Vous êtes sur la page 1sur 14

ANALISA KASUS

AN.M DENGAN ISPA DI RUANG RAWAT INAP

PUSKESMAS KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

UPT PUSKESMAS KAUMAN

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO

2017
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran


pernafasan atas atau bawah, menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada pathogen penyebabnya,
faktor lingkungan, dan faktor pejamu.

Menurut WHO tahun 2012, sebesar 78% balita yang berkunjung ke pelayanan
kesehatan adalah akibat ISPA.ISPA lebih banyak terjadi di negara berkembang
dibandingkan negara maju dengan persentase masing-masing sebesar 25%-30%
dan 10%-15%.Kematian balita akibat ISPA di Asia Tenggara sebanyak 2.1 juta
balita pada tahun 2004. India, Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar merupakan
negara dengan kasus kematian balita akibat ISPA terbanyak.

2
BAB II
ANALISA KASUS

II. 1 Identitas Pasien


A. Identitas Anak
Nama : An. M
Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 2 Januari 2011
Usia : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Nongkodono
B. Identitas Orang Tua
Nama Bapak / Usia : Tn.A / 37 tahun
Pekerjaan : Pekerja Swasta
Nama Ibu/ Usia : Ny.T / 31 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Nongkodono

II. 2 Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada tanggal 23
Maret 2017. Keluhan utama demam.
A. Keluhan utama : Batuk
B. Riwayat Penyakit Sekarang : Dikeluhkan satu hari yang lalu, batuk
berdahak berwarna hijau, batuk terus menerus, batuk berdarah (-), batuk
berlendir (-), batuk tidak disertai nyeri dada dan sesak, batuk awalnya
kering kemudian berdahak berwarna hijau, gatal tenggorokan (+), pilek
dengan sekret berwarna hijau kental sejak 1 hari yang lalu. Sesak (-),
demam (+), riwayat nyeri dada (-), mual (-), muntah (-), tidak mau makan.
BAB = biasa
BAK = lancar
C. Riwayat Penyakit Dahulu : Pernah mengalami gejala yang sama,
ibunya membawa pasien ke dokter dan sembuh, riwayat kontak dengan

3
orang yang bergejala sama (-) ,riwayat cacar dan campak (-), riwayat
trauma (-).
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ada riwayat batuk lama yang diderita oleh kakek pasien
Ibu alergi terhadap cuaca dingin dan makanan berupa telur
Tidak ada riwayat kejang demam atau epilepsy
Tidak ada riwayat hipertensi
Tidak ada riwayat diabetetes mellitus
E. Riwayat Kepribadian, Sosial, dan Lingkungan
Senang bermain dengan teman-teman sebayanya
Dekat dengan ibunya
Mudah dekat dengan orang
Diasuh oleh ibunya sendiri
Aktifitas dilingkungan bermain cukup baik

II. 4 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Berat bada n : 21,3 kg
A. Tanda vital :
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,6
B. Pemeriksaan fisis keseluruhan
Kepala-Leher
Kulit : Berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut
berwarna hitam terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut
Mata OD : Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak

4
edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih 3
mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)
OS : Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, skelra
tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak
edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih 3
mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada


sekret, tidak ada serumen
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi,
terdapat sekret berwarna hijau kental
Mulut : Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir
lembab, lidah tidak kotor, arkus faring simetris,
letak uvula di tengah, faring tidak hiperemis, tonsil
T1-T1, mukosa mulut tidak ada kelainan
Pertumbuhan gigi : Normal
Leher : Pembesaran KGB -/-
Thorax :

Inspeksi :
Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel
chest (-), pergerakan dinding dada simetris
Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis (-), spider
naevi (-), vena kolateral (-), massa (-).
Iga dan sela iga : Pelebaran ICS (-)
Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis : cekung, simetris kiri
dan kanan
Fossa jugularis : Tidak tampak deviasi
Tipe pernafasan : Torako-abdominal

Palpasi

5
Trakea : Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis
teraba di ICS V linea parasternal sinistra
Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan
Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan

Perkusi

Sonor seluruh lapang paru


Batas paru-hepar : Inspirasi ICS V, Ekspirasi ICS V
Batas paru-jantung :
Kanan : ICS II linea parasternalis dekstra
Kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi

Cor : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).


