Vous êtes sur la page 1sur 67

Ada Apa Di Balik Gempa?

Page 1 of 54

Ada Apa Di Balik Gempa? Kategori Aktual

Sabtu, 27 Mei 2006 17:06:21 WIB

ADA APA DI BALIK GEMPA TSUNAMI?

Oleh
Syaikh. Prof. Dr. Abdurrazzak bin Abdul Muhsin Al Badr

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan, ampunan dan bertaubat kepada-Nya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan kejelekan amalan kita. Barang siapa yang diberi
petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa disesatkan Allah,
maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan rasul-Nya, pilihan dan kekasih-Nya, yang Dia percayai untuk menyampaikan wahyu dan
syariat-Nya kepada umat manusia. Semoga shalawat Allah dan salam-Nya senantiasa tercurah kepada
beliau, serta semua keluarga dan sahabatnya.
Kaum mukminin dan para hamba Allah Bertakwalah kepada Allah karena sesungguhnya orang yang
bertakwa kepadaNya akan dijaga dan dibimbing oleh-Nya kepada kebaikan urusan dunia dan akhirat.

Belakangan ini dunia seisinya membicarakan sebuah peristiwa besar, yaitu gempa dahsyat yang
karenanya bumi tergoncang hebat, dia berasal dari satu pulau di Indonesia.

Akibatnya bumipun bergoncang dahsyat kemudian timbul setelahnya badai besar Tsunami dan angin
topan yang melumat berbagai kota dan banyak desa. Bahkan sebagian tenggelam tertutup air sama
sekali, seketika itulah meninggal ratusan bahkan ribuan jiwa. Data terakhir menyebutkan bahwa
korban mencapai 120 ribu jiwa. Mereka meninggal dalam satu waktu akibat tenggelam oleh air yang
menerjang rumah, sawah, dan berbagai sarana hidup mereka!. Data ini bukanlah data final. Sebab
diprediksi bahwa jumlah korban jauh lebih besar dari jumlah ini. Di samping itu, puluhan ribu orang
luka-luka, serta jutaan yang lain kehilangan harta benda dan tempat tinggal.

Ini adalah sebuah peristiwa besar yang semestinya menggerakkan hati kita. Karenanya, dunia seisinya
membicarakannya dan mengikuti berita serta perkembangannya. Seorang mukmin yang dikaruniai
taufiq oleh Allah Subhanahu wa Taala, dalam kejadian dan musibah besar seperti ini, harus
melakukan berbagai renungan keimanan, sehingga akan menambah keshalihan dan kedekatannya
kepada Allah Subhanahu wa Taala, juga menambah rasa takutnya untuk bertemu dan berhadapan
dengan-Nya. Selain itu ia juga akan mengambil hikmah dan pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan
Allah Subhanahu wa Taala. Sebab itu, setelah peristiwa besar ini kita harus merenungi beberapa hal
yang harus senantiasa diingat dan disadari sepenuhnya oleh setiap muslim:
Pertama:
Peristiwa ini dan semisalnya akan membimbing seorang muslim pada suatu perkara yang telah dia

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 2 of 54

yakini- yaitu bertambahnya keimanan dia akan kesempurnaan kuasa dan kekuatan Allah Subhanahu
wa Taala, serta meyakini bahwa Allah-lah yang mengatur alam ini sesuai dengan kehendak-Nya, dan
memutuskan apa yang Ia inginkan. Tidak ada seorangpun yang bisa menolak keputusan-Nya. Allah
Subhanahu wa Taala berfirman.

"Artinya : Yang Berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu
atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan
kepada sebahagian kamu kepada keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami
mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)". [Al An'am:
65]
Maksud dari "azab dari atas" dalam ayat tersebut adalah seperti petir, halilintar yang menghancurkan,
dan angin topan. Adapun makna azab dari
bawah" adalah seperti gempa dan tanah longsor.

Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu berkata : Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam
membaca ayat: Yang Berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah
kakimu. Beliau bersabda: "Aku berlindung dengan wajah Allah yang mulia". Dan ketika membaca:
atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan
kepada sebahagian kamu kepada keganasan sebahagian yang lain. Beliau bersabda : "Ini lebih
ringan". [HR Bukhari].

Kemudian renungkanlah firman Allah Subhanahu wa Taala: Perhatikanlah, betapa Kami


mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)

Sesungguhnya beraneka-ragamnya tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Taala menuntun kita


kepada pemahaman, keimanan dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Taala.

Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka
memahami(nya) Yakni: agar mereka memahami tujuan yang harus diwujudkan dari penciptaan
mereka.

Kedua:
Peristiwa ini betul-betul salah satu tanda-tanda agung kekuasaan Allah Subhanahu wa Taala, yang
dengannya Dia menumbuhkan rasa takut dalam jiwa hamba-hamba-Nya.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

"Artinya: Dan tidaklah kami mengirimkan tanda-tanda itu kecuali untuk menakuti". [Al Isra: 59]

Maksudnya ; Allah Subhanahu wa Taala menumbuhkankan rasa takut dalam jiwa hamba-hamba-Nya
dengan tanda-tanda yang agung itu.

Berkata Qatadah rahimahullah: "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala menakut-nakuti manusia


dengan tanda-tanda kekuasaan yang Dia kehendaki, agar mereka mengambil pelajaran, ingat dan
kembali (kepada Allah Subhanahu wa Taala)". Adapun penisbatan peristiwa ini kepada alam, itu
termasuk dalam kejahiliyahan.

Maka hendaknya seorang mu'min takut, merenung dan mengambil pelajaran ; bahwasanya Yang telah
menimpakan musibah kepada saudara-saudaranya, Maha Kuasa untuk menimpakan hal yang serupa
atau lebih kepada selain mereka. Jatuh korban 120.000 jiwa atau lebih dalam satu waktu!. Adakah di
antara kita yang mengambil hikmah dan pelajaran?.

Ketiga:
Setelah kejadian ini mari kita renungi bersama nikmat Allah Subhanahu wa Taala berupa

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 3 of 54

menetapnya bumi, sebagaimana firman-Nya:

"Artinya: Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kalian tetap". [Ghafir: 64]

Maksudnya: Tidak bergoncang-goncang atau bergetar.

Mari kita renungi dari sini, betapa besar Dzat yang memegang bumi ini, sehingga dia menetap dan
tidak bergoncang atau bergoyang. Bayangkan bagaimana jika bumi yang kita berjalan di atas
permukaannya selalu bergoncang dan bergetar, bisakah kita hidup di atasnya?, bisakah kita tidur?,
bisakah kita bekerja? (tentu jawabnya adalah : tidak -pent). Jadi Allah Subhanahu wa Taala telah
melimpahkan karunia-Nya kepada kita berupa ketenangan dan menetapnya bumi ini. Maka hendaknya
kita mengambil pelajaran dari nikmat ini, lantas kita bandingkan dengan gempa yang diciptakan Allah
Subhanahu wa Taala dari waktu ke waktu ; hingga kita bisa mengambil kesimpulan : Betapa besar
karunia ketenangan bumi dan alangkah sempurnanya nikmat ini. Jika bumi ini bergoncang dalam
sekejap saja, telah memakan korban 120 ribu jiwa, bagaimana jika bergoncang sehari penuh, atau
berhari-hari, apa yang akan terjadi dengan manusia di permukaannya???.
Karunia Allah Subhanahu wa Taala lainnya adalah tidak meluapnya lautan hingga menenggelamkan
semua daratan. Padahal kita tahu bahwa luas lautan di muka bumi ini dua pertiga luas daratan. Allahlah
yang Maha Kuasa untuk menahan air laut hingga tidak meluap ke daratan, padahal Dia mampu untuk
menenggelamkan seluruh daratan!.

Kita bisa ambil pelajaran dari sejarah:

"Artinya : Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) kami bawa (nenek moyang)
kamu ke dalam bahtera" [Al Haqqah: 11]

Tidak perlu jauh-jauh, bencana yang baru saja terjadi bisa menggambarkan bagi kita hal itu ; air telah
menenggelamkan berbagai daerah secara total, hingga semua yang berada di atasnya mati, tidak tersisa
seorangpun jua. Dua karunia ini ; menetapnya bumi dan tidak meluapnya lautan ke daratan haruslah
kita syukuri, sembari kita panjatkan puji kepada-Nya atas segala curahan nikmat-Nya.

Keempat:
Bumi adalah milik Allah Subhanahu wa Taala, Dia-lah yang telah menciptakannya dan
menjadikannya ada. Dia pula yang telah menciptakan manusia dia atasnya. Maka Dia pula-lah yang
berhak untuk bertindak sekehendak-Nya. Perhatikanlah sebagian perbuatan Allah Subhanahu wa
Taala terhadap bumi-Nya dalam ayat:

"Artinya : Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesunguhnya Kami mendatangi bumi, lalu kami
kurangi bumi itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum (menurut
kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; Dia-lah Yang Maha cepat hisab-Nya".
[Ar-Ra'd: 41]

Sebagian ahli tafsir menerangkan bahwa maksud dari "Kami kurangi bumi itu (sedikit demi sedikit)
dari tepi-tepinya" adalah dengan tenggelamnya (sebagian bumi -pent), gempa dan berbagai macam
bencana. Jadi Allah Subhanahu wa Taala mengurangi bumi dari tepi-tepinya sesuai dengan kehendak-
Nya, tidak ada yang bisa menolak keputusan-Nya.
Jika kita telah sadar bahwa bumi ini adalah milik Allah Subhanahu wa Taala, dan yang berhak untuk
bertindak di dalam-Nya adalah Allah Subhanahu wa Taala juga; maka mari kita sama-sama merenungi
apa hikmah di balik penciptaan kita di muka bumi ini?. Tidak lain dan tidak bukan adalah dalam
rangka menegakkan kalimat tauhid Allah Subhanahu wa Taala, mentaati perintah-Nya, mengikuti
syari'at-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya, patuh terhadap perintah-Nya dan perintah

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 4 of 54

rasul-Nya Shallallahu alaihi wa Sallam;. Kita wajib beriman terhadap ayat-ayat yang jelas, hujjah-
hujjah yang tinggi serta dalil-dalil agung yang menjelaskan kesempurnaan Allah Subhanahu wa Taala
dan kewajiban untuk taat kepada-Nya lantas mengikhlaskan ibadah hanya untuk-Nya. Hingga kita
dapat menjalankan tujuan penciptaan kita dengan sempurna; yaitu menjalankan perintah-Nya dan
mengikuti rasul-Nya Shallallahu alaihi wa Sallam.

Kelima:
Seharusnya seorang muslim bersikap tenang dalam menghadapi musibah yang menimpanya atau
menimpa saudaranya; yakni dengan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Taala, yakin dan
bertawakkal kepada-Nya. Sesungguhnya musibah itu akan membuahkan bertambahnya iman seorang
mu'min, bertambah baiknya hubungan dia dengan Allah Subhanahu wa Taala, serta semakin sempurna
kedekatan dia dengan-Nya. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Artinya : Alangkah mengagumkan kondisi seorang mu'min; seluruh perkaranya adalah kebaikan. Jika
dia mendapatkan nikmat, bersyukur, dan itu adalah merupakan kebaikan baginya. Dan jika dia tertimpa
musibah, bersabar, itupun merupakan kebaikan baginya". [HR Muslim]

Dan hal ini tidak akan ada kecuali dalam diri seorang mu'min.

Keenam:
Sesungguhnya seorang yang beriman akan sadar bahwa musibah-musibah ini tidak lain dan tidak
bukan adalah akibat dosa-dosa. Tidaklah terjadi suatu malapetaka melainkan gara-gara perbuatan dosa,
dan malapetaka itu tidak akan dicabut (oleh Allah Subhanahu wa Taala) kecuali dengan taubat. Allah
Subhanahu wa Taala telah menjelaskan:

"Artinya: Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya". [Al-'Ankabut : 40]

Saat inilah seharusnya seorang mu'min mendekat kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan
membawa taubat dan berserah diri kepada-Nya, sehingga dia dapat memetik pelajaran dari musibah
yang menimpa orang lain. "Sesungguhnya orang yang bahagia adalah yang dapat memetik pelajaran
dari (apa yang menimpa) saudaranya, kebalikannya orang yang merugi adalah jika saudaranyalah yang
mengambil pelajaran dari apa yang menimpa dirinya".
Ketujuh:
Terakhir, kita memiliki beberapa kewajiban terhadap saudara-saudara kita yang tertimpa musibah besar
ini, di antaranya;

[a]. Berdo'a agar Allah Subhanahu wa Taala meringankan penderitaan mereka, serta menjadikan
musibah ini sebagai titik tolak bagi mereka untuk kembali kepada kebaikan dan bertaubat
kepada-Nya. Kita juga memohon agar Allah Subhanahu wa Taala menenangkan ketakutan
mereka, menutupi aurat mereka dan memberi rizki orang-orang yang ditimpa kelaparan.

[b].Juga kita berkewajiban untuk mengulurkan tangan membantu mereka semampu kita. Saat ini
ribuan orang sama sekali tidak memiliki tempat tinggal, rumah, makanan dan minuman.
Sedangkan kita hidup dalam kenikmatan. Bersyukurlah kepada AllahSubhanahu wa Taala atas
nikmat dan karunia-Nya, kemudian bantulah saudara-saudara kita semampunya!.

Kami tutup khutbah ini dengan sebuah doa agung dan berbarakah, yang selalu dibaca oleh Rasulullah
Shallallahu alaihi wa Sallam; setiap malam sebelum merebahkan tubuhnya di peraduan:

Artinya: "Segala puji bagi Allah Yang telah memberi kita makan, minum dan mencukupi kita, serta
memberi kita tempat tinggal. Betapa banyak orang yang tidak mendapatkan yang mencukupi dia serta
memberi dia tempat tinggal". [HR Muslim dari Anas bin Malik]

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 5 of 54

Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum muslimin (3X), hinakanlah kesyirikan dan kaum musyrikin,
serta hancurkanlah musuh-musuh agama kami.

