Vous êtes sur la page 1sur 21

Askep Hepatitis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh walaupun
efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen
penyebab yaitu Virus Hepatits A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC),
Virus Hepatitis D (HVD), Virus Hepatitis E (HVD).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya
memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa
gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua istilah
ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua
penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui pemeriksaan
serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C
(Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama
dapat ditularkan secara parenteral ( Parenterally Transmitted ) atau disebut PT-NANBH dan
yang kedua dapat ditularkan secara enteral ( Enterically Transmitted ) disebut ET-NANBH (
Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990 ). Tata nama terbaru menyebutkan PT-
NANBH sebagao Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E ( Bradley,1990; Purcell, 1990
).
Virus delta atau virus Hepatitis D ( HDV ) merupakan suatu partikel virus yang menyebkan
infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi
pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika tetapi
juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular
yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan
merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar 60.000 kasus
telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah
yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas
akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan
kerugian ekonomi yang besar.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan : hepatitis
2. Tujuan khusus
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian, analisa dan menetapkan
diagnosa keperawatan pada klien yang menderita hepatitis
b. Memperoleh pengalaman nyata dalam dalam penyususnan rencana asuhan
keperawatan klien dengan penderita penyakit hepatistis
c. Memperoleh pengalaman nyata dalam dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
klien dengan penderita penyakit hepatistis
d. Memperoleh pengalaman nyata dalam dalam mengevaluasi asuhan keperawatan
klien dengan penderita penyakit hepatistis
e. Memperoleh pengalaman nyata dalam dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan klien dengan penderita penyakit hepatistis
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini memerlukan data obyektif dan relevan dengan teori- teori yang
akan dijadikan dasar analisa dalam pemecahan masalah
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan berbagai cara antara lain :
1. Studi kepustakaan
Memepelajari literatur-literatur yang berkaitan atau relevan dengan isi makalah ini
2. Studi kasus
Studi kasus Asuhan keperawatan yang komprehensif yang meliputi pengkajian data, analisa data,
penetapan diagnosa keperawatan yang dilakukan untuk menghimpun data/informasi dalam
pengkajian, maka kami menggunakan tehnik :
a. Observasi yaitu pengalaman langsung terhadap klien
b. Wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab secara langsung pada klien, perawat dan
dokter yang menangani klien tersebut
3. Diskusi dengan pembimbing, perawat, dan anggota kelompok
D. Kegunaan Penulisan
1. Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan keperawatan
2. dapat menjadi bahan masukan pada BPRS Labuang baji Makassar, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman kami serta sebagai dasar dalam pelaksanaan
Asuhan keperawatan pada kasus yang sama
4. Memberikan pelayanan keperawatan pada klien sesuai dengan teori.
E. Sistimatika Penulisan
Sistimatika makalah ini dapat dibagi atas empat BAB dimana setiap bab akan diuraikan
kedalam sub-sub bab dengan susunan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi : Latar Belakang, Tujuan penulisan, Metode penulisan, Kegunaan penulisansan,
Sistematikan penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS.
Merupakan laporan hasil studi yang meliputi : Pengertian, Anatomi Fisiologi, Etologi, Insiden,
Patafisiologi, Gejala Klinik, Test Diagnostik, Penatalaksanaan medik,Asuhan Keperawatan
meliputi Pengkajian, Dampak terhadap KDM, Diagnosa Keperawatan yang lazim mumcul,
Tujuan, Intervensi,dan Rasional.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Merupakan laporan hasil studi kasus yang meliputi pengkajian, Rencana keperawatan, dan
Evaluasi tindakan (catatan perkembangan).
BAB IV : PENUTUP
Mengumpulkan hasil Pelaksanaan Studi Kasus dan juga berisi saran-saran penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat
atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau
alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1. Hepatitis A
a. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm
b. Ditularkan melalui jalur fekal oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah oleh
air dan makanan
c. Masa inkubasinya 15 49 hari dengan rata rata 30 hari
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan
penduduk yang sangat padat.
2. Hepetitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42
nm
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak
seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
c. Masa inkubasi 26 160 hari dengan rata- rata 70 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis
respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta
homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang diameternya 30
60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 60 hari dengan rata 50 hari
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
4. Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai
obat terlarang dan penderita hemovilia
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 140 hari dengan rata rata 35 hari
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5. Hepattitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun
resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 65 hari dengan rata rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan, minum
minuman yang terkontaminasi.
C. INSIDEN
1. Hepetitis A
Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang buruk.
Walaupun epidemik juga terjadi pada negara negara dengan sanitasi baik.
2. Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan populasi padat
dengan tingkat kesehatan yang buruk.
3. Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus hepatitis
disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat secara intra vena
4. Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa area seperti
negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat menyebabkan infeksi
5. Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di India, Birma,
Afganistan, Alberia, dan Meksiko.
A. PATOFISIOLOGI
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes
oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga
terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak
dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam
darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler
jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel
hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan
nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan
terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit
dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati

PENYIMPANGAN KDM HEPATITIS


Faktor resiko higiene &
sanitasi buruk

Rentan
terhadap infeksi
virus hepatitis

Invasi
virus ke dalam tubuh

Masuk sirkulasi

Masuk dalam aliran


vena hepatikus

Virus
berkembang biak

dalam sel hati


Kerusakan pada hepar Proses peradangan sel hati

Produksi garam empedu Kerusakan jaringan hepar Terjadi imflamasi sel hati

Suasana duadenum menjadi Pelepasan zat proteolitik Pembatasan aktivitas

asam

Merangsang ujung saraf Perubahan


aktivitas rutin

Mengiritasi duadenum

Ditransmisikan ke kortex Efek


gravitasi pada
Impuls iritatif ke otak serebri melalui talamus gerakan feses

Gejala GI Nyeri Feses menjadi keras

Rangsangan M.Oblongata Konstipasi

Fungsi hepar terganggu

Mual muntah

Gangguan metabolisme
KH, Protein dan Lemak

Anoreksia

KH tidak dapat simpan


Intake kurang

Energi yang dihasilkan berkurang Kelemahan Defisit


perawatan diri
Nutrisi kurang

E. MANIFESTASI KLINIK
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat
dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing amsing stadium adalah
sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih
coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 6 minggu. Icterus mula mula terlihat pada sklera,
kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah,
anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan
nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi.
Penyebuhan pada anak anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke
2, karena penyebab yang biasanya berbeda
F. TES DIAGNOSTIK
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan
jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena
itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat
absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan
peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam
satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin
terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
G. PENATALAKSANAAN MEDIK
Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang
cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena mungkin perlu
selama fase akut bila pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga
gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata.
Identitas.
- Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.
- Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan,
penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
- Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan
dengan klien.
b. Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan
menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan
atas
2. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,
kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah
sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya
3. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan
dengan penyakit pencernaan.
2. Diagnosa keperawatan yang lazim muncul .
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
metabolik, anoreksia, mual/muntah.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang
berlebihan melalui muntah dan diare.
d. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
f. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang terinfeksi.
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses penyakit.
i. Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi.
j. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.
k. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktifitas.
l. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
m. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktifitas rutin.
3. Rencana keperawatan.
DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
Kriteria hasil :
Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas.
Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot.

Intervensi Rasional
1. Tingkatkan tirah baring, Meningkatkan ketenangan istirahat dan
ciptakan lingkunga yang menyediakan energi yang digunakan untuk
tenang. penyembuhan.
2. Tingkat aktifitas sesuai Tiarah baring lama dapat menurunkan
toleransi kemampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktifitas yang mengganggu
periode istirahat.
3. Awasi kadar enzim hepar. Membantu menurunkan kadar aktifitas
tepat, sebagai peningkatan prematur pada
potensial resiko berulang.

DX . II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah
Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
Nafsu makan baik.
Tidak ada keluhan mual/muntah.
Mencapai BB , mengarah kepada BB normal .

Intervensi Rasional
1. Awasi keluhan anoreksia, Berguna dalam mendefinisikan derajat
mual/muntah. luasnya masalah dan pilihan intervensi yang
tepat.
2. Awasi pemasukan Makan banyak sulit untuk mengatur bila
diet/jumlah kalori. Berikan klien anoreksia. Anoreksia juga paling
makanan sedikit dalam buruk pada siang hari, membuat masukan
frekwensi sering. makanan sulit pada sore hari.
3. Lakukan perawatan mulut Menghilangkan rasa tidak enak dan
sebelum makan. meningkatkan nafsu makan.
4. Timbang berat badan. Penurunan BB menunjukkan tidak
adekuatnya nutrisi klien.
5. Berikan obat vit. B Memperbaiki kekurangan dan membantu
kompleks, vit c dan proses penyembuhan.
tambahan diet lain sesuai
indikasi.

