Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Rustinah (2008) dalam Sumarliyah (2011), Vertigo adalah
perasaan seolah-olah penderita berputar, bergerak atau seolah-olah benda
di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan
mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo adalah ilusi gerak atau yang
menyatakan halusinasi gerak. Penderita merasa dan melihat keselilingnya
berputar meskipun sebenarnya tetap diam atau merasa dirinya beputar
meskipun juga sebenarnya tidak (Yatim, 2004). Menurut Yatroki (2009)
dalam Sumarliyah (2011), vertigo dapat berlangsung hanya dalam
beberapa saat atau berlanjut sampai beberapa jam atau hari.Lebih dari 2
juta orang pertahun mengnjingu dokter karena vertigo dengan gangguan
keseimbangan.
Menurut Wediantopanco (2010) alam Sumarliyah (2011),
penyebab gangguan keseimbangan pada pasien vertigo dapat merupakan
suatu kondisi anatomis yang jelas atau reaksi fisiologis sederhana terhadap
kejadian hidup yang tidak menyenangkan. Menurut Miralzadia (2008)
dalam Sumarliyah (2011), ada beberapa situasi dan kondisi yang
melatarbelakangi terjadinya vertigo adalah hanya suatu kondisi yang tidak
begitu berarti tetapi pada waktu yang lain dapat merupakan kondisi yang
mengancam jiwa. Sayangya menemukan penyebab keseimbangan dapat
sangat melelahkan dan membuat frustasi. Sebagai contoh, hamper semua
masalah apapun pada system apapun dalam tubuh dapat menyebabkan
efek pusing atau keseimbangan.
Menurut Rahmad (2010) dalam Sumarliyah (2011), otak
menggunakan data-data dan menggunakan informasi untuk penilaian
yangcepat terhadap kepala, badan, sendi dan mata. Ketika tiga system
sensori dan otak berfungsi dengan baik, hasil akhirnya dalah system
keseimbangan yang sehat. Ketika system keseimbangan tidak berfungsi,
maka dapat menyusuri masalah kembali pada satu gangguan dari salah
satu ketiga system sensori atau memproses data (otak).masalah dari tiap-
tiap area tersebut berhubungan dengan system-sistem sensori atau otak.
Fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak
normal atau tidak fisiologis atau ada rangsang gerakan yang aneh atau
berlebihan maka proses pengalihan informasi akan terganggu akibatnya
muncul gejala vertigo dan gejala otonom, disamping itu respon
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal yang berupa nistagmus, unsteadiness, atasia saat berdiri atau
berjalan dan gejala lainnya.
(http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-helmintria-
666-1-kti_helm-0.pdf)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari VERTIGO?
2. Apa etiologi dari VERTIGO?
3. Bagaimana prognosis dari VERTIGO?
4. Apa saja manifestasi klinis dari VERTIGO?
5. Bagaimana klasifikasi dari VERTIGO?
6. Bagaimana patofisiologi dari VERTIGO?
7. Bagaimana komplikasi dari VERTIGO?
8. Bagaimana pemeriksaan lab dari VERTIGO?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari VERTIGO?
10. Bagaimana pengkajian dari VERTIGO?
11. Apa saja diagnosa keperawatan yang ditemukan pada VERTIGO?
12. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada penderita VERTIGO?

1.1 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari VERTIGO
2. Mengetahui etiologi dari VERTIGO
3. Mengetahui prognosis dari VERTIGO
4. Mengetahui manifestasi klinis dari VERTIGO
5. Mengetahui klasifikasi dari VERTIGO
6. Mengetahui patofisiologi dari VERTIGO
7. Mengetahui komplikasi dari VERTIGO
8. Mengetahui pemeriksaan lab dari VERTIGO
9. Mengetahui penatalaksanaan dari VERTIGO
10. Mengetahui pengkajian pada VERTIGO
11. Mengetahui diagnosa yang terdapat pada VERTIGO
12. Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada penderita VERTIGO