Ya Allah, ringankanlah musibah yang menimpa saudara-saudara kami di manapun mereka berada,
kuatkanlah mereka wahai Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah. Ya Allah, tenangkanlah rasa takut
mereka, obatilah kelaparan dan dahaga mereka, tutupilah aurat mereka, karuniakanlah kepada mereka
tempat tinggal yang baik, wahai Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah.

Ya Allah, kembalikanlah kami dan mereka kepada-Mu dengan baik, berilah kami taufik untuk
bertaubat kepada-Mu, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang beriman dan mengikuti rasul-Mu
Shallallahu alaihi wa Sallam, juga karuniailah kami -wahai Yang Maha Agung lagi Maha Pemurah-
taufik untuk mengerjakan hal-hal yang Engkau cintai dan ridhai, bantulah kami untuk melakukan
kebaikan dan ketakwaan, janganlah Engkau jadikan kami bergantung kepada diri sendiri, meskipun
hanya sekejap mata.

Ya Allah, ampunilah segala dosa kami, baik yang kecil maupun yang besar, yang terdahulu maupun
yang akan datang, serta yang tersembunyi maupun yang terlihat. Ya Allah, sesungguhnya kami telah
mendzalimi diri kami, jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi, niscaya kami akan menjadi
orang-orang yang merugi.

Hanya ini yang dapat kami sampaikan, kami mohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Taala
untuk kita dan seluruh kaum muslimin dari segala dosa, mintalah ampun kepada-Nya, niscaya Dia
akan ampuni. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[Ditranskrip dan diterjemahkan dari khutbah Jum'at Syeikh. Prof. Dr. Abdur Razzak bin Abdul Muhsin
al-Abbad al-Badr Hafizhahullahu- oleh : Anas Burhanuddin dan Abdullah Zaen (Mahasiswa S-2
Univ. Islam Madinah. Disebarkan oleh FSMS (Forum Silaturrahim Mahasiswa as-Sunnah) Surabaya
2004/1425]

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 844&bagian=0

Ada Sebagian Ahlus Sunnah Pada Masa Sekarang Ini Yang Menyibukkan Diri Mencari-Cari
Kesalahan

Kategori Aktual

Minggu, 7 Agustus 2005 06:48:40 WIB

FENOMENA TAHDZIR, CELA-MENCELA SESAMA AHLUSSUNNAH DAN SOLUSINYA

Oleh
Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr
Bagian Pertama Dari Dua Tulisan [1/2]

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 6 of 54

Pada masa sekarang ini, ada sebagian ahlussunnah yang sibuk menyerang ahlussunnah lainnya dengan
berbagai celaan dan tahdzir. Hal tersebut tentu mengakibatkan perpecahan, perselisihan dan sikap
saling tidak akur.

Padahal mereka saling cinta mencintai dan saling berkasih sayang, serta bersatu padu dalam barisan
yang kokoh untuk menghadapi para ahli bidah dan pengikut hawa nafsu yang menyelisihi
ahlussunnah.

Adanya fenomena diatas disebabkan dua hal:

PERTAMA.
Ada sebagian ahlussunnah pada masa sekarang ini yang menyibukkan diri mencari-cari kesalahan
ahlussunnah lainnya dan mendiskusikan kesalahan tersebut, baik yang terdapat di dalam tulisan
maupun kaset-kaset. Kemudian dengan bekal kesalahan-kesalahan tersebut mereka melakukan tahdzir
terhadap ahlussunnah yang menurut mereka melakukan kesalahan.

Salah satu sebab mereka melakukan tahdzir adalah karena ada ahlussunnah lain yang bekerjasama
dengan salah satu yayasan yang bergerak dalam bidang keagamaan untuk mengadakan ceramah-
ceramah atau seminar-seminar keagamaan. Padahal Syaikh abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-Utsaimin pernah memberikan ceramah kepada pengurus yayasan keagamaan tersebut
melalui telepon. Dan kerjasama ahlussunnah lain dengan yayasan tersebut sebenarnya sudah
dinyatakan boleh oleh dua ulama besar itu dengan fatwa.

Oleh karena itu, hendaknya mereka introspeksi terhadap diri mereka terlebih dahulu sebelum
menyalahkan dan mencela pendapat orang lain; apalagi tindakan ahlussunnah lain tadi bersumber dari
fatwa ulama besar. Anjuran introspeksi diri seperti ini pernah disampaikan oleh sebagian Sahabat
Rasulullah setelah dilangsungkannya perjanjian Hudaibiyah. Sebagian sahabat ada yang berkata,
Wahai Manusia, hendaklah kalian mau introspeksi diri agar tidak menggunakan akal kalian dalam
masalah agama.

Amat disayangkan, padahal mereka yang dicela itu telah banyak membantu masyarakat, baik melalui
pelajaran-pelajaran yang disampaikan, karya-karya tulis, maupun khotbah-khotbahnya. Mereka di-
tahdzir hanya dikarenakan tidak membicarakan tentang si Fulan atau jamaah tertentu. Sayang sekali
memang, fenomena cela mencela dan tahdzir ini telah merembet ke negeri Arab. Ada di antara mereka
yang terkena musibah ini yang memiliki keilmuan yang luas dan memiliki usaha yang keras dalam
menampakkan, menyebarkan dan menyeru kepada Sunnah. Tidak diragukan lagi bahwa tahdzir
terhadap mereka telah menghalangi jalan bagi para penuntut ilmu dan orang-orang yang hendak
mengambil manfaat dari mereka, baik dari sisi ilmu maupun ahlak.
KEDUA.
Ada sebagian ahlussunnah yang apabila melihat kesalahan ahlussunnah lain, maka mereka menulis
bantahannya, lalu pihak yang dibantah membalas bantahan tersebut dengan bantahan yang serupa.
Pada akhirnya kedua belah pihak sibuk membaca tulisan-tulisan pihak lawan atau mendengarkan
kaset-kaset, yang lama maupun yang baru, dalam rangka mencari kesalahan dan kejelekkan lawannya,
padahal boleh jadi kesalahan-kesalahan tadi hanya disebabkan karena terpeleset lidah. Semua itu
mereka kerjakan secara perorangan atau secara berkelompok. Kemudian tiap-tiap pihak berusaha
untuk memperbanyak pendukung yang membelanya dan merendahkan pihak lawannya. Kemudian
para pendukung di tiap pihak berusaha keras membela pendapat pihak yang didukungnya dan mencela
pendapat pihak lawannya. Merekapun memaksa setiap orang yang mereka temui untuk mempunyai
sikap yang jelas terhadap orang- orang yang berada di pihak lawan.
Apabila orang tersebut tidak mau menunjukkan sikapnya secara jelas, maka dia pun dianggap masuk
sebagai kelompok ahli bidah seperti kelompok lawannya. Sikap tersebut biasanya diikuti

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 7 of 54

dengan sikap tidak akur satu pihak dengan pihak lainnya. Tindakan kedua belah pihak serupa dengan itu
merupakan pangkal muncul dan tersebarnya konflik pada skala yang lebih luas.

Dan keadaan bertambah parah, karena pendukung masing-masing kelompok menyebarkan celaan-
celaan tersebut di jaringan internet, sehingga para pemuda ahlussunnah di berbagai negeri, bahkan
lintas benua menjadi sibuk mengikuti perkembangan di website masing-masing pihak. Berita yang
disebarkan oleh masing-masing pihak hanyalah berita-berita qila wa qala saja, tidakjelas sumbernya,
dan tidak mendatangkan kebaikan sedikit pun, bahkan hanya akan membawa kerusakan dan
perpecahan. Sikap yang dilakukan para pendukung masing-masing pihak seperti orang yang bolak
balik di papan pengumuman untuk mengetahui berita terbaru yang ditempel. Mereka juga tidak
ubahnya seperti supporter olahraga yang saling menyemangati kelompoknya. Permusuhan, kekacauan
dan perselisihan sesama mereka merupakan akibat dari dihasilkan sikap-sikap seperti itu.
SOLUSI PERMASALAHAN INI.
Ada beberapa solusi yang bisa diketengahkan dalam permasalahan ini.

Pertama.
Berkaitan dengan cela mencela dan tahdzir perlu diperhatikan beberapa perkara sebagai berikut:

[1].Orang-orang yang sibuk mencela ulama dan para penuntut ilmu hendaknya takut kepada Allah
subhanahu wa Taala dengan tindakkannya tersebut. Mereka hendaknya lebih menyibukkan
diri memperhatikan kejelekkan dirinya sendiri agar bisa terbebas dari kejelekan orang lain.
Mereka hendaknya berusaha menjaga kekalnya kebaikan yang dia miliki. Janganlah mereka
mengurangi amal kebaikan mereka walaupun sedikit, yaitu dengan membagi-bagikannya
kepada orang-orang yang dia cela. Hal itu karena mereka lebih membutuhkan kebaikan tersebut
dibanding yang lain pada hari dimana harta dan anak-anak takkan berguna kecuali orang yang
datang kepada Allah Taala dengan hati yang selamat. (Maksudnya pada hari kiamat, -pen)
[2].Hendaknya mereka berhenti melakukan cela-mencela dan tahdzir, lalu menyibukkan diri
memperdalam ilmu yang bermanfaat; bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mencari
ilmu agar bisa manfaat dari ilmu tersebut dan menyampaikannya kepada orang lain yang
membutuhkannya. Hendaknya mereka menyibukkan diri dengan kegiatan keilmuan, baik
dengan belajar mengajar, berdakwah atau menulis. Semua itu jelas lebih membawa kebaikan.
Jika mereka melakukan tindakan-tindakan yang baik seperti itu, tentu mereka dikatakan
sebagai orang-orang yang membangun. Jadi, janganlah mereka sibuk mencela sesama
ahlussunnah, baik yang ulama maupun penuntut ilmu, karena hal itu akan menutup jalan bagi
orang-orang yang mendapatkan manfaat keilmuan dari mereka. Perbuatan-perbuatan seperti itu
adalah temasuk perbuatan-perbuatan yang merusak. Orang-orang yang sibuk dengan tindakan
cela-mencela seperti itu, setelah mereka meninggal tidak meninggalkan bekas ilmu yang
bermanfaat, dan manusia tidak merasa kehilangan para ulama yang ilmunya bermanfaat bagi
mereka, bahkan sebaliknya, dengan kematian mereka manusia merasa selamat dari keburukan.
[3].Para penuntut ilmu dari kalangan ahlussunnah hendaknya menyibukkan diri dengan kegiatan
keilmuan seperti membaca buku-buku yang bermanfaat, mendengarkan kaset-kaset ceramah
para ulama ahlussunnah seperti Syaikh bin Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin, daripada sibuk
menelepon fulan atau si Fulan bertanya, Bagaimana pendapatmu tentang Fulan atau Fulan?
atau Bagaimana komentarmu tentang pernyataan Fulan terhadap si Fulan dan tanggapan
si Fulan terhadap si Fulan?
[4].Berkaitan dengan pertanyaan tentang orang-orang yang sibuk dalam bidang keilmuan, mereka
boleh dimintai fatwa atau tidak, selayaknya hal tersebut ditanyakan kepada pimpinan Lembaga
Fatwa di Riyadh. Dan siapa yang mengetahui keadaan mereka, hendaknya mau melayangkan
surat kepada pimpinan Lembaga Fatwa yang berisi penjelasan tentang keadaan mereka untuk
dijadikan bahan pertimbangan. Hal itu dimaksudkan agar sumber penilaian cacat seseorang dan
tahdzir, apabila memang harus dikeluarkan, maka yang mengeluarkan adalah lembaga yang
berkompeten

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 8 of 54

dalam masalah fatwa dan berwenang menjelaskan tentang siapa-siapa yang dapat diambil ilmunya dan
dimintai fatwa. Tidak diragukan lagi bahwa lembaga yang dij adikan sebagai rujukan fatwa dalam
berbagai permasalahan, juga selayaknya dijadikan sebagai sumber rujukan untuk mengetahui siapa
yang boleh dimintai fatwa dan diambil ilmunya. Hendaknya janganlah seseorang menjadikan dirinya
sebagai tempat rujukan dalam perkara yang sangat penting ini, karena sesungguhnya termasuk tanda
bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat bagi dirinya.

[Disalin dari kitab Rifqon Ahlussunnah bi Ahlissunnah edisi Indonesia Rifqon Ahlassunnah Bi
Ahlassunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir Hajr oleh Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al- Abbad
Al-Badr, Terbitan Titian Hidayah Ilahi, Hal. 69-85]

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 9 of 54

Sumber : http://almanhaj.or.id/index. ph ?action=more&article_id=1 521 &bag ian=0

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 10 of 54
Antara Syari'at Dan Problema Kontemporer

Kategori Aktual

Jumat, 23 September 2005 07:15:41 WIB

ANTARA SYARIAT DAN PROBLEMATIKA KONTEMPORER

Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya: Ada beberapa hal yang memaksa seseorang sedikit
menunjukkan sikap lunak manakala menghadapi sebagian problematika yang berkembang di lapangan
terkait dengan problematika-problematika kontemporer. Hal ini banyak sekali menyita perhatian anak-
anak generasi sekarang ini dan banyak pula manusia yang terjerumus ke dalamnya sementara mereka
bingung antara memilih hukum-hukum syariat dari satu sisi dan tuntunan dunia kontemporer dari
sisi yang lain. Contohnya, masalah televisi, ikhtilath (percampurbauran antara bukan mahram),
problematika seputar pariwisata, bunga riba dan problematika-problematika lainnya yang dapat
melelahkan generasi saat ini. Jadi, bagaimana berinteraksi dengan problematikaproblematika yang
demikian rumit tersebut?
Jawaban.
Tidak dapat diragukan lagi bahwa dien Al-Islam adalah dien yang komfrehensif, dalam artian bahwa ia
tidak membiarkan satu problematika kehidupan pun hingga Hari Kiamat melainkan telah memberikan
solusi yang sesuai untuknya. Dari itu, bahwa Allah Subhanahu wa Taala telah

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 11 of 54

menyempurnakan dien ini sebagaimana dalam firmanNya.