DX. III. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui muntah dan diare.
Tujuan : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat.
Kriteria hasil :
Tanda tanda vital stabil :
TD : 90/50 120/70 mmhg
N : 85 100 x/mnt
S : 36 37
P : 15 25 x/mnt
Turgor kulit normal ( cepat kembali )
Intake dan output seimbang.
Intervensi Rasional
1. Monitor intake dan output Memberikan informasi tentang penggantian
/efek terapi.
2. Kaji tanda vital, nadi perifer, Indikator volume sirkulasi / perfusi .
pengisian kapiler , turgor
kulit dan membran mukosa .
3. Berikan cairan IV (biasanya
glukosa), elektrolit. Mmmmemberikan cairan dan penggatian
elektrolit.

DX. IV. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.


Tujuan : Klien memperlihatkan prilaku yang menimbulkan interaksi
sosial.
Kriteria hasil :
Klien berpartsipasi dalam aktifitas.
Klien dapat mengungkapkan perasaan / persepsi.
Intervensi Rasional
1. Tingkatkan hubungan sosial. Partisipasi orang lain dapat meningkatkan
2. Jelaskan tentang tujuan dari rasa kebersamaan.
perawatan . Pemahaman alasan untuk perlindungan dari
mereka sendiri dan oranmg lain dapat
3. Dorong klien / keluarga mengurangi perasaan isolasi.
untuk mengeksperisikan Membantu mengidentiufikasi dan
perasaan dan permasalahan memperjelas alasan kesulitan berinteraksi

DX. V. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan menunjukkan tehnik melakukan perubahan pola
hidup untuk menghindari infeksi ulang dan transmisi ke orang
lain.
Kriteria hasil :
Memperlihatkan pengertian tentang tindakan kewaspadaan dengan mengikuti petunjuk.
Mempertahankan suhu tubuh yang normal , pernapasan jelas dengan tidak ada bukti lain terjadinya
infeksi.
Intervensi Rasional
1. Lakukan tehnik isolasi untuk Mencegah transmisi virus ke orang lain.
infeksi enterik dan Melalui cuci tangan efektif dalam
pernapasan sesuai kebijakan mencegah transmisi virus.
rumah sakit termasuk cuci
tangan efektif.
2. Awasi / batasi pengunjung
sesuai indikasi Klien terpajan terhadap proses infeksi
(khususnya respiratorius) dan potensial
3. jelaskan prosedur isolasi resiko komplikasi sekunder.
pada klien/orang terdekat. Pemahaman alasan untuk perlindungan diri
4. Berikan antibiotik untuk sendiri dan orang lain.
agen pencegahan. Pengobatan hepatitis virus dan bacterial
untuk mencegah/membatasi infeksi
sekunder
DX. VI. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang terinfeksi.
Tujuan : Keluarga dan orang lain tidak tertular infeksi.
Kriteria hasil :
Keluarga mengerti tentang cara penularan.
Orang tua menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih.
Intervensi Rasional
1. Ajarkan tehnik mencuci Cuci tangan mencegah transmisi virus.
tangan yang benar.
2. Ajarkan tentang kebersihan Infeksi hepatitis dapat terjadi didalam
perorangan. lingkungan dengan hygiene dan sanitasi
yang buruk.
3. Imunisasi bila indikasi Karena terbatasnya pengobatan terhadap
ketularan hepatitis maka penekanan lebih diarahkan
pada pencegahan melalui imunisasi.

DX. VII. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan .
Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh.
Kriteria hasil :
Melaporkan penurunan proritus atau menggaruk.
Ikut serta dalam aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit.
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan kulit Mencegah kulit kering berlebihan.
dengan sering, hindari sabun Memberikan penghilang gatal
alkali.
2. Pertahankan kuku klien Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit
terpotong pendek. bila menggaruk.
Instruksikan klien
menggunakan ujung jari atau
menggunakan ujung jari
untuk menekan pada kulit
bila sangat perlu menggaruk.
3. Pertahankan liner dan
pakaian kering. Pakaian basah dan berkeringat adalah
sumber ketidaknyamanan .

DX. VIII. Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang proses penyakit.
Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses penyakitnya.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit.
Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pemahaman Mengidentifikasi area kekurangan/salah
proses penyakit, harapan informasi dan memberikan informasi
/prognosis, kemungkinan tambahan sesuai keperluan.
pilihan pengobatan.
2. Berikan informasi khusus Kebutuhan atau rekomendasi akan
tentang penyakitnya. bervariasi karena tipe hepatitis dan situasi
individu.
3. jelaskan pentingnya istirahat Aktifitas perlu dibatasi sampai hepar
dan latihan kembali normal.

