Vous êtes sur la page 1sur 5

BOY TAUFIQ NUGRAHA

16027006

ANALISIS PEMBUKTIAN KEKUATAN HUBUNGAN ANTARA NILAI-


NILAI PANCASILA DENGAN KEWARGANEGARAAN

1. MASALAH
1. Permasalahan dalam keluarga seringkali berdampak pada kondisi psikologis
remaja. Pola asuh tidak sesuai hingga perceraian orangtua berdampak pada
pemberontakan remaja dengan melakukan perilaku nakal.
2. Pola pendidikan otoriter yang cenderung menggunakan kekerasan dalam proses
belajar mengajar bisa menjadi faktor timbulnya agresifitas remaja yang tinggi.
Remaja akan cenderung melampiaskan tekanan yang dialami di sekolah dalam
bentuk kenakalan.
3. Teman sebaya memiliki pengaruh yang kuat pada perilaku remaja. Remaja yang
memiliki teman sebaya yang kurang baik seringkali terpengaruh pada perilaku
yang menyimpang. Teman sebaya merupakan tolak ukur apakah remaja diterima
dalam lingkungannya atau tidak. Tak jarang remaja demi melakukan apa saja
demi bisa diterima oleh teman sebayanya.

2. PEMBAHASAN
1. Permasalahan dalam keluarga seringkali berdampak pada kondisi
psikologis remaja. Pola asuh tidak sesuai hingga perceraian orangtua
berdampak pada pemberontakan remaja dengan melakukan perilaku nakal.
Broken home atau perpecahan dalam keluarga merupakan salah satu masalah
yang kerap terjadi dalam kehidupan berumah tangga. Salah satu dampak
negatif dari konflik yang terjadi dalam rumah tangga yang paling dominan
adalah dampak terhadap perkembangan anak.
Seorang anak korban broken home akan mengalami tekanan mental yang
berat di lingkungannya. Misalnya, dia akan merasa malu dan minder terhadap
orang di sekitarnya karena kondisi orang tuanya yang sedang dalam keadaan
broken home. Anak yang sedang menghadapi situasi broken home dapat saja
terjerumus dalam hal-hal negatif, apalagi dengan media informasi dan
komunikasi yang menawarkan banyak hal. Contoh konkritnya, merokok,
minuman keras (alkohol), obat-obat terlarang (narkoba) bahkan pergaulan
bebas yang menyesatkan.
2. Pola pendidikan otoriter yang cenderung menggunakan kekerasan dalam
proses belajar mengajar bisa menjadi faktor timbulnya agresifitas remaja yang
tinggi. Remaja akan cenderung melampiaskan tekanan yang dialami di
sekolah dalam bentuk kenakalan. Secara psikologis, pendidikan otoriter dalam
pola asuh anak, dapat mengakibatkan aneka gangguan kejiwaan yang kelak
akan mengganggu keoptimalan proses tumbuh kembang anak. Perkembangan
yang tidak optimal ini, bisa menyebabkan anak tumbuh besar namun tidak
mencerminkan pribadi masing-masing. Pola asuh semacam ini juga bisa
menyebabkan nihilnya kuantitas prestasi anak.
Pendidikan yang hanya bertumpu pada prinsip reward dan punishment,
adalah paradigma pendidikan lama yang sudah tak sesuai dengan kebutuhan
pola pengasuhan anak masa kini. Sejumlah penelitian menemukan fakta
bahwa tugas dan kewajiban anak atau orang dewasa cenderung menjadi tidak
berhasil, karena sebelumnya mereka pernah ditawari hadiah. Padahal yang
paling penting untuk ditumbuhkan adalah memotivasi anak untuk melakukan
suatu kegiatan. Dengan kata lain, jumlah (kuantitas) kegiatan yang mereka
lakukan jauh lebih penting ketimbang jenis kegiatan yang mereka lakukan
(kualitas).
3. Teman sebaya memiliki pengaruh yang kuat pada perilaku remaja. Remaja
yang memiliki teman sebaya yang kurang baik seringkali terpengaruh pada
perilaku yang menyimpang. Teman sebaya merupakan tolak ukur apakah
remaja diterima dalam lingkungannya atau tidak. Tak jarang remaja demi
melakukan apa saja demi bisa diterima oleh teman sebayanya.
Teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan pada masa-masa remaja. Karena remaja dalam masyarakat
moderen seperti sekarang ini menghabiskan sebagian besar waktunya bersama
dengan teman sebaya mereka. Pada masa remaja hubungan dengan teman
sebaya meningkat secara drastis, dan pada saat yang bersamaan kedekatan
hubungan remaja dengan orang tua menurun secara drastis. Padahal keluarga
merupakan salah satu konteks sosial yang penting bagi perkembangan
individu. Meskipun perkembangan anak juga sangat di pengaruhi oleh apa
yang terjadi dalam konteks sosial yang lain seperti relasi dengan teman
sebaya.
Teman sebaya sangatlah berperan penting. Peranan teman-teman sebaya
terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku. Remaja sering sekali menilai bahwa bila dirinya
memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompoknya yang
populer maka kesempatan baginya untuk diterima oleh teman-teman
sebayanya. Dalam persahabatan di dalamnya terdapat suatu system dan
norma-norma kelompok yang mengatur , seperti harus mengerjai siswa
lainnya. Ini sudah menjadi kesepakatan bersama dan mereka sulit di pisahkan.
Pengaruh negatif interaksi sosial dalam persahabatan yaitu sangat erat sekali
akan terjadi perilaku menyimpang yaitu kenakalan remaja. Remaja yang
cenderung bergaul dengan teman-teman sebayanya yang sering mabuk-
mabukan dan menggunakan narkoba akan sangat rentang untuk mengikuti
gaya hidup mereka. Meskipun belum dinyatakan mutlak bahwa remaja
tersebut akan mengikuti gaya hidup teman-temannya namun perlu di sadari
bahwa masa remaja merupakan ketidakstabilan, baik dalam pemikiran dan
pegangan prinsip hidup. Dengan rasa ingin tahu yang besar dan ingin
mendapatkan pengakuan dari teman-teman sebaya. Teman sebaya diakui
dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang
perilakunya. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif
yang lengkap untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri
remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari teman sebaya.

