Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2.1. Pendahuluan
2.5.1. Usahatani
Deskripsi ringkas sistem usahatani mangga yang dilakukan oleh petani sbb:
b. Cara Pemasaran
Penjualan buah mangga pada umumnya dilakukan melalui tiga cara,
yakni tebasan, ijon dan kontrak. Sebagian besar petani melakukan
pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%), sisanya dengan cara
ijon dan kontrak. Dalam hal ijon dan kontrak, penentuan harga sangat
didominasi oleh pedagang.
c. Marjin pemasaran
Marjin pemasaran mangga di Kabupaten Probolinggo sebagaimana
Tabel untuk pemasaran sampai luar Probolinggo (ke Jakarta) . Market
Share petani dari harga beli konsumen hanya sebesar lebih kurang 45% .
2.6.1. Pendahuluan
1. Kultivar Manalagi
Asal-usul:
1. Pasuruhan Kebun Pohjentrek No.69, Kebun Cukur Gondang I/61-62.
2. Bangil, Kebun Pohjentrek No. 83, Kebun Cukur Gondang I/ 73/74
3. Rumah Bupati di Situbondo, Kebun Pohjentrek No. 241, Kebun Cukur
Gondang II/ 179/180.
Sifat-sifat buahnya merupakan perpaduan antara Kultivar Golek
dengan Arumanis. Kebanyakan tanaman yang berasal dari biji buahnya
kurang enak karena rasanya masam dan berserat. Tinggi pohon mencapai
7.5 m, tajuk pohon bulat bergaris tengah 12.5 m. Percabangan sedang,
berdaun jarang sampai sedang, berbuah teratur berontokan buah sedikit.
Letak daun menggantung, permukaan berombak berbentuk jorong, tidak
melipat, pucuk daun lancip, dasar daun bulat, panjang 28 cm, lebarnya 7.2
cm. Malai bunga berukuran 34 x 21 cm, bentuk malai piramida lancip, warna
bunga kuning, tangkai mulai hijau muda kemerah-merahan. Berat buah 560
gram, berukuran 16 x 8.2 x 7.3 cm, berbentuk jorong, letak tangkai miring,
pangkal buah runcing, sedikit berleher, pucuk buay bulat, tidak atau
sedikit berlekuk, berparuh jelas. Kulit buah tebal, halus, berlilin, bintik-bintik
jarang berwarna hijau keputihan, timbul titik-titik coklat di tengahnya. Warna
masak, pangkal buah kuning, pucuk buah hijau, daging buah tebal, lunak,
warna masak kuning, berserat halus sekali, air buah sedang, beraroma
harum, rasanya manis segar. Bijinya kecil, berukuran 14 X 4,6 X 2 cm,
sebagian biji berserat pendek.
Produksi buah: Rata-rata berat buah/ pohon/th:
Manalagi 69 : 36,48 kg. 1946 - 1967.
11
2. Kultivar Lalijiwo
3. Kultivar Arumanis
Asal-usul :
1. Pilang, Probolinggo. Kebun Poh Jentrik No. 1, Kebun Cukur Gondang I/1-
2.
2. Paiton, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No. 135, Kebun Cukur Gondang
1/97-88.
3. Muka Klenteng Kota Probolinggo, Kebun Poh Jentrik No. 143, Kebun
Cukur Gondang I/95-96.
4. Kebunsari Kulon, Kanegaran, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No.151,Kebun
Cukur Gondang I/103-104
4. Kultivar Santog
5. Kultivar Golek
Asal-usul :
1. Sebani, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 31, Kebun Cukur Gondang
I/27-28.
2. Kili, Bayeman, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 33 Kebun Cukur
Gondang I/29-30.
3. Randukuning, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No.35, Kebun Cukur Gondang
I/31-32.
4. Bayeman, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.133, Kebun Cukur Gondang
I/85-86
5. Sukabumi, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.177, Kebun Cukur Gondang
I/129-130.
6. Bayeman, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.195, Kebun Cukur Gondang
I/147-148
7. Kebun Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 229, Kebun Cukur
Gondang I/169-170.
8. Kelian, Bangkalan, Kebun Pohjentrek No.255, Kebun Cukur Gondang
II/189-190.
malai piramida lancip, warna bunga kuning, tangkai malai hijau muda.
Berat buah 512 gram, berukuran 16.7 X 7.9 X 6.2 cm, berbentuk panjang,
letak tangkai ditengah, pangkal buah runcing, tidak berlekuk, tidak berparuh,
kulit buah agak tebal, halus berlilin, bintik-bintik sedang, berwarna putih
kehijauan. Buah yang masak pangkalnya kuning, pucuknya hijau muda.
