Vous êtes sur la page 1sur 29

SYSTEM KEGAWAT DARURATAN PADA

PERNAPASAN DENGAN ACUTE RESPIRATORY


DISTRES SYNDROME/ SINDROM GAWAT
NAPAS AKUT ( ARDS )

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

ALAM WIJAYA MURNI HATI


CHOKY MARPAUNG NINI ANGELINA
CLOUDY GINTING NOAN ELIDA
LILI NURINDAH SANTA LUSYA
MARIA KEWA SASTRI SIMARMATA

PROGRAM STUDY NERS TAHAP AKADEMIK

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

T.A. 2014-2015
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


ARDS merupakan suatu bentuk dari gagal napas akut yang

ditandai dengan hipoksemia, penurunan compliance paru, dispnea,

edema pulmunal bilateral tanpa gagal jantung dengan infiltrate yang

menyebar. Dikenal juga dengan nama noncardiogenic pulmonary

edema, shock pulmonary, dll. Walaupun awalnya disebut dengan

syndrome gawat napas dewasa ( adult ) istilah akut sekarang

lebih dianjurkan karena keadaan ini tidak terbatas pada orang

dewasa (Somantri, 2009).

Sejak 1967 ARDS digambarkan sebagai sindrom klinis

meliputi peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal,

menyebabkan edema pulmonal mom-kardiak. Beberapa factor

presipitasi meliputi tenggelam, emboli lemak, sepsis, aspirasi,

pankreatitis, emboli paru, perdarahan dan trauma dalam berbagai

bentuk.

ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cedera organ

multipel dan mungkin menjadi bagian dari gagal organ

multipel.prevalensi ARDS di perkirakan tidak kurang dari 150.000

kasus per tahun.sampai adanya mekanisme laporan pendukung

efektif berdasarkan defenisi kosisten,insiden yang benar tentang

ARDS masih belum diketahui. laju mortalitas tergantung pada


etiologi yang sangat bervariasi.ARDS adalah penyebab utama laju

mortalitas diantara pasien trauma dan sepsis,pada laju kematian

menyeluruh kurang lebih 50 % sampai 70 %.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui penyebab dari penyakit Acute Respiratory

Distress Syndrome ( ARDS ) dan pencegahan dari penyakit Acute

Respiratory Distress Syndrome ( ARDS ).

1.2.2 Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara teoritis pada

penyakit Acute Respiratory Distress Syndrom( ARDS )

b. Mampu melakukan analisa data keperawatan secara teoritis pada

penyakit Acute Respiratory Distress Syndrom( ARDS )

c. Mampu menentukan diagnose keperawatan secara teoritis pada

penyakit Acute Respiratory Distress Syndrom( ARDS )

d. Mampu malakukan intervensi keperawatan secara teoritis pada

penyakit Acute Respiratory Distress Syndrom( ARDS )


BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Medis

2.1.1 Defenisi ARDS

ARDS merupakan suatu bentuk dari gagal napas akut yang

ditandai dengan hipoksemia, penurunan compliance paru, dispnea, edema

pulmunal bilateral tanpa gagal jantung dengan infiltrate yang menyebar.

Dikenal juga dengan nama noncardiogenic pulmonary edema, shock

pulmonary, dll. Walaupun awalnya disebut dengan syndrome gawat

napas dewasa ( adult ) istilah akut sekarang lebih dianjurkan karena

keadaan ini tidak terbatas pada orang dewasa (Somantri, 2009).

Sindrom distress pernapasan akut adalah kondisi kedaruratan paru

yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan napas berat, biasanya terjadi pada

orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai

penyebab pulmonal atau non-pulmonal (Hudak & Gallo, 1997).

Sindrom gawat napas akut (ARDS) adalah bentuk khusus gagal

napas yang ditandai dengan hipoksemia yang jelas dan tidak dapat diatasi

dengan penanganan konvensional (Price sylvia, 2005).

Sindrom Gawat Napas Dewasa (ARDS) juga dikenal dengan

edema paru nonkardiogenik adalah sindrom klinis yang ditandai dengan


penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah

penyakit atau cedera serius (Smeltzer, 2001).