1.2 Manfaat Penulisan


Hasil dari penulisan askep ini sebagai bahan pembelajaran untuk
penderita gangguan pada sistem Neurobehaviour yaitu penyakit vertigo agar
lebih menjaga kesehatannya. Manfaat lain agar mahasiswa mampu
memahami konsep teori tentang penyakit vertigo. Sehingga mampu
menyusun asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit vertigo.
BAB 1
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa yunani (vertere) yang artinya memutar.
Penamaan tersebut sesuai dengaan sensasi yang dirasakan oleh orang yang
mengalaminya, bahwa sekeliling atau lingkungan mereka terasa berputar,
padahal badan mereka tidak bergerak (Gandi, 2012). Vertigo adalah ilusi
gerak, ada yang mengatakan halusinasi gerak. Penderita merasa an melihat
sekelilingnya berputar meskipun sebenarnya tetap diam atau merasa
dirinya berputar meskpiun juga sebenarnya tidak (Yatim, 2004). Vertigo
juga merupakan setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau
obyek-obyek disekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan
sistem keseimbangan (Joesoef, 2007).

B. Klasifikasi
Vertigo dapat terjadi karena adanya gangguan keseimbangan baik
perifer pada telinga maupun otak. Ada dua tipe vertigo sesuai dengaan
penyebabnya yaitu (Gandhi, 2012).
a. Vertigo perifer terjadi apabila terdapat masalah pada telinga bagian
dalam yang mengendalikan keseimbangan, yaitu labirin vestibular atau
saluran setengah lingkaran (semicircular canals) atau saraf vestibular
(vestibular nerve) yang menghubungkan telinga ke otak. Vestibular adalah
alat keseimbangan, yang bereseptor sensorinya berada di dalam telinga.
Reseptor pada system Vestibular meliputi kanalis semisirkularis
(semicircular canals) utrikulus, serta sakulus. Reseptor tadi system sensori
ini disebut dengan system kecepatan perubahan sudut. Vertigo yang
berhubungan dengan telinga bagian dalam dapat disebabkan oleh benign
positional vertigo atau disebut juga benign paroxysmal positional vertigo.
b. Vertigo sentral terjadi apabila terdapat masalah didalam otak. Terutama
dalam batang otak atau belakang otak (cerebellum). Vertigo yang
berhubugan dengan batang otak dikarenakan adanya penyakit pembuluh
darah, obat-obatan (seperti antikonvulsan, aspirin), konsumsi alcohol,
migraine, multiple sclerosis (penyakit yang menyerang system saraf pusat)
dan walau jarang terjaddi, kondisi kejang dapat memicu vertigo.

C. Etiologi
Penyebab vertigo dibagi berdasarkan jenis vertigo yaitu:
a. Vertigo jenis perifer ini dapat disebabkan karena adanya
neurolotisvestibuler, vertigo posisional benigna (jinak) , penyakit meniere,
trauma, fisiologis (seperti mabuk kendaraan), obat-obatan dan tumor di
fossa posterior dasar tengkorak (misalnya neuroma akustik). Jenis benign
positional vertigo adalah suatu keadaan ketika vertigo terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 1 detik (Yatim, 2004). Gangguan
ini diakibatkan perubahan posisi kepala biasanya terjadi ketika penderita
berbaring, bangun, berguling di atas tempat tidur atau menoleh kebelakang
(Gandhi, 2012).
b. Vertigo sentral ini dapat disebabkan karena adanya stroke batang otak,
TIA vertebribasiler, kanker, migrainbasiler, trauma, perdarahan diotak
kecil, infark batang otak atau cerebellum dan degenerasi spinoserebellar
(Yasim, 2004).
D. Patofisiologi
Patofisiologi vertigo adalah abnormalitas organ vestibuler,visual ataupun
system propiosepti,labirin (organ untuk ekuilibrium ) terdiri atas 3 kanalis
semiskularis,yang berhubungan dengan rasangan akselerasi angular,serta
utrikulus dan sakulus,yang berkaitan dengan rangsangan gravitasi dan
akselerasi vertical rasangan berjalan melalui nervus vestibules menuju
nucleus vetibularis di batang otak, lalu menuju fasikulus medialis
kemudian meninggalkan traktus festibula spinalis (rangsangan eksitasi
terhadap otot eksttensor kepala,ekstremitas, dan punggung untuk
memepertahankan posisi tegak tubuh).selanjutanya serebelum menerima
implus averen dan berfungsi sebagai pusat untuk integrasi antara respon
okulovestibuler dan postur tubuh.fungdi vestibuler dinilai dengan
mengevaluasi refleks okulovestibuler dan intensitas nistakmus akibat
rangsangan perputaran tubuh dan rangsangan kalori didaerah labirin.
Refleks okulo vestibuler bertanggug jawab atas viksasi mata terhadap
objek diam sewaktu kepala dan badan sedang bergerak. nistakmus
merupakan gerakan bola mata yang terlihat sebagai respon terhadap
rangsangan labirin serta jalur vestibuler koklear serta jalur vestibula
koklear sentral. Vertigo sendiri mungkin merupakan gangguan yang
disebabkan oleh penyakit vestibuler perifer atau disfungsi sentral oleh
karenanya

E. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala utama pada vertigo adalah sensai pada tubuh atau
ruangan yang terasa bergerak atau berputar. Tanda dan gejala lainnya pada
vertigo antara lain kesulitan untuk menelan, penglihatan ganda, masalah
pada gerakan mata , kelumpuhan didaerah wajah, bicara tidak jelas dan
tungkai terasa lemah. Pada beberapa orang, sensasi berputar dapat memicu
mual dan muntah, serta klien mengeluhkan nyeri kepala pada pagi hari,
muntah dan kadang gangguan penglihatan khasnya adalah pandangan
visual kabur Adapun tanda dan gejala lannya adalah gangguan
keseimbangan. Rasa tidak stabil, disorientasi ruangan, rasa mual dan
muntah, biasanya gejala ini lebih dominan pada vertigo perifer(Gandhi,
2012),

F. Penatalaksanaan

G. Pemeriksaan penunjang
1. pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin dan pemeriksaan lain
sesuai indakasi
2. foto rongseng tengkorak,leher,stendvers
3. neuro fisologi elektroensefalografi (EGB), elektro miografi brainstem
auditory efoket potensial
4. pencitraan CT-scan arteografi.magnetic resonance imaging (MRI)

H. Komplikasi
1. maniere
2. Neuritis festibularis
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1. Lemah, letih, malaise
2. Ketegangan mata, kesulitan membaca
3. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
4. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja
atau karena perubahan cuaca)
b. Sirkulasi
1. Riwayat hipertensi
2. Denyut vaskuler misalnya daerah temporal
3. Pucat, wajah tampak kemerahan
c. Integritas ego
1. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
2. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
3. Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
4. Mekanisme refresi/dekensif (sakit kepala kronik)
d. Makanan dan cairan
1. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,
keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makanan berlemak, jeruk, saus,
hotdog, MSG (pada migrain).
2. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
3. Penurunan berat badan
e. Neurosensoris
1. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
2. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke
3. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus
4. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis
5. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
6. Perubahan pada pola bicara/pola pikir
7. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus
8. Penurunan refleks tendon dalam
9. Papiledema
f. Nyeri/kenyamanan
1. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis
2. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
3. Fokus menyempit
4. Fokus pada diri sendiri
5. Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
6. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal
g. Keamanan
1. Riwayat alergi atau reaksi alergi
2. Demam (sakit kepala)
3. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
4. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
h. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit
i. Penyuluhan/pembelajaran
1. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
2. Penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein
3. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Mual
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko cedera
5. Koping individu tidak efektif
3.2 Intevensi Keperawatan
