Vous êtes sur la page 1sur 10

PENGARUH KONSENTRASI H2SO4 DAN NaOH TERHADAP

DELIGNIFIKASI SERBUK BAMBU (GIGANTOCHLOA APUS)

Harry Rizka Permatasari, Fakhili Gulo, Bety Lesmini


(Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sriwijaya)
Email : harryrizka@yahoo.com

Abstrak: Pengaruh konsentrasi H2SO4 dan NaOH dalam delignifikasi serbuk bambu
telah diteliti untuk menurunkan kadar lignin. Delignifikasi dilakukan pada suhu 1210C
selama 30 menit dengan variasi konsentrasi. H2SO4: 0,5%, 1,0%, 1,5%, 2,0%, dan
2,5% (v/v) sedangkan variasi NaOH adalah 2,0%, 4,0%, 6,0%, 8,0%, dan 10% (b/v).
Kadar lignin dianalisis menggunakan metode Kappa. Peningkatan konsentrasi H2SO4
dan NaOH sejalan dengan peningkatan kadar lignin terurai. Penguraian optimum
sebesar 5,37% dicapai pada saat konsentrasi H2SO4 2,5% sedangkan pada saat
konsentrasi NaOH 6,0% penguraian optimum sebesar 9,53%.

Absract: The effect of H2SO4 and NaOH concentration in the delignification of


bamboo powder has been studied to low lignin content. Delignification done with
1210C temperature for 30 minutes with various concentrations. H2SO4 concentrations
used were 0.5%, 1.0%, 1.5%, 2.0%, and 2.5% (v / v) while the variations of NaOH
used were 2.0%, 4.0%, 6.0%, 8.0%, and `10% (w / v). Lignin content was analyzed by
using the Kappa method. The increase of H2SO4 and NaOH concentrations a line with
the increase of decomposed lignin content. The optimum decomposition of 5.37%
reached at 2,5% of H2SO4 concentration, while the decomposition of lignin when used
NaOH obtained at the optimum concentration of 6.0% NaOH at 9.53%.

Key words: Delignification, Bamboo powder, H2SO4, NaOH

PENDAHULUAN dari bahan bahan yang mengandung


Cadangan bahan bakar fosil Indonesia glukosa berbenturan dengan fungsi bahan
bahkan dunia sangat terbatas dan lambat laun tersebut sebagai sumber pangan. Oleh karena
akan semakin menipis, oleh karena itu sangat itu dikembangkan produksi bioetanol dengan
tidak bijaksana jika bahan bakar hanya menggunakan bahan yang mengandung
bergantung dari fosil saja (LEMHANNAS selulosa.
RI, 2012). Banyak pihak memikirkan cara Salah satu bahan yang mengandung
lain untuk mendapatkan bahan bakar selain selulosa yaitu bambu. Persentase selulosa
dari fosil yaitu melalui energi alternatif pada bambu yaitu 42,4% 53,6%. Persentase
terbarukan. Salah satu bentuk energi komponen lain yang terkandung dalam
terbarukan yaitu bioetanol yang dapat batang bambu adalah lignin (19,8% - 26,6%),
diproduksi dari tumbuhan. Produksi bioetanol pentosan (1,24% - 3,77%), zat ekstraktif
(4,5% - 9,9%), air (15% - 20%), abu (1,24% -