Artinya: Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku dan Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu [Al-Maidah: 3]

Dan hal yang tidak dapat disangkal lagi bahwa para ulama kita telah mengintisarikan fiqih yang agung
dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya, demikian pula sekian banyak hal yang menyoroti problematika-
problematika dunia serta memberikan solusi-solusi yang universal. Semua solusisolusi ini terdapat di
dalam Kitabullah dan As-Sunnah. Sekarang kita tidak dapat mengingkari bahwa dunia saat ini diterpa
oleh perubahan-perubahan dan beragam problematika yang tidak terhitung banyaknya akan tetapi
seorang muslim yang tulen wajib mengembalikan solusi terhadap problematika-problematika dan
perubahan-perubahan ini kepada Kitabullah dan As-Sunnah. Dan sebagaimana yang kita ketahui
bahwa dua sumber ini tidaklah menolak mentah-mentah sesuatu yang bermanfaat bagi seorang muslim
akan tetapi keduanya menolak sesuatu yang berbahaya bagi individu dan kelompok.
Sedangkan mengenai bagaimana cara seorang muslim menginvestasikan harta-hartanya, maka Islam
telah meletakkan solusi dan cara-cara menginvestasikannya. Di sana ada yang namanya jual beli baik
seorang muslim melakukannya sendiri ataupun dengan melakukan system mudharabah dengan orang
lain sesuai dengan aturan syariat, yaitu menyerahkan harta tesebut kepada orang yang menjual dan
membelinya dengan imbalan sebagian keuntungan yang tidak ditentukan dengan jumlah nominal
tertentu. Ataupun dengan cara menanamkan saham pada perusahaan-perusahaan yang bersih dan
perusahaan yang produksi seperti perushaan-perusahaan industri, listrik dan transportasi. Yaitu
perusahaan-perusahaan yang menginvestasikan harta-harta tersebut dengan cara investasi yang bersih.
Banyak jalan yang dapat ditempuh seperti pada real estate, persawahan dan sebagainya, demikian pula
membangun proyek-proyek produktif yang bersih.
[Kitab Ad-Dawah, No. 7, Dari Fatwa Syaikh Al-Fauzan, Jilid II, hal.164-166]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syariyyah Fi Al-Masail Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama
Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, hal 178-179 Darul Haq]

Sumber : ht

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 12 of 54
Benih Takfir Dalam Tubuh Umat 1/2

Kategori Aktual

Senin, 21 Nopember 2005 07:50:06 WIB

BENIH TAKFIR DALAM TUBUH UMAT

Oleh
Syaikh Abu Usamaha Salim bin Ied Al-Hilali

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 13 of 54

Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2

Semoga Allah menjadikan pertemuan ini, pertemuan yang diberkahi, mendorong penyebaran ilmu
yang murni, penyebaran Kitabullah dan Sunnah Rasulullah dan manhaj Salafush Shalih, generasi yang
datang setelah Nabi, dan membawa agama ini dengan amanah, antusias dan ketegaran.

Topik pembicaraan kami, (ialah) seputar fitnah ghuluw dalam takfir, bahayanya terhadap umat dan
pengaruh destruktifnya di masyarakat lokal maupun internasional.

Definisi takfir, yaitu memvonnis atau mensifati seseorang dengan kekafiran, atau mensifatinya dengan
hukum kafir ; baik dengan alasan yang benar ataupun tidak. Karena itu, saya tegaskan bahwa takfir
merupakan hukum syari. Ia merupakan wewenang Allah dan RasulNya. Tidak boleh kita
meniadakan atau menolaknya. Sebab, takfir merupakan hukum syar i ; ada orang yang bisa
dikafirkan (dan) ada juga yang terjerumus dalam perbuatan takfir.

Tetapi masalahnya bukan pada persoalan di atas, namun terletak pada sikap ekstrim dalam takfir
(mengkafirkan) dan mengeluarkan takfir itu dari kaidah yang telah ditetapkan Allah dan Rasulullah.

Karena itu, ada orang yang boleh dikafirkan, ada juga yang tidak boleh untuk dikafirkan. Dalam
permasalahan ini, Ahlus Sunnah bersikap tengah-tengah antara dua golongan. Golongan yang
mengabaikan hak Allah dalam masalah takfir ini, dengan golongan ekstrim menempatkan takfir bukan
pada porsinya.

Ulama mengklasifikasikan kekufuran menjadi dua katagori:

Pertama : Kufur akbar yang mengeluarkan (manusia) dari Islam.


Kedua : kufur ashgar, tidak mengeluarkan dari Islam, meskipun diistilahkan kufur.

Dalam masalah pembagian kufur ini, ada keterangan paling mewakili, yaitu yang disebutkan oleh
Syaikhul Islam Ibnul Qayim dalam kitabnya yang agung Ash-Shalah. Beliau menuturkan, kufur terbagi
(menjadi) dua jenis, (yaitu) kufur yang mengeluarkan dari agama. Beliau menerangkan kufur ini
berlawanan dengan iman dalam semua aspek. Maksudnya, ketika ada seseorang yang melakukannya,
maka imannya akan hilang. Misalnya mencaci Allah, memaki NabiNya Shallallahu alaihi wa
sallam, menyakiti Nabi, bersujud kepada kuburan dan patung, melemparkan mushaf ke tempat kotor,
atau contoh-contoh serupa lainnya yang telah dipaparkan para ulama. Orang yang terjerumus dalam
perbuatan-perbuatan ini dihukumi sebagai kafir. Hujjah harus ditegakkan kepadanya (artinya, ia harus
diingatkan dengan hujjah,-red), sampai syarat- syarat takfir terpenuhi dan segala penghalang kekafiran
hilang. Jika hujjah sudah ditegakkan kepadanya oleh orang yang mempunyai kewenangan untuk itu
atau oleh wakilnya, sedangkan ia tetap menolak, maka baru divonis sebagai kafir.
Jenis kedua, yang tidak mengeluarkan dari agama. Namun syari at Islam menyebutkannya sebagai
tindakan kekufuran, seperti perbuatan-perbuatan maksiat. Contohnya termaktub dalam beberapa
hadits.

Artinya: Mencaci orang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kufur [Hadits
Riwayat Bukhari No. 48, Muslim No. 64]

Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan menyebut nama selain Allah, maka ia kafir atau
musyrik [Hadits Riwayat Tirmidzi]

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 14 of 54

Artinya: Janganlah kalian menjadi kafir sepeninggalkau, yaitu sebagian kalian membunuh yang
lain [Hadits Riwayat Bukhari No. 121. Muslim No. 65]

Begitu juga, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan tentang orang yang
meninggalkan shalat dengan sebutan kufur. Demikianpula firman Allah.

Artinya: Barangsiapa tidak berhukum dengan hukum Allah, maka ia termasuk orang-orang yang
kafir [Al-Maidah : 44]

Ini adalah contoh-contoh kufur ashghar yang tidak mengeluarkan dari agama, dengan syarat tidak
menganggapnya sebagai perbuatan yang halal. Jika meyakini perbuatan maksiat ini halal, maka ia telah
keluar dari Islam, murtad dan menjadi kafir. Ini adalah istihlal qalbi (penghalalan secara hati).

Berikutnya, pembicaraan kita tentang masalah ini, yaitu tentang orang-orang yang berlebihanlebihan
dalam takfir, menjadikan perbuatan yang tidak mengeluarkan dari agama, sebagai perkara yang
mengeluarkan dari Islam. Dari sinilah fitnah terjadi. Dan ini merupakan fitnah pertama yang terjadi di
dalam Islam, di tangan-tangan orang Khawarij yang dinyatakan oleh Nabi sebagai anjinganjing neraka.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih.

Pada waktu itu, pembesar mereka menantang Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, tatkala Belaiu
membagi rampasan perang di Hunain dengan memberikannya kepada orang-orang yang muallaf dan
tidak memberikan kepadanya sedikitpun. Pemimpin mereka itu mengatakan : Bersikap adillah,
wahai Muhammad! Sesungguhnya pembagian yang engkau lakukan ini tidak dimaksudkan untuk
mencari wajah Allah . Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab : Celaka engkau.
Siapa lagi yang akan berbuat adil kalau aku tidak berbuat adil? Sesungguhnya aku orang yang paling
mengenal Allah dan paling bertawqa kepadaNya [Hadits Riwayat Bukhari]

Dari sikap yang ditujukan oleh laki-laki penentang Rasulullah tersebut, terlihat dengan jelas faktor-
faktor yang mendorong mereka ke dalam sikaftakfir (mengkafirkan orang).

[1].Mereka menjadikan himpitan sosial, politik atau ekonomi sebagai sarana untuk keluar dari
prinsip-prinsip pemahaman Islam dan memberontak kepada penguasa kaum Muslimin.

[2].Kelancangan mereka terhadap Waliyul Amr. Kelancangan itu ditunjukkan oleh pimpinan
mereka terhadap Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

Dalam sebuah hadits shahih dalam Musnad (disebutkan). Suatu hari Nabi melewati orang ini
dalam keadaan sujud. Maka beliau menghampiri para sahabatnya. Beliau berkata : Siapa yang mau
membunuhnya ? Abu Bakar mengiyakan, lalu bangkit dengan pedang terhunus. Kemudian beliau
menghampiri orang itu, belaiu mendapati sedang sujud. Maka beliaupun kembali (tidak
membunuhnya) seraya berkata : Ya Rasulullah, bagaimana aku membunuh yang mengucapkan laa
illaha illa Allah? . Demikian juga yang dilakukan Umar. Kemudian Ali menyanggupinya, beliau
bergegas ke sana, tapi orang tersebut sudah tidak ada lagi. Kemudian. Beliau bersabda :
Seandainya ia berhasil dibunuh, tentu tidak akan ada lagi dua orang yang berselisih di antara
umatku .
Jadi, benih-benih takfir tumbuh dari golongan Khawarij, dan ini merupakan fitnah yang pertama kali
terjadi dalam Islam, dan akan terus berlangsung sampai akhirnya Dajjal bergabung dengan pasukan
mereka.
Apa yang diperintahkan Nabi pun terjadi. Fitnah Khawarij merangsek. Dan hasil pertama yang
menjadi akibatnya, ialah yang dialami Khalifah ketiga Utsman Asy-Syahid yang mendapat jaminan
syurga. Orang-orang Khawarij dengan provokasi dari Yahudi, memberontak kepadanya dan berhasil
mengepung, dan membunuh Khalifah Utsman Radhiyallahu anha. Kemudian mereka

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 15 of 54

memobilisasi pasukannya untuk memberontak kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu. Akan
tetapi Ali memerangi, membunuh dan menghabisi mereka sampai akarnya. Sedikit pun tidak tersisa,
kecuali sembilan orang saja, sebagaimana dipaparkan buku-buku sejarah. Sembilan orang ini
menyebar ke seluruh penjuru dunia. Menyebar pula fitnah Khawarij bersama mereka, membawa
pemikiran takfir, petumpahan darah dan pembunuhan. Sungguh benar sabda Nabi, mereka adalah duri
buat Islam. Mereka tidak mengusik orang-orang kafir, tetapi justru memerangi umat Islam.

Demikianlah, fitnah ini menghasilkan pertumpahan darah, menciderai kehormatan serta perusakan.
Dan ini terjadi di negari-negeri Islam.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 1 1/Tahun VIII/1425H/2005M Rubrik Liputan Khusus yang
diangkat dari ceramah Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali Tanggal 5 Desember 2004 di
Masjid Istiqlal Jakarta]

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 671 &bagian=0

Benih Takfir Dalam Tubuh Umat 2/2

Kategori Aktual

Senin, 21 Nopember 2005 10:24:11 WIB

BENIH TAKFIR DALAM TUBUH UMAT

Oleh
Syaikh Abu Usamaha Salim bin Ied Al-Hilali
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan 2/2

Fitnah ini akan berlangsung terus sebagaimana dikabarkan Nabi. Dalam hadits Ibnu Umar dalam sunan
Ibnu Majah (disebutkan) : Akan tumbuh generasi yang membaca Al-Qur an. Ketika sebuah
generasi habis, maka akan datang generasi berikutnya sampai datang di tengah-tengah mereka Dajjal
. Mereka adalah Khawarij. Setiap kali pupus satu generasi, akan tumbuh generasi baru. Demikian
seterusnya hingga muncul Dajjal ditengah pasukan mereka yang dimobilisasi untuk melawan kaum
muslimin. Mereka adalah para pengikut Dajjal. Dajjal yang menyebarkan kerusakan dimuka bumi, dari
barat sampai timur, dari utara sampai selatan. Orang-orang Khawarij ini adalah tentara Dajjal di akhir
zaman, mereka mendukung kekuasaan Dajjal dan mendukung kerusakan yang dilakukan Dajjal.
Waliyyadzu billah tabaraka wa taala.
Inilah yang kita lihat di lapangan. Muculnya jamaah-jamaah takfir dan menodongkan

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 16 of 54

senjata mereka kehadapan umat Islam. Hasilnya, (ialah) pemboman, perusakan, pembunuhan dan
pengusiran penduduk.

Peristiwa ini juga terjadi dihadapan anda. Lihat misalnya, apa yang terjadi beberapa tahun silam ketika
muncul golongan ekstrimis di Aljazair. Mereka melakukan pembunuhan, perusakanperusakan dan
penodaan terhadap kehormatan dengan dalih Islam di bawah panji jihad, atau dalih melawan himpitan
politik dan seabreg dalih besar lainnya. Sebenarnya mereka pernah bertanyan kepada para ulama. Dan
ulamapun telah memberikan nasihat kepada mereka. Namun mereka menutup telinga dan tetap keras
kepala.

Fitnah mereka mulai terjadi tahun 90-an hingga kini. Hasil yang diakibatkannya adalah, setengah juta
orang Islam terbunuh. Setengah juta orang terbunuh hanya dalam waktu sepuluh tahun, di tangan
orang yang mengaku dirinya muslim, mengaku berbuat untuk Islam dan mengaku bahwa mereka
berjihad di jalan Allah.

