Vous êtes sur la page 1sur 4

Akreditasi Rumah Sakit, Untuk Apa?

October 13, 2015Artikel Kesehatanadmin

http://www.rsibnusina.or.id/?p=23

Saat ini masyarakat semakin sadar untuk memilih layanan kesehatan yang baik. Beberapa
contohnya adalah masyarakat saat ini tidak sungkan lagi untuk mempertanyakan alternatif
perawatan yang akan mereka terima sesuai dengan kondisi keuangan mereka saat ini. Mereka
juga tidak sungkan lagi untuk berdiskusi dengan dokter mengenai kegunaan dan efek
samping obat yang diresepkan dokter kepada mereka. Masyarakat juga mulai kritis
mempertanyakan apakah alat kedokteran yang digunakan untuk memeriksa mereka sudah
steril atau belum. Bahkan tidak sedikit orang yang ingin melihat proses sterilisasi tersebut.
Bila ada pelayanan yang dirasa kurang memuaskan, masyarakat saat ini tidak malas lagi
menegur staf medis yang bersangkutan atau mengeluarkan unek-unek mereka melalui kotak
saran. Singkatnya masyarakat mau yang terbaik untuk diri mereka sesuai kondisi mereka saat
ini.

Untuk menghadapi dinamika masyarakat sedemikian rupa, pemerintah melalui Kementerian


Kesehatan tidak tinggal diam. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mewajibkan
dilaksanakannya akreditasi rumah sakit dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan rumah
sakit di Indonesia. Dasar hukum pelaksanaan akreditasi di rumah sakit adalah UU No. 36
tahun 2009 tentang kesehatan, UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dan Permenkes
1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010 tentang organisasi dan tata kerja kementerian kesehatan.
Akreditasi mengandung arti suatu pengakuan yang diberikan pemerintah kepada rumah sakit
karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Rumah sakit yang telah terakreditasi,
mendapat pengakuan dari pemerintah bahwa semua hal yang ada di dalamnya sudah sesuai
dengan standar. Sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit, sudah sesuai standar.
Prosedur yang dilakukan kepada pasien juga sudah sesuai dengan standar.

Berdasarkan standar akreditasi versi 2007, terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaan akreditasi
yaitu akreditasi tingkat dasar, akreditasi tingkat lanjut serta akreditasi tingkat lengkap.
Akreditasi tingkat dasar menilai lima kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu: Administrasi
dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Gawat Darurat dan
Rekam Medik. Akreditasi tingkat lanjut menilai 12 kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu:
pelayanan yang diakreditasi tingkat dasar ditambah Farmasi, Radiologi, Kamar Operasi,
Pengendalian Infeksi, Pelayanan Resiko Tinggi, Laboratorium serta Keselamatan Kerja,
Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3). Akreditasi tingkat lengkap menilai 16 kegiatan
pelayanan di rumah sakit, yaitu: pelayanan yang diakreditasi tingkat lanjut ditambah
Pelayanan Intensif, Pelayanan Tranfusi Darah, Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Pelayanan
Gizi. Rumah sakit boleh memilih akan melaksanakan akreditasi tingkat dasar (5 pelayanan),
tingkat lanjut (12 pelayanan) atau tingkat lengkap (16 pelayanan) tergantung kemampuan,
kesiapan dan kebutuhan rumah sakit baik pada saat penilaian pertama kali atau penilaian
ulang setelah terakreditasi. Berdasarkan standar akreditasi versi 2007 ini, sertifikasi yang
diberikan kepada rumah sakit berupa: tidak terakreditasi, akreditasi bersyarat, akreditasi
penuh dan akreditasi istimewa. Tidak terakreditasi artinya hasil penilaian mencapai 65% atau
salah satu kegiatan pelayanan hanya mencapai 60%. Akreditasi bersyarat artinya penilaian
mencapai 65% 75% dan berlaku satu tahun. Akreditasi penuh artinya hasil penilaian
mencapai 75% dan berlaku selama 3 tahun. Akreditasi istimewa diberikan apabila dalam tiga
tahun berturut-turut rumah sakit mencapai nilai terakreditasi penuh dan status ini berlaku
selama 5 tahun. Rumah sakit wajib melaksanakan akreditasi minimal 6 bulan setelah SK
perpanjangan izin keluar dan 1 tahun setelah SK izin operasional.

