Vous êtes sur la page 1sur 9

Anmal & LI (skenario D blok 19)

1) Bagaimana klasifikasi kejang?

1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)


Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang
dalam waktu 24 jam.

2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)


Kejang demam yang berlangsung selama lebih dari 15 menit, kejang yang berbentuk fokal atau
parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial. Kejang demam jenis ini berulang
lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.

2) Apa efek yang ditimbulkan dari tidak diberikan diazepam rektal 5 mg terhadap pasien?

Dapat terjadi bangkitan berulang dan menjadi kejang demam kompleks apabila lebih dari 1 kali
bangkitan dalam 1 episode.

3) Apa makna klinis dari hasil pemeriksaan neurologis (DD yang bisa disingkirkan)?

4) Epidemiologi

5) Manifestasi Klinis

Tanda- tanda kejang demam meliputi:

1. Demam yang biasanya di atas (38,9 o C).

2. Jenis kejang (menyentak atau kaku otot).

3. Gerakan mata abnormal (mata dapat berputar-putar atau ke atas).

4. Suara pernapasan yang kasar terdengar selama kejang.


5. Penurunan kesadaran.

6. Kehilangan kontrol kandung kemih atau pergerakan usus.

7. Muntah.

8. Dapat menyebabkan mengantuk atau kebingungan setelah kejang dalam waktu yang singkat

6) Tatalaksana & Edukasi

Terapi farmakologi

Pada saat terjadinya kejang, obat yang paling cepat diberikan untuk menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg
perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
maksimal sebanyak 20 mg. Obat yang dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosisnya sebanyak 0,5-0,75 mg/kg atau 5 mg untuk anak dengan berat badan
kurang daripada 10 kg dan 10 mg untuk anak yang mempunyai berat badan lebih dari 10 kg. Selain
itu, diazepam rektal dengan dosis 5 mg dapat diberikan untuk anak yang dibawah usia 3 tahun atau
dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Apabila kejangnya belum berhenti, pemberian
diapezem rektal dapat diulangi lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit. Anak seharusnya dibawa ke rumah sakit jika masih lagi berlangsungnya kejang, setelah 2
kali pemberian diazepam rektal. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis
0,3-0,5 mg/kg.

Jika kejang tetap belum berhenti, dapat diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-
20 mg/ kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/ kg/ menit atau kurang dari 50 mg/menit. Sekiranya kejang
sudah berhenti, dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/ kg/ hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika
kejang belum berhenti dengan pemberian fenitoin maka pasien harus dirawat di ruang intensif.
Setelah kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam,
apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.

Seterusnya, terapi antipiretik tidak mencegah kejang kekambuhan. Kedua parasetamol dan NSAID
tidak mempunyai manfaatnya untuk mengurangi kejadian kejang demam. Meskipun mereka tidak
mengurangi risiko kejang demam, antipiretik sering digunakan untuk mengurangi demam dan
memperbaiki kondisi umum pasien. Dalam prakteknya, kita menggunakan metamizole (dipirone),
10 sampai 25 mg/ kg/ dosis sampai empat dosis harian (100 mg/ kg/ hari), parasetamol 10 sampai
15 mg/ kg/ dosis, juga sampai empat dosis harian (sampai 2,6 g/hari) dan pada anak-anak di atas
usia enam bulan, diberikan ibuprofen sebanyak 5 sampai 10 mg/ kg/ dosis dalam tiga atau empat
dosis terbagi (sampai 40 mg/ kg/ hari pada anak-anak dengan berat kurang dari 30 kg dan 1200
mg).

Pengobatan jangka panjang atau rumatan hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri-
ciri berikut seperti kejang berlangsung lebih dari 15 menit, kelainan neurologi yang nyata sebelum
atau selapas kejadian kejang misalnya hemiparesis, paresis Todd, palsi serebal, retardasi mental
dan hidrosefalus, dan kejadian kejang fokal. Pengobatan rumat dipertimbangkan jika kejang
berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
dan kejang demam berlangsung lebih dari 4 kali per tahun. Obat untuk pengobatan jangka panjang
adalah fenobarbital (dosis 3-4 mg/ kgBB/ hari dibagi 1-2 dosis) atau asam valproat (dosis 15-40
mg/ kgBB/ hari dibagi 2-3 dosis). Dengan pemberian obat ini, risiko berulangnya kejang dapat
diturunkan dan pengobatan ini diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian secara bertahap
selama 1-2 bulan.
Terapi non-farmakologi

Tindakan pada saat kejang di rumah,

1. Baringkan pasein di tempat yang rata.

2. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasein.