Sementara, negeri Islam Aljazair, ketika melancarkan perang kemerdekaannya melawan penjajah
Perancis selama seratus tiga puluh tahun, hanya mengorbankan satu juta syahid. Apabila korban di
tangan orang Islam saja mencapai setengah juta jiwa dalam waktu sepuluh tahun, bagaimana jika
fitnah ini berlangsung selama seratus tiga puluh tahun ? Berapa korban yang akan jatuh ? Maka akan
menghabisi masyarakat muslim di sana!

Sebelumnya di Suriah, juga ada kelompok ekstrim yang memberontak dengan semboyan-semboyan
membahana dan slogan-slogan besar. Maka terjadilah apa yang terjadi, pembunuhan, pengusiran
penduduk, dan pengeboman. Bahkan ada sebuah kota, yaitu kota Hamah, total hancur-lebur
disebabkan oleh ulah mereka, dengan menelan korban tewas empat puluh ribu jiwa dan penduduknya.

Itulah ulah mereka, penyembelihan, perusakan, peledakan, dan teror terhadap masyarakat yang terusik
rasa amannya. Di sana sini ada ranjau darat, bom mobil, granat dan pembunuhan-pembunhan
misterius. Akan tetapi kemanapun mereka pergi, sesungguhnya Allah senantiasa mengawasi!

Tidak ada satu jengkal negeri kaum musliminpun yang selamat dari fitnah ini. Dan negeri ini, negeri
Islam yang penduduknya paling banyak di antara negeri-negeri Islam lainnya, juga tidak selamat dari
ulah mereka, dari perusakan mereka, dari pemboman mereka dan dari terror mereka.

Hal ini, atau beberapa hari sebelumnya, juga terjadi di negara Haramain. Semoga Allah menjaganya
dan menjaga seluruh negara Islam dari ulah tangan para perusak itu. Dan semoga Allah membasmi
mereka. Setiap negeri kaum muslimin, senantiasa terancam dengan keberadaan mereka.

Karena itu, kita wajib berhati-hati terhadap bahaya pemikiran ini. Pemikiran yang secara lahir
kelihatan indah, tetapi disebaliknya menyimpan kebusukan. Ada banyak sebab mengapa hal itu terjadi.
Namun akan saya sebutkan secara garis besar pada tiga sebab.

[1].Semangat keagamaan yang ada pada para pemuda, namun disertai kebodohan terhadap
syariat dan terhadap maksud-maksud agama.

[2].Semangat buta ini dimanfaatkan oleh para hizbiyyin dan harakiyyin, terutama yang terpengaruh
pemikiran Sayyid Qutb dan Muhammad Qutb. Sesungguhnya kelompok-kelompok ghuluw dan
jamaah-jamaah takfir lahir karena terinspirasi oleh buku-buku mereka berdua,
sebagaimana pengakuan tokoh besar mereka. Kelompok-kelompok itu memanfaatkan semangat
para pemuda yang bodoh ini dengan mengarahkan mereka untuk mengkafirkan para
penguasanya, mengkafirkan negerinya dan mengkafirkan umatnya sehingga mereka menjadi
perusak dan menjadi bencana bagi negeri mereka.
[3].Ditambah lagi, ada tangan-tangan tersembunyi serta pihak-pihak yang mempunyai kaitan
dengan

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 17 of 54

orang-orang kafir, mengail di air keruh, ikut memanfaatkan kebodohan ini, kemudian mengarahkannya
untuk mengadakan kerusakan, penghancuran dan menimbulkan kekacauan di negerinya kaum
muslimin. Semua itu diatasnamakan Islam, padahal Islam berlepas diri dari itu semua. As-
Salafiyahjuga berlepas diri dari itu semua.

Islam adalah agama yang menjunjung keamanan, kesentausaan, dan ketentraman, Islam
mempersatukan kata dan hubungan. Sedangkan Salafiyah adalah dakwah menuju Kitab Allah, Sunnah
Rasulullah dan manhaj Salaf. Maka dakwah Salafiyah sangat memperhatikan keamanan kaum
muslimin dan sangat memperhatikan keamanan negeri kaum muslimin, seperti halnya dakwah
Salafiyah juga sangat memperhatikan keamanan kaum muslimin serta bersemangat untuk
mempersatukan bahasa serta negeri kaum muslimin. Karena itu, kita wajib merujuk kepada ulama
besar kita.
Dalam masalah-masalah krusial, kita harus bertanya kepada ulama-ulama besar, tidak boleh bertanya
kepada ulama kecil. Masalah-masalah besar hanya bisa dijawab oleh ulama-ulama besar. Dahulu
ulama besar yang telah wafat seperti Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Syaikh Ibnu Baz dan
Syaikh Utsaimin pernah mengeluarkan fatwa untuk para pemuda, bahwa kegiatan-kegiatan (merusak)
itu adalah tidak syari, tidak boleh dikerjakan oleh para pemuda harus mempejari agamanya serta
berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah. Para pemuda harus duduk disekeliling ulama supaya bahasa
dan barisannya bisa bersatu. Semantara para musuh, baik dari dalam maupun dari luar tidak mampu
mengusik barisan kita.
Saya berdoa agar Allah mempersatukan kita, menolong kita untuk menghadapi musuh, dan agar Allah
menjadikan izzah terlimpah bagi Islam, kaum muslimin dan siapa saja yang membela Islam.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa untuk melakukan itu semua.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 1 1/Tahun VIII/1425H/2005M Rubrik Liputan Khusus yang
diangkat dari ceramah Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali Tanggal 5 Desember 2004 di
Masjid Istiqlal Jakarta]

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 672&bagian=0

Kapan Seseorang Menyalahi Paham Salaf Dan Dikatakan Bukan Salafi ? Bagaimana Membantah
Ahli Bid'ah?

Kategori Aktual

Minggu, 10 Juli 2005 07:10:40 WIB

KAPAN SESEORANG MENYALAHI PAHAM SALAF DAN DIKATAKAN BUKAN SALAFI?


DAN BAGAIMANA METODE MEMBANTAH AHLI BIDAH?

Oleh
Syaikh DR Muhammad Musa Alu Nashr

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 18 of 54

Pertanyaan
Syaikh DR Muhammad Musa Alu Nashr ditanya : Kapan seseorang dikatakan menyelisihi paham
salaf, dengan kata lain kapan dia dikatakan bukan seorang salafi ? dan bolehkah kita katakan bahwa si
fulan salafi aqidahnya tetapi ikhwani manhajnya?

Jawaban
Bukanlah tiap orang berhak -baik seorang alim ataupun penuntut ilmu- untuk mengeluarkan ataupun
memasukkan seseorang kedalam salafiyyah. Karena salafiyyah bukanah perusahaan, yayasan sosial,
ataupun partai politik. Salafiyyah adalah Islam itu sendiri.Tidak seorangpun dapat mengeluarkan
seseorang dari dalam Islam, sebab seseorang tidak akan keluar dari Islam kecuali dengan kekafiran
ataupun mengingkari sesuatu perkara prinsip yang telah diketahui secara pasti dalam agama.
Seseorang tidak akan keluar dari Islam kecuali dengan beberapa persyaratan yang telah disebutkan
ulama.
Ungkapan yang diperbolehkan sebatas: " si fulan telah menyelisihi manhaj salaf, sifulan telah
meyelisihi aqidah, menyelisihi apa-apa yang diperbuat salaf" hal ini kita nyatakan jika dia keliru dalam
pemahaman salaf atau menjauhi kebenaran salaf.dalam masalah-masalah ataupun kaedahkaedah
tertentu.

Adapun orang orang yang mencampur adukkan berbagai macam pola, dia menyatakan rela dengan
aqidah salaf tetapi tidak dengan manhaj salaf, maka hal ini tidak pernah didapati dalam manhaj para
salaf. Sebab seseorang harus menjadi seorang salaf yang tulen sejak dari ujung rambutnya hingga
ujung kakinya.

Seorang yang mengaku salaf harus mengambil agama ini secara keseluruhannya. Dia harus rela
dengan aqidah salaf dan manhaj salaf, berakhlak layaknya akhlak salaf, beramal sebagaimana yang
diamalkan salaf. Inilah dia seorang salafi. Sebab Allah Subhanahu wa ta'ala mengatakan:" Hai orang-
orang beriman masuklah kalian kedalam Islam secara keseluruahan". Kami tidak pernah tahu ada
seseorang salafi yang rela atau mengakui kebenaran aqidah salaf sementara dia mengambil pemikiran
hizbiyyah. Melihat dengan kaca mata hizbiyyah, dan tidak mendekat kecuali kepada hizbnya, loyalnya
dan cintanya hanya pada hizb-nya , dia tidak akan tenang jika yang datang kepadanya bukan dari
kelompoknya, sekalipun orang yang paling alim, paling benar dan paling tunduk mengikuti sunnah
Nabi dan petunjuk para sahabatnya.
Sifat talfiq (memilih-milih mana yang dia suka berdasarkah hawa nafsu-pent) ataupun ganti-ganti
warna ini, sangat bertentangan sekali dengan manhaj salaf.Ketika anda mengatakan "manhaj salaf"
maka sebenarnya manhaj ini adalah manhaj yang sempurna yang masuk didalam cakupannya aqidah,
negara, muamalah dan segala sesuatu yang menyangkut Islam baik hukum-hukumnya dan kaedah-
kaedahnya.

Tetapi kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala semata, dan yang maksum hanyalah
Rasulullah seorang, dengan demikian kita jangan mengganggap bahwa seseorang salafi itu dapat steril
dari berbagai kekurangan dan aib, atau steril dari segala ketergelinciran dan kekeliruan. Namun pasti
sangat jelas beda seseorang yang keliru karena salah dalam memahami sesuatu masalah dengan
seseorang yang dengan sengaja membangun mazhabnya dengan hal-hal yang bertentangan dengan
paham salaf ; mencurahkan energi dan daya pikirya untuk membela dan mempertahankan ideologinya
itu; memberikan wala dan baro berdasarkan itu. wabillahi at-taufik.

BAGAIMANA METODE MEMBANTAH AHLI BID'AH

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 19 of 54

Pertanyaan.
Syaikh DR Muhammad Musa Alu Nashr ditanya : Bagaimana metode yang digunakan untuk
membantah ahli bid'ah?

Jawaban
Apabila ahli bid'ah tersebut seorang tokoh ternama yang dikenal selalu menyebarkan bid'ahnya kepada
khalayak ramai, maka dia harus dibantah didepan khalayak ramai pula dan di-tahzir agar orang-orang
menjauhinya.

Sebaliknya jika dia orang biasa yang tidak dikenal dikhalayak ramai dan bid'ahnya hanya pada
masalah-masalah yang kecil maka jangan dibantah didepan khalayak ramai dan disebarluaskan. Sebab
ini merupakan salah satu metode yang ditempuh ahli bid'ah agar dapat dikenal dan masyhur.

Yaitu seorang ahli bidah yang tidak terkenal membuat bantahan terhadap salafiyyin pada satu masalah,
kemudian dibantah kembali oleh salafiyyun dan tullabul-ilmi dengan menyebarkannya kepada orang
banyak. Hal seperti ini membuat nama ahli bi'ah tersebut masyhur dan dikenal.

Tetapi perlu diperhatikan juga dalam membantahnya haruslah dengan dalil, hujjah dan dalil aqliyyah
maupun naqliyyah.

[Seri Soal Jawab DaurAh Syar'iyah Surabaya 17-2 1 Maret 2002. Dengan Masyayaikh Murid-murid
Syaikh Muhammad Nashirudiin Al-Albani Hafidzahumullahu diterjemahkan oleh Ustadz Ahmad
Ridwan, Lc]

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id= 1481 &bagian=0

Masa Kemenangan Islam Dan Tersebarnya Ke Berbagai Penjuru

Kategori Aktual

Sabtu, 24 Juni 2006 09:44:36 WIB

MASA DEPAN ISLAM

Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 20 of 54

agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai". [At-Taubah: 33].

Kita patut merasa gembira dengan janji yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui
firman-Nya itu, bahwa Islam dengan kearifan dan kebijkasanaannya mampu mengalahkan agama-
agama lain. Namun tidak sedikit yang mengira bahwa janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, masa Khulafaur Rasyidin, dan pada masa-masa khalifah sesudahnya
yang bijaksana. Padahal kenyataannya tidak demikian. Yang sudah terealisasi saat itu hanyalah
sebagian kecil dari janji di atas, sebagaimana di isyaratkan oleh Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam,
melalui sabdanya:

"Artinya : Malam dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Lata dan Al-Uzza telah disembah. Lalu
Aisyah bertanya: 'Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa tatkala Allah menurunkan firman-Nya:
"Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang
benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai, hal
ini itu telah sempurna (realisasinya)". Beliau menjawab : "Hal itu akan terealisasi pada saat yang
ditentukan oleh Allah".
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam yang lain. Saya telah mentakhrijnya
di dalam kitab saya Tahdzirus Sajid Min Ittkhadzil Qubur Masajida [Peringatan Bagi Yang Sujud
Untuk Tidak Menjadikan Makam Sebagai Masjid, hal: 122].

Banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan masa kemenangan Islam dan tersebarnya ke berbagai
penjuru. Dari hadits-hadits itu tidak diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan semata-
mata atas izin pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan catatan harus tetap kita
perjuangkan, itu yang penting. Berikut ini akan saya tampilkan beberapa hadits yang saya harapkan
dapat membakar semangat para pejuang Islam dan dapat dijadikan argumentasi untuk menyadarkan
mereka yang fatalis tanpa mau berjuang sama sekali.
"Artinya: Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menghimpun (mengumpulkan dan menyatukan) bumi ini
untukku. Oleh karena itu, aku dapat menyaksikan belahan bumi Barat dan Timur. Sungguh kekuasaan
umatku akan sampai ke daerah yang dikumpulkan (diperlihatkan) kepadaku itu".

