara saat ini adalah
waktu. Waktu yang kita maksud adalah bahan baku, dimana waktu selama ini ada
bencana itu mempengaruhi material baik penyediaan ataupun penyaluran.
(wawancara 10 November 2010)

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Bapak Arzoni, ST. MT:

Kendalanya kemarin itu masalah hujan ya karena cuacanya saat ini juga tidak
menentu. Kemudian bahan baku juga. Karena adanya bencana maka penyaluran
bahan baku menjadi tersendat. (wawancara 10 November 2010)

Kondisi cuaca serta alam yang tidak dapat diprediksi memberikan

dampak bagi pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara yaitu penyaluran bahan baku

yang tidak bisa terdistribusikan dengan cepat. Kondisi lain yang juga memberikan

dampak dan manjadi kendala dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara

adalah dari segi hukum. Kondisi payung hukum dapat mempengaruhi berjalannya
commit toundang-undang,
revitalisasi alun-alun utara. Melalui user Keputusan Menteri,
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

Peraturan Daerah yang ada menjadikan gejolak sosial akan lebih stabil, sehingga

pelaksanaan revitalisasi dapat berjalan dengan baik. Kenyataanya penegakan

hukum dan perlindungan cagar budaya di Indonesia masih lemah, terbukti dengan

masih banyaknya bangunan-bangunan cagar budaya yang dialihfungsikan dengan

dalih pembangunan.

Lemahnya perlindungan cagar budaya ini juga karena belum ada

peraturan daerah (Perda), kawasan lindung masih banyak yang belum masuk

dalam tata ruang perkotaan. Hal itu diungkapkan oleh Bapak Joko Supriyanto, ST:

Kebetulan perda yang khusus tentang cagar budaya belum ada (wawancara
23 November 2010)

Dengan adanya peraturan daerah diharapkan dapat menjadi salah satu

upaya untuk menyelamatkan benda cagar budaya sepeti alun-alun utara Surakarta

sehingga dapat terawat dengan baik.

Lemahnya kesadaran masyarakat akan ketertiban juga turut serta menjadi

ancaman bagi pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara. Ketertiban masyarakat

dalam hal ini tidak hanya masyarakat yang tinggal di sekitar alun-alun utara tetapi

juga masyarakat pengguna kawasan alun-alun utara misalnya PKL, parkir

diperlukan agar pelaksanaan revitalisasi dapat berjalan lancar. Namun yang terjadi

saat ini kesadaran masyarakat akan ketertiban peraturan yang ada dirasa kurang.

Masyarakat malah menyalahgunakan tempat-tempat yang telah direvitalisasi.

Sepeti yang diutarakan oleh Bapak Kayato Hardeny, SS:

Kalau dulu itu ya cuma masalah PKL. PKL sering menyalahgunakan tempat
hasil revitalisasi. Pada dasarnya mereka dilarang, tapi ada juga yang tetap
ngotot (wawancara 23 November 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

Keberadaan PKL dikawasan alun-alun menjadi permasalahan tersendiri

bagi pemerintah kota Solo. Hal itu karena PKL tumbuh subur di kawasan alun-

alun utara. Sepeti yang diutarakan oleh Bapak Arzony, ST. MT:

Kendala di lapangan adalah PKl. PKL disana tumbuh subur. Ini menjadi
permasalahan bagi kita dan menjadi PR buat pemerintah kota untuk
menyelesaikannya. (wawancara 23 November 2010)

Berdasarkan hasil wawancara-wawancara diatas dapat dikatakan bahwa

ancaman-ancaman tersebut perlu diperhatikan oleh pemerintah agar tidak menjadi

penghambat besar dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara. Diperlukan

suatu perhatian khusus dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan

semakin mengembangkan kesadaran akan ketertiban masyarakat untuk menjaga

dan melestarikan aset budaya.