3. Semua pakaian ketat yang mengganggu pernapasan harus dibuka


misalnya ikat pinggang.

4. Tidak memasukkan sesuatu banda ke dalam mulut anak.

5. Tidak memberikan obat atau cairan secara oral.

6. Jangan memaksa pembukaan mulut anak.


7. Monitor suhu tubuh.

8. Pemberikan kompres dingin dan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh


yang tinggi.

9. Posisi kepala seharusnya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.

10. Usahakan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.

11. Menghentikan kejang secepat mungkin dengan pemberian obat antikonvulsan yaitu diazepam
secara rektal.

Pengobatan kejang berkepanjangan di rumah sakit,

1. Hilangkan obstruksi jalan napas.

2. Siapkan akses vena.

3. Monitor parameter vital (denyut jantung, frekuensi napas, tekanan darah, SaO2).

4. Berikan oksigen, jika perlu (SaO2 <90%)

5. Mengadministrasikan bolus intravena diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg pada kecepatan
infus maksimal 5 mg/menit, dan menangguhkan ketika kejang berhenti. Dosis ini dapat
diulang jika perlu, setelah 10 menit.

6. Memantau kelebihan elektrolit dan glukosa darah.

7. Jika kejang tidak berhenti, meminta saran seorang spesialis (ahli anestesi, ahli saraf) untuk
pengobatan.

Edukasi
Orangtua seharusnya dalam keadaan tenang dan tidak panik serta tetap bersama pasien selama
kejang. Kebanyakan orangtua menganggap bahawa anaknya akan meninggal pada saat kejang.
Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara memberi edukasi pada orangtua pasien kejang demam
yang diantaranya:

1. Memberi keyakinan pada orangtua bahwa kejang demam memiliki prognosis yang baik.

2. Memberitahu cara penanganan.

3. Memberi informasi kemungkinan rekurensi kejang.

4. Jelaskan serinci mungkin kejadian kejang demam seperti insiden,


hubungan dengan usia, tingkat kekambuhan, kejadian dalam ketiadaan relatif kerusakan
otak, perbedaan dari epilepsi, risiko epilepsi berikutnya dan prognosisnya

Apakah dibutuhkan CT scan atau rekam otak?


Perlu apabila menghadapi penderita dengan kejang lama, pemeriksaan yang intensif
perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan pungsi lumbal, darah lengkap misalnya gula darah,
kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen dan faal hati.
Selanjutnya bila belum memberikan hasil yang diinginkan dan untuk melengkapi data,
dapat dilakukan pemeriksaan khusus, yaitu x-foto tengkorak, elektroensefalogram,
ekoensefalografi, 'brain scan', pneumoensefalo- grafi dan arteriografi.

Bagaimana kemungkinan epilepsy dan pengaruh kejangnya terhadap kecerdasan anak?


Anak yang menderita kejang demam sederhana, tidak terdapat kelainan pada IQ, tetapi pada
penderita kejang demam sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan
neurologis akan didapat IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan
terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar.
Kejang Demam
Gejala Meningitis Ensefalitis Tetanus Epilepsi
KDS KDK

Kejang Tonik/tonik- Fokal, + + Tonik +


klonik tanpa kejang umum,
gerakan umum kejang
fokal didahului rangsang,
kejang spontan,
parsial trismus

Frekuensi Tidak Berulang Berulang Berulang Dapat Dapat


kejang berulang berulang berulang
dalam 24
jam

Kesadaran Compos Penurunan Somnolen- Stupor Tanpa Penurunan


mentis kesadaran koma - koma gangguan kesadaran
kesadaran

Mata + + + - - -
mendelik

Demam + + + + + -

Strabismus + - - - - -

Vous aimerez peut-être aussi