131
3,77%), dan SiO2 (0,1% - 1,78%) (Hermiati dan 45 menit. Berdasarkan hasil analisa,
& Euis, 2008). Persentase selulosa yang pada metode pretreatment dengan
lumayan besar ini menjadikan bambu sebagai menggunakan H2SO4 0,5% pada waktu
salah satu sumber bioetanol selulosa. Serbuk pemanasan selama 30 menit terjadi
bambu, khususnya di daerah Kertapati penurunan kadar lignin dari 21,11% menjadi
Palembang, merupakan limbah dari 12,97% (Wardani & Kusumawardini, 2012).
pembuatan sangkar burung. Tiap sore hasil Dalam penelitian tentang delignifikasi
serutan bambu ini dibakar dan dibuang. ampas tebu menggunakan delignifikator
Pembakaran serbuk bambu ini tentu NaOH 2%, 4% dan 6%. Hasil penelitian
memegang peran dalam meningkatkan polusi menunjukkan pengurangan lignin terbanyak
udara. Memanfaatkan bambu sebagai sumber diperoleh melalui penggunaan NaOH 6%
bioetanol selulosa tentunya jauh lebih baik yaitu sebesar 32%, dari 17,65% menjadi
daripada hanya menjadi polusi. 11,9% (Gunam, Wartini, Anggreni, &
Pembuatan bioetanol dari bahan yang Suparyana, 2011).
mengandung selulosa melewati empat tahap, Delignifikasi bambu masih jarang
yaitu pre-treatment, hidrolisis, fermentasi, diteliti sehingga belum dapat disimpulkan
dan pemurnian etanol (Mosier, Wyman, delignifikator mana yang akan menghasilkan
Dale, Elander, Lee, & Holtzapple, 2005). kadar lignin paling minimum.
Bahan bahan yang mengandung selulosa Oleh karena itu perlu dilakukan
juga mengandung lignin. Lignin merupakan penelitian tentang delignifikasi bambu guna
pelindung selulosa dan hemiselulosa. Lignin mendapatkan hasil berupa lignin minimum
dapat mengganggu proses hidrolisa karena sehingga dapat mengoptimalkan tahap
akan menghambat aktivitas enzim di dalam selanjutnya pada pembuatan bioetanol. Pada
ragi dalam pengkonversian gula sederhana penelitian ini, kami menggunakan variasi
menjadi etanol (Wiratmaja, Kusuma, & konsentrasi H2SO4 dan NaOH.
Winaya, 2011). Oleh karena itu proses pre- Tujuan penelitian ini adalah sebagai
treatment memegang peranan penting dalam berikut yaitu untuk mengetahui adakah
produksi bioetanol. Pre-treatment disebut pengaruh konsentrasi H2SO4 terhadap
juga delignifikasi. persentase lignin dalam delignifikasi serbuk
Delignifikasi bertujuan untuk bamboo, dan untuk mengetahui adakah
mengurangi kadar lignin di dalam bahan pengaruh konsentrasi H2SO4 terhadap
berlignoselulosa. Delignifikasi akan persentase lignin dalam delignifikasi serbuk
membuka struktur lignoselulosa agar bambu.
selulosa menjadi lebih mudah diakses. Proses
delignifikasi akan melarutkan kandungan
lignin di dalam bahan sehingga METODE PENELITIAN
mempermudah proses pemisahan lignin Jenis penelitian ini adalah penelitian
dengan serat (Sumada, Tamara, & Fiqih, kuantitatif, dengan metode pengumpulan
2011). Pada beberapa penelitian, data yaitu metode eksperimen. Variabel
delignifikasi umumnya menggunakan NaOH bebas berupa konsentrasi H2SO4 dan
dan H2SO4. Pada penelitian tentang H2SO4 konsentrasi NaOH, sedangkan variabel
yang membandingkan pretreatmet terikat adalah delignifikasi serbuk bambu
menggunakan metode kimia dengan ampas berupa kadar lignin. Variabel yang
tebu, yaitu dengan H2SO4 (0,25% dan 0,5%) digunakan pada penelitian berupa
dan variasi waktu pemanasan menggunakan konsentrasi H2SO4 dan NaOH. Konsentrasi
autoclace dengan suhu 1210C selama 15, 30, berarti 1 mol zat terlarut di dalam 1 L