B.2 Identifikasi Isu Strategis

Isu strategis merupakan konflik yang muncul setelah dilakukan analisis

terhadap faktor internal dan eksternal organisasi. Isu-isu tersebut didaftar bersama

dengan hasil identifikasi faktor internal dan faktor eksternal dalam matriks

SWOT, kemudian baru diidentifikasi dan dianalisis. Berikut ini hasil dari

identifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari alun-

alun utara serta beberapa isu strategis yang muncul dalam bentuk matriks SWOT.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.4

Matriks Analisis SWOT

IFAS STRENGTH (S) WEAKNESS (W)


1. Dorongan dan 1. Keterbatasan dana
komitmen DTRK
untuk merevitalisasi 2. Belum adanya diklat
alun-alun utara tentang cagar budaya
Surakarta.
EFAS 2. SDM yang memadai
3. Evaluasi yang teratur
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Dukungan dari 1. Melalui komitmen dari 3. Mengusulkan diklat
bebagai instansi DTRK dan dengan tentang cagar budaya
(DPU, DKP, memanfaatkan bagi para pegawai
Bappeda, dll) kesadaran masyarakat khususnya pegawai di
dapat mendukung lapangan
2. Dukungan dari upaya pengembangan 4. Mengupayakan
masyarakat alun-alun utara lebih bantuan dana dari
baik lagi. berbagai pihak agar
2. Menjalin kerjasama pelaksanaan alun-alun
dengan instansi terkait dapat berjalan lancar
untuk mengoptimalkan
potensi alun-alun
utara.
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Terbatasnya bahan 5. Melalui evaluasi yang 7. Mengusulkan
baku akibat teratur maka dapat terbentuknya
munculnya bencana digunakan untuk Peraturan Daerah
2. Belum adanya Perda mengantisipasi tentang cagar budaya
tentang cagar budaya dampak bencana dan agar budaya di Kota
3. Rendahnya mencari alternatif Surakarta dapat lebih
ketertiban kendala terawat.
masyarakat/stakehol 6. Adanya komitmen dari 8. Melibatkan lagi unsur
ders pengguna DTRK dalam masyarakat yang
kawasan alun-alun mengembangkan dapat mendukung
utara. kawasan alun-alun revitalisasi alun-alun
utara maka dapat utara.
dilakukan sosialisasi
gerakan cinta cagar
budaya di Kota Ska
begitupula di kawasan
commitutara.
alun-alun to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

Setelah melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan

eksternal, maka langkah berikutnya adalah identifikasi terhadap isu-isu strategis

yang dihadapi oleh Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dalam masa revitalisasi.

Identifikasi isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Melalui komitmen dari DTRK dan dengan memanfaatkan kesadaran

masyarakat dapat mendukung upaya pengembangan alun-alun utara lebih

baik lagi.

2. Menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi

alun-alun utara.

3. Mengusulkan diklat tentang cagar budaya kepada para pegawai khususnya

pegawai di lapangan.

4. Mengupayakan bantuan dana dari berbagai pihak agar pelaksanaan

revitalisasi alun-alun utara dapat berjalan lancar.

5. Melalui evaluasi yang teratur maka dapat digunakan untuk mengantisipasi

dampak bencana dan mencari alternatif kendala

6. Adanya komitmen dari DTRK dalam mengembangkan kawasan alun-alun

utara maka dapat dilakukan sosialisasi gerakan cinta cagar budaya di kota

Surakarta begitupula di kawasan alun-alun utara

7. Mengusulkan terbentuknya Perda tentang cagar budaya di kota Surakarta

8. Melibatkan lagi unsur masyarakat yang dapat mendukung proyek

revitalisasi alun-alun utara.

Setelah identifikasi isu-isu strategis di atas, kemudian masing-masing isu

ditentukan tingkat kestrategisannya. Penentuan tingkat kestrategisan masing-


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

masing isu dilakukan dengan menggunakan Tes Litmus. Tes Litmus dilakukan

dengan pemberian skor pada masing-masing isu. Tiap isu strategis yang telah

diidentifikasi diberi 13 pertanyaan yang selanjutnya diberikan penilaian. Isu yang

memiliki skor tertinggi adalah yang paling strategis. Sedangkan isu yang memiliki

skor terendah merupakan isu operasional. Penilaian untuk skor adalah sebagai

berikut:

- Skor 1 = untuk isu yang bersifat operasional

- Skor 2 = untuk isu yang bersifat cukup strategis

- Skor 3 = untuk isu yang bersifat sangat strategis.