Hadist tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim (8/17 1), Imam Abu Daud (4252), Imam Turmudzi
(2/27) yang menilainya sebagai hadits shahih. Imam Ibnu Majah (2952) dan Imam Ahmad dengan dua
sanad. Pertama berasal dari Tsaubah (5/278) dan kedua dari Syaddad bin Aus (4/132), jika memang
haditsnya mahfuzh (terjaga).

Ada hadits-hadits lain yang lebih jelas dan luas yaitu:

"Artinya: Sungguh agama Islam ini akan sampai ke bumi yang dilalui oleh malam dan siang. Allah
tidak akan melewatkan seluruh kota dan pelosok desa, kecuali memasukkan agama ini ke daerah itu,
dengan memuliakan yang mulia dan merendahkan yang hina. Yakni memuliakan dengan Islam dan
merendahkannya dengan kekufuran".

Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok Imam yang telah saya sebutkan di dalam kitab At-Tahdzir
(hal. 121). Sementara Imam Ibnu Hibban meriwayatkannya di dalam kitab Shahih-nya (1631, 1632).
Sedang Imam Abu 'Arubah meriwayatkannya di dalam kitab Al-Muntaqa minat-Thabaqat (2/10/1).

Tidak diragukan lagi bahwa tersebarnya agama Islam kembali kepada umat Islam sendiri. Oleh karena
itu mereka harus memiliki kekuatan moral, material dan persenjataan hingga mampu melawan dan
mengalahkan kekuatan orang-orang kafir dan orang-orang durhaka. Inilah yang dijanjikan oleh Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Qubai. Ia menuturkan : "(Pada suatu ketika) kami

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 21 of 54

bersama Abdullah Ibnu Amer Ibnu Al-Ash. Dia ditanya tentang mana yang akan terkalahkan lebih
dahulu, antara dua negeri. Konstantinopel atau Rumawi. Kemudian ia meminta petinya yang sudah
agak lusuh. Lalu ia mengeluarkan sebuah kitab." Abu Qubail melanjutkan kisahnya: Lalu Abdullah
menceritakan : [1] "Suatu ketika, kami sedang menulis di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Tiba-tiba beliau ditanya : "Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Rumawi?.
"Beliau menjawab: "Kota Heraclius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu". Maksudnya adalah
Konstantinopel".

Hadit ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (II/176), Ad-Darimi (I/126), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-
Muhson (II/47, 153), Abu Amer Ad-Dani di dalam As-Sunanul Waridah fil-Fitan (hadits-hadits tentang
fitnah), Al-Hakim (III/422 dan IV/508) dan Abdul Ghani Al-Maqdisi dalam Kitabul Ilmi (II/30). Abdul
Ghani bahwa hadits ini hasan sanadnya. Sedangkan Imam Hakim menilainya sebagai hadits shahih.
Penilaian Al-Hakim itu juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi.
Kata Rumiyyah dalam hadits di atas maksudnya adalah Roma, ibu kota Italia sekarang ini,
sebagaimana bisa kita lihat di dalam Mu'jamul Buldan (Ensiklopedi Negara).

Sebagaiman kita ketahui, bahwa kemenangan pertama ada di tangan Muhammad Al-Fatih Al-Utsmani.
Hal itu terjadi lebih dari delapan ratus tahun setelah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyabdakan
hadits di atas. Kemenangan keduapun akan segera terwujud atas seizin Allah Subhanahu wa Ta'ala,
sebagaimana firman-Nya.

"Artinya : Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur'an setelah beberapa
waktu lagi". [Shaad: 88]

Tidak diragukan lagi bahwa kemenangan kedua mendorong adanya kebutuhan terhadap Khalifah yang
tangguh. Hal inilah yang telah diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melalui
sabdanya.

"Artinya: Kenabian telah terwujud di antara kamu sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian Dia akan
menghilangkannya sesuai dengan kehendak-Nya, setelah itu ada Khilafah yang sesuai dengan
kenabian tersebut, sesuai dengan kehendak-Nya pula. Kemudian Dia akan menghapusnya juga sesuai
dengan kehendak-Nya. lalu ada Raja yang gigih (berpegang teguh dalam memperjuangkan Islam),
sesuai dengan kehendak-Nya. Setelah itu ada seorang Raja diktator bertangan besi, dan semua berjalan
sesuai dengan kehendak-Nya pula. Lalu Dia akan menghapusnya jika menghendaki untuk
menghapusnya. Kemudian ada Khilafah yang sesuai dengan tuntunan Nabi. Lalu Dia diam".
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (IV/273). Kami mendapatkan riwayat dari Sulaiman bin
Dawud Ath-Thayalisi, juga dari Dawud bin Ibrahim Al-Wasithi, Hubaib bin Salim, dan Nu'man bin
Basyir yang mengisahkan, "kami sedang duduk di masjid. Basyir adalah seorang yang sering
menyembunyikan haditsnya. Lalu datanglah Abu Tsa'labah Al-Khasyafi dan bertanya : Wahai Basyir
bin Sa'id, apakah engkau menghafal hadits Rasul tentang Umara ? Tetapi kemudian, Khudzaifahlah
yang justru menjawab: "Saya menghafal khutbahnya".

Mendengar itu kemudian Abu Tsa'labah duduk, sementara Khudzaifah selanjutnya meriwayatkan
hadits itu secara marfu'.

Hubaib mengomentarai dengan menceritakan: "Tatkala Umar bin Abdul Aziz mulai tampil dan saya
mengetahui bahwa Yazid bin Nu'am bin Basyir menjadi pengikutnya, maka saya menulis surat
kepadanya, berisikan tentang hadist ini. Saya memperingatkan dengan mengatakan kepadanya: Saya
berharap agar beliau (Umar bin Abdul Aziz) benar-benar bisa menjadi Amirul Mu'minin setelah adanya
raja yang gigih memperjuangkan agama sebelum dia naik tahta. Lalu surat saya itu disampaikan
kepada Umar bin Abdul Aziz. Dia merasa gembira dan mengaguminya.
Melalui sanad Ahmad, hadist itu juga dirwayatkan oleh Al-Hafidzh Al-Iraqi di dalam Mahajjatul-

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 22 of 54

Ghurab ila Mahabbatil-Arab (II/17). Selanjutnya Al-Hafidz mengatakan:

"Status hadits ini shahih. Ibrahim bin Dawud Al-Wasithi dinilai tsiqah (baik akhlaknya dan kuat
ingatannya) oleh Abu Dawud, Ath-Thayalisi dan Ibnu Hibban. Sedangkan perawi-perawi yang lain
bisa dibuat hujjah di dalam menetapkan hadits shahih".

Yang dimaksud Al-Hafidzh ini adalah yang terdapat di dalam kitab Shahih Muslim, tetapi mengenai
Hubaib oleh Al-Bukhari dinilainya dengan "fihi nadharun" (ungkapan yang menunjukkan masih
diragukannya keabsahan seorang perawi). Sedanglan Ibnu Addi mengatakan : Dalam matan hadits
yang diriwayatkannya (Hubaib) tidak terdapat hadits munkar (hadits yang ditolak), tetapi ia telah
memutarbalik sanadnya (mudhtharib). Akan tetapi Abu Hatim, Abu Dawud dan Ibnu Hibban
menilainya tsiqah. Oleh karena itu, setidak-tidaknya nilai haditsnya adalah hasan. Bahkan Al-Hafidzh
menialinya La ba'sa bihi (Lafazh ta'dil tingkat ke empat). Perawi yang dinilai dengan lafazh pada
tingkat ini haditsnya bisa dipakai, tetapi harus dilihat kesesuainya dengan perawi-perawi lain yang
dhabit (kuat ingatannya), sebab lafazh itu tidak menunjukkan ke-dhabit-an seorang perawi.
(penerjemah).
Hadits yang senada (Asy-Syahid) disebutkan di dalam musnad karya Ath-Thayalis (Nomor : 438):
"Saya diberi riwayat oleh Dawud Al-Wasithi -ia adalah orang yang tsiqah-, ia menceritakan: "Saya
mendengar hadits itu dari Hubaib bin Salim. Tetapi dalam matan hadits tersebut ada yang tercecer
matannya. Tapi kemudian ditutup (dilengkapi) dengan hadits dari Musnad Ahmad.

Al-Haitsami di dalam kitabnya Al-Majma' (V/189) menjelaskan: "Hadits tersebut diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, sedangkan Al-Bazzar juga meriwayatkan, namun lebih sempurna lagi. Imam Ath-
Thabrani juga meriwayatkan sebagian dalam kitabnya Al-Ausath dan perawi-perawinya adalah tsiqah".

Dengan demikian menurut saya, kecil sekali kemungkinannya hadits tersebut diriwayatkan oleh Umar
bin Abdul Aziz, sebab masa pemerintahannya adalah setelah masa Khulafaur Rasyidin, yang jaraknya
setelah dua masa pemerintahan dua orang raja. [2].

Selanjutnya hadits yang berisi tentang berita gembira dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai
kembalinya kekuasaan kepada kaum Muslimin dan tersebarnya pemeluk Islam di seluruh penjuru
dunia hingga dapat membantu tercapainya tujuan Islam dan menciptakan masa depan yang prospektif
dan membanggakan hingga meliputi bidang ekonomi dan pertahanan. Hadits yang dimaksud adalah
sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya: Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum tanah Arab menjadi tanah lapang yang banyak
menghasilkan komoditas penting dan memiliki pengairan yang memadai".

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim (3/84), Imam Ahmad (2/703, 417), dan Imam Hakim
(4/477), dari hadits Abu Hurairah.

Berita-berita gembira itu mulai terealisasi di beberapa kawasan Arab yang telah diberi karunia oleh
Allah berupa alat-alat untuk menggali sumber air di dalam gurun pasir. Di sana bisa kita lihat adanya
inisiatif untuk mengalirkan air dari sungai Eufrat ke Jazirah Arab. Saya membaca berita ini dari
beberapa surat kabar lokal. Hal itu mungkin akan menjadi kenyataan. Dan selang beberapa waktu
kelak, akan benar-benar terwujud dan bisa kita buktikan.

Selanjutnya yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan masalah ini adalah sabda Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya: Tidak akan datang kepadamu suatu masa, kecuali masa sesudahnya akan lebih buruk, sampai
kalian bertemu dengan Tuhanmu, (yakni datangnya kiamat)".

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 23 of 54

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al-Fitan, dari hadits Anas, secara marfu'.

Hadits ini selayaknya dipahami dengan membandingkan hadits-hadits lain yang terdahulu dan hadits
lain (yang ada hubungannya). Seperti halnya hadits-hadits tentang Al-Mahdi dan turunnya Nabi Isa
'Alaihis sallam. Hadits-hadits itu menunjukkan bahwa hadits ini tidak mempunyai arti secara umum,
tetapi mempunyai arti khusus (sempit). Oleh karena itu, kita tidak boleh memahaminya secara umum
(apa adanya), sehingga menimbulkan keputusasaan yang merupakan sifat yang harus dibuang jauh dari
orang mukmin. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya, dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir". [Yusuf: 87].

Saya senantiasa memohon ke haribaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, semoga Dia berkenan menjadikan
kita sebagai orang-orang yang benar-benar mukmin.

[Disalin dari buku Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah wa Syaiun Min Fiqhiha wa Fawaaidiha, edisi
Indonesia Silsilah Hadits Shahih dan Sekelumit Kandungan Hukumnya, oleh Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani, hal 17-24, terbitan CV Pustaka Mantiq, penerjemah Drs.H.M.Qodirun Nur]

Foote Note
[1] Perkataan Abdullah ini juga diriwayatkan oleh Abu Zur'ah di dalam bukunya Tarikhu Damsyiq
(Sejarah Damaskus I/96). Di situ juga ditunjukkan bahwa hadits tersebut juga ditulis pada masa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
[2] Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitabnya Al-Ausath yang
bersumber dari Mua'adz bin Jabal secara marfu' adalah dha'if. Bunyinya adalah "Tiga puluh
kenabian dan satu orang raja, dan tiga puluh raja dan satu Jaburut (raja bertangan besi)
sedangkan setelah itu tidak ada kebaikan sama sekali".

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 867&bagian=0

Memohon Kepada Allah Agar Menolong Ulama-Ulama Kita Dari Mulut-Mulut Orang Bodoh

Kategori Aktual

Selasa, 9 Agustus 2005 20:32:41 WIB

SAYA MEMOHON KEPADA ALLAH AGAR MENOLONG ULAMA KITA ATAS APA YANG
MEREKA PEROLEH MELALUI MULUT-MULUT ORANG BODOH

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 24 of 54

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: Membesar-besarkan kesalahan ulama adalah
merupakan kebiasaan banyak para pemuda. Bagaimana Syaikh dapat memberikan pengarahan dalam
sisi ini?

Jawaban.
Saya Katakan: Saya Memohon Kepada Allah Ta ala Agar Menolong Ulama Kita Atas Apa Yang
Mereka Peroleh Melalui Mulut-Mulut Orang Bodoh, karena ulama telah mengalami banyak hal.

Pertama.
Kita mendengarkan apa yang disandarkan kepada sebagian ulama yang terpandang, kemudian setelah
kita menelitinya ternyata persoalannya berbeda dengan hal itu. Seringkali dikatakan: Si-Fulan
mengatakan begini. Namun setelah kita mengeceknya, kita menemukan perkaranya tidaklah demikian,
dan ini merupakan kejahatan yang sangat besar. Bila Rasulullah bersabda:

Artinya : Sesusungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama
siapapun. [1]

Atau yang semakna dengan ini, maka berdusta atas nama ulama dalam perkara yang berkaitan dengan
syariat Allah Taala tidaklah sama dengan berdusta atas seseorang dari kalangan manusia biasa,
karena hal ini mengandung hukum syari yang disandarkan kepada sang alim yang dipercaya ini.