Pulmo :
Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru
Rhonki (+/+)
Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi :

Bentuk : Simetris
Umbilicus : Masuk merata
Permukaan Kulit : Tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-
),massa (-), vena kolateral (-), papula (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis
(-),spider navy (-).
Distensi (-)
Ascites (-)

6
Auskultasi

Bising usus (+) normal


Metallic sound (-)
Bising aorta (-)

Perkusi

Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)


Nyeri ketok (-)

Palpasi

Nyeri tekan epigastrium (-)


Massa (-)
Hepar / lien : tidak teraba

II. 5 Pemeriksaan penunjang


Tidak dilakukan

II. 6 Diagnosis Kerja


ISPA

II. 7 Penatalaksanaan
Pengobatan nonfarmakologi berupa saran kepada pasien untuk :

1. Makan secara teratur, mengurangi minum yang dingin-dingin, hindari


perokok, larang anak untuk mencoba menghisap rokok.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara makan makanan bergizi
dan mengkonsumsi vitamin bila perlu.
3. Istirahat yang cukup.

7
Penatalaksanaan

- Infus RL 10 tpm
- Inj. Cefotaxim 3X300 mg
- Po Parasetamol 3x1 cth (k/p)
- Po Ambroxol 3x 1/2 tablet
- Po Biolisin Syr 2 X 1 Cth
- Po Alpara 3x 1/2 tablet

8
BAB III

DATA PASIEN

A. Profil Pasien
An.M adalah seorang anak tunggal yang hanya tinggal dirumah bersama ibunya,
sedangkan ayah pasien tidak menetap di rumah karena bekerja di Jakarta. Pasien tidur
bersama ibunya.
B. Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga
Rumah pasien terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang TV, ruang makan, kamar
mandi, dapur dan gudang penyimpanan padi serta pupuk. Ventilasi dirumah cukup baik,
ruang makan beralaskan tanah, gudang tempat penyimpanan padi dan pupuk berdinding bilik
bambu dengan keadaan kotor sehingga banyak debu disekitar gudang, Kondisi kamar tidur
dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup baik, kamar mandi dan dapur cukup
bersih.Peralatan rumah tangga yang cukup lengkap, dan terdapat 1 motor.Lingkungan
disekitar rumah pasien cukup bersih.
C. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari penuturan ibu pasien diketahui bahwa kakek pasien menderita riwayat saluran
pernafasan, ibu pasien alergi terhadap cuaca dingin dan makanan berupa telur.
D. Pola Konsumsi Makanan
Pola Konsumsi keluarga tersebut cukup baik dengan asupan gizi. Pasien sering
mengkonsumsi es/ minuman dingin.
E. Psikologi dalam hubungan antar anggota keluarga
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota keluarga yang lain terutama
paman pasien.
F. Kebiasaan
Pasien sering mengkonsumsi permen dan es/ minuman dingin.
G. Lingkungan
Lingkungan pemukiman keluarga cukup bersih dan cukup tertata dengan baik.Sampah
tersimpan pada tempatnya, demikian juga dengan tata letak peralatan dan perlengkapan
rumah.Hubungan dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggal baik.

9
H. Keadaan Pasien
Pilek yang disertai sekret yang kental. Pasien minum obat tidak teratur karena menurut
penuturan ibu pasien sedang mengkonsumsi obat lain sehingga ibu menghentikan obat
pemberian puskesmas.

