Vous êtes sur la page 1sur 17

PEDOMAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Efusi Pleura)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat
berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price C Sylvia, 1995)

Etiologi
Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan
primer pada pleura hanya ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleura
dan tumor primer pleura. Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-
kondisi :

1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti
pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig
(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis,
pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke
rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.

Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan:


1. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)
2. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia)
3. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)
4. Berkurangnya absorbsi limfatik

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 2
Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:
1. Transudat
Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik
sindrom, obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis
peritoneal, dan atelektasis akut.
2. Eksudat
a. Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses)
b.Neoplasma (Ca. paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu
dari empat mekanisme dasar :
a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
c. Peningkatan tekanan negative intrapleural
d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

Perbedaan cairan transudat dan eksudat (Somantri, 2008: 99)


Indikator Transudat Eksudat
1. Warna 1. Kuning pucat dan jernih 1. Jernih, keruh, purulen,
2. Bekuan 2. (-) dan hemoragik
2. (-)/(+)
3. Berat Jenis 3. <1018 3. >1018
4. Leukosit 4. <1000 /uL 4. Bervariasi, >1000/uL
5. Eritrosit 5. sedikit 5. Biasanya banyak
6. Hitung jenis 6. MN (limfosit/mesotel) 6. Terutama PMN
7. Protein Total 7. <50% serum 7. >50% serum
8. LDH 8. <60% serum 8. >60% serum
9. Glukosa 9. =plasma 9. = / < plasma
10. Fibrinogen 10. 0,3-4% 10. 4-6 % atau lebih
11. Amilase 11. (-) 11. >50% serum

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 3
12. Bakteri 12. (-) 12. (-) / (+)

Patofisiologi
Normalnya hanya terdapat 10/20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah
cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9
cmH2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun
(misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat
ada proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan
jantung) dan tekanan negatif intrapleura apabila terjadi atelektasis paru (alsagaf, 1995).

Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum
pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses
yang meliputi (Guyton dan Hall, 1997) :

1. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.


2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi
sangat tinggi, sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura
3. Menurunnya tekanan osmotik plasma juga memungkinkan terjadinya transudasi
cairan yang berlebihan
4. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan
pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 4
WOC

TB Paru Gagal jantung kiri Karsinoma

Pneumonia Gagal ginjal Mediastinum

Gagal fungsi hati Karsinoma paru

Atelektasis Peningkatan Peninbgkatan


tekanan hidrostatik permeabilitas
Hipoalbuminemia di pembuluh darah kapiler
inflamasi

Tekanan osmotic koloid Ketidak seimbangan


menurun jumlah produk cairan
dengan absorpsi yang
Tekanan negative intrapleura
bisa dilakukan pleura
Peningkatan permeabilitas viseralis
kapiler

Akumulasi / peni mbunan


cairan di kavum pleura.

Gangguan ventilasi (pengembangan paru tidak optimal), gangguan difusi, distribusi, dan transportasi
System
oksigen. muskuluskeletal

System System syaraf System Sistem Respon


pernapasan pusat pencernaan Muskuloskeletal psikososial

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 5
Penurunan
Penurunan suplai Efek hiperventilasi suplai oksigen ke
Pa menurun Sesak napas
oksigen ke otak jaringan
tindakan infasif
PC meningkat

Sesak napas Produksi asam


Peningkatan Koping tidak
Secret meningkat lambung meningkat
Hipoksia serebral metabolism efektif
Peristaltic menurun anaerob
Imun menurun

kecemasan
Pusing
Pola nafas tidak Mual, nyeri Peningkatan
disorientasi
efektif lambung produksi asam
laktat
Jalan nafas tidak Konstipasi
efektif Risiko gangguan
perfusi serebral
Risiko terpapar
infeksi Ktidakseimban
Kelemahan
gan nutrisi
fisik umum
Nyeri lambung

Gangguan
eliminasi alvi Intoleransi
aktivitas

Infeksi pada tuberkolosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobakterium tuberculosis yang
masuk melalui saluran pernafasan menuju alveoli, sehingga terjadilah infeksi primer. Dari
infeksi primer ini, akan timbul saluran peradangan getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal) dan juga di ikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfangitis lokal).

Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran.


Permebilitas membran akan meningkat dan akhirnya menimbulkan akumulasi cairan dalam
rongga pleura. Kebanyakan akibat terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkolosis paru
melalui fokus subpleura yang robek atau malalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga di

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 6
akibatkan dari robeknya pengkijauan ke arah saluran getah bening yang menuju rongga
pleura, iga, atau kolumma vertebralis.

Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosis paru adalah eksudat yang berisi
protein dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening. Cairan
ini biasanya serosa, namun kadang kadang bisa juga hemarogi.

Manifestasi Klinis
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan penyakit dasar.
Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara
efusi malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan
keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak nafas. Area yang
mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali
menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan terdengar di atas area efusi.
Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural
yang signifikan. Bila terjadi efusi pleura kecil sampai sedang, dipsnea mungkin saja tidak
terdapat. Berikut tanda dan gejala:
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan fisik,


dan torakosentesis. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan Gram,
basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan
kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase, protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.

Pemeriksaan Diagnostik
A. Pemeriksaan Radiologi
Pada Fluoroskopi maupun foto thoraks PA cairan yang kurang dari 300cc tidak
bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan
kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebih dari
300cc, frenicocostalis tampak tumpul dan diafragma kelihatan meninggi. Untuk
memastikannya, perlu dilakukan dengan foto thoraks lateral dari sisi yang sakit
(lateral dekubitus). Foto ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan
pleura sedikit. Pemeriksaan radiologi foto thoraks juga diperlukan sebagai monitor
atas intervensi yang telah diberikan dimana keadaan keluhan klinis yang membaik
dapat lebih dipastikan dengan penunjang pemeriksaan foto thoraks.
B. Biopsi Pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura melalui biopsy jalur
perkutaneus. Biopsy ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau
kuman-kuman penyakit.
C. Pengukuran Fungsi Paru (Speromerti)
Pengukuran kapasitas vital, peningkatan rasio udara residual ke kapasitas total
paru, dan penyakit pleura pada tuberculosis kronis tahap lanjut.
D. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa cairan pleura
agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisis cairan pleura dapat dinilai untuk
mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan pleura
hasil thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat berupa cairan
hemoragi,eksudat dan transudat.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8
a. Haemorrhagic pleura effusion, biasanya terjadi pada klien dengan adanya
keganasan paru atau akibat infark paru terutama disebabkan oleh
tuberkulosis.
b. Yellow exudate pleural efusion, terutama terjadi pada keadaaan gagal
jantung kongestif, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia dan perikarditis
konstriktif
c. Clear transudate pleural effusion, sering terjadi pada klien dengan
keganasan ekstrapulmoner
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorax
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk
bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi
daripada bagian medial. Bila permukaannya horisontal dari lateral ke
medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari
luar atau dari dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan
antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena radang
(pleuritis). Disini perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral
dekubitus.
b. CT SCAN
Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya
tumor paru juga sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik yang
meliputi :
1. menentukan adanya tumor dan ukurannya.
2. mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus, mediatinum
dan pembuluh darah besar.
3. mendeteksi adanya efusi pleura.
Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk
menuntun tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA), evaluasi
pengobatan, mendeteksi kekambuhan dan CT planing radiasi.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Pengeloalaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan untuk mengobati
penyakit dasar dan pengosongan cairan (thorakosentesis). Indikasi untuk
melakukan thorakosentesis adalah:
a. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
rongga pleura.
b. Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal.
c. Bila terjadi reakumulasi cairan.

Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000 cc, karena
pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak
dapat menimbulkan edema paru yang ditandai yang ditandai denghan batuk dan
sesak.
Kerugian thorakosentesis:
a. Dapat menyebabkan kehilangan protein yang berbeda dalam cairan pleura.
b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c. Dapat terjadi pneumothoraks.

