Vous êtes sur la page 1sur 3

A.

Hasil pengamatan
Sampel berupa larutan air limbah berbau khas dan HNO3 larutan tidak berwarna dan
berbau khas. Sampel air limbah sejumlah 25 ml ditambahkan HNO 3 yang pertama 2,5 ml
menghasilkan larutan yang belum terlalu jernih. Ditambahkan larutan HNO3 yang kedua
setelah dipanaskan sejumlah 15 ml menghasilkan larutan cukup jernih. Setelah disaring
larutan sudah jernih.
Aquades yang digunakan 499,656 ml dan HNO3 yang digunakan 0,344 ml dengan
pH 2. Setelah diencerkan larutan menjadi tak berwarna. Larutan stock CU (II) 1000 ppm
berwarna biru seulas , setelah diencerkan larutan menjadi tidak berwarna.
Kemudian AAS di setting pada E : 66% panjang gelombang 329,8 nm , arus 15 mA
dan split 0,7 nm.
Absorbansi larutan kerja 5 ppm: 0,172 ; 10 ppm: 0,310 ; 15 ppm: 0,439; 20 ppm :
0,586; 25 ppm : 0,747. Absorbansi sampel 0,204. Secara kasar, konsentrasi sampel berada
dikisaran 5- 10 ppm.
Perhitungan
1. pembuatan larutan blanko (HNO3 pH 2 )
[HNO3 ]= 10 -2 pH= 2
M 1 V1 = M 2 V2
V1 = 0,01 ppm . 500 ml
0,2 ppm
V1 = 25 ml
2. pembuatan deret larutan kerja Cu (II)
a. larutan Cu (II) 5 ppm
M 1 V1 = M 2 V2
V1 = 5 ppm . 50 ml
1000 ppm
V1 = 0,25 ml
b. larutan Cu (II) 10 ppm
M 1 V1 = M 2 V2
V1 = 10ppm . 25 ml
1000 ppm
V1 = 0,25 ml
c. larutan Cu (II) 15 ppm
M 1 V1 = M 2 V2
V1 = 15 ppm . 25 ml
1000 ppm
V1 = 0,75 ml
d. larutan Cu (II) 20 ppm
M 1 V1 = M 2 V2
V1 = 20 ppm . 25 ml
1000 ppm
V1 = 0,5 ml
e. larutan Cu (II) 25 ppm
M 1 V1 = M 2 V2
V1 = 25 ppm . 25 ml
1000 ppm
V1 = 0,625 ml