No DIAGNOSA KEPERWATAN NOC NIC RASIONAL
1. Nyeri akut (00132) Observasi
Tingkat kecemasan
Domain 12: kenyamann 1. monitor vital sign sebelum
Kepuasan klien :
Kelas 1: kenyamanan fisik dan sesudah pemberian
manajemen nyeri
Definisi: pengalaman sensrik dan analgesik pertama kali
Status
emosional tidak menyenngkan yang 2. lakukan pengkajian nyeri
kenyamanan fisik
muncul akibat kerusakan jaringan secara komprehensif
Tanda-tanda vital
aktual atau potensial yang termasuk lokasi, karakteristik,
Tujuan:
digambarkan sebagai kerusakan durasi, frekuensi, kualitas dan
Setelah dilakukan
(internasional associapion of the faktor presipitasi
tindakan keperawatan
study of pain) : yang tiba-tiba lambat 3. observasi reaksi nonverbal
selama x24 jam, agar
dari intensitas ringan hingga berat dari ketidaknyamanan
dapat mengatasi Nyeri
dengan akhiryang dapat di antisipasi Mandiri
akut dengan Kriteri
atau diperidiksi berlangsung <6 4. bantu klien dalam
Hasil:
bulan megidentifikasi sesuatu yang
Tingkat kecemasan
Batasan karakterisktik: memicu kecemasan
1. Perasaan gelisah (4)
Faktor yang berhubungan: 5. instruksikan klien untuk
2. Tidak bisa mengambil
menggunakan tehnik
keputusan (4) relaksasi
3. Sulit berkonsentrasi 6. kontrol lingkungan yang
(4) dapat mempengaruhi nyeri
4. Rasa cemas seperti suhu ruangan,
disampaikan secara pencahayaan dan kebisingan
lisan (4) 7. kurangi faktror presipitasi
5. Peningkatan tekanan nyeri
darah (4) 8. ajarkan tentang teknik non
6. Pusing (2) farmakologi: napas dalam,
7. Gangguan tidur (4) relaksasi, distraksi
Kepuasan klien : 9. tingkatkan istirahat
manajemen nyeri 10. berada disisi klien untuk
1. Nyeri terkontrol (2) meningkatkan rasa aman dan
2. Memberikan mengurangi ketakutan
informasi tentang HE
pembatasan aktivitas 11. berikan informasi tentang
(2) nyeri seperti penyebab nyeri,
Tanda-tanda vital berapa lama nyeri akan
1. Suhu tubuh (3) berkurang dan antisipasi
2. Tekanan darah ketidaknyamanan dari
sistol/diastol (3) prosedur
3. Tekanan nadi (3) 12. dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
Catatan : cara yang tepat
2 (Agak puas) Kolaborasi
3 (Devisi sedang dari 13. kolaborasi dengan pasien,
kisaran normal) orang terdekat dan tim
4 (Ringan) kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri non
farmakologi sesuai kebutuhan

2. Mual ( 00134 ) Nafsu makan Fluid Management


Domain 12: kenyaman Kontrol mual 1. Pencatatan intake output secara
Kelas 1: kenyaman fisik muntah akurat
Definisi: sutau fenomena subjektif Keseimbangan 2. Monitor status nutrisi
tentang rasa tidak nyaman pada 3. Monitor status hidrasi
bagian tenggork atau lambung, yang cairan (kelembaban membran
dapat atau tidak dapat Setelah dilakukan mukosa, vital sign adekuat)
mengakibatkan muntah tindakan keperawatan 4. Anjurkan untuk makan pelan-
Batasan Karakteristik: selamax 24 jam mual pelan
klien teratasi dengan 5. Jelaskan untuk menggunakan
Kriteria Hasil: nafas dalam untuk menekan
Nafsu makan refleks mual
1. Intake nutrisi (3) 6. Intruksikan untuk menghindari
2. Intake cairan (3) bau makanan yang menyengat
3. Rangsangan untuk
makan (1)
Kontrol mual
muntah
1. Mengenali pencetus
stimulus (muntah) (2)
2. Menghindari bau
yang tidak
menyenangkan (3)
3. Melaporkan mual,
muntah-muntah, dan
muntah yang
terkontrol (3)
Keseimbangan
cairan
1. Keseimbangn intake
dan output dalam 24
jam (3)
2. Berat badan stabil (1)