3. SOLUSI

1. Untuk mengatasi permasalahan dalam keluarga yang seringkali


berdampak pada psikologis anak yakni orang tua harus mampu
mengendalikan diri dalam menyikapi masalah ini, jangan sampai
permasalahan mereka secara tidak langsung menjadi doktrin bumerang negatif
yang akan berkembang dalam psikis anak. Orang tua sebagai panutan
sekaligus guru yang menjadi contoh bagi anak dalam belajar untuk hidup
melalui berbagai proses yang semuanya tak lepas dari tanggung jawab
mereka. Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik bila orang tua juga
mampu untuk mengontrol dan mengatasi persoalan mereka sendiri tanpa harus
mensosialisasikan perbedaan pendapat yang mengarah ke konflik keluarga
kepada anak.
2. Cara mengatasi pola pendidikan otoriter yang cenderung menggunakan
kekerasan dalam proses belajar mengajar yakni dengan dilihat secara sistem,
pendidikan dalam hal transfer knowledge tidak boleh berjalan secara otoriter.
Pendidikan otoriter ternyata menguntungkan, otoriter kali ini tetap
berdasarkan pada aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama dengan
mahasiswa. Contoh dalam hal penugasan dengan menggenjot self
development interest diharapkan peserta didik memahami bahwa ilmu
memang sulit untuk di dapat tetapi sebelumnya pendidik tetap memberikan
pemahaman tentang bagimana manusia-manusia besar menimpa dirinya untuk
dapat berkembang. Saya rasa merasakan secara subjektif dapat saya
generalisasi hampir semua mahasiswa sering sekali mengeluh jika
mendapatkan tekanan berupa tugas-tugas dari dosen, ujung-ujungnya
produktifitas mereka di masyarakat juga rendah dan bermuara pada kondisi
bangsa yang cenderung stagnan. Memang maju tidaknya seseorang sangat
bergantung bagaimana motivasi dirinya sendiri dalam mengembangkan diri
tetapi akhirnya kebanyakaan manusia cenderung akan lebih banyak
mendapatkan hambatan jika harus berjuang sendirian. Disina peran
pendidikan otoriter yang mengharuskan mahasiswa terbiasa dengan tekanan
dan memberikan arahan hidupnya pada kondisi bangsa dan kemajuan bangsa
lain sebagai pembanding. Akan hasrat untuk maju makin tergerak. Hari ini
banyak pendidik yang hanya sekedar menumpang hidup sehigga keluaran
yang dihasilkan tidak dapat bagus secara serempak. Jadi secara transfer
knowledge pendidikan lebih baik dilakukan secara otoriter tetapi untuk
pembuatan sistem dan penyelenggarannya tetap demokratis
3. Untuk membantu anak yang mempunyai masalah dengan teman
sebayanya yaitu dengan meningkatkan lagi peran orang tua yang sudah
tergantikan oleh teman sebayanya. Terkadang, orangtua sibuk sendiri. Mereka
hanya memberikan uang pada anaknya tapi tidak memberikannya kasih
sayang. Hal ini sangat memicu kenakalan remaja. Karena itu, luangkan waktu
Anda untuk anak, entah mendengarkan ceritanya atau memberikan solusi atas
masalah yang dialaminya. Kebiasaan ini harus dibangun sejak dini. Para
orangtua juga harus mampu temukan kesamaan dengan anak remaja mereka.
Dengan menemukan kesamaan, orangtua dan anak remaja dapat melakukan
kegiatan bersama sehingga dapat menghindari anak melakukann kegiatan
negatif. Misalnya, para ayah dapat mengajak anak lelakinya untuk melihat
pertandingan sepak bola, sedangkan ibu dan anak perempuannya dapat pergi
belanja ke pusat perbelanjaan.

Vous aimerez peut-être aussi