2.1.2 Anatomi

Gambar 1: Anatomi toraks

Struktur thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang

dada, terdiri atas 12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae),

dan sternum. Tulang iga dan sternum membentuk susunan sangkar dan

menyokong rongga thoraks. Ruang antara tulang-tulang iga disebut ruang

interkostalis dan diberi nomor berdasarkan tulang iga diatasnya (contoh:

ruang intercostalis kedua berada dibawah tu;ang iga kedua). Diafragma

adalah otot yang memisahkan rongga toraks dari abdomen dan digunakan

selama inspirasi.

a. Dinding dada.

Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk

dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum,

tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk dinding


dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah

intrerkostalis dan torakalis interna.

b. Dasar toraks

Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus.

Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior

serta esofagus

c. Isi rongga torak.

Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi

oleh pleura visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya

terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior,

medius, posterior dan superior.

Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung

dengan bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan

alveolus yang mengembang dan mengempis tergantung mengembang

dan mengecilnya rongga dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot

pernafasan , yaitu m.intercostalis dan diafragma, yang menyebabkan

rongga dada membesar dan paru-paru mengembang sehingga udara

terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.

Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil

kembali dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra

abdomen, diafragma akan naik ketika m.intercostalis akan tidak

berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu kelenturan dinding toraks,

kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen, menyebabkan


ekspirasi jika otot intracostal dan diafragma kendur dan tidak

mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi

merupakan kegiatan pasif (Syaifuddin, 2010).

2.1.3 Etiologi ARDS

Faktor pencetus :

a. Sistemik

- Syok

- Sepsis gram negatif

- Hipotermia

- Hipertemia

b. Takar lajak obat

c. Gangguan hematologi

- Disseminated intravaskular coagulation

- Transfusi masif

- Bypass kardiopulmonal

- Eklamsia

- Luka bakar

d. Paru-Paru

- Pneumonia : viral,bakterial,jamur,pneumostik karinii

- Trauma : emboli lemak,kontusio paru

- Aspirasi : cairan gaster,tenggelam,cairan hidrokarbon

e. Non pulmonal
- Cedera kepala

- Peningkatan tekanan intrakranial

- Pascakardioversi

- Pankreatitis

- Uremia

Faktor penyebab :

a. Penyakit paru/jalan napas intrinsik obstruksi jalan napas besar

- Deformitas kongenital

- Laringitis akut,epiglotis

- Benda asing

- Tumor intrinsik

- Tekanan ekstrinsik

- Cedera traumatik

- Pembesaran tonsildan adenoid

- Apnea tidur obstruktif

b. Penyakit Bronkial

- Bronkitis kronis

- Asma

- Bronkiolitis akut

c. Penyakit parenkim

- Emfisema pulmonal

- Fibrosis pulmonal dan penyakit infiltratif difus kronis lainnya

- Pneumonia berat
- Cedera paru akut akibat berbagai penyebab ( sindrom napas

akut )

d. Penyakit kardiovaskular

- Edema jantung paru

- Embolisme paru masif atau berulang

- Vaskulitis pulmonal

e. Gangguan Ekstrapulmonal penyakit pleura dan dinding dada

- Pneumotoraks

- Efusi pleura

- Fibrotoraks

- Deformitas dinding dada

- Cedera traumatik pada dinding dada : flail chest

- Obesitas

f. Gangguan otot pernapasan dan taut neuromuskular

- Miastemia gravis dan gangguan mirip miastenia

- Distrofi muskular

- Polimiositis

- Batulisme

- Obat paralisis otot

- Hipokalemia berat dan hipofosofatemia

g. Gangguan saraf perifer dan medula spinalis

- Poliomielitis

- Sindrom guilain-barre
- Trauma medula spinalis (kuadriplegia)

- Sklerosis lateral amiotrofik

- Tetanus

- Skelorosis multipel

h. Gangguan sistem saraf pusat

- Overdosis obat sedatif dan narkotik

- Trauma kepala

- Hipoksia serebral

- Cedera serebrovaskular

- Infeksi sistem saraf pusat

- Kejang epileptik:status epileptikus

- Gangguan metobolik dan endokrin

- Poliomielitis bulbar

- Hipoventilasi alveolar primer

- Sindrom apnea tidur

2.1.4 Klasifikasi ARDS

Gagal nafas dibagi menjadi 2 kelas yaitu type 1 dan type 2

Type 1 : type 1 secara klinis adalah kasus saat AGDA mengindikasikan

adanya hipoksemia tetapi tidak ditemuan hiperkapnea ( peningkatan

konsentrasi karbon dioksida ) yang berhubungan.Gagal napas tipe 1

contohnya pada serangan asma akut,trauma dada dan pneumonia.