Manfaat implementasi standar akreditasi versi 2007 ini terutama ditujukan bagi penerima
layanan kesehatan, pasien. Selain bermanfaat bagi pasien, akreditasi juga bemanfaat bagi
petugas kesehatan di rumah sakit, bagi rumah sakit itu sendiri, bagi pemilik rumah sakit dan
bagi perusahaan asuransi. Bagi tenaga kesehatan di rumah sakit, akreditasi berfungsi untuk
menciptakan rasa aman bagi mereka dalam melaksanakan tugasnya. Mereka akan merasa
aman karena sarana dan prasarana yang tersedia di rumah sakit sudah memenuhi standar
sehingga tidak akan membahayakan diri mereka. Selain itu, sarana dan prasarana yang sesuai
standar juga sangat membantu mempermudah proses kerja mereka. Bagi rumah sakit,
akreditasi bermanfaat sebagai alat untuk negosiasi dengan pihak ketiga misalnya asuransi
atau perusahaan. Dalam hal ini, akreditasi bisa dibilang berfungsi sebagai salah satu alat
berpromosi. Bagi pemilik rumah sakit, akreditasi berfungsi sebagai alat untuk mengukur
kinerja pengelola rumah sakit. Sedangkan bagi perusahaan asuransi, akreditasi bermanfaat
sebagai acuan dalam memilih dan mengadakan kontrak dengan rumah sakit. Perusahaan
asuransi enggan mempertaruhkan nama baiknya dihadapan kliennya dengan memilih rumah
sakit berpelayanan buruk.

Dalam penerapannya, standar akreditasi versi 2007 memiliki banyak kekurangan. Seperti
dilansir dalam situs Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), standar akreditasi versi 2007
lebih berfokus pada penyedia layanan kesehatan (rumah sakit), kuat pada input dan dokumen
namun lemah dalam implementasi dan dalam proses akreditasi kurang melibatkan petugas.
Untuk menutupi kekurangan ini, KARS mengembangkan standar akreditasi versi 2012.
Standar akreditasi versi 2012 ini memiliki kelebihan yaitu lebih berfokus pada pasien; kuat
dalam porses, output dan outcome; kuat pada implementasi serta melibatkan seluruh petugas
dalam proses akreditasinya. Dengan adanya perbaikan ini diharapkan rumah sakit yang lulus
proses akreditasi versi 2012 ini benar-benar dapat meningkatkan mutu pelayanannya dengan
lebih berfokus pada keselamatan pasien.

Standar akreditasi 2012 ini mirip dengan standar akreditasi internasional. Dalam standar
akreditasi baru ini terdapat 4 kelompok standar yang terdiri dari 1.048 elemen yang akan
dinilai. Keempat kelompok standar akreditasi rumah versi 2012 yaitu: kelompok standar
pelayanan berfokus pada pasien, kelompok standar manajemen rumah sakit, sasaran
keselamatan pasien rumah sakit dan sasaran Millenium Development Goals. Dalam
kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, komponen penilaian selain berfokus pada
hal hal terkait pelayanan pasien dan keluarga, mulai dari pemenuhan hak-hak pasien,
pendidikan pasien dan keluarga sampai ke pelayanan yang akan diberikan kepada pasien.
Pada kelompok standar manajemen rumah sakit, komponen yang dinilai misalnya upaya
manajemen untuk memberikan dukungan agar rumah sakit dapat memberi pelayanan yang
baik kepada pasien. Sasaran keselamatan pasien di rumah sakit dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan lebih baik dan memperhatikan keselamatan pasien. Jangan
sampai pasien yang datang ke rumah sakit membawa pulang penyakit lagi. Sasaran
Millenium Development Goals merupakan komponen penilaian tambahan dalam standar
akreditasi rumah sakit, khusus di Indonesia. Sasaran-sasarannya berupa penurunan angka
kematian ibu dan bayi, penurunan kasus HIV dan AIDS serta pengendalian tuberkulosis.
Tingkat-tingkat kelulusan berdasarkan standar akreditasi versi 2012 adalah dasar, madya,
utama dan paripurna. Tingkat paripurna adalah tingkat kelulusan tertinggi yang dapat diraih
oleh rumah sakit. Dalam pelaksanaan akreditasi rumah sakit menggunakan standar akreditasi
versi 2012 ini, surveyor akan menemui pasien untuk mencari bukti adanya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit yang berfokus pada keselamatan pasien. Bila tidak ditemukan bukti,
maka proses penilaian tidak akan lanjut ke komponen lain. Saat ini seluruh rumah sakit
memiliki kewajiban untuk menjaga mutu pelayanannya dengan melaksanakan akreditasi
minimal setiap 3 tahun sekali.