132
larutan. Konsentrasi H2SO4 yang digunakan dengan autoclave pada suhu 121oC selama
adalah 0,5%, 1,0%, 1,5%, 2,0%, dan 2,5% 30 menit (Singh & Bishnoi, 2012). Lalu
(v/v). Konsentrasi NaOH yang digunakan disaring dan dicuci dengan air sampai pH
adalah 2,0%, 4,0%, 6,0%, 8,0%, dan 10%. netral. Selanjutnya dikeringkan dengan oven
Kadar Lignin yang dihasilkan adalah kadar pada suhu 105oC selama 10 jam.
lignin sisa yang selanjutnya dicari kadar
Penentuan Kadar Lignin dengan Metode
lignin terurainya.
Kappa (SNI 0494)
Prosedur Penelitian Sebanyak 1 g sampel dimasukkan ke
Alat : Alat-alat gelas, biuret, alat dalam erlenmeyer kemudian 200 mL air
penggiling, hot plate stirer, suling ditambahkan ke dalam erlenmeyer.
penangas air, pH meter, stop Erlenmeyer diletakkan di atas penangas air
watch, magnetic stirer, autoclave, bersuhu 25,0 ( 0,2)0C dan aduk perlahan
oven. menggunakan magnetic stirer selama
Bahan : Serbuk bambu, H2SO4, NaOH, berlangsungnya reaksi. Larutan kalium
Na2S2O3, KI, larutan amilum, permanganat 0,1 N dipipet 25 mL dan
aquades, KMnO4. larutan asam sulfat 4,0 N dipipet 25 mL
dimasukkan ke dalam gelas beker 50 mL.
Preparasi Serbuk Bambu
Campuran larutan kalium permanganat dan
Sampel bambu dijemur pada panas
asam sulfat tersebut ditambahkan ke dalam
matahari untuk menghilangkan kandungan
erlenmeyer yang berisi sampel. Bilas beker
airnya. Setelah kering bambu digiling
gelas dengan air suling jangan lebih 5 mL,
menggunakan alat penggiling sampai
masukkan air pembilas ke dalam erlenmeyer.
berbentuk serbuk yang halus. Kemudian
Biarkan reaksi berlangsung selama 10 menit,
sampel diayak dengan ayakan 100 mesh.
larutan kalium iodida 1,0 N ditambahkan
Delignifikasi Menggunakan H2SO4 dan sebanyak 5 mL. Titrasi dilakukan dengan
Dipanaskan Pada Suhu 121oC larutan natrium thiosulfat 0,2 N setelah
Sebanyak 5 gram sampel yang telah terbentuk iodida bebas (timbul warna
menjadi serbuk ditambahkan 50 mL aquades kuning). Sebagai indikator, beberapa tetes
(untuk delignifikasi tanpa delignifikator) dan larutan amilum di tambahkan sampai timbul
5 gram sampel + 50 mL larutan H2SO4 warna biru, kemudian lanjutkan titrasi
dengan variasi konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, sampai warna biru hilang. Pemakaian larutan
2%, dan 2,5% (v/v). Kemudian dipanaskan natrium thiosulfat dicatat sebagai a mL.
dengan autoclave pada suhu 121oC selama Blanko dikerjakan juga seperti perlakuan di
30 menit (Singh & Bishnoi, 2012). Lalu atas tanpa menggunakan sampel. Pemakaian
disaring dan dicuci dengan air sampai pH larutan natrium thiosulfat dicatat dalam
netral. Selanjutnya dikeringkan dengan oven titrasi blanko sebagai b mL.
pada suhu 105oC selama 10 jam. Untuk menentukan kadar lignin dengan
Delignifikasi Menggunakan NaOH dan metode Kappa digunakan rumus sebagai
Dipanaskan pada Suhu 121oC berikut.
Sebanyak 5 gram sampel yang telah
menjadi serbuk ditambahkan 50 mL aquades =

(untuk delignifikasi tanpa delignifikator) dan ( )
=
5 gram sampel + 50 mL larutan NaOH 0,1
dengan variasi konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% % Kadar Lignin Sisa = K x 0,15
dan 10% (b/v). Kemudian dipanaskan
Keterangan untuk blanko yaitu.

