Vous êtes sur la page 1sur 12

MODUL PRAKTIKUM

SISTEM IMUN & HEMATOLOGI

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
2015

1
PRAKTIKUM 1 : PEMERIKSAAN HB SAHLI

A. PENGERTIAN
Hemoglobin adalah suatu substansi protein dalam sel-sel
darah merah yang dapat berikatan dengan oksigen.
Hemoglobin oleh asam klorida diubah menjadi hematin asam
yang berwarna coklat tua. Penambahan aquadest sampai
warnanya sama dengan standart warna, kadar Hb dibaca
dalam satuan gram/dl

B. TUJUAN
Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah

C. KRITERIA
1) Hb 11 gr % = Tidak anemia
2) Hb 9 10 gr % = Anemia ringan
3) Hb 7 8 gr % = Anemia sedang
4) Hb < 7 gr % = Anemia berat
(Mochtar, 1998 : 164)
Klasifikasi lain anemia :
1) Pria dewasa < 13 g %
2) Wanita tak hamil < 12 g %
3) Wanita hamil < 11 g %
4) Anak : 6 bl 6 th < 11 g %
6 th 14 th < 12 g %
Kriteria kadar Hb pada ibu hamil (WHO, 1972)
1) Hb 11 gr/dl : Normal
2) Hb 8 11 g/dl : Anemia ringan
3) Hb < 8 g/dl : Anemia berat
Nilai normal :
1) Pria : 14- 16 g/dl
2) Wanita : 12- 14 g/d

D. PROSEDUR
1. ALAT
Standar Sahli Haemometer.
Pipet Hb 20 l.
Pipet Tetes.

2
Batang pengaduk.
Tabung Pengencer haemometer
Kertas saring/tissue/kain kassa kering

2. BAHAN
HCl 0,1 N
Aquadest

3. LANGKAH
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan

C. Tahap Kerja
1. Masukkan kira-kira 5 tetes (angka 2) HC1 0,1 N ke
dalam tabung pengencer hemometer Darah
kapiler/vena dihisap sebanyak 20l dengan pipet
sahli,
2. Bersihkan ujung luar pipet dengan kertas tissue
secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam
pipet berkurang.
3. Lalu dimasukkan ke dalam tabung Hb yang telah
berisi larutan HCl 0,1 N.
4. Darah dan HCl 0,1 N dicampur, dibilas pipet sampai
bersih, dan jangan sampai terjadi gelembung udara.
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HC1 yang
jernih itu ke dalam pipet 2 atau 3 kali untuk

3
membersihkan darah yang masih tinggal dalam
pipet.
6. Isi tabung dikocok sampai homogen supaya terjadi
hematin asam yang berwarna coklat tua (dalam
waktu 3-5 menit)
7. Aquadest ditambahkan setetes demi setetes diaduk
dengan batang pengaduk yang tersedia sampai
warna sama dengan standart warna. Setiap kali
penambahan aquadest harus dikocok sampai
homogen.
8. Kadar Hb dibaca dalam satuan gram/dl.

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

Referensi : Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,


Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 1991

4
PRAKTIKUM 2 : RUMPLEED TEST

A. PENGERTIAN
Rumpleed test merupakan uji awal adanya gangguan
trombosit pada penderita DBD, namun bukanlah hal
untuk menegakkan diagnose DBD.
Rumpleed test biasanya dilakukan untuk mengetahui
tanda gejala awal adanya ptechie (bintik merah pada
penderita DBD), ptechie muncul akibat pecahnya
pembuluh darah kapiler, sehingga pada fase awal tidak
akan langsung muncul