Catatan:
1 (sangat terganggu)
2 (jarang ditunjukan)
3 (cukup terganggu)
3 (kadang-kadang
ditunjukan)

3.
4.
5.
C. Intervensi Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional

1. Nyeri Akut (00132) Pain Level Management Nyeri Management Nyeri


Domain 12: Kenyamanan Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Agar dapat mengetahui kondisi
Kelas 1: Kenyamanan Fisik Comfort level komperhensif yang meliputi yang dirasakan klien sehingga
Definisi: Pengalaman sensori dan Tujuan: lokasi, karakteristik, onset atau pengkajian PQRST harus
emosional tidak menyenangkan Setelah dilakukan tindakan durasi, frekuensi, kualitas, diperhatikan dalam pemberian
yang muncul akibat kerusakan keperawatan selama x24 jam, intensitas atau beratnya nyeri tindakan selanjutnya
jaringan atual atau potensial atau agar masalah dapat di atasi dan faktor pencetus.
digambarkan sebagai kerusakan dengan 2. Berikan informasi mengenai 2. Agar keluarga dapat mengetahui
(international association for the Kriteria Hasil: nyeri, seperti penyebab nyeri, informasi mengenai nyeri yang di
study of pain); awtan yang tiba- - Mampu mengontrol nyeri berapa lama nyeri akan rasakan pasien
tiba atau lambat dari intensitas - Melaporkan bahwa nyeri dirasakan.
ringan hingga berat dengan akhir berkurang dengan menggunakan 3. Ajarkan prinsip-prinsip 3. Agar pasien dapat mengatasi nyeri
yang dapat diantisipasi atau manajemen nyeri management nyeri itu sendiri dan dapat mengontrol
diprediksi. - Mampu mengenali nyeri saat nyeri di rasakan
Batasan Karakteristik: (skala, intensitas, frekuensi dan 4. Ajarkan teknik non 4. Agar dapat membantu klien
- Perubahan selera makan tanda nyeri) farmakologi dan farmakologi menggunakan teknik
- Sikap melindungi area nyeri - Menyatakan rasa nyaman untuk menurunkan nyeri nonfarmakologi dan farmakologi
- Indakasi nyeri yang dapat setelah nyeri berkurang (mis.,hypnosis,relaksasi, dan
diamati lain-lain) sehingga tidak
- Perubahan posisi untuk ketergantungan dengan obat
menghindari nyeri analgesik
- Melaporkan nyeri secara verbal 5. kolaborasikan dengan dokter 5. untuk penanganan lebih lanjut bila
- Gangguan Tidur jika ada keluhan dan tindakan nyeri belum bisa di atasi
- Bukti nyeri dengan nyeri tidak berhasil
menggunakan standar daftar 6. Kolaborasi dengan dokter 6. Obat analgesic dapat membantu
periksa nyeri untuk pasien yang pemberian analgesic mengurangi nyeri yang di rasakan
tidak dapat mengungkapkannya. klien
Faktor yang berhubungan: 7. Berikan informasi yang akurat 7. agar pasien dan keluarga lebih
- Agen cedera biologis untuk meningkatkan mengetahui dan dapat
- Agen cedera fisik pengetahuan dan respon mengatasi/mengontrol nyeri itu sendiri
- Agen cedera kimiawi keluarga terhadap pengalaman
nyeri.
Pemberian Analgesik Pemberian Analgesik
1. Tentukan lokasi, karakteristik, 1. Agar perawat mampu mengobati
kualitas dan keparahan nyeri nyeri dengan akurat setelah
sebelum mengobati pasien menentukan lokasi, karakteristik,
2. Cek adanya riwayat alergi kualitas dan keparahan nyeri
3. Lakukan tindakan tindakan 2. Agar tidak salah dalam pemberian
untuk menurunkan efek obat
samping analgesic 3. Agar tidak terjadi alergi setelah
4. Ajarkan penggunaan analgesic tindakan di berikan
untuk menurunkan efek 4. Agar klien dapat mengetahui
samping, dan harapan terkait penggunaan analgesic dan tau cara
dengan keterlibatan dalam memutuskan dalam pengurangan nyeri
keputusan pengurangan nyeri