133
K = nilai bilangan kappa
f = faktor koreksi pada pemakaian 50%
HASIL DAN PEMBAHASAN
KMnO4 (terdapat pada tabel faktor koreksi)
Pada penelitian ini serbuk bambu
p = larutan KMnO4 yang terpakai (mL)
didelignifikasi menggunakan metode semi-
b = volume natrium thiosulfat pada tanpa
kimiawi, yaitu dengan menggunakan
sampel (mL)
delignifikator kimia dan di autoclave pada
a = volume natrium thiosulfat pada blanko
suhu tinggi secara fisik. Bagian bambu yang
(mL)
diambil adalah bagian dalam bambu yang
w = berat sampel (gram)
merupakan serutan hasil limbah pembuatan
N = konsentrasi natrium thiosulfat (0,2 N)
sangkar burung. Sebelum menjadi serbuk,
serutan bambu dijemur dan digiling untuk
Keterangan untuk sampel yaitu. mengoptimalkan penghancuran lignin.
K = nilai bilangan kappa Proses ini juga termasuk salah satu cara
f = faktor koreksi pada pemakaian 50% delignifikasi, yaitu secara fisika.
KMnO4 (terdapat pada tabel faktor koreksi) Ada beberapa faktor yang
p = larutan KMnO4 yang terpakai (mL) mempengaruhi delignifikasi secara fisika,
b = volume natrium thiosulfat pada tanpa salah satunya ukuran sampel. Ukuran sampel
sampel (mL) dapat mempengaruhi porositas yang
a = volume natrium thiosulfat pada sampel kemudian mempengaruhi kontak terhadap
(mL) delignifikator (Sun & Cheng., 2002). Selain
w = berat sampel (gram) itu, pengecilan ukuran sampel akan
N = konsentrasi natrium thiosulfat (0,2 N) memutukan rantai polimer yang panjang
menjadi rantai polimer yang lebih pendek
sehingga memudahkan pemisahan lignin dari
Untuk mencari kadar lignin terurai ikatan selulosa (Heradewi, 2007). Semakin
digunakan rumus sebagai berikut. kecil ukuran sampel maka akan semakin
mudah dalam mendegradasi lignin, karena
itulah pada penelitian ini serutan bambu
dipotong, kemudian digiling, dan diayak
dengan ayakan 100 mesh sehingga menjadi
Hipotesis Statistik serbuk bambu.
: > 0 Setelah menjadi serbuk, sampel
0 : = 0 didelignifikasi dengan H2SO4 dan NaOH
Uji Hipotesis serta dipanaskan pada autoclave dengan suhu
1210C. Pemakaian suhu diatas 1800C
Uji korelasi Pearson : menyebabkan kemungkinan selulosa
terdegradasi lebih banyak karena pada suhu
ini lignin telah habis terlarut sehingga
delignifikator yang tersisa akan
=
( ) ( ) mendegradasi selulosa. Sementara pada suhu
rendah lignin belum terurai dan masih
melindungi selulosa sehingga selulosa masih
Rumus regresi Linier sederhana: sulit untuk diakses.
Pemanasan pada autoclave dengan
= + suhu 1210C dilakukan selama 30 menit

134
karena pada waktu ini merupakan waktu variasi konsentrasi H2SO4 ditabulasikan pada
yang paling optimum dalam delignifikasi Tabel 1 berikut.
(Singh & Bishnoi, 2012). Berdasarkan
penelitian Oktaveni (2008) pada proses
Tabel 1. Hasil Analisis Delignifikasi
pemasakan dengan waktu yang sebentar
Serbuk Bambu Menggunakan Metode
(kurang dari 30 menit), delignifikator hanya
Kappa dengan Variasi konsentrasi H2SO4
dapat mendegradasi lignin diantara sel sel
kayu sementara lignin yang berada pada Kadar
Kadar
dinding sel kayu baru terlarut setelah waktu [H2SO4] Lignin
No. Lignin
(%) Terurai
pemasakan ditingkatkan. Sisa (%)
(%)
Setelah selesai didelignifikasi, serbuk
1 0,0 9,130 0,00
bambu dianalisis kadar lignin menggunakan 2 0,5 8,980 1,64
metode KAPPA, yaitu melalui konsumsi 3 1,0 8,900 2,52
permanganat karena permanganat memiliki 4 1,5 8,830 3,29
sifat mampu berikatan dengan lignin. 5 2,0 8,690 4,82
Menurunnya kadar lignin akan meningkatkan 6 2,5 8,640 5,37
konsumsi permanganat (Oktaveni, 2008).
Jadi semakin banyak Natrium Thiosulfat
Uji Hipotesis Statistik
yang digunakan untuk menghilangkan
Uji hipotesis menggunakan uji
permanganat pada saat titrasi (pada analisa
korelasi dan uji regresi linier. Uji korelasi
KAPPA) maka semakin rendah kadar lignin
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
yang terkandung di dalam sampel.
hubungan antara konsentrasi H2SO4
Reaksi yang terjadi pada saat analisa
dankadar lignin terurai, sedangkan uji
KAPPA yaitu sebagai berikut (Ek,
analisis regresi linier dilakukan untuk
Gellerstedt, & Henriksson, 2009).
mengetahui sejauh mana pengaruh H2SO4
Reaksi Larutan Sampel
terhadap persen lignin terurai.

