Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-sum tulang
yang ditandai oleh proliforasi sel-sel darah putih dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal
dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leukosit. Leuksit dalam
darah berproliferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinyapun menjadi
normal. Oleh karena proses tersebut fungsi-fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu
hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik.
(Bambang Permono, 2005: 2006)
Leukemia limfosit akut merupakan keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliforasi sel hemafosit muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dan
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lainnya.
(Arif Mansjoer, 2006: 468)
Leukemia akut pada masa kanak-kanak merupakan 30 40% dari keganasan, insiden
rata-rata 4 4,5 kasus / tahun / 100.000 anak di bawah 15 tahun di negara berkembang, angka
kejadian ALL mencapai 83%. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1 : 1,5.
(Bambang Permono, 2005: 2006)

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan leukimia.

2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada An. R dengan ALL (Akut Leukemia Lymposit)
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada An. R dengan ALL (Akut Leukimia Lymposit)
3) Membuat / menyusun perencanaan pada An. R dengan ALL (Akut Leukimia Lymposit)
4) Melakukan evaluasi keperawatan pada An. R dengan ALL (Akut Leukimia Lymposit)

1
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar


1. Defenisi
Akut Leukimia limpositik akut adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah
berupa poliferasi patologis sel hemopeotik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-
sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
lainnya.
(Arif Mansjoer, 2000: 495)

2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira
1/13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap
organ0organ tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jatung atau pembuluh
darah.
Fungsi darah terdiri atas:
1) Sebagai alat pengangkut
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit, anti bodi / zat-zat anti racun
3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

Bagian-bagian darah:
1. Air : 91%
2. Protein : 8% (albumin, globulin, protombi dan fibrinogen)
3. Mineral : 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt,
Magnesium dan Asam Amino)

Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:


1) Sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
b. Leukosit (sel darah putih)
c. Trombosit (sel pembeku darah)

2
2) Plasma darah
a. Eritrosit
Ialah bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak mempunyai inti. Ukurannya kira-kira
7,7 unit (0,007 mm) diameter tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3
(4 - 4 juta). Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandug suatu zat
yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak
mengandung O2.
Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan
mengikat CO2 dari jaringan tubuh dikeluarkan melalui paru-paru.
Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5 15 gram dalam 100 cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0%. Di dalam tubuh banyaknya sel darah
merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya hal ini
disebabkan oleh karena pendarahan yang hebat, hama-hama penyakit yang menghanyutkan
eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri terganggu.

b. Leukosit
Ialah keadaan bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan dengan eritrosit dan apabila kita
periksa dan kita lihat bahwa di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat
berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai
bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya. Warnanya bening
(tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 6.000 sampai 9.000

Fungsinya:
Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang
masuk ke dalam tubuh jaringan RES (System Retikulo Endotel), tempat pembiakannya di
dalam limpa dan kelenjar limfe.
Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa uterus ke pembuluh darah.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang
beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit
tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukotosis dan
kurang 5.000 / mm3 leukopenia

3
Macam-macam leukosit meliputi:
1. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
a. Limfosit
Macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang
besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar,
banyaknya 20 25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam
jaringan tubuh.
b. Monosit
Terbanyak dibuat di sum-sum tulang merah, besarnya lebih besar dari limfosit, fungsinya
sebagai fagosit dan banyaknya 38%.
Di bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warnanya biru sedikit abu-abu,
mempunyai bintik-bintik sedikit kemerah-merahan. Inti selnya bulat dan panjang warnanya
lembayung muda.

2. Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
a. Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit, mempunyai inti sel yang berangkai kadang-
kadang seperti terpisahpisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / granula, banyaknya
60 70%
b. Eosinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan netrofil tetapi granula dalam
sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2 4%
c. Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di
dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya %. Dibuat di sum-sum
merah, fungsinya tidak diketahui
d. Trombosit ialah merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat, ada yang lonjong, warnanya putih, banyaknya normal
pada orang dewasa 200.000 300.000 mm3.
Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang
dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan
yang terus-menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang
kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.

4
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
medapat luka.

Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah hemoglobin dalam darah normal
ialah kira-kira 15 gram setiap ml darah, dan ini jumlahnya biasa disebut 100 persen.
Plasma darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-
kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat
lain yang terlarut di dalamnya.

Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:


1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna
dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotil
3. Protein darah (albumin, globulin) meninggalkan viskositosis darah dan juga menimbukan
tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh
4. Zat makanan (asam amino, glukosa, mineral dan vitamin)
5. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
6. Anti bodi / anti toksin
(Drs. Syaifuddin, B. Ac, 1992: 70)

3. Etiologi
Penyebab leukemia tidak diketahui. Ini dapat diakibatkan interaksi sejumlah faktor.
1) Neoplasia
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel
yang tidak terkendali, abnormalitas morfologis sel dan infiltrasi organ. Lebih dari itu kelainan
sum-sum kronis lain dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya
polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia aplastik.