Manfaat langsung dari implementasi standar akreditasi versi 2012 adalah rumah sakit akan
lebih mendengarkan keluhan pasien dan keluarganya. Rumah sakit akan lebih lapang dada
menerima kritik dan saran dari pasien dan keluarganya, tidak lagi menjadi pihak yang selalu
benar. Rumah sakit juga akan lebih menghormati hak-hak pasien dan melibatkan pasien
dalam proses perawatan sebagai mitra. Dalam hal ini, pasien dan keluarganya akan diajak
berdiskusi dalam menentukan perawatan terbaik sesuai kondisi pasien saat ini. Implementasi
standar akreditasi versi 2012 juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
bahwa rumah sakit telah melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan berdasar keselamatan
pasien. Selain itu, implementasi standar akreditasi versi 2012 juga akan menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga berkontribusi terhadap kepuasan karyawan.
Rumah sakit yang telah lulus akreditasi versi 2012 akan memiliki modal negosiasi dengan
perusahaan asuransi kesehatan dan sumber pembayar lainnya dengan lengkapnya data tentang
mutu pelayanan rumah sakit. Implementasi standar akreditasi versi 2012 akan dapat
menciptakan budaya belajar dengan adanya sistem pelaporan yang tepat dari kejadian yang
tidak diharapkan di rumah sakit. Manfaat lain dari implementasi standar akreditasi versi 2012
adalah terbangunnya kepemimpinan kolaboratif yang menetapkan kualitas dan keselamatan
pasien sebagai prioritas dalam semua tahap pelayanan.

Tahapan yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan akreditasi adalah: pembinaan