Tabel 2. Uji Korelasi antara Konsentrasi


2MnO4 + 10I + 16H 2Mn + 5I2 +
- - + 2+
H2SO4 dan Persen Lignin Terurai
8H2O
[H2SO4] Persen
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 Lignin
terurai
Pearson 1 ,991**
Pengaruh Konsentrasi H2SO4 Terhadap Correlati
Delignifikasi Serbuk Bambu on
[H2SO4]
Analisis Delignifikasi Serbuk Bambu Sig. (1- ,000
tailed)
Menggunakan H2SO4 dengan Metode
N 6 6
Kappa
Persen Pearson ,991** 1
Hasil analisis delignifikasi serbuk
Lignin Correlati
bambu menggunakan metode Kappa dengan terurai on

135
Sig. (1- ,000 Berdasarkan analisis diatas didapatkan
tailed) bahwa # 0, maka Ho ditolak, yang
N 6 6 berarti ada pengaruh konsentrasi H2SO4
Dari hasil uji korelasi yang dilakukan terhadap delignifikasi serbuk bambu
didapatkan bahwa nilai korelasi Pearson
0,991 artinya terdapat hubungan yang sangat Delignifikasi Serbuk Bambu
erat (Sugiyono, 2007). Hubungan [H2SO4] Menggunakan H2SO4
dan persen lignin terurai sangat kuat yang Jenis delignifikasi asam yang
ditunjukkan dengan nilai korelasi mendekati digunakan pada penelitian ini adalah
+1. Tanda positif berarti hubungan antara konsentrasi rendah dan suhu yang sesuai.
konsentrasi lignin dan persen lignin terurai Penggunaan jenis delignifikasi ini untuk
berbanding lurus. Nilai signifikan yang mencegah selulosa ikut terdegradasi dalam
dihasilkan yaitu 0,000 < 0,005 berarti proses delignifikasi. Selulosa tidak akan
hubungannya signifikan. Selanjutnya terdegradasi jika konsentrasi yang digunakan
dilakukan uji analisis regresi linier, hasil rendah dan suhu yang sesuai. Kadar lignin
yang didapatkan adalah sebagai berikut. terurai pada delignifikasi menggunakan
Tabel 3. Uji Analisis Regresi H2SO4 dengan variasi konsentrasi H2SO4
0,5%, 1,0%, 1,5%, 2,0%, dan 2,5% (v/v) dan
lama pemanasan 30 menit dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut.

6.00
5.37
Kadar Lignin

4.82
Terurai (%)

4.00
3.29
2.52
2.00 1.64
0.00 0.00
0.0 1.0 2.0 3.0
[H2SO4] (%)

Dengan R2 sebesar 0,983 berarti Gambar 1. Kadar Lignin Terurai Pada


[H2SO4] mempengaruhi kadar lignin pada Delignifikasi Serbuk Bambu Menggunakan
bambu sebesar 98,3%., Sedangkan 1,7%nya H2SO4
dipengaruhi oleh faktor lain. Standar deviasi
Dari grafik diatas dapat diketahui
yang didapatkan yaitu 4,591 lebih besar
bahwa penambahan konsentrasi H2SO4 akan
dibandingkan standar error, berarti model
memperbesar kadar lignin terurai yang
regresi bagus dalam bertindak sebagai
berarti memperkecil lignin terkandung di
predictor kadar lignin terurai.
dalam serbuk bambu. Jadi, penurunan kadar
Berdasarkan tabel diatas didapatkan
lignin berbanding lurus dengan peningkatan
thitung sebesar 15,120 sedangkan ttabel adalah
konsentrasi H2SO4.
2,132, hal ini berarti thitung > ttabel . Oleh
Pada serbuk bambu dengan
karena itu Ho ditolak. Persamaan model
delignifikator H2SO4 0,5% terjadi penurunan
regresi yaitu.
kadar lignin sebesar 1,64%. Penurunan ini
Y = 0,286 + 2,123x
didapatkan dari selisih persentase lignin hasil