Dari hasil perkalian antara jumlah soal dan skor yang diperoleh nilai

tertinggi 39 dan nilai terendah 13, sehinga dapat dikategorikan sebagai berikut:

- Nilai 13 21 = isu kurang strategis

- Nilai 22 30 = isu cukup strategis

- Nilai 31 39 = isu sangat strategis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5

Matriks Isu Strategis

No. ISU-ISU STRAETEGIS PERTANYAAN STATEGIS SKOR

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Melalui komitmen dari DTRK
dan dengan mmanfaatkan
kesadaran masyarakat dapat 1 2 2 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 31
mendukung upaya
pengembangan alun-alun utara
lebih baik lagi.
2. Menjalin kerjasama dengan
instansi terkait untuk
mengoptimalkan potensi alun- 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
alun utara
3. Mengusulkan diklat tentang
cagar budaya bagi para pegawai
khususnya pegawai di lapangan. 1 1 1 3 3 3 3 1 2 1 2 1 1 23
4. Mengupayakan bantuan dana
dari berbagai pihak agar
pelaksanaan revitalisasi alun- 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 33
alun dapat berjalan lancar.
5. Melalui evaluasi yang teratur
maka dapat digunakan untuk
mengantisipasi dampak bencana 1 3 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 19
dan mencari alternatif kendala.
6. Adanya komitmen dari DTRK
dalam mengembangkan kawasan
alun-alun utara maka dapat
dilakukan sosialisasi gerakan 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 34
cinta cagar budaya di Kota Solo
begitu pula di kawasan alun-alun
utara.
7. Mengusulkan terbentuknya
Perda tentang cagar budaya agar
budaya di Kota Solo dapat lebih 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 2 32
terawat.
8. Melibatkan lagi unsur
masyarakat yang dapat
mendukung revitalisasi alun- 1 3 2 1 1 3 3 1 3 3 1 3 2 27
alun utara.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

Keterangan :

Skor 13 21 = isu kurang strategis

Skor 22 30 = isu cukup strategis

Skor 31 39 = isu sangat strategis

Dari hasil Tes Litmus dapat diketahui tingkat kestrategisan masing-

masing isu strategis, dari isu yang kurang stategis sampai isu yang paling

strategis. Yaitu sebagai berikut:

1. Melalui komitmen dari DTRK dan dengan memanfaatkan kesadaran

masyarakat dapat mendukung upaya pengembangan alun-alun utara lebih baik

lagi. Isu strategis ini memiliki nilai total 31, sehingga isu ini sangat strategis.

2. Menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi

alun-alun utara. Isu ini memiliki nilai total 36, sehingga isu ini sangat strategis.

3. Mengusulkan diklat tentang cagar budaya kepada para pegawai khususnya

pegawai di lapangan. Isu ini memiliki nilai total 23, sehingga isu ini cukup

strategis.

4. Mengupayakan bantuan dana kepada berbagai pihak agar pelaksanaan

revitalisasi alun-alun utara dapat berjalan lancar. Isu ini memiiki nilai total 33,

sehingga isu ini sangat strategis.

5. Melalui evaluasi yang teratur maka dapat digunakan untuk mengantisipasi

dampak bencana dan mencari alternatif kendala. Isu strategis ini memiliki nilai

total 19. Sehingga isu ini kurang strategis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

6. Adanya komitmen dari instansi terkait dalam mengembangkan kawasan alun-

alun utara maka dapat dilakukan sosialisasi gerakan cinta cagar budaya di Kota

Solo begitu pula di kawasan alun-alun utara. Isu ini memiliki nilai total 34,

sehingga isu ini sangat strategis.

7. Mengusulkan terbentuknya Peraturan Daerah tentang cagar budaya di Kota

Solo. Isu ini memiliki nilai total 32, sehingga isu ini sangat satrategis.

8. Melibatkan lagi unsur masyarakat yang dapat mendukung proyek revitalisasi

alun-alun utara. Isu ini memiliki nilai total 27, sehingga isu ini cukup strategis.