Komplikasi
Pemasangan pipa WSD ( Water Seal Drainage) yang besar dapat menimbulkan
rasa sakit ayang sangat. Pemberian lidokain 200 mg mungkin dapat mengatasi
rasa sakit ini untuk sementara waktu. Dapat timbul infeksi ringan yang ditandai
dengan panas yang subfebril setelah 48 jam dilakukan tindakan sklerosis,
terutama bila digunakan zat quinakrin. Sklerosis yang digunakan bersama-sama
dengan sitostatik tidak menunjukkan hasil lebih baik.

Prognosis

Secara teoritis tingkat kegawatan pleuritis eksudatif ditentukan oleh tiga faktor:

a) Jumlah cairan yang sedemikian banyaknya sehingga terjadi perburukan fungsi


restriktif.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 10
b) Kecepatan pembentukan cairan. Makin cepat terjadi pembentukan cairan
makin memperburuk keadaan penderita.
c) Jenis cairan. Sero hemoragik lebih berbahaya dari non sero hemoragik.
Memburuknya fungsi paru ini ditentukan oleh jumlah cairan yang terbentuk
dalam satuan waktu.

Proses keperawatan
Pengkajian

Anamnesis

Identitas klien yang perlu diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan, pekerjaan klien, dan asuransi kesehatan klien.

Keluhan utama merupakan factor utama ang n=mendorong klien mencari


pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada klien dengan efusi pleura
didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritis akibat
iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokalisasi terutama pada saat batuk dan
bernafas serta batuk nonproduktif

Riwayat Penyakit Saat Ini

Klien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya keluhan
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan
menurun. perlu juga ditanyakan sejak kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.

Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan pula apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru,
pneumonia, gagal jantung, trauma, asites, dan sebagainya. Hal ini perlu diketahui
untuk melihat ada tidaknya kemungkinan factor predisposisi.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 11
Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditayakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-enyakit


yang mungkin dapat menyebabkan efusi pleuri seperti kanker paru, asma, TB paru,
dan lain sebagainya.

Pengkajian Psikososial

Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan klien terhadap


penyakitnya, bagaiamana cara mengatasinya, serta bagaimana perilaku klien
terhadap tindakan yang dilakukan kepada dirinya.

Doagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang
kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema tracheal/faringeal.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi
paru dan kerusakan membrane alveolar kapiler.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan
akibat sesak napas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
5. Gangguan ADL (Activity Daily Living) yang berhubungan dengan kelemahan fisik
umum dan keletihan sekunder akibat adanya sesak napas.
6. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayanagkan
(ketidakmampuan untuk bernafas).
7. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan batuk yang menetap dan
sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan.
8. Kurangnya pengetahauan yang berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
mengenai proses penyakit dan pengobatan.

(Arif Muttaqin, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 12
Intervensi

Rencana Intervensi

Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi


paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi klien mampu mempertahankan fungsi
paru secara normal.
Kriteria evaluasi :
Irama, frekuensi, dan kedalaman pernafasan berada dalam batas normal, pada pemeriksaan
Rontgen thorax tidak ditemukan adanya akumulasi cairan dan bunyi nafas terdengar jelas.

Rencana Intervensi Rasional


Identifikasi factor penyebab Dengan mengidentifikasi penyebab, kita dapat
menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat.
Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman Dengan mengkaji kualitas , frekuensi, dan
pernafasan, serta melaporkan setiap perubahan kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui
yang terjadi. sejauh mana perubahan kondisi klien.
Baringkan klien dalam posisi yang nyaman, Penurunan diafragma dapat memperluas daerah
dalam posisi duduk, dengan kepala tempat dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.
tidur ditinggikan 60-90 derajat atau miringkan Miring ke arah sisi yang sakit dapat
kea rah sisi yang sakit. menghindari efek penekanan gravitasi cairan
sehingga ekspansi dapat maksimal
Observasi tanda tanda vital ( nadi dan Peningkatan frekuensi napas dan takikardi
pernafasan). merupakan indikasi adanya penurunan fungsi
paru.
Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 ja. Auskultasi dapat menentukan kelainan suara
napas pada bagian paru.
Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan napas Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau
dalam yang efektif. napas dalam. Penekanan otot otot dada serta