Oleh karena itu, semakin banyak kepercayaan manusia terhadap seorang alim itu maka kedustaan
atasnya dalam perkara-perkara ini juga akan semakin banyak dan juga berbahaya ; karena jika anda
katakan pada orang awam: Si-Fulan mengatakan begini , maka ia tidak akan menyambut anda.
Namun jika anda mengatakan: Si Fulan dari orang yang ia percayai- mengatakan begini , ia
langsung menyambut ucapan anda. Oleh karena itu, anda akan menemukan sebagian orang yang
memiliki pendapat atau pemikiran yang ia pandang benar, dan berusaha agar dipegangi orang banyak,
namun ia tidak menemukan jalan selain berdusta atas nama salah seorang ulama yang dipercayai, maka
ia mengatakan: Ini adalah pendapat Syaikh Fulan. Masalah ini sangat berbahaya, dan hal itu
bukan saja jarh terhadap sang alim secara pribadi, akan tetapi ia berkaitan dengan salah satu hukum
dari hukum-hukum Allah.
Kedua.
Membesar-besarkan kesalahan sebagaimana saya katakan, dan ini juga sebuah kesalahan, dan
melampaui batas. Karena seorang alim adalah manusia yang bisa salah dan benar, akan tetapi jika sang
alim itu melakukan kesalahan maka wajib atas kita menghubungi dan menyampaikan padanya:
Apakah anda mengatakan demikian? Jika mengatakan: Ya sementara kita memandang
bahwa itu salah, maka kita tanyakan padanya: Apakah anda mempunyai dalil?
sehingga jika kita telah berdiskusi dengannya maka akan jelaslah yang haq. Dan setiap alim yang
munshif (bersikap pertengahan-pen) lagi takut kepada Allah Ta ala pasti akan merujuk kepada yang
haq dan akan mengumumkan rujuknya itu.
Makanya membesar-besarkan kesalahan seorang alim lalu menyebutkan keadaannya yang paling
buruk, jelas merupakan kebencian kepada terhadap saudara muslim anda, dan permusuhan hingga
terhadap syariat, jika boleh saya katakanan. Karena manusia bila telah mempercayai seseorang
kemudian kepercayaannya diguncang, maka kepada siapa mereka akan menuju? Apakah mereka akan
dibiarkan kebingungan tanpa ada yang membimbing dengan syariat Allah? Atau dibiarkan mendatangi
orang jahil yang akan menyesatkan dari jalan Allah (walaupun) tanpa disengaja? Atau mereka
dibiarkan mendatangi ulama suu (jahat) yang menghalangi mereka dari jalan Allah dengan sengaja?

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 25 of 54

[Kitab Ash-Shahwah Al-Islamiyah Edisi Indonesia Panduan Kebangkitan Islam Syaikh


Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin BAB VII Perbedaan Pendapat (Khilaf) di Kalangan Ulama,
Menuduh dan Merendahkan Para Dai. Hal. 239-241 Darul Haq].
Foote Note
[1] Bagian yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari no.1291 dalam kitab Al-Janaaiz bab Ma Yukrahu Min
An-Niyahah Alal Mayyit, dan Muslim no.2154,2155,2156 dalam Kitab Al-Janaaiz bab Al-Mayyit
Yuazdzabu Bi BukaI Ahlihi Alahi dari Hadist Al-Mughirah bin Syubah

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 26 of 54

Sumber : http://almanhaj.or.id/index. ph ?action=more&article_id=1 526&bag ian=0

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 27 of 54
Pandangan Materialistis Terhadap Kehidupan Dan Bahaya-Bahayanya

Kategori Aktual

Rabu, 29 Maret 2006 15:05:40 WIB

PANDANGAN MATERIALISTIS TERHADAP KEHIDUPAN DAN BAHAYA-BAHAYANYA

Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Ada dua sudut pandang terhadap kehidupan dunia. Pertama : Pandangan Materialistis, dan Kedua:
Pandangan Yang Benar. Masing-masing pandang tersebut memiliki pengaruhnya sendiri.

[A]. Makna Pandangan Materialistis Terhadap Dunia


Yaitu pemikiran seseorang yang hanya terbatas pada bagaimana mendapatkan kenikmatan sesaat di
dunia, sehingga apa yang diusahakannya hanya seputar masalah tersebut. Pikirannya tidak melampui hal
tersebut, ia tidak mempedulikan akibat-akibatnya, tidak pula berbuat dan memperhatikan masalah
tersebut. Ia tidak mengetahui bahwa Allah menjadikan dunia ini sebagai ladang akhirat. Allah
menjadikan dunia ini sebagai kampung beramal dan akhirat sebagai kampung balasan. Maka
barangiapa mengisi dunianya dengan amal shalih, niscaya ia mendapatkan keberuntungan di dua
kampung tersebut. Sebaliknya barangsiapa menyia-nyiakan dunianya, niscaya ia akan kehilangan
akhiratnya.

Allah berfirman.

Artinya: Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata [Al-
Hajj:11]

Allah tidak menciptakan dunia ini untuk main-main, tetapi Allah menciptakannya untuk suatu

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 28 of 54

hikmah yang agung.

Allah berfirman.

Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. [Al-Mulk: 2]

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar
Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya [Al-Kahfi : 7]

Demikianlah, Allah menjadikan di atas dunia ini berbagai kenikmatan sesaat dan perhiasan lahiriyah,
baik berupa harta, anak-anak, pangkat, kekuasaan dan berbagai macam kenimatan lain yang tidak
mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa Taala.

Di antara manusia dan jumlah mereka mayoritas- ada yang menyempitkan pandangannya hanya pada
lahiriyah dan kenikmatan-kenikmatan dunia semata. Mereka memuaskan nafsunya dengan berbagai
hal tersebut dan tidak merenungkan rahasia di balik itu. Karenanya, mereka sibuk untuk mendapatkan
dan mengumpulkan dunia dengan melupakan amal untuk sesudah mati. Bahkan mereka mengingkari
adanya kehidupan selain kehidupan dunia, sebagaimana firman Allah.

Artinya: Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan
kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan [Al-Anam: 29]

Allah mengancam orang yang memiliki pandangan seperti ini terhadap dunia, sebagaimana
firmanNya.

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan
dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan dunia
itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah Neraka, disebabkan
oleh apa yang selalu mereka kerjakan [Yunus : 7-8]

Artinya : Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan perkerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali Neraka dan lenyaplah di
akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan
[Hud :15-16]

Ancaman di atas berlaku bagi semua yang memiliki pandangan materailistis tersebut, mereka yang
memiliki amal akhirat, tetapi menghendaki kehidupan dunia, seperti orang-orang munafik, orangorang
yang berpura-pura dengan amal perbuatan atau orang-orang kafir yang tidak percaya terhadap adanya
kebangkitan dan hisab (perhitungan amal). Sebagaimana keadaan orang-orang Jahiliyah dan aliran-
aliran destruktif (merusak) seperti kapitalisme, komunisme, sekulerisme dan atheisme. Mereka adalah
orang-orang yang tidak mengetahui nilai kehidupan dan pandangan mereka terhadap dunia tidak lebih
dari pandangan binatang, bahkan lebih sesat dari binatang. Sebab mereka menafikal akal mereka,
menundukkan kemampuan mereka dan menyia-nyiakan waktu mereka yang tidak akan kekal
untuknya, juga mereka tidak melakukan amalan untuk tempat kembali mereka yang telah menunggu,
dan mereka pasti menuju kesana. Adapun binatang, maka tidak ada tempat kembali yang
menunggunya, juga tidak memiliki akal untuk berfikir seperti manusia, karena itu Allah berfirman
tentang mereka.
Artinya: Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.
Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari
binatang ternak itu) [Al-Furqan: 44]

Allah menyifati orang-orang yang memiliki pandangan ini dengan sifat tidak memiliki ilmu.

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 29 of 54

Allah berfirman.

Artinya : Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir
(saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai [Ar-Rum: 6-7]

Meskipun mereka ahli di bidang berbagai penemuan dan isndustri, tetapi pada hakikatnya mereka
adalah orang-orang bodoh yang tidak pantas mendapatkan julukan alim, sebaba ilmu mereka tidak
lebih dari ilmu lahiriyah kehidupan dunia, sedangkan ia adalah ilmu yang dangkal, sehingga memang
tidak selayaknya para pemiliknya mendapat gelar mulia, yakni gelar ulama, tetapi gelar ini diberikan
kepada orang-orang yang mengenal Allah dan takut kepadaNya, sebagaimana firmanNya.

Artinya : Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama
[Fathir: 28]

Termasuk pandangan materialistis terhadap kehidupan dunia ini adalah apa yang disebutkan Allah
dalam kisah Qarun dan kekayaan yang diberikan kepadanya.

Allah befirman.

Artinya : Maka keluarlah Qarun kepada kaummnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang
yang menghendaki kehidupan dunia. Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah
diberikan kepada Qarun sesunggunya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar [Al-
Qashash: 79]

Mereka mengangan-angankan dan menginginkan memiliki kekayaan seperti Qarun seraya


menyifatinya telah mendapatkan keberuntungan yang besar, yakni berdasarkan pandangan mereka
yang materialistis. Hal ini seperti keadaan sekarang di negara-negara kafir yang memiliki kemajuan di
bidang teknologi industri dan ekonomi, lalu umat Islam yang lemah imannya memandang mereka
dengan pandangan kekaguman tanpa melihat kekufuran mereka serta apa yang bakal menimpa mereka
dari kesudahan yang buruk. Pandangan yang salah ini lalu mendorong mereka mengagungkan orang-
orang kafir dan memuliakan mereka dalam jiwa mereka serta menyerupai mereka dalam tingkah laku
dan kebiasaan-kebiasaan mereka yang buruk. Ironinya, mereka tidak meniru dalam kesemangatan
mereka dalam mempersiapkan kekuatan serta hal-hal bermanfaat lainnya, misalnya di bidang
penemuan-penemuan dan teknologi.
[B] Pandangan Yang Benar Terhadap Kehidupan
Yaitu pandangan yang menyatakan bahwa apa yang ada di dunia ini, baik harta kekuasaan dan
kekuatan materi lainnya hanyalah sebagai sarana untuk amal akhirat. Karena itu, pada hakikatnya
dunia bukanlah tercela karena dirinya, tetapi pujian atau celaan itu tergantung pada perbuatan hamba
di dalamnya. Dunia ini adalah jembatan penyebrangan menuju akhirat dan daripadanya bakal menuju
Surga. Dan kehidupan baik yang diperoleh penduduk Surga tidak lain kecuali berdasarkan apa yang
telah mereka tanam ketika di dunia. Maka dunia adalah kampung jihad, shalat, puasa, dan infak di
jalan Allah, serta medan laga untuk berlomba dalam kebaikan. Allah berfirman kepada penduduk
Surga.
Artinya: (Kepada mereka dikatakan), Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang
telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu (ketika di dunia) [Al-Haqqah : 24]

[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish-Shaffits Tsalis Al-Ali, edisi Indonesia Kitab Tauhid-3, Penulis Dr
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Penerjemah Ainul Harits Arifin Lc, Penerbit Darul Haq]

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 30 of 54

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 802&bagian=0

Peringatan Terhadap Fitnah Tajrih Dan Tabdi' Sebagian Ahlus Sunnah Di Masa Kini 1/2

Kategori Aktual

Jumat, 4 Februari 2005 14:58:55 WIB

PERINGATAN TERHADAP FITNAH TAJRIH[1] DAN TABDI[2] SEBAGIAN AHLUS


SUNNAH DI MASA KINI[3]

Oleh:
Al-Allamah al-Muhaddits asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad al-Badr[4]
Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2]

Yang semisal dengan bidah menguji manusia dengan perseorangan[5] yang terjadi dewasa ini dari
sekelompok kecil Ahlus Sunnah yang gemar mentajrih saudara-saudaranya sesama Ahlus Sunnah dan
mentabdi mereka, sehingga mengakibatkan timbulnya hajr[6], taqathu [7] dan memutuskan
jalan kemanfaatan dari mereka. Tajrih dan tabdi tersebut dibangun di atas dugaan suatu hal yang
tidak bidah namun dianggap bidah.

Sebagai contohnya adalah dua syaikh kita yang mulia, yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Bazz dan Syaikh
Ibnu Utsaimin, semoga Allah merahmati mereka berdua, telah menfatwakan bolehnya memasuki suatu
jamaah (semacam yayasan khairiyah pent.) dalam beberapa perkara yang mereka pandang dapat
mendatangkan kemaslahatan dengan memasukinya. Dari mereka yang tidak menyukai fatwa ini adalah
kelompok kecil tadi dan mereka mencemarkan jamaah tersebut. Permasalahannya tidak hanya
berhenti sebatas ini saja, bahkan mereka menyebarkan aib (menyalahkan) siapa saja yang bekerja sama
dengan memberikan ceramah pada jamaah tersebut dan mereka sifati sebagai mumayi [8]
terhadap manhaj salaf, walaupun kedua syaikh yang mulia tadi pernah memberikan ceramah
padajamaah ini via telepon.
Perkara ini juga meluas sampai kepada munculnya tahdzir (peringatan) untuk menghadiri pelajaran
(durus) seseorang dikarenakan orang tersebut tidak berbicara tentang fulan dan fulan atau jamaah
fulani. Yang mempelopori hal ini adalah salah seorang muridku[9] di Fakultas Syariah Universitas
Islam Madinah, yang lulus pada tahun 1395-1396H. Dia meraih peringkat ke-104 dari jumlah lulusan
yang mencapai 119 orang. Dia tidaklah dikenal sebagai orang yang menyibukkan diri dengan ilmu, dan
tidak pula aku mengetahuinya memiliki pelajaran-pelajaran ilmiah yang terekam, tidak pula tulisan-
tulisan ilmiah, kecil ataupun besar.
Modal ilmunya yang terbesar adalah tajrih, tabdi dan tahdzir terhadap mayoritas Ahlus Sunnah,
padahal si Jarih[10] ini ini tidaklah dapat menjangkau mata kaki orang-orang yang dicelanya dari sisi
banyaknya kemanfaatan pada pelajaran-pelajaran, ceramah-ceramah dan tulisan-tulisan mereka.