Dari hasil penilaian di atas dapat diketahui isu yang memiliki skor

tertinggi adalah 36. Sehingga isu tersebut merupakan isu yang paling strategis dan

memerlukan strategi khusus untuk menindaklanjuti isu tersebut. Isu yang paling

strategis tersebut adalah:

Menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi

alun-alun utara.

Dengan menjalin kerjasama antar instansi diharapkan memunculkan

suatu persatuan dan saling membantu dalam mengembangkan potensi alun-alun

utara secara bersama-sama sehingga pelaksanaan revitalisasi dapat berjalan lancar.

B.3 Merumuskan Strategi Untuk Mengelola Isu

Strategi merupakan pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan

atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi tersebut, apa

yang dikerjakannya, dan mengapa organisasi mengerjakan hal tersebut. Jadi

merumuskan strategi adalah merumuskan program-program strategis atau


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi itu. Pada tahap ini

dirumuskan program-program strategis, alternatif-alternatif kebijakan mendasar

yang akan dilakukan organsisi untuk menanggapi dan menyikapi isu strategis

yang berada pada tahap sebelumnya.

Berdasarkan hasil evaluasi isu strategis di atas, maka dapat ditetapkan

strategi yang akan dijalankan untuk mengelola dan menindaklanjuti isu-isu

stategis yang muncul dalam upaya revitalisasi alun-alun utara sebagai berikut:

Strategi yang ditetapkan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

merebut dan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi seperti ini disebut strategi

agresif, yaitu strategi yang mendukung adanya pertumbuhan. Penggunaan strategi

agresif karena selain adanya kekuatan yang muncul dalam lingkungan internal

untuk melaksanakan revitalisasi alun-alun utara, Dinas Tata Ruang Kota juga

mendapatkan dukungan eksternal yang memberikan peluang bagi pelaksanaan

revitalisasi alun-alun utara. Sehingga Dinas Tata Ruang Kota berada dalam posisi

menguntungkan. Strategi ini digunakan untuk menindaklanjuti isu strategis

mengenai menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan

potensi alun-alun utara. Strategi agresif tersebut meliputi perumusan program-

program strategis sebagai berikut:

1. Membuat kelembagaan mengenai pengelolaan bidang-bidang di kawasan

alun-alun utara.

Maksudnya adalah Dinas Tata Ruang Kota dalam melaksanakan revitalisasi

membentuk suatu kelembagaan secara bersama dengan berbagai instansi

mengenai pengelolaan bidang-bidang yang ada di kawasan alun-alun utara.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

Dengan pembentukan kelembagaan maka instansi-instansi dapat mengelola

bidangnya masing-masing sesuai dengan tugasnya. Sehingga pelaksanaan

revitalisasi dapat berjalan efektif dan efisien. Hal yang dilakukan adalah:

a. Membentuk team work dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara.

Dinas Tata Ruang Kota dengan berbagai instansi dan unsur pendukung

membentuk suatu tim yang beranggotakan perwakilan dari berbagai

instansi dan unsur pendukung lain termasuk juga Dinas Tata Ruang Kota

sendiri. Dengan membentuk suatu tim akan dapat digunakan untuk

mengetahui permasalahan-permasalahan dalam kegiatan revitalisasi.

Sehingga jika ada suatu kendala pada satu bidang maka akan dapat

terselesaikan dengan cepat.

b. Pembagian peran sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Kegiatan revitalisasi alun-alun utara membutuhkan suatu penyelesaian

atau perbaikan di berbagai bidang. Misalnya penataan PKL, penanganan

sampah, perbaikan saluran bawah tanah, dan lain sebagainya. Hal ini

membutuhkan penanganan dari instansi-instansi terkait sehingga dilakukan

pembagian peran berdasarkan tugasnya masing-masing. Misalnya

penanganan PKL oleh Dinas Pengelolaan Pasar, penanganan sampah oleh

Dinas Kebersihan dan Pertamanan, penataan ruang oleh Dinas Tata Ruang

Kota, saluran bawah tanah oleh Dinas Pekerjaan Umum dan lain

sebagainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

2. Menciptakan integritas di antara instansi-instansi terkait dalam

pelaksanaan revitalisasi sehingga dapat berjalan lancar.