B. Pembahasan
Analisis dalam kimia salah staunya dengan menggunakan instrumentasi atau metode
AAS (Atomic Adsorption Spectrophotometry) ini dapat digunakan untuk menentukan
kadar logam dalam suatu zat, salah satunya untuk menentukan kadar tembaga (Cu). Logam
tembaga sendiri biasanya banyak terkandung dalam air limbah pertanian contohnya air
sawah, tapi pada percobaan kali ini sampel yang digunakan selain menggunakan air
limbah juga dilakukan proses spiking dengan sejumlah konsentrasi pada sampel. Tahapan
analisis yang digunakan yaitu preparasi sampel, pembuatan larutan blanko, pembuatan
larutan standar, dan membuat kurva kalibrasi untuk menentukan konsentrasi sampel.
Percobaan kali ini adalah penentuan kadar Cu dalam air menggunakan metode
spektrometer serapan atom sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah limbah
berupa cairan berwarna keruh. Untuk dapat menganalisis sampel tersebut menggunakan
AAS, sampel d preparasi terlebih dahulu agar konsentrasi Cu yang diperoleh dapat
mememnuhi hukum lambert beer. Dalam tahap preparasi sampel dilakukan pemanasan dan
penambahan HNO3 sebanyak 2,5 ml (yang pertama) dan 15 ml (yang kedua) yaitu setelah
pemanasan. Tujuan dilakukan penambahan dari HNO 3 pekat yaitu mempermudah proses
destruksi agar logam Cu dianalisis dalam keadaan bebas dari logam loga lain yang terdapat
pada sampel. Selain itu agar garam-garam yang mungkin terbentuk dapat larut sehingga
endapan tidak terbentuk, larutan pun menjadi jernih serta HNO3 yang bersifat asam
mencegah terjadinya pengendapan ion Cu2+ jika ditambahkan basa maka terjadi
pengendapan Cu(OH)2 . Tujuan dari pemanasan sampel adalah mempercepat proses
destruksiatau pemutusan ikatan setelah sampel ditambahkan HNO3 pekat dan dipanaskan
serta sudah jernih maka larutan sampel disaring menggunakan kertas saring agar mendapat
larutan yang homogen.
Pada pembuatan larutan blanko digunakan larutan HNO3 pekat sebanyak 0,344 ml
dan aquades sebanyak 499,656 ml. Penggunaan HNO3 pekat yang merupakan pelarut
dalam larutan sampel dan larutan standar tidak akan berpengaruh pada absorbansi yang
diperoleh dari hasil pengukuran larutan standar dan larutan sampel. Larutan blanko
diencerkn pada pH 2 (asam) agar Cu dalam sampel dalam keadaan netral dan tidak
terbentuk endapan.
Pada pembuatan larutan kerja Cu (II) konsentrasi dibuat pada 5 ppm, 10 ppm, 15
ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm dengan larutan CuO yang digunakan 0,25 ml;0,375 ml;
0,625 ml; dan 0,5 ml. Maka analisis kualitatif yang dilakukan adalah dengan cara membuat
kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi (sumbu y) dan konsentrasi Cu (sumbu x)
Pada proses pengukuran AAS, di setting dengan laju alir 66% serta panjang
gelombang 329 , 3 nm dan slit 0,7 nm. Gas pembakar yang digunakan adalah gas asetilen
udara menggunakan flame AAS karena logam Cu idak berbahaya. Dari pengukuran,
diperoleh absorbansi blanko sama dengan 0, absorbansi sampel 0,204 dan absorbansi
larutan kerja Cu(II) yaitu 0,172;0,310;0,439;0,586;dan 0,747. Rentang absorbansi tersebut
memenuhi rentang hukum lambert beer. Dari data pengamatan nilai yang diperoleh ,
semakin besar konsentrasi suatu larutan maka semakin besar nilai absorbansi yang
diperoleh.
Dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dari data dan di peroleh persamaan garis y=
0,029 x dengan R2 =0,997 dan kurva tersebut terlihat bahwa absorbansi sebanding dengan
konsentrasi. Dari persamaan garis ini diperoleh kadar Cu(II) dalam sampel sebesar 7,0344
ppm.
C. Kesimpulan
Pada penentuan kadar CU dalam air limah dengan metode AAS, preparasi sampel
dilakukan proses destruksi dengan penambahan HNO 3 pekat dan pemanasan. Larutan
kerja dibuat dan larutan stock Cu 1000 ppm dan larutan blanko, dibuat dalam konsentrasi 5
ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm. Prinsip instrumen AAS adalah penyerapan cahaya
oleh atom Cu pada nyala api. Pengukuran kadar Cu digunakan metode kurva kalibrasi
larutan kerja. Berdasarkan percobaan penetuan kadar Cu (II) pada air limbah dengan
metode AAS diperoleh kadar Cu (II) sebesar 7,0364 ppm.
D. Daftar pustaka
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. United States: Mc-graw hill.
Hendayana, Sumar. 2010. Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan
Elektroforesis Modern. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Skoog,West, Holler. 2008. Fundamentals of Analytical Chemistry ,7th edition.
Orlanda: Harcourt Brace College & Publishers.
Tim Kimia Instrumen.2015. Penentuan Praktikum Kimia Instrumen. Bandung : UPI.

Vous aimerez peut-être aussi