Type 2 : type 2 ditandai oleh adanya hipoksemia dan hiperkapnea pada

AGDA. Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien PPOK,pada pasien yang

secara mencolok terlihat mengalami obesitas,dan pada mereka yang

mengalami kelemahan neuromuskular.

Analisis darah Normal Gagal napas tipe Gagal napas tipe

arteri 1 2
Ph 7,35 7,45 7,35 7,45 7,35 7,45 atau

<7,35
PaO 12 14 kPa <8 kPa < 6 kPa
PaCO2 4,6 6,0 kPa 4.6 6,0 kPa >6 kPa
SaO2 95 % + <92 % <92%

Tabel ini menggambarkan kisaran yang mungkin dari analisi gas darah

arteri pada keadaan normal,gagal napas tipe 1 dan gagal napas tipe 2.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Pasien datang dengan berbagai keluhan bervariasi meliputi napas

pendek,takipnea dan hipoksia diikuti gagal napas progresif secara cepat


yang memerlukan ventilasi mekanis. Dispnea dengan sesak napas dan

retraksi intercosta,sianosis dapat terjadi atau tidak. Auskultasi dada

tampak sedikit ronchi basah.

2.1.6 Pemeriksaan diagnostik

Menurut morton (2011) ada beberapa pemeriksaan diagnostic yang

dapat dilakukan pada penyakit ARDS yaitu :

a. Analisis gas darah atau AGDA

Pada awalnya terjadi hipoksemia ( tekanan oksigen arteri,atau Pao 2

<60 mmhg ) dapat membaik dengan oksigen tambahan akan

tetapi,hipoksemia refraktori (tidak ada perbaikan PaO2 dengan oksigen

tambahan ) dan SaO2 yang rendah secara persistem,pada akhirnya

terjadi pada tahap awal gagal napas akut,dispnea dan takipnea

berkaitan dengan penurunan PaCO2. Hiperkapnea terjadi saat

pertukaran gas dan ventilasi menjadi sangat terganggu.Ph arteri pada

fase awal mungkin tinggi (>7,45),suatu temuan yang sesuai dengan

alkalosis respiratori sekunder akibat pernapasan yang cepat dan PaCO2

yang rendah.pengukuran Ph arteri pada ARDS biasanya lebih rendah

karena terjadi gagal napas dan gagal ventilasi serta hipoksia

jaringan,metabolisme anaerobik,dan asidosis metabolik

selanjutnya.kelebihan dan defisit basah mengikuti kecenderungan

yang sama tergantung pada tingkat hipoksia jaringan.Peningkatan


konsentrasi laktat darah terjadi pada ARDS awal dan membaik ketika

oksigenasi membaik.

b. Pemeriksaan radiografik

Dalam beberapa hari,temuan sinar x dada menunjukan bercak

infiltrat alveolar bilateral, biasanya pada lapang paru dependen.hal

ini mungkin disalah artikan sebagai edema paru kardiogenik.ct-scan

dada juga menunjukan area infiltrat dan konsulidasi jaringan paru.

c. Pengukuran piraun intrapulmonal

Pirau intrapulmonal adalah tipe ketidakseimbangan


ventilasi/perfusi.biasanya pirau intrapulmonal 3 % - 5 % ada pada
semua individu gagal napas yang parah dan ARDS berkaitan dengan
pirau 15 % atau lebih karena terjadi perubahan patologis aliran
darah.Ketika pirau intrapulmonal meningkat sampai 15 % dan
lebih,intervensi yang lebih agresif,termasuk ventilasi
mekanis,diperlukan karena level pirau ini berkaitan dengan
hipoksemia berat dan dapat mengancam jiwa.
d. Komplians paru, tahanan jalan napas, dan tekanan

Mekanika paru berubah pada ARDS yang menyebabkan

penurunan ventilasi alveolar dan pertukarang gas hormonal komplian

paru atau distensibilitas,menurun ketika alveoli berisi cairan atau

colaps.