Maksud strategi ini adalah menciptakan suatu persatuan atau kebersamaan

antar instansi-insansi dalam penyelesaian kegiatan revitalisasi alun-alun utara.

Sehingga akan semakin memperlancar kegiatan revitalisasi tersebut. Dengan

adanya suatu kebersamaan maka akan mewujudkan pencapaian hasil secara

maksimal. Hal yang dilakukan dalam mewujudkan strategi ini adalah dengan

progam:

a. Mengadakan forum komunikasi dengan instansi terkait dan unsur

pendukung.

Dalam melaksanakan revitalisasi alun-alun utara Dinas Tata Ruang Kota

selalu melakukan komunikasi dengan instansi terkait dan juga unsur

pendukung lainnya agar Dinas Tata ruang Kota Surakarta merujuk atas

kesepakatan bersama.

b. Menjalin hubungan baik dengan unsur pendukung

Instansi dengan SKPD terkait menjadi unsur pendukung dalam kegiatan

revitalisasi alun-alun utara. Kegiatan revitalisasi alun-alun utara

membutuhkan berbagai penyelesaian pekerjaan oleh bidangnya masing-

masing dari permasalahan yang ada. Untuk itu Dinas Tata Ruang Kota

menjalin hubungan baik dengan instansi lain agar dapat mendukung

pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara dengan menyelesaikan apa yang

menjadi pekerjaannya masing-masing sehingga pelaksanaan revitalisasi

dapat berjalan lancar.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

3. Meningkatkan standart kerja dalam revitalisasi alun-alun utara secara

efektif dan fleksibel untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Dinas Tata Ruang Kota perlu meningkatkan standart kerja sebagai tolok

ukur pencapaian hasil kerja dengan menggunakan wawasan dan pengalaman-

pengalamannya dalam melakukan revitalisasi dengan tujuan mendapatkan hasil

yang maksimal pada revitalisasi alun-alun utara. Hal yang dilaksanakan sebagai

berikut:

a. Melakukan sosialisasi dengan pihak yang berpengaruh

Sebelum melaksanakan revitalisasi alun-alun utara Dinas Tata Ruang Kota

perlu melakukan sosialisasi ataupun diskusi untuk mendapatkan dukungan

penuh dari berbagai pihak termasuk juga instansi-instansi lain. Sosialisasi

dapat dijadikan sebagai kegiatan untuk menyatukan pendapat antara

berbagai pihak sehingga kedepannya pelaksanaan revitalisasi alun-alun

utara tidak menimbulkan permasalahan.

b. Melakukan evaluasi secara rutin berdasarkan schedulisasi dan progress

revitalisasi alun-alun utara.

Dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara, Dinas Tata Ruang Kota

melakukan evaluasi bersama secara rutin dan terjadwal. Evaluasi yang

dilakukan secara bersama-sama dengan pihak lain adalah untuk

mengetahui adanya kekurangan-kekurangan yang muncul selama proses

revitalisasi. Sehingga dengan adanya evaluasi bersama maka kekurangan-

kekurangan yang ada dapat segera diantisipasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

Isu strategis mengenai menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk

mengoptimalkan potensi alun-alun utara merupakan isu yang paling strategis di

antara isu-isu yang lain. Hal tersebut di dasarkan pada hasil tes litmus yang

menunjukkan bahwa isu tersebut memiliki skor tertinggi dibandingkan dengan

skor isu-isu strategis yang lain yaitu 36. Isu strategis menjalin kerjasama dengan

instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi alun-alun utara telah dirumuskan

menjadi beberapa program dan kegiatan seperti yang telah diuraikan di atas.

Dengan adanya program-program beserta kegiatan-kegiatan tersebut akan dapat

menciptakan suatu kebersamaan dan saling membantu dalam penyelesaian

revitalisasi alun-alun utara.

Kerjasama antara Dinas Tata Ruang Kota dengan instansi terkait dalam

pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara ditetapkan melalui Keputusan Kepala

Dinas Tata Ruang Kota Surakarta Nomor: 650.05/01.24/I/2010 tentang

Pembentukan Tim Teknis Kegiatan Pengembangan Obyek Pariwisata Unggulan

Pekerjaan Penataan Kawasan Gladag dan Alun-Alun Utara Kota Surakarta (Tahap

I) Kota Surakarta Tahun Anggaran 2010. Bentuk kerjasama dalam kegiatan ini

adalah adanya pembentukan tim teknis pelaksana revitalisasi alun-alun utara.