136
delignifikasi tanpa delignifikator dengan bambu untuk mendapatkan kadar lignin
H2SO4 0,5% , dibagi dengan persentase minimal dari variasi konsentrasi yang
lignin tanpa delignifikator dan dikali 100% dilakukan dengan H2SO4 adalah pada
Selisih kadar lignin terus mengalami konsentrasi 2,5%.
peningkatan, pada H2SO4 1,0% dengan
Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap
persentase lignin sebesar 8,98% penurunan
Delignifikasi Serbuk Bambu
kadar lignin yang didapat yaitu 2,52%, pada
H2SO4 1,5% lignin yang terkandung sebesar Analisis Delignifikasi Serbuk Bambu
8,83% dengan penurunan kadar lignin 3,29 Menggunakan NaOH dengan Metode
%, kadar lignin pada H2SO4 2% sebesar Kappa
8,69%, penurunan kadar lignin yaitu 4,82%, Hasil analisis delignifikasi serbuk
kemudian pada konsentrasi 2,5% kadar bambu menggunakan variasi NaOH yang
lignin 8,64% dan selisih kadar lignin yang dipanaskan pada Autoclave selama 30 menit
didapat sebesar 5,37%. Penurunan kadar dengan metode Kappa dapat dilihat pada
lignin dari delignifikasi dengan H2SO4 2% ke Table 5 dibawah ini.
H2SO4 2,5% cenderung konstan, hal ini dapat Tabel 4. Hasil Analisis Delignifikasi
dilihat dari penurunan kadar lignin hanya Serbuk Bambu Menggunakan Metode
0,5%. Jika konsentrasi pada delignifikasi Kappa dengan Variasi Konsentrasi NaOH
ditingkatkan dengan suhu 1210C maka
Kadar
selulosa akan terdegradasi. [NaOH] Kadar Lignin
No. Lignin Sisa
Penambahan asam pada lignin yang (%) Terurai (%)
(%)
mengandung fenolik eter akan menyebabkan
1 0,0 9,130 0,00
terjadinya protonasi gugus eter di atom C 2 2,0 9,014 1,27
dari benzil. Akibat dari terjadinya protonasi 3 4,0 8,610 5,81
ini, molekul alkohol terlepas dan 4 6,0 8,260 9,53
menghasilkan ion benzilium dan oksonium. 5 8,0 8,640 9,86
Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada 6 10 8,176 10,45
Gambar 2 berikut.
Uji Hipotesis Statistik
Uji pertama dilakukan uji korelasi
yang didapatkan hasil hubungan antara
konsentrasi NaOH dan persen lignin terurai
sangat kuat yang ditunjukkan dengan nilai
korelasi mendekati +1 yaitu sebesar 0,952
Gambar 2. Reaksi Protonasi Gugus Eter (Sugiyono, 2007). Tanda positif berarti
(Ariani & Idiawati, 2011) hubungan antara konsentrasi lignin dan
Selain itu, penambahan asam akan persen lignin terurai berbanding lurus. Nilai
membuat pH rendah. pH merupakan salah signifikan yang dihasilkan yaitu 0,000 <
satu hal yang mempengaruhi daya larut 0,005 berarti hubungannya signifikan. Tabel
lignin, pH rendah akan membuat gugus uji korelasi yang dihasilkan sebagai berikut.
hidroksil fenolat terprotonasi, berkondensasi
dan mengendap dalam pelarut polar (Ariani Tabel 5. Uji Korelasi Konsentrasi NaOH
& Idiawati, 2011). dan Lignin Terurai
Dari analisa lignin diatas didapatkan Correlations
bahwa kondisi maksimal delignifikasi serbuk

137
[NaO Persen Delignifikasi Serbuk Bambu
H] Lignin Menggunakan NaOH
terurai Penggunaan NaOH sebagai
Pearson 1 ,952** delignifikator pada penelitian ini dengan
Correlation alasan NaOH dapat merusak struktur lignin
[NaOH]
Sig. (1-tailed) ,002 pada bagian kritalin dan amorf. Selain itu
N 6 6 penelitian ini bersifat continue yang
Pearson ,952** 1 memerlukan selulosa dan hemiselulosa dari
Persen Lignin Correlation serbuk bambu. NaOH dapat mengekstraksi
terurai Sig. (1-tailed) ,002 hemiselulosa dengan cara memecah struktur
N 6 6
amorf pada hemiselulosa. NaOH juga dapat
menguraikan lignin pada suhu kurang dari
Analisis selanjutnya yaitu uji analisis 1800C. Jadi, penggunaan NaOH dapat
regresi linier, analisis data yang didapatkan menghancurkan lignin sekaligus
yaitu sebagai berikut. mengekstraksi selulosa dan hemiselulosa
Tabel 6. Uji Analisis Regresi Linier pada serbuk bambu.
Kadar lignin terurai pada
delignifikasi menggunakan NaOH dengan
variasi konsentrasi 2,0%, 4,0%, 6,0%, 8,0%,
dan 10% (b/v) serta lama pemanasan 30
menit dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