Pengukuran tahanan jalan napas yang tepat mencakup

pengukuran kecepatan aliran udara dan diameter jalan napas,akan

tetapi tahanan jalan napas dapat diperkirakan dengan


membandingkan tekanan inspirasi puncak ventilator dengan tekanan

plateau atau statis pada inspirasi akhir.

2.1.7 Penatalaksanaan

Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat menunjukan status

yaitu (Morton,2011)

a. Oksigenasi dan ventilasi

1. Pengiriman oksigen

Salah satu tanda utama ARDS adalah hipoksemia refraktori; oleh

karena itu, penanganan untuk meningkatkan pengiriman oksigen

adalah yang terpenting. Strateginya mencakup mengoptimalkan

parameter pengiriman oksigen normal, yan meliputi hemoglobin,

curah jantung, dan saturasi oksigen. Pengiriman oksigen dalah

jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan dan organ setiap menit

dan bergantu pada aliran darah yang teroksigenasi melalui dasar

jaringan.

2. Ventilasi mekanis

Tujuan terapi adalah memperbaiki oksigenasi jaringan dan

ventilasi. Metode untuk memberikan oksigen yang tepat dan

memungkinkan penegluaran karbondioksida meliputi type ventilasi

mekanis dan pengaturan posisi. Terapi tempat tidur knetik dan

pengaturan posisi telungkup di implikasikan utuk memperbaiki


oksigenasi pada pasien yang mengalami ARDS, namun tetap tidak

ad bukti yang meyakinkna mortalitas menurun.

Teknelogi bantuan paru ekstrakorporeal

Teknologi bantuan paru ekstrakorporeal mencakup

penggunan kanula vaskular yang besar untuk mengeluarkan darah

dari pasien. Alat pompa dan sirkuit mengedarkan darah, dan satu

atau dua paru buatan.

Ventilasi cairan parsial

Percobaan klinis fase II dilakukan dengan menggunakan

perfluorokarbon dalam mencegah cedera paru dan infeksi ada

pasien yang mengalamin ALI dan ADS. Pernapasan cairan

dengan perfluorokarbon digunakan ketiak medium untuk

pertukaran gas dianggap memberikan penurunan tegangan

permukaan, membantu distensi alveoli yang kolaps, adan

mengangkat debris inflamasi.

Pengaturan posisi

Perubahan posisi secara sering dilakukan dengan baik

sebagai cara untuk mencegah dan mengatasi atelektasi serta

memfasilitsi pengeluaran sekret dari jalan napas. Meskipun terapi

untuk ARDS, memiringkan pasien dari satu sisi ke sisi lain,

meminta pasien duduk tegak, dan menggunakan posisi trendeleburg

untuk drinase postural merupakan intervensi yang di perlukan ntuk

mencegah perburukan gagal napas akibat atelektasi dan pnemonia.


3. Terapi farmakologis

a. Pengobatan

Sebagian besar agen farmakologis yang digunakan pada

populasi ARDS adalah suportip. Banyak agen dikembangkan

sebagai pengobatan yang ditunjukkan pada mediator spesifik untuk

mengganggu atau menghambat perkembangan SIRS. Dari

pengobatan kini yang tersedia, yang paling menjanjikan adalah

surfaktan, kartiokosteroid (yang digunakan untuk pencegahan pada

tahap awal). Tanda-tanda SIRS sama dengan tanda-tanda infeksi

(yaitu takikardia, demam dan peningkatan sel darah putih) dan

biasanya pasien mengobati dengan penggunaan terapi antimikroba.