akreditasi oleh Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan, bimbingan akreditasi oleh
surveyor pembimbing, survei akreditasi oleh surveyor akreditasi dan pendampingan pasca
akreditasi oleh tim pendampingan yang terdiri dari Kemenkes, KARS (Komite Akreditasi
Rumah Sakit), PERSI daerah dan Dinas Kesehatan. Tahap pembinaan akreditasi bertujuan
untuk menyiapkan sistem pelayanan di rumah sakit. Hasil pembinaan berupa rekomendasi
yang mencakup aspek hukum atau aspek manajemen pelayanan yang bisa digunakan untuk
mengetahui apakah rumah sakit perlu bimbingan atau tidak. Tahap bimbingan akreditasi
bertujuan untuk memberikan penjelasan, pemahaman dan penerapan standar pelayanan yang
menjadi item penilaian dalam akreditasi. Hasil bimbingan ini berupa rekomendasi tentang
langkah-langkah yang perlu dilakukan rumah sakit dan dokumen yang perlu disediakan untuk
mencapai akreditasi. Bila masih membutuhkan bimbingan, rumah sakit berhak untuk
meminta bimbingan dari konsultan luar selain KARS untuk mendapat bimbingan lebih
intensif. Tahap survey akreditasi merupakan saatnya penilaian terhadap pemenuhan standar
rumah sakit menggunakan instrumen akreditasi yang dikeluarkan oleh KARS. Survei
akreditasi dilakukan oleh KARS sedangkan sertifikasi diberikan oleh Dirjen Pelayanan
Medik DepKes RI berdasarkan rekomendasi KARS. Rumah sakit tidak dapat memilih
surveyor akreditasi untuk menjamin objektivitas penilaian. Tahap pendampingan pasca
akreditasi bertujuan menindaklanjuti rekomendasi hasil survey akreditasi agar rumah sakit
yang telah terakreditasi dapat meningkatkan mutu pelayanan yang masih dibawah standar dan
tetap mempertahankan mutu pelayanan yang sudah tercapai. Pendampingan dilaksanakan
secara berkala minimal 6 bulan pasca survey akreditasi.
Selain diakreditasi dengan standar nasional, beberapa rumah sakit di Indonesia, khususnya
rumah sakit pemerintah, juga akan diakreditasi menggunakan standar internasional.
Sebenarnya telah banyak rumah sakit di Indonesia yang terakreditasi secara internasional,
namun kebanyakan rumah sakit swasta. Kondisi ini semakin menanamkan kesan bahwa
rumah sakit pemerintah memang kurang layak dipercaya dan kurang mampu memberikan
pelayanan terbaik baik masyarakat. Rencananya, tujuh rumah sakit besar pemerintah akan
dipersiapkan untuk akreditasi internasional pada tahun 2013. Untuk mewujudkan hal ini,
pemerintah bekerjasama dengan lembaga akreditasi internasional yaitu Joint Commission
International (JCI) dari Amerika Serikat. JCI dipilih karena paling banyak berafiliasi dengan
berbagai rumah sakit besar di dunia dan merupakan salah satu lembaga akreditasi yang
dianggap berpengalaman. Akreditasi internasional ini bertujuan untuk menyetarakan mutu
pelayanan rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit internasional. Dengan adanya
akreditasi internasional ini diharapkan tumbuh pula kepercayaan dan pengakuan dari
masyarakat bahwa rumah sakit pemerintah mampu memberikan layanan kesehatan terbaik.
Dengan pengakuan ini diharapkan dapat membendung arus masyarakat yang berlomba-lomba
berobat ke luar negeri. Dengan adanya akreditasi internasional ini, pemerintah menjamin
adanya peningkatan mutu layanan kesehatan di rumah sakit pemerintah tanpa diiringi dengan
kenaikan harga. Kedepannya, tidak hanya rumah sakit swasta atau pemerintah yang akan
mendapat akreditasi tetapi juga Rumah Sakit TNI atau Polri dan Rumah Sakit pendidikan.
Terutama rumah sakit pendidikan, penting untuk mendapatkan akreditasi untuk membuktikan
bahwa pelayanan yang diberikan rumah sakit ini memang benar-benar merupakan layanan
bermutu. Adanya akreditasi bagi Rumah Sakit Pendidikan juga diharapkan dapat meluruskan
anggapan masyarakat bahwa mereka akan menjadi kelinci percobaan bila menjadi pasien di
rumah sakit tersebut.

Untuk mendapatkan tingkat kelulusan akreditasi yang baik, diperlukan adanya kerja sama
antar semua pihak di rumah sakit. Semua staf rumah sakit, mulai dari pimpinan puncak
sampai staf lapis terbawah harus memiliki semangat yang sama dalam mewujudkannya.
Pimpinan puncak hingga ke staf lapisan bawah harus memiliki pemahaman yang sama
mengenai alasan dilaksanakannya akreditasi. Jangan sampai ada pihak yang menganggap
bahwa akreditasi ini akan menjadi beban yang menambah-nambah kerjaan mereka karena
harus bekerja sesuai standar-standar akreditasi. Sejatinya, standar-standar yang dijadikan
komponen penilaian dalam survey akreditasi adalah untuk dipenuhi dan diimplementasikan
dalam jangka panjang bukan hanya pada saat survey akreditasi. Dengan adanya kerjasama
dan semangat yang sama tinggi dari semua pihak di rumah sakit, bukan hal mustahil akan
terciptanya layanan kesehatan berkualitas tinggi yang langgeng bagi masyarakat.

Vous aimerez peut-être aussi