2) Infeksi
Leukemia pada tikus dan unggas dapat ditransnamsi oleh filtrate bebas sel. Partikel virus
dapat ditunjukkan dengan mikroskop elektron. Pada manusia terdapat bukti kuat untuk
etiologi baik pada satu jenis leukemia / limfoma sel T dan pada limfoma burkit.

5
3) Radiasi
Radiasi khususnya sum-sum tulang bersifat leukomogenik. Terdapat insiden leukemia tinggi
pada orang yang tetap hidup. Setelah bom atom di Jepang, pada pasien ankylosing pandylitis
yang telah menerima penyinaran sporal dan pada anak-anak yang ibunya menerima sinar x
abdomen selama hamil.

4) Keturunan
Ada laporan beberapa kasus yang terjadi pada satu keluarga dan pada kembar identik ada
insiden yang meningkat pada beberapa penyakit herediter, khususnya sindroma down
(dimana leukemia terjadi dengan peningkatan frekuensi 20 30 kali lipat) anemia panca
sindroma down dan ataksia talangiektasia.

5) Zat kimia
Terkena bensin kronis yang dapat menyebabkan displasma sum-sum tulang dan perubahan
kromosom, merupakan penyebab leukemia yang tidak biasa.

6) Perubahan kromosom
(A. V. Hoffbrand MA Fracp FRC Path, 1979: 127)

4. Patofisiologi
Neoplasma
Infeksi usus
Radiasi
Keturunan
Zat kimia

Sel neoplasma berproliferasi di dalam sum-sum tulang

Kerusakan sum-sum tulang

Haematopoesi terhambat
Leukosit normal menurun eritrosit normal menurun
Trombosit normal menurun leukosit imatur meningkat

6
Infiltrasi organ

Nyeri tulang dan Hipertopi dan Pucat, letargi Demam malaise Memar
Limfodenipaty diare ulsarasi dyspnea, infeksi mulut, respira Dan
kelainankarena anemiatenggorokan, kulitpendarahan pd kulit, pernafasan, gusi dan
soptikemiaponsironia

5. Tanda dan Gejala


1) Yang disebabkan kegagalan sum-sum tulang
a. Pucat, alergi, dispnea karena anemia
b. Demam, malaise, gambaran infeksi mulut, tenggorokan, kulit, pernafasan dan infeksi lain
termasuk septikaemia biasa ditemukan. Organisme tersangkut dibicarakan terinci di bawah.
c. Memar, pendarahan gusi spontan dan pendarahan dari tempat fungsi vena yang
disebabkan oleh trombositopeia biasa ditemukan kadang-kadang ada pendarahan internal
yang banyak.

2) Yang disebabkan infiltrasi organ


a. Nyeri tulang, teristimewa pada anak-anak
b. Limfadenopati superficial pada ALL
c. Siplenomegali dan hepatomegali sedang khusus pada ALL
d. Hipertropi dan infiltrasi gusi, ulserasi rectum, kelainan kulit (khusus pada tipe
mielomonosetik, M4 dan Monositik M5)
e. Sindroma meningeal (khusus pada ALL) sakit kepala, erek (neusia) dan muntah-muntah,
penglihatan kabur dan diplopra. Pemeriksaan fundus menyingkap adanya uderma pupil dan
kadang-kadang pendarahan.
(A. V. Hoffbrand MA FRACP FRC Path, 1979: 134)

6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum-sum tulang berupa
adanya pansitupenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi
menonton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gejala
patonomenik untuk leukemia.

7
b. Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat, hipogamaglobinemia.

c. Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan diketemukan gambaran yang menonton, yaitu hanya
terdiri dari sel limfopuetik patologis sedangkan system lain terdesak (obplasia sekunder).
Pada LMA selain gambaran yang menonton terlihat pula adanya liatus leukemia ialah
keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang
bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan sel
batang).

2) Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliperasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan
limpa yang terdesak seperti: limposit mormal, RES, granulosit, pulp cell.

3) Cairan serebropinalis
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu leukemia meningeal.
Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan remisi
maupun keadaan kambuh. Untuk mencegahnya diberikan metroteksat (NAX) secara
antratekal secara rutin pada setiap pasien yang meragukan gejala TIK meninggi.