Ketidakefektifan bersihan jalan Respiratory status: Management Jalan Nafas Management Jalan Nafas
nafas (00031) ventilation 1. Buka jalan nafas dengan teknik 1. Teknik chin lift di lakukan dengan
2.
Domain 11: Respiratory status: chin lift atau jaw thurst, cara jemari salah satu tangan di
Keamanan/Perlindungan airway patency sebagaimana mestinya letakkan di bawah rahang,
Kelas 2: Cedera Fisik Tujuan: kemudian secara hati-hati di angkat
Definisi: Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan ke atas arah depan yang bertujuan
membersihkan sekresi atau keperawatan selama x24 jam, untuk melancarkan ventilasi udara
obstruksi dari saluran nafas untuk agar masalah dapat di atasi dan mempermudah pasien untuk
mempertahankan bersihan jalan dengan bernapas.
nafas. Kriteria Hasil: 2. Motivasi pasien untuk 2. Untuk memberikan teknik relaksasi
Batasan Karakteristik: - Menunjukkan jalan nafas yang bernafas pelan dan dalam pada klien.
- Tidak ada batuk patent 3. Kelola udara atau oksigen 3. Agar oksigen yang akan diberikan
- Dipsneu - Mampu mengidentifikasikan yang dilembabkan kepada klien tetap terjaga
- Sputum dalam jumlah berlebih dan mencegah faktor yang dapat sebagaimana mestinya kelembabannya
Faktor yang berhubungan: menghambat jalan nafas 4. Posisikan untuk 4. Agar mengurangi sesak yang
Obstruksi Jalan Nafas: meringankan sesak nafas dirasakan klien
- Mokus dalam jumah 5. Monitor status pernafasan dan 5. Agar mengetahui status pernafasan
berlebihan oksigenasi, sebagaimana dan oksigenasi dan perawat dapat
- Adanya eksudat mestinya mengatasinya.
- Materi asing dalam jalan Penghisapan Lendir pada jalan Penghisapan Lendir pada jalan
nafas nafas: nafas:
1. Informasikan kepada pasien 1. Agar pasien dan keluarga
dan keluarga tentang mengetahui tindakan suction yang
penitngnya tindakan suction. akan dilakukan perawat
2. Instruksikan kepada pasien 2. Agar mempermudah perawat dalam
untuk menarik nafas dalam melakukan tindakan suction
sebelum dilakukan suction nasotrakeal dan agar oksigen yang
nasotrakeal dan gunakan diberikan sesuai dengan kebutuhan
oksigen sesuai kebutuhan oksigen pasien
3. Monitor dan catat warna, 3. Agar dapat menentukan diagnose
jumlah dan konsistensi secret yang diberikan dan penanganan
apa yang akan diberikan setelah
mengkaji warna, jumlah dan
konsistensi secret

Monitor Pernafasan: Monitor Pernafasan:


1. Monitor pola nafas 1. Untuk melihat apakah ada
gangguan pada saat klien bernafas
2. Monitor sekresi pernafasan 2. Untuk mengetahui seberapa
pasien banyak volume nafas pada pasien
3. Monitor keluhan sesak nafas 3. Agar dapat mengatasi sesak nafas
pasien, termasuk kegiatan pasien dan mengetahui penyebab
yang meningkatkan atau terjadinya sesak nafas
memperburuk sesak nafas
tersebut
4. Berikan bantuan terapi nafas 4. Untuk mempermudah jalan nafas
jika diperlukan pasien