Daging buah tebal lunak, warna masak kuning halus, air buah sedang,
beraroma agak harum, rasanya manis, apabila terlalu masak rasanya tidak
enak lagi. Bijinya medium, berukuran 14.5 X 4.2 X 2.8 cm, sebagian biji
berserat pendek.
Rata-rata berat buah/pohon/tahun selama 1944 - 1967:
Golek 31 : 52.34 kg (disebar-luaskan)
Golek 33 : 32.86 kg.
Golek 35 : 30.51 kg.
Golek 133 : 23.78 kg.
Golek 177 : 26.69 kg.
Golek 29 : 52.45 kg. 1976 - 1980.
Golek 195 : 25.59 kg.
Golek 229 : 22.22 kg (disebar-luaskan)
Golek 255 : 13.06 kg.
6. Kultivar Madu
Asal-usul
1. Wangkal, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.65, Kebun Cukur Gondang
I/57-58.
2. Kebuncendi, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.67, Kebun Cukur Gondang
I/59-60.
3. Rumah Bupati Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.131, Kebun Cukur
Gondang I/83-84.
4. Tongas, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.139, Kebun Cukur Gondang
I/91-92.
5. Karang anyar, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.179, Kebun Cukur
Gondang I/131-132.
6. Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 225,Kebun Cukur Gondang
I/No.167-168.
7. Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.233, Kebun Cukur Gondang
I/ 172-173.
8. Pohjentrek Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.311, Kebun Cukur Gondang
II/219-220.
2. Periode pembungaan
Tabel 2.7. Rata-rata waktu terbentuknya bunga dari beberapa jenis tanaman
mangga
3. Periode pembuahan
Tabel 2.9. Rata-rata saat penen dari beberapa jenis tanaman mangga
2.6.5. Produksi
Produksi tanaman buah-buahan fluktuasinya besar sekali dari tahun
ketahun. Menurut Kusumo (1975) berat buah perpohon berkisar antara 2,58 -
84,20 kg, sedang berat buah perbiji diantara 110-800 g. Dari hasil observasi
dapat dilihat, bahwa rata-rata produksi selama 5 tahun berkisar antara 2.1-
129.4 kg/pohon/tahun. Hal ini sangat terganung dari macam varietas
tanaman mangga
1. Syarat tumbuh tanaman: ketinggian tempat < 400 m dpl dengan curah
hujan 800-1000 mm setahun dengan tipe iklim (Schmidt & Ferguson) C,
D, E dan musim kemarau yang tegas.
3. Penanaman bibit:
(a). Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm, tanah lapisan
atas sedalam 30-40 cm dipisahkan dengan lapisan bawah.
(b). Jarak tanam 6x6m - 8x8 m, tanah lapisan atas dicampur dengan
rabuk organik, pupuk dasar, dan Furadan 8-10 gram.
(c).Bibit grafting atau okulasi ditanam pada lubang tanam yang disiapkan
1/2 - 1 bulan sebelumnya.
(d). Bibit grafting (hasil sambungan dini) siap ditanam pada umur 6-7
bulan, sedangkan bibit okulasi umur 12 bulan.
(e). Penanamanm bibit dilakukan pada awal musim hujan
21
4. Pemeliharaan tanaman:
5. Pemangkasan tanaman
Pemangkasan tanaman pada awal pertumbuhannya dilakukan untuk
membentuk tajuk. Hal-hal penting yang harus diperhatikan sbb:
(a). Pemangkasan dilakukan pada awal musim hujan, sebulan setelah
pemupukan
(b). Pemangkasan dilakukan tepat pada ruas atau buku tanaman, sekitar
50-60 cm di atas permukaan tanah
(c). Dipilih 3-4 cabang dari cabang-cabang yang tumbuh setelah
pemangkasan
(d). Cabang yang dipilih adalah yang sehat, bagus, tersebar di sekeliling
batang pokok, dan tidak saling berdekatan
(e). Pemangkasan ke dua dilakukan pada cabang-cabang yang diper-
tahankan tumbuh setelah pemangkasan pertama, dan dilaksanakan pada
awal musim penghujan tahun berikutnya setelah dilakukan pemupukan
22
AGROTEKNOLOGI
PRAPANEN: 25 %
RELATIVE SHARE
KONTROL KUALITAS
AGROTEKNOLOGI
PANEN: 30 %
TEKNOLOGI
PASCA-PANEN: 5 %
25
POLLE
N
BAKAL BUAH
SEMPURNA
PENYERBUKAN
SEMPURNA
GAGAL
FRUITSET
BUNGA
RONTOK
GAGAL
KUALITAS BUAH
3-4 BULAN BUAH
RONTOK
GANGGUAN
PANEN BUAH
KUALITAS BAGUS
BUAH
INFERIOR
26
1. Kepala putik tidak siap (belum masak), cacat, dan/ atau kedalu-warsa
2. Pollen = tepungsari kualitasnya jelek, disebabkan oleh:
Suhu udara terlalu tinggi > 40oC
Kelembaban Udara terlalu kering
Suhu udara terlalu rendah, < 15oC
Dalam tatanan ekonomi daerah, sektor pertanian hingga saat ini masih
memegang peranan yang sangat penting dalam menyediakan pendapatan
daerah dan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar penduduk masih menggantungkan mata-pencahariannya
pada sektor ini. Oleh karenanya pembangunan sektor pertanian yang
mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat
landasan untuk pembangunan pada tahap berikutnya perlu dilakukan terus.