4) Sistogenik
70 90% dari kasus menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom 21.
(Ngastiyah, 1987: 85)

7. Penatalaksanaan
1) Transfusi darah, biasanya jika kadar Hb kurang dari 6 gr% pada trombositopenia yang
berat dan pendarahan massif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-
tanda DIC dapat diberikan heparin.
2) Kortikosteroid (prednisone, kartison, deksametason, dan lain-lain).
Setelah dicapa remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3) Sistostatika

8
Selain sitostatika yang lama (6 merkaptopurin atau 6 MP meotreksa atau MTX),
rubidomisin (daunolubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Pada waktu ini dipakai pula
yang baru dan lebih paten seperti vinkristein (ancovin).
Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednisone. Pada
pemberian obat ini sering terdapat efek samping berupa alopsia (batuk), stomatit leukemia,
infeksi, sekunder atau kandidiasis.
Bila jumlah leukosit kurang dari 200.000 / mm3 pemberiannya harus hati-hati.
4) Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama).
5) Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru, setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia
cukup rendah (105 106).
Imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru yang masih dalam
pengembangan).
(Dr. Rusepno Hassan, 1985: 474)

2.2 Konsep Dasar Askep Leukimia


A. Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari
20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat,
kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya
infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan
membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria,
hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c)Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
d) Riwayat kebiasaan sehari-hari

9
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.

e) Riwayat psikososial
a. Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita.
Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b. Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar
rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam
keadaan ekonomi yang sederhana.
f) Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
- Anemi normokrom normositer
- Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
- Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11
- Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 16.0 g/dL).
- Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
- SDP : 60.000/cm (50.000)
- PT/PTT : memanjang
- Copper serum : meningkat
- Zink serum : menurun
g) Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
- Transfusi bila perlu
- Klorambusil

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi

10
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia (Simon, 2003).

C. Intervensi dan Rasional


1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negative
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
3. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler

11
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia


Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil : - klien tidak pusing
- Klien tidak lemah
- HB 12 gr/%
- Leukosit normal
- Tidak anemis
Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala
aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
5. Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.

3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah


trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil : HB 12gr/%
Tidak anemis
Intervensi :
1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia

12
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,
dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7. Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

13
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik
Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri

14
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : - klien tidak pucat
- Klien tidak anemis
- Mukosa bibir lembab
- Nafsu makan meningkat
- Bb meningkat

Intervensi :
1. Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan
muntah serta kemoterapi
2. Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB
kurang dari normal

7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia


Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
klien

15
Kriteria hasil : - skala nyeri 3
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan
intervensi
2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat
akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,


imobilitas.
Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil : - klien bersih
- Klien merasa nyaman
Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area
radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative

16
7. Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria hasil : - keluarga tidak cemas
- Klien memahami instruksi dari perawat
Intervensi :
1. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin
atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
4. Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf,
topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan

10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia (Simon, 2003).
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau
terapi
Kriteria hasil : - klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
- Klien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu klien
menjalani kehidupan yang normal

17
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan klien
sebelum diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara
realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil
tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga (Doenges, 1999).
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klien membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini
dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

18
j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan
serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap
terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil kelompok dalam merencanakan tindakan keperawatan pada
Anak R dengan gangguan haematologi: Akul Leukemia Limfositik di kamar III 9 RB4 Anak
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2008, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan antara lain yaitu:
1. Pada tahap pengkajian ditemukannya data subjektif, anak rewel, lemas, lemah sedangkan
pada data objektif ditemukan anak pucat, bibir pucat, conjungtiva pucat, tubuh pasien tampak
kurus.
2. Diagnosa keperawatan penulis temukan tiga diagnosa keperawatan yang terdiri dari dua
masalah yang aktual sedangkan satu masalah resiko tinggi yang akan terjadi.
3. Pada tahap perencanaan dilakukan berdasarkan proses masalah yang ditemukan pada
pasien yaitu: perubahan perfusi jaringan. Resiko terjadinya infeksi dan gangguan pola
aktivitas.
4. Dalam tahap pelaksanaan dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
sudah dirumuskan.

B. Saran
Setelah mempelajari dan mengamati kasus pada Anak R maka penulis menyarankan:
1. Diharapkan kepada perawat supaya dapat bekerja dan melakukan segala tindakan
keperawatan yang baik dan benar terutama dalam merawat pasien leukemia, perawat dituntut
kecakapannya dalam melakukan proses perawat dan pegobatannya.
2. Dianjurkan kepada pasien agar tidak melakukan aktifitas yang terlalu berat.
3. Diharapkan kepada keluarga supaya ada kerja sama yang baik dalam melaksanakan
perawatan leukemia, setiap pasien yang mengalami penyakit leukemia.

20

Vous aimerez peut-être aussi