Management Alergi Management Alergi


1. Identifikasi alergi yang 1. Agar dapat memberikan
diketahui dan reaksi yang tidak penanganan sesuai dengan alergi
biasa pasien
2. Meberitahukan pemberian 2. Agar petugas kesehatan dapat
pelayanan dan petugas memberikan pelayanan dalam
kesehatan mengenai alergi mengatasi alergi dengan benar.
yang telah diketahui
3. Diskusikan metode untuk 3. Agar dapat memberikan lingkungan
mengontrol alergi dari yang nyaman sehingga terhindar dari
lingkungan (mis. Debu dan debu/jamur yang dapat menyebabkan
jamur) alergi pada klien.
a. Status Neurologi: Fungsi Observasi: Observasi
motorik sensori/cranial: 1. Pantau dan dokumentasikan .1. Agar dapat mengetahui status
Gangguan Persepsi Sensori
Kemampuan saraf cranial perubahan status neurologis neurologis pasien dan dapat
Penciuman
untuk mengenali impuls pasien. mengatasinya.
Definisi: Perubahan pada jumlah
sensorik dan motorik. 2. Pantau tingkat kesadaran 2. m
atau pola stimulus yang diterima,
b. Fungsi sensorik: Rasa dan pasien.
yang disertai respon terhadap
Bau: Tingkat inhalasi atau 3. Identifikasi faktor yang 3. Agar dapat mengetahui gangguan
stimulus tersebut yang
pelarutan zat kimia dan salifa menimbulkan gangguan persepsi yang tejadi pada perseppsi sensori dan
dihilangkan, dilebihkan, di
dirasakan dengan tepat. sensorik. dapat mengatasi gangguan tersebut.
simpangkan, atau di rusakkan.
3. Tujuan: Mandiri: Mandiri
Batasan Karakteristik:
Setelah dilakukan tindakan 1. Yakinkan klien bahwa defisi 4. Agar klien tidak merasa cemas
a. Respon yang tidak sesuai
keperawatan selama x24 jam, persepsi sensori hanya sementara dengan penyakit yang diderita,
b. Indikasi perubahan citra tubuh
agar masalah dapat di atasi HE: dan membuat klien tetap
Faktor yang berhubungan:
dengan 1. Dorong keluarga melakukan semangat menjalani prosedur
a. Perubahan resepsi, transmisi,
Kriteria Hasil: stimulasi sensori jika perlu tindakan yang diberikan
dan integrasi sensori.
a. Menunjukkan status Kolaborasi: HE:
b. Ketidakcukupan stimulus
neurologis: Fungsi motorik 1. Mulai rujukan terapi okupasi, 1.
lingkungan
sensorik/cranial, yang jika perlu.
dibuktikan oleh (sebutkan 1-5:
Gangguan ekstrim, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada
gangguan)
PATHWAY

Alergi Sinusitis Kronik Iritasi Sumbatan Hidung

Reaksi Hipersensitif Eksudat Purulen

Polip Hidung Perubahan mukosa


hidung
Aliran udara ke hidung
Sumbatan Nafas
berkurang Massa Hidung
Adanya lendir pada
Berlangsung lama saluran nafas Pilek Berbau

Hiposmia (penurunan Obstruksi saluran nafas Tekanan sinus edmoid


fungsi penciuman)
Gangguan Penciuman Nyeri Kepala
Anosmia (hilangnya
fungsi penciuman)
Dx. Ketidakefektifan Dx. Nyeri Akut
bersihan jalan nafas
Dx. Gangguan persepsi
sensori penciuman
BAB 1V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung banyak cairan, berwarna putih keabu-abuan yang terdapat dalam
rongga hidung, yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Paling sering berasal dari sinus etmoid, multiple, dan bilateral. Biasanya
pada orang dewasa. Pada anak mungkin merupakan gejala kistik fibrosis.
Polip timbul dari dinding lateral hidung. Polip yang di akibatkan proses inflamasi biasanya bilateral. (schlosser &
Woodworth 2009; Mangunkusumo & Wardani 2007).
B. Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang sehat seseorang mampu
menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada di
dalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya system organ tersebut terhadap kelangsungan hidup
serta aktifitas seseorang.

Vous aimerez peut-être aussi