Tim teknis yang dibentuk dalam kegiatan revitalisasi alun-alun utara

adalah perwakilan dari beberapa instansi dengan terkait. Anggota dari tim teknis

tersebut terdiri dari instansi-instansi yang sesuai dengan bidang tugasnya masing-

masing dalam kegiatan revitalisasi alun-alun utara. Anggotanya terdiri dari Dinas

Tata Ruang Kota, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan dan Pertamanan,

Dinas Perhubungan, Keraton Kasunanan Surakarta, Bappeda.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

Pembentukan tim teknis tersebut diharapkan dapat menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam proses kegiatan revitalisasi alun-

alun utara. Tim tekhnis diharapkan dapat bekerja sesuai dengan tugasnya dalam

Keputusan Kepala DTRK Nomor: 650.05/01.24/I/2010 sehingga pelaksanaan

revitalisasi alun-alun utara dapat berjalan lancar. Tugas dari tim teknis dalam

pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara secara keseluruhan adalah:

1. Membantu penggunaan anggaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan

pengembangan obyek pariwisata unggulan pekerjaan penataan kawasan gladag

dan alun-alun utara kota Surakarta tahun 2010 di Dinas Tata Ruang Kota;

2. Melakukan pendataan teknis dan non teknis untuk bahan perencanaan;

3. Memberi masukan-masukan pada tahap perencanaan;

4. Memeriksa dokumen pelaksanaan perencanaan (kontrak) untuk persiapan

pelaksanaan fisik di lapangan;

5. Menampung permasalahan yang timbul di lapangan dan membantu

memecahkan masalah.

Sedangkan tugas untuk masing-masing dinas adalah berdasarkan tupoksi

(tugas pokok dan fungsi) dari masing-masing dinas. Seperti yang dikemukakan

oleh Bapak Jaka Santosa Agustanta, ST selaku ketua dalam tim teknis kegiatan

revitalisasi alun-alun utara yaitu:

Kalau untuk tugas per dinas ya disesuaikan dengan tupoksi dari masing-masing
dinas. Jadi mereka (dinas) sudah tahu apa yang menjadi tanggung jawabnya
masing-masing. (wawancara 23 Desember 2010)

Lebih lanjut Bapak Jaka Santosa Agustanta, ST mengatakan bahwa:

Terkait dengan seperti apa tugas yang dilaksanakan dari masing-masing dinas itu
commit masukan-masukan
biasanya mereka (dinas) memberikan to user yang sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

bidangnya masing-masing. Seperti misalnya untuk jalan di sekitar kawasan alun-


alun utara itu DTRK mau merubah dengan mengganti jalan berupa paving.
Namun Dishub memberikan masukan bahwa jika diganti dengan paving maka
akan merusak struktur jalan. Begitu pula dengan DKP ataupun dinas yang lain
mereka memberi masukan dan menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawab
sesuai dengan tupoksi dinas masing-masing. (wawancara 23 Desember 2010)

Wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan tim teknis

dalam pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara bekerja sesuai dengan tupoksi dari

masing-masing dinas ataupun instansi terkait. Dengan pembagian tugas sesuai

denagn bidangnya masing-masing maka permasalahan yang ada dapat

terselesaikan dengan benar karena ditangani oleh ahlinya sendiri-sendiri. Sehingga

pelaksanaan revitalisasi dapat berjalan lancar, efektif dan efisien.

Pembentukan tim teknis dalam mewujudkan kerjasama yang

dilaksanakan oleh Dinas Tata Ruang Kota dengan berbagai dinas lain seperti

Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas

Perhubungan dan berbagai dinas lain menjadi salah satu program dan juga

kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Tata Ruang Kota untuk mengoptimalkan

pelaksanaan revitalisasi alun-alun utara. Kegiatan tersebut menjadi bagian dari isu

strategi menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk mengoptimalkan potensi

alun-alun utara karena merupakan bagian dari program pembentukan

kelembagaan mengenai pengelolan bidang-bidang di kawasan alun-alun utara.