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 31 of 54

Keanehan ini tidak berakhir sampai di situ bahkan jika seorang yang berakal mendengarkan sebuah
kaset yang berisi rekaman percakapan telepon yang panjang antara Madinah dan Aljazair[1 1]. Di
dalam kaset ini, fihak yang ditanya memakan daging mayoritas ahlu Sunnah, dan di dalamnya
pula si penanya memboroskan hartanya tanpa hak. Orang-orang yang ditanyainya mencapai hampir
30-an orang pada kaset ini, diantara mereka (yang ditanyakan) adalah Wazir (menteri), pembesar dan
orang biasa, juga di dalamnya ada sekelompok kecil yang tidak merasa disusahkan (yang tidak dicela
karena termasuk kelompok kecil tersebut, pent.). Yang selamat adalah orang-orang yang tidak
ditanyakan di dalamnya, namun mereka-mereka yang selamat dari kaset ini sebagiannya tidak selamat
dari kaset-kaset lainnya[12]. Penyebaran utamanya adalah dari situs-situs informasi internet[ 13].

[Dialihbahasakan oleh Abu Salma dari kutaib al-Hatstsu alat-tib`is Sunnah wa tahdziiri minal
Bidai wa Bayaanu Khatharaha, editor dan muraja'ah Ust. Abu Abdurrahman Thayyib, Lc dengan
beberapa tambahan footnote dari beberapa sumber. Dan disebarkan oleh Lajnah Dakwah wa Ta lim
FSMS (Forum Silaturrahim Mahasiswa as-Sunnah) Surabaya]

Foote Note
[1] Mencela atau menerangkan aib seseorang yang dapat menjatuhkan kredibillitas (keadilan)
seseorang.

[2] Membidahkan atau menghukumi seseorang sebagai mubtadi (Ahlul Bidah)

[3] Ini adalah petikan pasal terakhir dari kutaib Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad
hafidhahullahuyang berjudul al-Hatstsu alat-tiba`is Sunnah wa tahdziiri minal Bidai
wa Bayaanu Khatharihi. Risalah ini adalah risalah yang paling akhir yang beliau tulis setelah
risalah Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah yang dikritisi oleh sebagian masyaikh
(sekelompok kecil menurut istilah beliau). Sebagaimana dalam risalah Rifqon, beliau
membahas kaidah-kaidah dasar terlebih dahulu beserta dalil-dalilnya, baru kemudian beliau
masuk ke inti pembahasan tanpa berdalam-dalam mengupasnya. Bahkan beliau dalam
mengkritik sesama ahlus sunnah, beliau lakukan dengan lemah lembut dan tanpa menyebutkan
orangnya, namun hanya mengisyaratkan saja. Hal ini menunjukkan bagaimana halus dan
lembutnya syaikh dalam menasehati dengan harapan orang yang dinasehati tersebut akan
kembali. Bukan dengan cara-cara mencela dan membongkar aibnya sehingga menjadikan
orang yang dinasehati semakin lari menjauh dari nasihatnya.
Dalam risalah ini syaikh menjelaskan terlebih dahulu tentang sifat-sifat syariat, kekekalan,
keuniversalitasan dan kesempurnaannya. Kemudian syaikh menjelaskan definisi Sunnah dan Bidah
dengan menyertakan dalil-dalilnya, beliau terangkan dengan gamblang tentang bahaya bidah dan
kewajiban mentahdzirnya sembari beliau bantah pemahaman yang menyatakan adanya bidah
hasanah. Beliau juga menerangkan perbedaan antara Mashlahah Mursalah dan menyatakannya bukan
sebagai bentuk bidah. Beliau menjelaskan pula tentang kewajiban berpegang dengan sunnah baik
ushul maupun furunya, lengkap dengan dalil dan penukilanpenukilan ucapan ulama salaf. Sebelum
menjelaskan tentang bahaya fitnah tajrih (mencela) dan tabdi (membidahkan), syaikh
menerangkan diantara jenis bidah yang sering dilalaikan ummat, yaitu bidah menguji manusia
dengan perseorangan, yang kebanyakan beliau nukil dari ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
[4] Beliau adalah al-Allamah al-Muhaddits al-Faqih az-Zahid al-Wara asy-Syaikh Abdul
Muhsin bin Hammad al-Abbad al-Badr semoga Allah memelihara beliau dan
memperpanjang usia beliau dalam ketaatan kepada-Nya dan memberkahi amal dan lisan
beliau-, dan kami tidak mensucikan seorangpun di hadapan Allah Azza wa Jalla.

Beliau lahir di Zulfa (300 km dari utara Riyadh) pada 3 Ramadhan tahun 1353H. Beliau adalah
salah seorang pengajar di Masjid Nabawi yang mengajarkan kitab-kitab hadits seperti Shahih

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 32 of 54

Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud dan saat ini beliau masih memberikan pelajaran Sunan
Turmudzi. Beliau adalah seorang Alim Robbaniy dan pernah menjabat sebagai wakil mudir (rektor)
Universitas Islam Madinah yang waktu itu rektornya adalah al-Imam Abdul Aziz bin Bazz
rahimahullahu-.

Beliau sangat dekat dengan al-Imam al-Allamah Abdul Aziz bin Bazz rahimahullahu-, bahkan
karena kedekatan beliau dengan al-Imam, ketika Imam Bin Bazz tidak ada (tidak hadir) maka Syaikh
Abdul Muhsinlah yang menggantikan beliau, sehingga tak heran jika ada yang mengatakan bahwa
Universitas Islam Madinah dulu adalah Universitasnya Bin Bazz dan Abdul Muhsin.

Semenjak kecil beliau telah biasa berkutat dengan ilmu, sehingga ketika beliau telah menginjak
dewasa, tampak pada beliau perangai dan skill sebagai seorang muhadits yang ulung, yang sering
dirujuk oleh masyaikh dan thullabul ilmi lainnya. Kedekatan beliau dengan masyaikh kibar telah
mengukir keilmuan beliau hingga saat ini, dimana usia beliau saat ini kurang lebih 73 tahun dan beliau
masih sanggup untuk memberikan muhadharah dan nasihat dan menyampaikan pelajaran hadits
(terutama Sunan Abi Dawud) baik riwayah maupun dirayah. Beliau juga masih menjadi dosen di
Universitas Islam Madinah dengan izin khusus kerajaan yang mana hal ini menunjukkan kesungguhan
beliau dalam berdakwah dan menuntun ummat ke jalan yang lurus dan benar.
Diantara guru-guru beliau adalah:
al-Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullahu-
al-Allamah Abdullah bin Abdurrahman al-Ghaits rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithy rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdurrahman al-Afriqy rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdur Razaq Afifi rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Umar Falatah rahimahullahu-
dan masih banyak lagi. Yang disebutkan di atas adalah guru-guru beliau yang paling mempengaruhi
diri beliau.

Beliau memiliki banyak karangan dan rekaman kaset-kaset ilmiah yang melimpah, diantara karya
tulisnya adalah:
- Isyruuna Hadiitsan min Hadiitsil Bukhaariy
- Isyruuna Hadiitsan min Shohihil Imam Muslim
- Min Akhlaaqi Rasulil Kariim
- Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah fish Shahabatil Kiram
- Fadhlu Ahlil Bait wa Uluwwu Makanatihim inda Ahlis Sunnah wal Jamaah
- Aqidah Ahlus Sunnah wal Atsar fil Mahdi al -Muntazhar
- Ar-Raddu ala ar-Rifaiy wal Buthy
- Al-Intisharu lishahaabati al-Akhyar fi raddi abathil Hasan al-Maliki
- Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullahu namuwdzaj minar Raiylil Awwal
- Asy-Syaikh Umar bin Abdirrahman Falatah wa kaifa araftuhu
- Al-Ikhlash wal Ihsan wal Iltizaamu bisy-Syariah
- Fadhlul Madinah wa Aadabu Sukkanaha wa Ziyarotiha
- Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah
- Bi ayyi aqlin yakunu tadmir wa tafjir jihaadan
- Fathu Qowiy al-Matin Syarh Arbain Nawawi
- Syarh Hadits Jibril fi talimis dien
- Kaifa Nastafiidu min Sunnati Nabawiyah

Dan masih banyak lainnya. Beliau juga memiliki banyak kaset-kaset ceramah yang terekam,
diantaranya adalah:

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 33 of 54

- Syarh Mukhtashor Alfiyyah as-Suyuthi (57 Kaset) -


Al-Qirwaniyyah (14 Kaset)
- Syarh Shahih al -Bukhary (623 kaset dan belum selesai) -
Sunan an-Nasa`iy (414 kaset)
- Sunan Abi Dawud (272 kaset/3 CD)
- Kitabush Shiyam min Lulu wal Marjan (7 kaset) -
Aadabul Masyi ilash Sholah (14 kaset)

Dan masih banyak lainnya lagi. Ilmu dan waktu beliau benar-benar berkah, apalagi di usia beliau yang
lebih dari tujuh puluh, beliau masih sempat dan sanggup memberikan nasehat beliau bagi generasi
muda salafiyin.

Beliau memiliki putra yang juga alim yang bernama Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-
Abbad, yang produktif dan cemerlang. Beliau memiliki banyak murid, diantaranya adalah:
Syaikh al-Allamah Rabi bin Hadi al-Madkhaly
Syaikh al-Allamah Ubaid al-Jabiry
Syaikh al-Allamah Abdul Malik Ramadhani al-Jazairy
Syaikh al-Allamah Sulaiman ar-Ruhaily
Syaikh al-Allamah Ibrahim ar-Ruhaily
Dan masih banyak lagi.

Tidak diragukan lagi, beliau adalah Alim Robbaniy saat ini yang dianggap paling senior. Namun,
sungguh tak beradab, tatkala Syaikh al-Alim ini dicerca bahkan direndahkan oleh sebagian
manusia-manusia yang tak tahu diri yang masih ingusan namun merasa sok alim. Mereka
merendahkan dan menjatuhkan kewibawaan Syaikh dengan menyatakan bahwa Syaikh Abdul Muhsin
bermanhaj tamyi (lunak terhadap ahlul bidah) atau tidak faham realita saat ini (tuduhan ini
seperti pendapatnya sururiyin yang menyatakan ulama tak faham waqi/realita) tentang beberapa
perkara fitnah dimana Syaikh Abdul Muhsin memiliki sikap yang berseberangan dengan beberapa
masyaikh.
Mereka, para pemuda ingusan yang ghuluw tersebut, dengan kedangkalan ilmunya dan dibakar oleh
semangat jahiliyahnya, berani mencela risalah Syaikh yang berjudul Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis
Sunnah, dan mereka mengutip perkataan beberapa masyaikh kiram (yang mulia) tentang dilarangnya
menyebarkan risalah ini. Wallahul mustaan.

Fal hamdulillah, Syaikh yang mulia ini bangkit dan mengklarifikasi isi risalahnya terdahulu dari para
pengkritik, bahkan beliau mentahdzir salah seorang murid beliau yang menurut beliau sudah
berlebihan dalam bersikap. Maka, risalah al-Hatstsu ala ittiba`is Sunnah wa tahdzir minal bida
wa bayaanu khatharaha ini muncul dan beredar, menunjukkan kekokohan manhaj Syaikh yang
diperpeganginya sebagaimana manhajnya guru-guru beliau terdahulu.

[5] Bidah menguji manusia dengan perseorangan maksudnya adalah jika ada seseorang yang
ditahdzir, maka kita harus turut mentahdzirnya. Jika kita tidak mentahdzirnya maka kita juga
ditahdzir.

[6] Pemboikotan atau Isolir.

[7] Saling memutus hubungan.

[8] Orang yang bermanhaj lunak terhadap Ahlul Bidah.

[9] Yang beliau maksudkan di sini adalah Syaikh Falih bin Nafi al-Harby wafaqohullahu-,
sebagaimana telah maklum di kalangan Mahasiswa Islam Madinah tatkala Syaikh Abdul
Muhsin memberikan ceramah dan menjabarkan isi kutaibnya ini. Hal ini diperkuat dengan
munculnya

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 34 of 54

tahdzir dari dua Masyaikh Yordan, yakni Syaikh Muhammad Musa Nashr dan Syaikh Salim bin Ied al-
Hilaly hafidhahumallahu-, kepada Syaikh Falih bin Nafi yang dimuat di dalam situs Muntada
al-Albany, www.almenhaj.com, yang menukil ucapan Syaikh di atas.

[10] Pencela atau orang yang gemar mencela.

[11] Transkrip kaset ini telah disebarkan ke situs www.sahab.net dan www.anasalafi.net,
yang dikumpulkan dan ditranskrip oleh Abu Adunah Ied al-Jazairi dengan judul Rudud wa
Masa`il fil Jarh wa Tadil. Kami memiliki kopian transkrip ini dan beberapa transkrip dari
kaset-kaset Syaikh Falih wafaqohullahu- lainnya yang isinya tahdzir dan tajrih kepada
mayoritas Ulama Ahlus Sunnah, seperti Syaikh Abubakar Jabir al-Jazairi dikatakan jahil,
Syaikh Muhammad Jamil Zainu dikatakan bukan ulama dan tak dapat membedakan antara
salafi dan hizbi, syaikh Musa Nashr dan Husain al-Awaisyah dikatakan di atas manhaj kaum
hizbiyun, Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin dikatakan tamyi sebagaimana manhajnya
Syaikh al-Allamah Abdul Malik Ramadhani yang juga beliau tuduh tamyi , dan masih
banyak lagi. Kami mendapatkan URL transkrip ini dari seorang Mahasiswa ITS thuwailib
fanatikus mantan Laskar Jihad yang ingin menunjukkan bahwa Masyaikh Yordania telah
ditahdzir sehingga tidak perlu berpegang dengan pendapat mereka. Allahul Mustaan!!!
[12] Dalam kaset-kaset dan kesempatan lainnya, berpuluh-puluh masyaikh salafiyin tidak
selamat dari tajrih dan bahkan tabdi beliau. Oleh karena itu Syaikh Ubaid al-Jabiri pernah
mengeluarkan maklumat di penghujung tahun 1424 yang isinya mengklarifikasi tabdi
Syaikh Falih kepada beberapa masyaikh salafiyin seperti Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili, Sulaiman
ar-Ruhaili, dan lain-lain. Terakhir, beberapa Syaikh Kibar seperti Syaikh al-Allamah Rabi
bin Hadi al-Madkholy dan Syaikh Ahmad Yahya an-Najmi membantah dan menasehati Syaikh
Falih bin Nafi al-Harby. Jika antum buka situs www.rabee.net akan antum jumpai artikel-
artikel bantahan dan nasehat kepada Syaikh Falih bin Nafi oleh Fadhilatus Syaikh Rabi
bin Hadi hafidhahullahu-. Semoga Allah memberkahi para ulama kita yang saling
menasehati dalam rangka menetapi kebenaran dan kesabaran.
[13] Penyebaran utamanya adalah syabakah sahab.net dan anasalafi.net. Al-Allamah asy-
Syaikh DR. Rabi bin Hadi al-Madkholi telah memberikan nasehat yang cukup pedas
kepada webmaster syabakah www.anasalafi.net untuk memperhatikan ushlub dakwahnya.
Beliau juga menasehatkan bagi www.sahab.net dan situs-situs salafiy lainnya untuk
memperhatikan risalah-risalah yang akan dimuat lebih cermat tentang maslahat dan
madharatnya, dan beliau juga menasehatkan supaya tidak memasukkan artikel-artikel dari
orang-orang yang (tidak dikenal) dan hanya menggunakan kunyah. Semoga Allah memberkahi
ilmu Syaikh Rabi bin Hadi al-Madkholy Hafidhahullahu-.