B. Sedasi

Penggunaan sedasi yang efektif untuk meningkatkan

kenyamanan dan mengurangi upaya pernapasan, sehingga

mengurangi kebutuhan oksigen adalah pertimbangan penting bagi

perawat yang menangani pasien dengan ARDS. Agen penyekat

neuromuskulor dan anestetik umum seperti propofol digunakan

untuk mengurangi kerja pernapasan dan memfasilitasi ventilasi

pada pasien yang mengalami ARDS. Agen ini memilki efek

samping jangka panjang dan jangka pendek. Resikonya meliputi

polineuropatik penyakit kritis dan memerlukan lamanya hari rawat

ventilasi.
C.Dukungan nutrisi

Pemberian awal dukungan nutrisi sangat penting untuk

pasien yang mengalami ARDS karena kita menyadari bahwa

nutrisi dapat berperan dalam penyembuhan dari penyakit kritis.

Ada dua alasan teoritis untuk menggunakan pemberian makanan

enternal secara dini sebagai intervensi teraupetik pada SIRS

ataupun ARDS. Asupan kalori, protein, karbohidrat dan lemak

yang seimbang dihitung berdasarkan pada kebutuhan metabolic,

dengan perhatian khusus pada asupan asam amino spesifik lipid

dan karbohidrat. Dan biasanya pasien yang mengalami SIRS atau

ARDS memerlukan 35-45 kkal/hari.

2.1.8 Komplikasi

Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi yang dapat

terjadi pada ARDS adalah :

a. Abnormalitas obstruktif terbatas ( keterbatasan aliran udara)

b. Defek difusi sedang

c. Hipoksemia selama latihan

d. Toksisitas oksigen

e. Sepsis
2.2 Konsep keperawatan

2.2.1 Pengkajian
a. Biodata
Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
nomor register, diagnostik medik, alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien
dan alamat.
c. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : keluhan yang terjadi pada pasiean ARDS
biasanya terjadi takicardi,takipnea maupun dipsnea dengan sesak napas
Riwayat kesehatan yang lalu Perlu dikaji apakah klien pernah
menderita penyakit sama atau pernah terdapat riwayat sebelumnya
d. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
Sesak napas
Takipnea
Penggunaan otot asesori pernapasan.
Ditemukan ronchi basah
2. Sistem Kardiovaskuler :
Takhikardia, lemah
Nyeri dada
Curah jantung menurun bisa bisa menyebabkan hipotensi
Pucat dan adanya sianosis.
Auskultasi biasanya menunjukkan bunyi jantung normal
tanpa adanya gallop atau mur kecuali ada penyakit jantung
atau mengalami trauma.

3. Sistem Persyarafan
Kebingungan atau agitasi sering muncul pada periode
hipoksia
4. Sistem Perkemihan.
Tidak ada kelainan
5.Sistem Pencernaan
Tidak ada kelainan
6. Sistem Muskuloskeletal Integumen
Kemampuan sendi terbatas.
Terdapat kelemahan.
Kulit pucat, sianosis, berkeringat.
7. Sistem Endokrin

Terjadi penurunan metabolisme.
Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi.
ada hambatan.
9. Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan

2.2.2 Diagnosis Keperawatan


a. Gangguan pertukaran gas b/d ventilasi perfusi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan naps b/d sekresi yang
tertahan / sisa sekresi
c. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d kurang
pengetahuan tentang faktor pemberat
e. Ketidakefektifan pola napas b/d sindrom hipovenilasi
f. Ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan.
2.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan NOC: NIC:
Ventilation Assitancen
Pertukaran gas b/d Respiratory Status : Gas
1. Posisikan pasien
ventilasi-perfusi exchange
untuk
Setelah dilakukan
memaksimalkan
tindakan keperawatan 2. Auskultasi suara
selama . Gangguan nafas, catat adanya
pertukaran pasien suara tambahan
3. Monitor respirasi dan
teratasi dengan kriteria
status O2
hasi:
4. Catat pergerakan
Memelihara
dada,amati
kebersihan paru paru
kesimetrisan,
dan bebas dari tanda
penggunaan otot
tanda distress
tambahan, retraksi
pernafasan
Tanda tanda vital otot supraclavicular
dalam rentang dan intercostals
5. Monitor suara nafas,
normal
. seperti dengkur
6. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
7. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
Monitor TTV, AGD,
elektrolit.
2. Ketidakefektifa NOC: NIC:
n bersihan jalan Respiratory status : 1. Posisikan pasien
nafas Airway patency untuk
berhubungan memaksimalkan
Setelah dilakukan
dengan sekresi ventilasi
tindakan keperawatan
tertahan/sisa
selama ..pasien 2. Keluarkan sekret
sekresi
menunjukkan keefektifan dengan melakukan
jalan nafas dengan finger sweep
kriteria hasil :
3. Bersihkan jalan
Menunjukkan jalan
napas.
nafas yang paten
4. Auskultasi suara
Mampu
nafas, catat adanya
mengidentifikasikan dan
suara tambahan
mencegah faktor yang
penyebab 5. Monitor respirasi dan
status O2 .