12.00
Kadar Lignin Terurai (%)

10.00
10.45
8.00 9.53 9.86
6.00 5.81
4.00
2.00
1.27
0.00 0.00
Berdasarkan data diatas didapatkan 0 5 10
bahwa konsentrasi NaOH mempengaruhi [NaOH] (%)
kadar lignin sebesar 90,5%, hal ini dapat
diketahui dari nilai R2 sebesar 0,905. Nilai
standar deviasi adalah 4,59, lebih besar Gambar 31. Kadar Lignin Terurai Pada
dibandingkan standar error, sehingga model Delignifikasi Serbuk Bambu Menggunakan
regresi bagus dalam bertindak sebagai NaOH
Pada delignifikasi tanpa NaOH kadar
prediktor.
Pada data diatas thitung nilainya sebesar lignin pada serbuk bambu yaitu 9,130%.
6,185 sedangkan pada ttabel 2,132, hal ini Kadar lignin terurai dari delignifikasi tanpa
berarti Ho ditolak karena thitung > ttabel . NaOH ke delignifikasi menggunakan NaOH
Berdasarkan data diatas persamaan regresi 2% dengan kadar lignin sebesar 9,014%
mengalami peningkatan sebesar 1,27 %.
yang didapatkan yaitu. Y = 0,315 + 1,168x.
Peningkatan konsentrasi NaOH
Dari uji diatas dihasilkan bahwa #
semakin menurunkan kadar lignin dan
0, maka Ho ditolak, yang berarti ada
meningkatkan kadar lignin terurai, yaitu pada
pengaruh konsentrasi NaOH terhadap
konsentrasi 4% kandungan lignin sebesar
delignifikasi serbuk bambu

138
8,610% dengan kadar lignin terurai sebesar Lignin akan terlarut pada pH yang tinggi
5,81%, pada delignifikasi menggunakan yaitu dalam lindi hitam karena gugus
NaOH 6% persentase lignin 8,260% dan hidroksil fenolat lignin berada dalam
selisih persentase kadar lignin sebesar keadaan terionisasi membentuk garamnya
9,53%, penggunaan NaOH 8% menghasilkan dan bersifat polar. Perlakuan tersebut akan
kadar lignin terurai sebanyak 9,86% dan memecah lignin menjadi partikel yang lebih
kadar lignin sisa sebesar 8,230%, serta kecil (Ariani & Idiawati, 2011).
penambahan NaOH 10% pada delignifikasi
serbuk bambu menguraikan kadar lignin SIMPULAN
sebanyak 10,45% dengan persentase lignin Peningkatan konsentrasi H2SO4 dari
sisa sebanyak 8,176%. 0,5% 2,5% memberikan pengaruh berupa
Berdasarkan keterangan diatas dapat penurunan kadar lignin dalam delignifikasi
diketahui bahwa peningkatan kadar lignin serbuk bambu. Berdasarkan uji korelasi dan
terurai sejalan dengan peningkatan uji regresi didapatkan bahwa hubungan
konsentrasi NaOH. Kadar lignin terurai terus antara konsentrasi H2SO4 dan kadar lignin
mengalami peningkatan hingga mencapai terurai signifikan. Besarnya penurunan
titik konstan pada konsentrasi 6,0 %, 8,0 %, kadar lignin sejalan dengan peningkatan
dan 10 %. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi H2SO4. Semakin tinggi
konsentrasi NaOH yang menghasilkan kadar konsentrasi yang digunakan semakin besar
lignin paling sedikit pada penelitian ini pula kadar lignin terurai pada bambu. Kadar
adalah NaOH 10%. lignin terurai pada perlakuan ini antara
Kadar lignin menurun seiring dengan 1,64% - 5,37%. Konsentrasi H2SO4 yang
penambahan konsentrasi NaOH. Hal ini menghasilkan kadar lignin terurai paling
disebabkan penambahan basa alkali berupa besar pada penelitian ini adalah H2SO4 2,5%
NaOH akan mempermudah pemutusan dengan persentase lignin terurai sebesar
ikatan senyawa lignin. Partikel NaOH akan 5,37%.
masuk ke dalam bahan dan memecah Berdasarkan uji korelasi dan uji
struktur lignin (Elwin, Lutfi, & Hendrawan, regresi didapatkan bahwa konsentrasi NaOH
2013) sehingga lignin lebih mudah larut yang juga memberikan pengaruh dalam
mengakibatkan penurunan kadar lignin. delignifikasi serbuk bambu secara signifikan.
Reaksi pemutusan lignoselulosa dengan Konsentrasi NaOH juga memberikan
NaOH dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. pengaruh dalam delignifikasi serbuk bambu.
Pengaruh NaOH terhadap delignifikasi
serbuk bambu berupa penurunan kadar lignin
antara 1,27% - 10,45% dengan konsentrasi
NaOH paling optimal pada penelitian ini
adalah NaOH 6%.