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 13
abdomen membuat batuk lebih efektif

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk Pemberian oksigen dapat menurunkan beban
pemberian oksigen dan obat obatan serta foto pernapasan dan mencegah terjadinya sianosis
thorax. akibat hipoksia.
Dengan foto bthorax, dapat dimonitor
kemajuan dari berkurang cairan dan
kembalinya daya kembang paru.
Kolaborasi untuk tindakan t.horakosentesis Tindakan thorakosentesis atau fungsi pleura
bertujuan untuk menghilangkan sesak napas
yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
rongga pleura.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema tracheal/faringeal :
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi, bersihan napas kembali
efektif.
Kriteria evaluasi :
- Klien mampu melakukan batuj efektif.
- Pernafasan klien normal (16-20 x/menit) tanpa ada penggunakan otot bantu napas.
Bunyi napas normal, Rh -/- dan pergerakan pernapasan normal.

Rencana Intervensi Rasional


Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, Penurunan bunyi napas menunjukkan
kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi
otot bantu napas). secret dan ketidak efektifan pengeluaran
sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan
penggunaan otot bantu napas dan peningkatan
kerja pernapasan.
Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat Pengeluaran akan sulit bila secret sangat kental
karakter dan volume sputum. (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 14
Berikan posisi semifowler/fowler tinggi dan Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
bantu klien latihan napas dalam dan batuk dan menurunkan upaya bernapas. Ventilasi
efektif. maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan secret ke dalam jalan
napas besar untuk dikeluarkan.
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan
ml/hari kecuali tidak diindikasikan. secret dan mengefektifkan pembersihan jalan
napas.
Bersihkan secret dari mulut dan trachea, bila Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan
perlu lakukan pengisapan (suction) diperlukan bila klioen tidak mampu
mengeluarkan secret. Eliminasi lendir dengan
suction sebaiknya dilakukan dalam jangka
waktu kurang dari 10 menit, dengan
pengawasan efek samping suction.
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Pengobatan antibiotic yang ideal adalah dengan
Obat antibiotic adanya dasar dari tes uji resistensi kuman
terhadap jenis antibiotic sehingga lebih mudah
mengobati pneumonia.
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
perlengkapan secret paru untuk memudahkan
pembersihan.
Bronkodilator: jenis aminofilin via intravena Bronkodilator meningkatkan diameter lumen
percabangan trakheobronkhial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid Kortikosteroid berguna pada hipoksemia
dengan keterlibatan luas dan bila reaksi
inflamasi mengancam kehidupan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 15
PENUTUP

Kesimpulan

Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 20 ml cairan yang


berfungsi sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas.
Akumulasi cairan melebihi volume normal dan menimbulkan gangguan jika cairan
yang diproduksi oleh pleura parietal dan viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh
limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral atau sebaliknya yaitu apabila produksi
cairan melebihi kemampuan penyerapan. Akumulasi cairan pleura melebihi normal
dapat disebabkan oleh beberapa kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan di
paru atau organ luar paru.
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.
Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)

saran
Beberapa saran bila kliem sudah positif terkena efusi pleural :
1. Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman, dan
penggunaan otot bantu napas).
2. Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter dan volume sputum.
3. Berikan posisi semifowler/fowler tinggi dan bantu klien latihan napas dalam
dan batuk efektif.
4. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan.
5. Bersihkan secret dari mulut dan trachea, bila perlu lakukan pengisapan
(suction).
6. Serta kolaborasi pemberian obat yang tepat.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 16
DAFTAR PUSTAKA

1. Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
2. Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit Ed4.
Jakarta: EGC
3. Rab, Tabrani. 1998. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung : PT. Alumni
4. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
5. Carpenito, Lynda Tuall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.
Jakarta : EGC

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 17

Vous aimerez peut-être aussi