Tingkat keberhasilan pembangunan pertanian yang ditandai dengan
meningkatnya produktivitas masih dihantui oleh adanya berbagai tantangan
dan peluang. Dengan demikian di samping untuk melestarikan produktivitas,
pembangunan pertanian juga harus ditujukan untuk perbaikan gizi
masyarakat dan peningkatan kegiatan-kegiatan agribisnis yang dapat
diakses langsung oleh masyarakat. Dengan arah seperti ini, sasaran
peningkatan pendapatan, perluasan kesempatan kerja, melalui peningkatan
sektor basis akan dapat segera terwujud. Bertitik tolak dari pertimbangan
seperti di atas, maka pemerintah akhir-akhir ini mulai menaruh perhatian
yang sangat besar untuk mengembangkan komoditas yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi yang diharapkan dapat merangsang kegiatan agribisnis dan
mangarah pada komoditi sektor basis, seperi komoditas mangga, yang
selama ini dianggap mempunyai potensi pemasaraan dan distribusi ke luar
daerah.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh sistem agribisnis
komoditas mangga di wilayah sentra Produksi Jawa Timut yang dapat
diidentifikasikan selama ini adalah:
(a). Volume perdagangan buah mangga ke luar daerah selama ini
mengalami fluktuasi yang sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa
faktor yang terkait dengan masalah ini adalah kendala-kendala kuali tas
(terutama tentang tingginya ragam jenis/varietas yang ada dan
27
4.2. Tujuan
(1). Ikut menggerakkan roda perekonomian daerah Jawa Timur pada tingkat
akar rumput (grass - roots), khususnya yang melibatkan secara
langsung masyarakat dengan segenap sumberdayanya untuk
mengelola agribisnis buah Mangga
(2). Membantu memperlancar sistem produksi, nilai tambah dan distribusi
hasil buah mangga serta hasil-hasil olahannya, melalui perancangan
dan upaya penerapan teknologi tepat guna inovatif
(3). Mengembangkan kewirausahaan di kalangan masyarakat untuk
berwawasan sebagai pengusaha mikro dan/atau pengusaha kecil yang
terkait dengan pengelolaan agribisnis komoditas mangga
(4). Menggalang sinergisme antara masyarakat , kelembagaan tradisional
yang ada, perguruan tinggi dan PEMDA guna menggerakkan roda
perekonomian masyarakat dengan melibatkan kelompok-kelompok
masyarakat (Receiving System Groups) secara langsung dengan
segala sumberdayanya untuk mengembangkan agribisnis komoditas
mangga .
a. Saluran Pemasaran
Buah mangga yang dihasilkan di sentra mangga Jawa Timur Bagian
Barat, sebagian kecil dipasarkan di dalam wilayah dan sebagian besar
dikirim ke luar wilayah. Saluran pemasaran buah mangga tersebut dapat
diabstraksikan sbb:
20-30% 50 - 65%
b. Metode Pemasaran
Penjualan buah mangga dari petani kepada pedagang pengumpul
biasnaya dilakukan melalui tiga cara, yakni tebasan, ijon atau kontrak.
Sebagian besar petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara
tebasan (80%), sisanya dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal cara ijon
dan kontrak, mekanisme penentuan harga sangat didominasi oleh pedagang.
c. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran mangga dari Kabupaten Madiun ke luar daerah (ke
Jakarta dan Bandung) disajikan dalam Tabel 4.4. Market Share petani dari
harga beli konsumen hanya sebesar lebih kurang 40-45%.