DX. IX. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan : Klien menujukkan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :
Klien tidak mengeluh panas
Badan tidak teraba hangat
Suhu tubuh 36 37 0C
Intervensi Rasional
1.Kaji adanya keluahan Peningkatan suhu tubuh akan
tanda tanda menujukkan berbagai gejala seperti
peningkatan suhu tubuh uka merah, badan teraba hangat.
2.Monitor tanda tanda Demam disebabkan efek efek dari
vital terutama suhu endotoksin pada hipotalamus dan
tubuh efinefrin yang melepaskan pirogen
Akxila merupakan jaringan tipis dan
3.Berikan kompres hangat terdapat pembulu darah sehingga
pada aksila/ dahi akan mempercepat pross konduksi
dan dahi berada didekat
hipotalamus sehingga cepat
memberikan respon dalam
mengatur suhu tubuh.

DX. X. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.


Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali sperti biasa
Kriteria hasil :
Klien tidak mengluh sering buang air besar
Feses tidak encer
Intervensi Rasional

1. Observasi, catat Membantu menentukan berat


frekwensi defekasi, episode (diare)
karakteritik dan jumlah
proses penyakit, harapan
/ prognosis,
kemungkinanpilihan
pengobatan. Stimulan GI yang meningkatkan
2. berikan diet yang tepat, mobilitas/ frekensi defekasi.
hindari makanan tinggi
lemak,makanan dengan
kandunganserat tinggi Untuk mengontrol diare. Diare
3. Berikan anti diare yang tidak terkontrol dapat
ditentukan dan evaluasi menyebabkan kekurangan cairan
keevektipan

DX. XI. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas


Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali seperti biasa
Kriteria hasil :
Konsistensi feses lembek
Buang air besar setiap hari

Intervensi Rasional

1. Monitor ferkuwensi, Mengidentifikasi derajat gangguan


karakteristik dan dan kemungkinan bantuan yang
jumlah feses diperukan
2. Tingakatkan diet
pasien dengan banyak Meningkakan konstintensi fekal
makan makanan untuk dapat melewati usus dengan
berserat dan buah mudah dan menurunkan konstipasi
3. Tingkatkan Dapat melembekkan feses dan
pemenuhan cairan mefasilitasi eliminasi
dengan minum banyak
minimal 1.000ml/hari
4. Berikan pelunak feses, Mungkin perlu untuk merangsang
supositoria sesuai peristaltik dengan pelahan / evaluasi
indikasi feses

DX. XII. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar


Tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang / teratasi
Kriteria hasil ;
Tidak ada keluhan nyeri
Ekspresi wajah ceria
Tanda tanda vital dalam batas normal
TD : 90 / 50 - 120 / 70 mmHg
N : 85 100 / menit
P : 15 25 / menit
SB : 36 370 C
Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat nyeri Mengetahui persepsi dan reaksi


klien terhadap nyeri serta sebagai
dasar keefektifan untuk intervensi
2. Monitor tanda tanda selanjutnya
vital Perubahan frekuwensi jantungatau
TD menujukkan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila
3. Berikan tindakan alasan lain untuk perubahan tanda
kenyamanan misalnya vital talah terlihat
perubahan posisi Tindakan non analgetik diberikan
relaksasi dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan

DX> XIII. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktivitas rutin


Tujuan: Klien akan menujukkan reaksi positif ssuai dengan tingkat perkembangan.
Kriteria hasil :
Klien dapat bermain sesuai toleransi
Klien aktif dalam melakukan aktifitas
Intervensi Rasional

1. Kaji ulang reaksi yang Akibat hopitalisasi pada anak usia


terjadiakibat sekolah akan menimbulkan reaksi
hospitalisasi regresi, negativisme, depresi, cemas
2. Kaji aktif\vitas yang dan deniel
disenangi oleh klien Membantu dalam menentukan
3. Ajak klien bermain pilihan intervensi
ssuai toleransi Bermain merupakan aspek yang
penting bagi kesehatan menal,
4. Libatkan keluarga emosional dan social
dalam merencanakan Membantu mengurangi dampak
jadwal harian sesuai hospitalisasi akibat prubahan
dengan jadwal dirumah rutinitas

Diposkan oleh kasman di 17.15


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Vous aimerez peut-être aussi