Program-program yang belum dijalankan maupun yang masih dalam

proses di Dinas Tata Ruang Kota Surakarta diharapkan akan mampu mengubah

iklim penataan alun-alun utara yang lebih inovatif dan modern sehingga dapat

berdampak positif bagi karakter pariwisata dan kepribadian Kota Surakarta


commit to user
sekaligus yang terpenting adalah memperkuat citra Keraton Kasunanan Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan dari penelitian di atas maka analisis hasil penelitian dapat

terangkum dalam matriks sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.6

Tabel Hasil Analisis

No. ISU-ISU STRATEGIS STRATEGI ANALISIS PROGRAM

1 Melalui komitmen dari DTRK 1 Membuat Maksudnya adalah 1.1 Membentuk team
dan dengan memanfaatkan kelembagaan Dinas Tata Ruang Kota work dalam
mengenai dalam melaksanakan pelaksanaan
kesadaran masyarakat dapat revitalisasi membentuk
mendukung upaya pengelolaan revitalisasi alun-
suatu kelembagaan
bidang-bidang alun utara
pengembangan alun-alun utara secara bersama dengan
di kawasan berbagai instansi
alun-alun mengenai pengelolaan 1.2 Pembagian peran
2. Menjalin kerjasama dengan utara. bidang-bidang yang ada sesuai dengan
instansi terkait untuk di kawasan alun-alun bdangnya masing-
mengoptimalkan potensi alun- utara. Dengan masing.
alun utara pembentukan
kelembagaan maka
instansi-instansi dapat
mengelola bidangnya
3. Mengusulkan diklat tentang masing-masing sesuai
cagar budaya bagi para pegawai dengan tugasnya.
khususnya pegawai di lapangan. Sehingga pelaksanaan
revitalisasi dapat
berjalan efektif dan
4. Mengupayakan bantuan dana efisien.
dari berbagai pihak agar
pelaksanaan alun-alun dapat 2 Menciptakan Maksud strategi ini 2.1 Mengadakan forum
berjalan lancar integritas di adalah menciptakan komunikasi dengan
suatu persatuan atau
antara kebersamaan antar
instansi terkait dan
Melalui evaluasi yang teratur instansi- instansi-instansi dalam unsur pendukung
5. dapat digunakan unatuk instansi terkait penyelesaian kegiatan
mengantispasi dampak bencana dalam revitalisasi alun-alun
pelaksanaan utara. Sehingga akan 2.2 Menjalin hubungan
dan mencari alternative kendala semakin memperlancar
revitalisasi baik dengan unsur
sehingga dapat kegiatan revitalisasi pendukung
6. Adanya komitmen dari DTRK berjalan tersebut. Dengan
dalam mengembangkan lancar. adanya suatu
kawasan alun-alun utara maka kebersamaan maka akan
mewujudkan
dapat dilakukan sosialisai pencapaian hasil secara
gerakan cinta cagar budaya di maksimal.
Kota Solo begitu pula di
kawasan alun-alun utara.
3 Meningkatkan Dinas Tata Ruang Kota 3.1 Melakukan
standart kerja perlu meningkatkan sosialisasi dengan
7. Mengusulkan terbentuknya standart kerja sebagai
dalam pihak yang
Peraturan Daerah tentang cagar revitalisasi tolok ukur pencapaian berpengaruh
budaya agar budaya di Kota hasil kerja dengan
alun-alun menggunakan wawasan
Solo dapat lebih terawat. utara secara dan pengalaman-
efektif dan pengalamannya dalam 3.2 Melakukan evaluasi
Melibatkan lagi unsur fleksibel untuk melakukan revitalisasi secara rutin
8. masyarakat yang dapat mendapatkan dengan tujuan berdasarkan
mendukung revitalisasi alun- hasil yang mendapatkan hasil yang schedulisasi dan
optimal maksimal pada progress revitalisasi
alun utara
commit to user revitalisasi alun-alun alun-alun utara.
utara
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

commit to user

Vous aimerez peut-être aussi