Bahan :
a. Sewa Tanah 0.15 Ha Rp. 150.000
b. Benih 2000 x Rp. 10 Rp. 20.000
c. Pupuk I 10 Kg x Rp. 170.- Rp. 1.700
II 30 Kg x Rp. 170.- Rp. 5.100
d. Tali Plastik Rp. 1.000
e. Kranjang 2000 x Rp. 50.- Rp. 100.000
f. Entris 2000 x Rp. 15 Rp. 30.000
Rp. 307.800
Tenaga_Kerja :
a. Pengolahan Tanah:
- Bajak 10 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 20.000
- Bedengan 17.5 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 35.000
b. Penanaman:
- Ajir & tanam 12.5 HKSP x Rp.2.000. Rp. 25.000
c. Pengairan:
- Penyiraman 25 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 50.000
- Pengairan 24 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 48.000
d. Penyiangan 18 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 36.000
e. Pemupukan 10 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 20.000
f. Penyambungan 1500 x Rp. 100 Rp. 150.000
g. Pemanenan &
Pembungkusan 50 HKSP x Rp. Rp. 100.000
2.000
Rp. 484.000
Produksi : 1500 bibit x Rp. 1.250 Rp.1.875.000
Total biaya: Rp.307.800 + Rp. 484.000 Rp. 791.800
Pendapatan : Rp.1.083.200
Sumber: Berpedoman harga tahun dasar 1998/99
Olahan hasil observasi lapangan, 2000/2001
a. Tingkat profit
Usahatani mangga apabila akan dikembangkan secara kormersial
dalam bentuk ke-bun mangga monokultur, terlebih dahulu perlu dievaluasi
keuntungannya. Perkiraan biaya investasi dan keuntungan usahatani
mangga monokultur disajikan dalam Tabel 4.6 dan 4.7.
33
Keterangan Keadaan
1. Umur mulai berproduksi 4 tahun
2. Umur impas permodalan 10 tahun
3. Net Present Value (NPV)
dengan DF = 18 % Rp. 4.060.000
4. Internal Rate of Return (IRR) 32.75 %
5. Nilai Break Event Point (BEP)
a. Produksi 152 buah / pohon
b. Harga Rp. 32.5 / buah
Panen
35
Pemupukan
Pengairan
Circle weeding Pemangkasan tajuk
Pelengkungan cabang
Pestisida
Zat tumbuh / Pecah kuncup daun/bunga
hormon
Bunga - Fruitset
penjarangan
pembungkusan Perkembangan Buah
Panen
36
Teknologi Teknologi
Pengepakan Pengemasan /labelling
- keranjang
-peti kayu
- kotak kardus Pengiriman / Pengangkutan/
Transportasi
Bongkar muatan
Konsumen
usaha lain yang lokasinya berdekatan satu sama lain. Klaster mencakup
kegiatan mulai dari pra-panen sampai pasca-panen dan pemasaran, dan
sering kali pula mencakup unit usaha lain yang tak berkaitan langsung,
namun menyediakan layanan penclukung yang dibutuhkan oleh sebuah
klaster.
Pengelompokkan kegiatan ekonomi pada suatu kawasan bisa
menjadi cara yang sangat efektif untuk mendorong pengembangan usaha
dan pertumbuhan ekonomi daerah, seperti di Pasuruan, Kediri, Ponorogo,
Probolinggo, Sidoarjo, Sumenep dan Ngawi, sepanjang klaster ekonomi yang
dipilih sesuai dan tepat bagi kondisi wilayah. Banyak klaster yang berhasil
berkernbang baik dari waktu ke waktu berkat dukungan penuh Pemerintah
Kabupaten / Kota dan Pernerintah Propinsi serta kebijakan yang
menguntungkan mereka.