B. TUJUAN
Untuk mengetahui lebih awal adanya ptechie

C. KRITERIA
Positif jika terdapat sepuluh atau lebih bintik merah

D. PROSEDUR
1. ALAT
Stetoscope
Spygmomanometer
Alat tulis.

3. LANGKAH
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan

5
C. Tahap Kerja
1. Pasang manset pada lengan atas (ukuran manset
disesuaikan dengan umur)
2. Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan
sistolok dan diastolik
3. Aliran darah pada lengan atas dibendung pada nilai
Systole + Diastole
sesuai rumus
5 menit (bila terlihat adanya bintik-bintik merah > 2
dari 10 bintik
pembendungan dapat dihentikan)
4. Bebaskan bendungan, kemudian hitung jumlah bintik
merahnya, Lihat pada bagian bawah lengan depan
(daerah volar) atau daerah lipatan siku (fossa cubiti),
apakah timbul bintik bintik merah, tanda
perdarahan (ptekie).
5. Hasil uji tourniquet dianggap positif bila ditemukan
10 bintik perdarahan (petekie) pada luar diameter
2,8 mm jika kurang maka disebut rumpled test
negative
6. Observasi

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

6
PRAKTIKUM 3 : TRANSFUSI

A. PENGERTIAN
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di
lakukan pada klien yang membutuhkan darah dan/atau
produk darah dengan cara memasukkan darah melalui
vena dengan menggunakan set transfuse.
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau
produk berbasis darah dari satu orang ke sistem
peredaran orang lainnya (wikipedia, 2011)

B. TUJUAN
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah
pembedahan, trauma atau hemoragic).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk
mempertahankan kadar hemoglobin pada klien
anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai
terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk
membantu mengontrol perdarahan pada pasien
hemofilia).
4. Meningkatkan kemampuan darah dalam
mengangkut oksigen
5. Memperbaiki kekebalan
6. Memperbaiki masalah pembekuan.

C. INDIKASI
1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului
penggantian volume dengan cairan.
2. Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan
dengan cara lain.
3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi
komponen.
4. Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat
lagi diberikan plasma subtitute atau larutan albumin.
5. Kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang
besar.
6. Perdarahan akut sampai Hb <8 gr% atau Hct < 30%

7
7. Klien dengan penyakit kelainan darah tertentu
(misalnya anemia, leukemia)

D. TEMPAT PEMASANGAN
1. Gunakan vena distal lengan untuk pilihan pertama
2. Jika memungkinkan pilih lengan non dominan
3. Pilih vena-vena di atas area fleksi
4. Gunakan vena kaki jika vena lengan tidak dapat
diakses
5. Pilih vena yang mudah diraba, vena yang besar dan
yang memungkinkan aliran cairan adequat
6. Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien
7. Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi pembedahan
atau prosedur-prosedur yang direncanakan
Hindari menggunakan vena berikut:
1. Vena pada area fleksi (misal:fossa ante cubiti)
2. Vena yang rusak karena insersi sebelumnya (misal
karena flebitis, infiltrasi atau sklerosis)
3. Vena yang nyeri palpasi
4. Vena yang tidak stabil, mudah bergerak ketika jarum
dimasukkan
5. Vena yang mudah pecah
6. Vena yang berbelok-belok
7. Vena dorsal yang rapuh pada klien lansia dan
pembuluh darah pada ekstremitas dengan gangguan
sirkulasi (misal pada mastektomi, graft dialysis atau
paralysis).

E. EFEK SAMPING
Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan
reaksi alergi (hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2%
pada setiap transfuse, ditandai :
gatal-gatal
kemerahan
pembengkakan
pusing
demam

8
sakit kepala

F. KOMPLIKASI
1. Reaksi transfusi hemolitik :
a. Reaksi hemolitik ekstravaskuler
b. Reaksi hemolitik intravaskuler
2. Infeksi :
a. Bakteri (stapilokok, citobakter)
b. Virus (hepatitis, AIDS, CMV)
c. Parasit (malaria)
3. Lain-lain Demam, urtikaria, anafilaksis, hiperkalemia,
asidosis

G. YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Jenis aglutinogen dari darah donor dalam
eritrositnya, sedangkan pada resipien perlu
diperhatikan macam aglutinin di dalam plasma
darahnya. Hukum Landsteiner menyatakan bahwa
bila aglutinogen bertemu dengan zat antinya
(aglutinin), maka akan terjadi aglutinasi atau
penggumpalan darah. (Sugiyarto, 1997 : 100 - 101).
2. Perhatikan kemungkinan terjadinya transfusi darah
masing-masing golongan darah dari berbagai macam
golongan darah.
Golongan darah A hanya bisa mendonorkan darah
kepada golongan darah A dan AB dan menerima
darah dari golongan darah A dan O.
Golongan darah B hanya bisa mendonorkan darah
kepada golongan darah B dan AB dan menerima
darah dari golongan darah B dan O.
Golongan darah AB hanya bisa mendonorkan
darah kepada golongan darah AB saja dan
menerima darah dari semua golongan darah (A,
B, AB dan O) maka dari itu golongan darah AB
disebut sebagai resipien universal.
Golongan darah O bisa mendonorkan darah
kepada semua golongan darah (A, B, AB,dan O)
dan menerima darah dari golongan darah O saja,

9
maka dari itu golongan darah O disebut sebagai
donor universal.
3. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus
dengan jarum besar (16-18). Jarum yang terlalu kecil
(23-25) dapat menyebabkan hemolisis.
4. Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang
memiliki saringan untuk menghalangi bekuan fibrin
dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku
memiliki saringan dan ukuran pori-pori 170 mikron.
Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat
digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah.
5. Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada
bagian dorsal tangan dan pada lengan atas. Dalam
keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk
menjamin kelancaran dan kecepatan transfusi.
6. Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan
plasmanya. Jika ada tanda-tanda hemolisis (warna
coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang
belum akan ditransfusikan harus tetap di dalam
lemari es. Setelah darah sudah dikeluarkan dari
lemari es harus didiamkan selama 30 menit,dan baru
langsung ditransfusikan.
7. Jangan menggunakan larutan dekstrose dan larutan
garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis.
Ringer laktat atau larutan lain yang mengandung
kalsium akan menyebabkan koagulasi.
8. Jangan menambahkan obat apapun ke dalam darah
yang ditransfusikan. Obat-obatan memiliki pH yang
berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis,
lagipula bila terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk
menentukan apakah hal itu terjadi akibat obat atau
akibat darah yang ditransfusikan.
9. Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam
waktu yang singkat, maka dibutuhkan darah hangat,
karena darah yang dingin akan mengakibatkan
aritmia ventrikel bahkan kematian. Menghangatkan
darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37 0C
-390C. Karena bila > 400C, eritrosit akan rusak.

10
10. Pada 100 ml pertama pemberian darah lengkap
hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan
perlahan-lahan untuk kemungkinan deteksi dini
reaksi transfusi.
11. Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes.
Laju tercepat yang bisa tercapai adalah 60 ml
permenit. Laju transfusi tergantung pada status
kardiopulmoner resipien. Jika status kardiopulmoner
normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB dalam
waktu 2-4 jam. Jika tidak ada hemovolemia maka
batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit
kurang lebih 3 jam) atau 1000 ml dalam 24 jam.
Tetapi jika terdapat gagal jantung yang mengancam
maka tidak boleh ditransfusikan melebihi 2
ml/kgBB/jam. Karena darah adalah medium kultur
yang ideal untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu
unit darah tidak boleh melewati 5 jam karena
meningkatnya resiko proliferasi bakteri.
12. Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-
kadang dibutuhkan transfusi yang cepat sampai 6-7
bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak
membaik dikurangi hingga 1 bag tiap 15 menit

H. PROSEDUR
1. ALAT
Transfuse set
Gunting & plester

2. BAHAN
Darah dalam kantung
Cairan NaCl 0,9%

3. LANGKAH
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

11
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan

C. Tahap Kerja
1. Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100
ml NaCl fisiologik. Dengan tetesan hidrasi NaCl 20
tetes/menit
2. Ganti cairan NaCl dengan darah, atur tetesan sesuai
kebutuhan
3. Observasi terjadinya reaksi

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

12

Vous aimerez peut-être aussi