10
BAB III
ANALISIS KASUS

Seorang anak laki-laki berumur 6 datang ke puskesmas diantar ibunya dengan keluhan
utama batuk berdahak berwarna hijau, tenggorokan terasa gatal,demam, pilek dengan sekret
berwarna hijau dan tidak mau makan sejak 1 hari yang lalu. Demam turun sewaktu pasien diberi
obat warung berupa contrexin oleh ibunya. Pernah mengalami gejala yang sama sekitar 4 bulan
lalu, ibunya membawa pasien ke dokter dan sembuh. Kecurigaan bahwa An. M menderita ISPA
berawal dari keluhan-keluhan yang dialami oleh pasien yang relevan dengan gejala-gejala
timbulnya ISPA, yakni berupa batuk, demam serta pilek.
ISPA dapat disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus namun demikian pathogen
tersering yang menyebabkan ISPA adalah virus atau infeksi gabungan virus bakteri.Keluhan An.
M berupa batuk produktif dengan sputum berwarna hijau dapat dijumpai pada beberapa pasien
ISPA namun hal ini tidak dapat membedakan secara spesifik penyebab ISPA tersebut bakteri
atau virus.Untuk mengetahui lebih jelas penyebab dari ISPA perlu dilakukan pemeriksaan
sputum.
Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih dari 90% untuk
ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah frekuensinya lebih kecil. Dalam
Harrisons Principle of Internal Medicine disebutkan bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan
akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis, sampai dengan laring hamper
90% disebabkan oleh viral , sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hampir 50%
disebabkan oleh bakteri. Penyebab ISPA oleh Streptococcus pneumonia sekitar 70-90%,
sedangkan Stafilococcus Aureus dan H. Influenza sekitar 10-20%.Saat ini telah diketahui bahwa
infeksi saluran pernafasan akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun
virus.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, droplet melalui batuk dan bersin, udara
pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke dalam saluran
pernafasannya.
ISPA juga dapat diakibatkan oleh polusi udara. ISPA akibat polusi udara adalah ISPA
yang disebabkan oleh faktor risiko polusi udara seperti asap rokok, asap pembakaran rumah
tangga, gas buang sarana transportasi dan industry, kebakaran hutan, dan lain-lain. Agen

11
infeksius dapat menyebabkan timbulnya ISPA, namun keberadaan agen infeksius tidak langsung
menimbulkan ISPA karena perthanan tubuh juga menjadi faktor yang penting untuk
menentukan.
An. M adalah seorang anak tunggal yang tinggal hanya bersama ibunya dirumah, An. M
sering bermain bersama pamannya yang perokok. An. M sering mencoba menghisap rokok yang
dikonsumsi oleh pamannya, selain itu paman An. M juga sering merokok didekat An. M.
Dirumah tempat tinggal An. M terlihat ruang makan yang beralaskan tanah sehingga
meningkatkan kelembaban udara di dalam rumah , terdapat gudang penyimpanan pupuk dan padi
yang berdinding bilik dengan debu yang tebal. Dari uraian yang singkat ini dapat diketahui
bahwa lingkungan menjadi salah satu faktor risiko An. M menderita ISPA.
Obat yang diminum oleh An. M adalah Ringer laktat Ambroxol, cefotaxim, paracetamol,
alpara, dan biolisin. Selain terapi farmakologis, diperlukan terapi non farmakologis berupa saran-
saran kepada ibu An. M yang mengasuhnya, misalnya menjaga pola hidup sehat, makan yang
bergizi dan teratur serta istirahat yang cukup.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang
Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2007.
2. Usman, Iskandar. 2012. Penderita ISPA. (online) Diakses 30 Maret 2014.
3. Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan. 2011. Laporan Program P2 ISPA Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Rubin, Michael A, et al. Harrisons Principle of Internal Medicine, USA : McGraw Hill.
2005.
5. Ditjen P2PL. 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta : Depkes RI
6. Abdullah. 2003. Pengaruh Pemberian ASI terhadap Kasus ISPA pada Bayi Umur 0-4
Bulan. Tesis Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
7. Ditjen P2PL. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Jakarta : Depkes RI.
8. Machmud, Rizanda. (2006). Pneumonia balita di Indonesia dan peranan kabupaten
dalam menanggulanginya. Andalas University Press.
9. Achamadi, Umar Fahmi. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : UI
Press.
10. Ria, Epi. 2012. Kualitas Lingkungan Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Warakas
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia : Skripsi.
11. Rerung, Ribka. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Lembang Batu Sura. Jurnal FKM Universitas Hasanuddin Makassar.
12. Deasy, Joan and Werner. 2009. Acute Respiratory Tract Infenstions; When Are
Antibiotics Indicated. Available from www.jappa.com
13. Dahlan Z. Pnuemonia. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Editors, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Kedokteran Universitas
Indonesia.
14. Savitri Oryza. Rekam Medik Pasien Poli dalam scribd.com
15. Whaley and Wrong, 2000. Nursing care of Infant And Childern, Mosby, Inc. Yasir, 2009,
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
16. Supatondo dan Roosheroe AG. 2007. Pedoman Memberi Obat pada Pasien Geriatri Serta
Mengatasi Masalah Polifarmasi. In Sudoyo A.W., Setyiohadi B., Alwi I., Simadibrata M.
dan setiati S. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

13
14

Vous aimerez peut-être aussi