Cukup banyak manfaat klaster yang dirasakan baik oleh para pelaku
usaha yang terkait langsung dengan klaster maupun masyarakat pada
umunmya, yaitu :
4.6.2. Tujuan
DANA INVESTASI
Industri Pengolahan
Pohon-Industri
MANGGA
Industri Industri
Pupuk Organik Jasa Transport
Pakan Ternak Promosi
(sillages) Pemasaran
41
Cluster
ALSINTAN
- Pupuk
- Pestisida Bahan
- Herbisida penolong
Hujauan Cluster
Cluster pakan Pemasaran &
Agrokimia Transportasi
Pasar
Industri Industri Cluster Nasional
Silages Pupuk Kemas &
Pakan Organik Packaging
ternak
1. KEKUATAN:
2. KELEMAHAN
3. PELUANG
5. ANCAMAN
a. Hambatan-hambatan sistem distribusi buah mangga domestik
b. Persaingan dengan produk buah impor
c. Persaingan dengan komoditi non-mangga dalam penggunaan lahan
d. Hambatan-hambatan sistem industri pengolahan buah mangga
6. Program Pengembangan
7. OUTCOME
8. DAMPAK
A. Pengembangan Komoditas
44
10 m
Phn mangga
10 m
Kondisi Fisik
Setelah kurun waktu beberapa tahun, diharapkan tercipta sentra
produksi mangga milik petani di wilayah KAMM dengan kondisi sebagai
berikut :
a. Terdapat kebun-rakyat inti dengan populasi tanaman sebanyak 100-200
pohon per hektar dengan jarak tanam 8 x 8 meter.
b. Setiap petani berhasil mengelola 0.5-1 ha kebun mangga atau 50 - 75
pohon produktif.
c. Kebun dilengkapi dengan jalan (jalan kebun) sepanjang 100 meter/Ha.
d. Terdapat sumur gali atau PAH dua buah per/ha sebagai sumber air bersih.
B. Kelembagaan
RTPLK-2 RTPLK-400
RTPLK-1
0.5 ha tegalan
0.5 ha tegalan 125 phn mangga 0.5 ha tegalan
125 ph mangga tnm sela 125 ph mangga
tnm sela tnm sela
PPL
5 ha Tegalan
1250 phn mangga
tnm sela
1. Pengairan
Ketersediaan air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada
saat proses produksi s/d proses pengolahan. Bantuan pembuatan sistem
Pengairan Air Sumur (PAS) diharapkan dapat terlaksana, atau kalau tidak
memungkinkan dapat dikembangkan sistem Pengairan Air Hujan (PAH)
melalui pembangunan embung penampung air hujan. Idealnya, 2 buah
sumur harus terdapat pada 1 ha kebun mangga. Dengan standard tersebut
maka selama 5 tahun pembangunan Kebun Mangga (KAMM mangga) akan
dibutuhkan sebanyak 2000 buah sumur gali atau 1000 buah embung air
hujan untuk memenuhi kebutuhan air pada lokasi KAMM mangga seluas
1000 Ha.
Pasar
Pasar yang ada untuk tingkat wilayah desa/kecamatan telah cukup
memadai. Hal yang perlu ditingkatkan fasilitasnya adalah pasar di tingkat
kabupaten. Untuk mengantisipasi melimpahnya mangga yang akan
dipasarkan dalam bentuk buah segar, maka lembaga pemasarean di tingkat
kabupaten perlu dilengkapi armada angkutan untuk mendistribusikan hasil
produksi dari desa dan kecamatan.
Agro-Teknologi
Petani mangga di Kabupaten Madiun pada saat ini umumnya masih
kurang menerapkan teknologi budidaya secara intensif maupun penanganan
panen dan pasca panen. Dalam hal budidaya, tanaman belum mendapat
perawatan dan pemupukan secara memadai. Dalam hal panen dan pasca
panen tidak dilakukan perlakuan tertentu karena sebagian besar petani
menjualnya dengan sistem tebasan.
50
Buah mangga dapat dijual dalam bentuk buah segar atau hasil
olahannya. Upaya pengolahan untuk mendapatkan buah segar berkualitas
tinggi meliputi :
a. Pemeraman untuk menyeragamkan kematangan buah dengan
perlakuan fisiko-kimia.
b. Penghambatan proses pematangan buah dengan perlakuan fisiko-
kimia.
c. Grading
d. Packing/pengemasan
e. Kalender panen tanda setelah panen sesuai dengan tanggal dipetik.
f. Buku harian pakan (untuk memonitor produksi pohon).
(1). Sebagian besar wilayah sentra produksi Jawa Timur mempunyai kondisi
agro ekologi yang cukup sesuai bagi pertumbuhan dan produksi
tanaman mangga. Daerah sentra produksi mangga umumnya terletak
pada ketinggian 0-400 m dpl dengan kondisi iklim tipe C2 dan C3. Pada
daerah-daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl juga masih
ditemukan banyak tanaman mangga yang produktif.
51
DAFTAR PUSTAKA