DAFTAR PUSTAKA
Ariani, L., & Idiawati, N. 2011. Penentuan
Gambar 4. Reaksi Pemutusan Ikatan Lignin dan Kadar Glukosa dalam
Lignoselulosa Menggunakan NaOH (Fengel Hidrolisis Organosolv dan Hidrolisis
& Wegeneer, 1995) Asam. Jurnal Sains dan Terapan
Penurunan persentase lignin di dalam Kimia , 5 (2): 140--150.
serbuk bambu juga dipengaruhi oleh pH.

139
Ek, M., Gellerstedt, G., & Henriksson, G. Oktaveni, D. 2008. Lignin Terlarut Asam dan
2009. Pulping Chemistry and Delignifikasi Pada Tahap Awal Proses
Technology. Berlin: Walter de Gruyter Pulping Alkali. Bogor: IPB.
GmbH & Co.
Singh, A., & Bishnoi, N. R. 2012. Enzymatic
Elwin, Lutfi, M., & Hendrawan, Y. 2013. hydrolysis optimization of microwave
Analisis Pengaruh Waktu Pretreatmet alkali pretreated wheat straw.
dan Konsentrasi NaOH terhadap Bioresource Technology , 108: 95--
Kandungan Selulosa, Lignin, dan 101.
Hemiselulosa Eceng Gondok Pada
Sun, Y., & Cheng., J. 2002. Hydrolysis of
Proses Pretreatment Pembuatan
Lignocellulosic Materials for Ethanol
Bioetanol. Keteknikan Pertanian
Production. Bioresource Technology
Tropis dan Biosistem, 2 (2): 104--110.
Journal , 1 (1): 1--11.
Fengel, D., & Wegeneer. 1995. Kayu: Kimia,
Wardani, A. K., & Kusumawardini, I. 2012.
Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi.
Pretreatment Ampas Tebu (Saccharum
Terjemahan oleh Sastrohamidjojo, H.
Oficinarum) sebagai Bahan Baku
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Bioetanol Generasi Kedua, (Online),
Press.
(http://tehapeub.net/ejurnal/715d7-
Gunam, I. B., Wartini, N. M., Anggreni, A. Indah-K.pdf, diakses 10 Juni 2013).
A., & Suparyana, P. M. 2011.
Wiratmaja, I. G., Kusuma, I. G., & Winaya, I.
Delignifikasi Ampas Tebu Dengan
N. 2011. Pembuatan Etanol Generasi
Larutan Natrium Hidroksida Sebelum
Kedua Dengan Memanfaatkan imbah
Sakarifikasi Secara Enzimatis
Rumput Laut Eucheuma Cottonii
Menggunakan Enzim Selulase Kasar
Sebagai Bahan Baku. Ilmiah Teknik
Dari Aspergillus Niger FNU 6018.
Mesin Cakram , 5 (1): 75--84.
Teknologi Indonesia LIPI Press , 34
(Edisi Khusus 2011): 24--32.
Heradewi. 2007. Isolasi Lignin dari Lindi
Hitam Proses Pemasakan Organosolv
Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS). Bogor: IPB.
LEMHANNAS RI. 2012. Pengembangan
Energi Baru Terbarukan guna
Penghematan Bahan Baku Fosil dalam
Rangka Ketahanan Energi Nasional.
Jurnal Kajian LEMHANNAS RI , 14:
12--19.
Mosier, N., Wyman, C., Dale, B., Elander, R.,
Lee, Y., & Holtzapple, M. 2005.
Features of promising technologies for
pretreatment of lignocellulosic
biomass. Bioresource Technology ,
673--686.

140

Vous aimerez peut-être aussi