3.Kelebihan volume NOC : NIC:


cairan b/d gangguan Fluid balance
Fluid Management
mekanisme regulasi Setelah dilakukan
1. Pertahankan catatan
tindakan keperawatan
intake dan output
selama . Kelebihan
yang akurat
volume cairan teratasi
2. Pasang urin kateter
dengan kriteria:
Terbebas dari edema, jika diperlukan

efusi, anaskara 3. Monitor hasil lab yang

Bunyi nafas bersih, sesuai dengan retensi

tidak ada cairan (BUN , Hmt ,

dyspneu/ortopneu osmolalitas urin )

Terbebas dari distensi 4. Monitor vital sign

vena jugularis, 5. Monitor indikasi

Terbebas dari retensi / kelebihan


kelelahan, cairan (cracles, CVP ,
kecemasan atau
edema, distensi vena
bingung.
leher, asites)

6. Kaji lokasi dan luas

edema

7. Monitor masukan

makanan / cairan

8. Monitor status nutrisi

9. Berikan diuretik

sesuai

10. Monitor elektrolit

Monitor tanda dan


gejala dari odema
4. Ketidakefektifan Tiss NOC : NIC:
integrity : skin Pressure ulcer prevention
perfusi jaringan
and mucous membranes Wound care
perifer b/d kurang Wound healing : Anjurkan pasien
primary and secondary untuk menggunakan
pengetahuan
intention pakaian yang longgar
tentang faktor Setelah dilakukan Jaga kulit agar
tindakan keperawatan tetap bersih dan kering
pemberat.
selama . kerusakan Mobilisasi pasien
integritas jaringan (ubah posisi pasien)
pasien teratasi dengan setiap dua jam sekali
kriteria hasil: Monitor kulit akan
adanya kemerahan
Perfusi jaringan Oleskan lotion
normal atau minyak/baby oil
Tidak ada tanda- pada daerah yang
tanda infeksi tertekan
Ketebalan dan Monitor aktivitas
tekstur jaringan dan mobilisasi pasien
normal Monitor status
Menunjukkan nutrisi pasien
pemahaman dalam Memandikan
proses perbaikan pasien dengan sabun
kulit dan mencegah dan air hangat
terjadinya cidera Kaji lingkungan
berulang dan peralatan yang
Menunjukkan menyebabkan tekanan
terjadinya proses Observasi luka :
penyembuhan luka lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
karakteristik,warna
cairan, granulasi,
jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi
lokal, formasi traktus
Ajarkan pada
keluarga tentang luka
dan perawatan luka
Kolaborasi ahli
gizi pemberian diet
TKTP, vitamin
Cegah kontaminasi
feses dan urin
Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
Berikan posisi
yang mengurangi
tekanan pada luka
Hindari kerutan
pada tempat tidur
5. Ketidakefektifan NOC: NIC:
pola napas b/d
Respiratory status : Ventilation Assistance
sindrom
Ventilation 1. Membuka jalan napas
hipovenilasi
Setelah dilakukan 2. Memposisikan pasien

tindakan keperawatan untuk mendaptkan

selama pasien ventilasi maksimal

menunjukkan keefektifan 3. Auskultasi suara

pola nafas, dengan napas

kriteria hasil: 4. Memonitor status

Menunjukkan jalan respiratori dan status

nafas yang paten O2

Tanda Tanda vital dalam 5. Posisikan pasien


rentang normal (tekanan untuk
darah, nadi,
memaksimalkan
pernafanasan
ventilasi

6. Bersihkan mulut,

hidung dan secret

trakea

7. Pertahankan jalan

nafas yang paten

8. Observasi adanya

tanda tanda

hipoventilasi
Monitor vital sign
6.Ansietas b/d NOC : NIC :
Anciety control Anxiety Reduction
perubahan dalam
Setelah dilakukna 1. Gunakan pendekatan
status kesehatan.
tindakan keperawatan yang menenangkan
2. Nyatakan dengan
selamaklien
jelas harapan
kecemasan teratasi dgn
terhadap pelaku
kriteria hasil:
Klien mampu pasien
3. Jelaskan semua
mengidentifikasi
prosedur dan apa
dan
yang dirasakan
mengungkapkan
selama prosedur
gejala cemas 4. Temani pasien untuk
Mengidentifikasi,
memberikan
mengungkapkan
keamanan dan
dan menunjukkan
mengurangi takut
tehnik untuk 5. Berikan informasi
mengontol cemas faktual mengenai
Postur tubuh, ekspresi
diagnosis, tindakan
wajah, bahasa tubuh dan
prognosis
tingkat aktivitas 6. Instruksikan pada
menunjukkan pasien untuk
berkurangnya menggunakan tehnik
kecemasan. relaksasi
7. Dengarkan dengan
penuh perhatian
8. Identifikasi tingkat
kecemasan
9. Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Respiratory Distress Syndrom( ARDS ) merupakan suatu bentuk dari
gagal napas akut yang ditandai dengan hipoksemia, penurunan compliance
paru, dispnea, edema pulmunal bilateral tanpa gagal jantung dengan
infiltrate yang menyebar. Dikenal juga dengan nama noncardiogenic
pulmonary edema, shock pulmonary, dll. Walaupun awalnya disebut dengan
syndrome gawat napas dewasa ( adult ) istilah akut sekarang lebih
dianjurkan karena keadaan ini tidak terbatas pada orang dewasa ( Somantri,
2009 ).

Faktor penyebab

a. Penyakit paru/jalan napas intrinsik obstruksi jalan napas besar

b. Penyakit Bronkial

c. Penyakit parenkim

d. Penyakit kardiovaskular

e. Gangguan Ekstrapulmonal penyakit pleura dan dinding dada

f. Gangguan otot pernapasan dan taut neuromuskular

g. Gangguan saraf perifer dan medula spinalis

h. Gangguan sistem saraf pusat

3.2 Saran
Diharapkan seluruh perawat atau tenaga medis yang bertugas di rumah
sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pasien terutama pada
gangguan system pernapasan dengan penyakit ARDS( Respiratory Distress
Syndrom )
Buat penulis atau mahsiswa yang sedang mempelajari penyakit ARDS
diharapakan mampu melakukan pengkajian - evalusai pada gangguan
system pernapasan dengan penyakit ARDS ( Respiratory Distress Syndro ).
Buat masyarakat awam diharapkan mampu mengetahui tanda dan gejala
dari penyakit ARDS( Respiratory Distress Syndrom ) supaya masyarakat
dapat lebih menjaga pola hidup dan kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan Edisi 2 . Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8. Volume 1. EGC. Jakarta .

Greenberg.2008.teks-atlas kedokteran kedaruratan jilid 2.Jakarta : Erlangga

Francis.2011.perawatan respirasi.Jakrta : Erlangga

Morton.2011.Keperawatan krits vol 1 .Jakarta :EGC

Hudak & galok.1997.Keperewatan Kritis vol 1. Jakarta :EGC

Somantri. 2009. Perawatan respirasi.Jakarta : Erlangga

Herdman, T. Heather. 2012. Nanda Internasional. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue. Marion Johnson. DKK. 2001. Nursing Outcomes


Classification (NOC).St. Louis : Mosby

Moorhead, Sue. Marion Johnson. DKK. 2001. Nursing Intervention


Classification (NIC).St. Louis : Mosby

Vous aimerez peut-être aussi