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 334&bagian=0

Peringatan Terhadap Fitnah Tajrih Dan Tabdi' Sebagian Ahlus Sunnah Di Masa Kini 2/2

Kategori Aktual

Selasa, 8 Februari 2005 10:00:42 WIB

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 35 of 54

PERINGATAN TERHADAP FITNAH TAJRIH DAN TABDI SEBAGIAN AHLUS SUNNAH DI


MASA KINI

Oleh:
Al-Allamah al-Muhaddits asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad al-Badr
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan [2/2]

Wajib baginya menghentikan memakan daging para ulama dan para thullabul ilm dan wajib pula
bagi para pemuda dan penuntut ilmu untuk tidak mengarahkan pandangannya kepada tajrihat (celaan-
celaan) dan tabdiat (pembidahan) yang merusak tidak bermanfaat ini, serta wajib bagi mereka
menyibukkan diri dengan ilmu yang bermanfaat yang akan membawa kebaikan dan akibat yang terpuji
bagi mereka di dunia dan akhirat.

Al-Hafidh Ibnu Asakir rahimahullah- mengatakan dalam bukunya, Tabyinu Kadzibil Muftarii (hal
29), Ketahuilah saudaraku, semoga Allah menunjuki kami dan kalian kepada keridhaan-Nya dan
semoga Dia menjadikan kita orang-orang yang takut kepada-Nya dan bertakwa dengan sebenar-
benarnya takwa, bahwasanya daging para ulama rahmatullahu alaihi- adalah beracun dan
merupakan kebiasaan Allah (sunnatullah) merobek tabir kekurangan mereka pula. Dan telah
kujabarkan dalam risalahku, Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah, sejumlah besar ayat-ayat, hadits-
hadits dan atsar-atsar berkenaan tentang menjaga lisan dari mencerca Ahlus Sunnah, terutama terhadap
ulamanya.
Kendati demikian, hal ini tidaklah memuaskan sang pencela (jarih), bahkan dia mensifati risalahku
tersebut tidak layak untuk disebarkan. Dia juga mentahdzir risalahku dan orang-orang yang
menyebarkannya. Tidak ragu lagi, barang siapa yang mengetahui celaan (jarh) ini dan menelaah
risalahku, ia akan menemukan bahwa perkara ini di satu lembah dan risalahku di lembah yang lain,
dan hal ini sebagaimana yang dikatakan seorang penyair:
Qod tunkiru al-Ainu Dhou asy-Syamsi min romadin Wa

yunkriru al-Fammu thoma al-Maai min saqomin Mata

boleh menyangkal cahaya matahari dikarenakan sakit mata dan

mulut boleh menyangkal rasa air dikarenakan sakit mulut

Adapun ucapan si Jarih ini terhadap risalah Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah, ucapannya:
misalnya tentang anggapan bahwa manhaj Syaikh Abdul Aziz bin Bazz dan manhaj Syaikh
Utsaimin menyelisihi manhaj Ahlus Sunnah yang lainnya, maka hal ini adalah suatu kesalahan tidak
diragukan lagi, yakni mereka berdua tidak memperbanyak bantahan dan membantah orang-orang yang
menyimpang. Hal ini, sekalipun benar dari mereka, maka (ini artinya manhaj mereka) menyelisihi
manhajnya Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan yang demikian ini artinya adalah sebuah celaan bagi
kedua syaikh tersebut atau lainnya yang punya anggapan demikian! ! !

Makajawabannya dari beberapa sisi:

Pertama, hal tersebut tidaklah terdapat di dalam risalahku bahwa Syaikh Abdul Aziz tidak
memperbanyak bantahan. Bahkan, bantahan beliau banyak. Hal ini telah diterangkan dalam risalahku
(hal. 51) sebagai berikut : Hendaknya bantahan tersebut dilakukan dengan keramahan dan lemah
lembut disertai dengan keinginan kuat untuk menyelamatkan orang yang salah tersebut dari

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 36 of 54

kesalahannya apabila kesalahannya jelas dan tampak. Selayaknya seorang yang hendak membantah
orang lain, merujuk kepada metodenya Syaikh Ibnu Bazz ketika membantah untuk kemudian
diterapkannya.

Kedua, Sesungguhnya aku tidak mengingat telah menyebutkan manhaj Syaikh Utsaimin di dalam
membantah, dikarenakan aku tidak tahu, sedikit atau banyak, apakah beliau memiliki tulisan-tulisan
bantahan. Aku pernah bertanya kepada salah seorang murid terdekatnya yang bermulazamah
kepadanya sekian lama tentang hal ini, dan dia memberitahuku bahwa dia tidak mengetahui pula
apakah syaikh memiliki tulisan-tulisan bantahan. Yang demikian ini tidaklah menjadikan beliau tecela,
dikarenakan beliau terlalu sibuk dengan ilmu, menyebarkannya dan menulis buku-buku.

Ketiga, bahwasanya manhajnya Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullahu- berbeda dengan
manhaj sang murid pencela ini dan orang-orang yang serupa dengannya. Dikarenakan manhajnya
syaikh dikarakteristiki oleh keramahan, kelembutan dan keinginan kuat untuk memberikan manfaat
kepada orang yang dinasehati dan demi menolongnya ke jalan keselamatan. Adapun sang pencela dan
orang-orang yang serupa dengannya, manhajnya dikarakteristiki dengan syiddah[14], tanfir[15] dan
tahdzir[16]. Dan mayoritas orang yang dicelanya di dalam kaset-kasetnya adalah orang-orang yang
dulunya dipuji oleh Syaikh Abdul Aziz, yang beliau doakan mereka (dengan kebaikan) dan beliau
anjurkan mereka untuk berdakwah dan mengajari manusia serta mendorong dan beristifadah
(mengambil manfaat) dari mereka.
Walhasil, sesungguhnya aku tidak menisbatkan kepada Syaikh Abdul Aziz bin Bazz
rahimahullahu- tentang ketiadaan-bantahannya terhadap orang lain. Adapun Ibnu Utsaimin, aku
tidak ingat pernah menyebutkan dirinya pada perkara bantahan, dan apa yang dikatakan si pencela ini
tidak sesuai dengan risalahku. Hal ini merupakan dalil yang nyata tentang kesembronoannya dan
ketidakhati-hatiannya (tanpa tatsabut). Jika hal ini dari dirinya tentang ucapan yang tertulis, lantas
bagaimana keadaannya tentang apa-apa yang tidak tertulis???

Adapun ucapan pencela risalahku, Aku sesungguhnya telah membaca risalah tersebut, dan aku
telah mengetahui bagaimana sikap Ahlus Sunnah terhadap risalah ini. Semoga engkau akan melihat
bantahannya dari sebagian ulama dan masyaikh, dan aku tidak menduga bahwa bantahan-bantahan
tersebut akan berhenti sampai di sini, sesungguhnya akan ada lagi yang membantahnya, karena
sebagaimana dinyatakan oleh seorang penyair:

Jaa Syaqiiqun Aaridlun rumhuhu

Inna Baniy Ammika fiihim rimaah

Datang Syaqiq (Saudara kandung) sambil menawarkan tombaknya

Sesungguhnya Bani (anak-anak) pamanmu telah memiliki tombak.

Demikianlah (yang dinyatakan si pencela ini), Aaridlun[17], padahal yang benar Aaridlon[1 8].

Tanggapan : Bahwasanya Ahlus Sunnah yang ia maksudkan adalah mereka yang manhajnya berbeda
dengan manhajnya Syaikh Abdul Aziz rahimahullahu- yang telah kutunjukkan barusan, dan ia
dengan perkataannya ini (bermaksud) menghasut (membangkitkan semangat) orang-orang yang tidak
mengenal mereka untuk mendiskreditkan risalahku setelah ia menghasut orang-orang yang mengenal
mereka.
Sesungguhnya aku tidak melontarkan tombak, namun sesungguhnya diriku hanya menyodorkan
nasihat yang tidak mau diterima oleh si pencela ini dan orang-orang yang serupa dengannya.
Dikarenakan nasehat itu bagi orang yang dinasehati, bagaikan obat bagi orang-orang yang sakit, dan
sebagian orang-orang yang sakit menggunakan obat ini walaupun rasanya pahit dengan harapan akan
memperoleh manfaat.

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 37 of 54

Diantara orang-orang yang dinasehati tersebut ada yang menjadikan hawa nafsunya menjauh dari
nasehatku, tidak mau menerimanya bahkan mentahdzirnya. Aku memohon kepada Allah untuk
saudara-saudaraku semuanya taufiq dan hidayah-Nya serta keselamatan dari tipu muslihat dan makar
Syaithan.

Ada tiga orang yang menyertai si pencela ini, yang dua di Makkah dan Madinah dan kedua-duanya
dulu muridku di Universitas Islam Madinah. Orang yang pertama lulus tahun 1384-1385 sedangkan
yang kedua lulus tahun 1391-1392. Adapun orang yang ketiga berada di ujung selatan negeri ini.
Orang yang kedua dan ketiga inilah yang mensifati orang-orang yang menyebarkan risalahku sebagai
mubtadi, dan tabdi ini merupakan tabdi keseluruhan dan umum, aku tidak tahu apakah
mereka faham atau tidak, bahwa yang menyebarkan risalahku adalah ulama dan penuntut ilmu yang
disifatkan dengan bidah.
Aku berharap mereka mau memberikanku masukan/alasan mereka atas tabdi mereka yang mereka
bangun secara umum, jika ada, untuk diperhatikan lagi.

Syaikh Abdurrahman as-Sudais, Imam dan Khathib Masjidil Haram, pernah berkhutbah di atas mimbar
di Masjidil Haram yang di dalamnya beliau mentahdzir dari sikap saling mencela Ahlus Sunnah satu
dengan lainnya. Hendaknya kita alihkan perhatian kita kepada khuthbahnya, karena sesungguhnya
khuthbahnya begitu penting dan bermanfaat.

Aku memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk menunjuki seluruh ummat kepada apa yang diridhai-
Nya, agar mereka mendalami agama mereka (tafaqquh fid din) dan menetapi kebenaran, serta agar
mereka menyibukkan diri dengan perkara yang bermanfaat dan menjauhkan dari apa-apa yang tidak
bermanfaat. Sesungguhnya Ia berkuasa dan berkemampuan atasnya. Semoga Sholawat dan Salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya dan para sahabatnya.

[Dialihbahasakan oleh Abu Salma dari kutaib al-Hatstsu alat-tib`is Sunnah wa tahdziiri minal
Bidai wa Bayaanu Khatharaha, editor dan muraja'ah Ust. Abu Abdurrahman Thayyib, Lc dengan
beberapa tambahan footnote dari beberapa sumber. Dan disebarkan oleh Lajnah Dakwah wa Ta lim
FSMS (Forum Silaturrahim Mahasiswa as-Sunnah) Surabaya]

Foote Note
[14] Kekerasan, baik dengan sikap yang bengis, tidak ramah, tidak mau senyum kepada
sesama muslim dan perangai-perangai buruk lainnya.

[15] Perilaku yang menyebabkan manusia lari dari kebenaran, enggan menerimanya dan
menjauh dari ahli kebenaran.

[16] Sekarang coba perhatikan situs www.salafy.or.id!!! Pembaca budiman akan


mendapatkan bahwa modal utama yang dijajakan situs ini adalah tahdzir dan tajrih. Mereka
mengklaim bahwa situs ini adalah situs Jarh wa Tadil di Indonesia, aduhai sungguh mudah
mengklaim daripada membuktikan, sebagaimana peribahasa mengatakan ad-Da awiy maa
lam tuqiimu alaiha bayyinatin abnauhaa adiyaa (Pengaku tanpa disertai bukti
hanyalah pengaku-ngaku belaka). Syaikh al-Allamah Abdul Muhsin al-Abbad telah
menjelaskan kekeliruan klaim Jarh wa Tadil ini dalam transkrip tanya jawab beliau dengan
seorang Yamani, yang dimuat di situs www.calltoislam.com (Forum). Silakan dirujuk karena
besar manfaatnya.
Terlebih lagi, seorang pembaca yang berakal, pasti akan mengetahui dengan gamblang bagaimana
manhaj ghuluw (ekstrim dalam mencela dan membidahkan) tidak akan menghasilkan kemanfaatan
bagi ummat, bahkan akan menimbulkan perpecahan di tubuh ummat sendiri. Sebagaimana pernah
ditanyakan kepada Syaikh Salim al-Hilaly dan Syaikh Muhammad Musa Nashr hafidhahumallahu-
tentang hal ini (i.e. perpecahan di tubuh salafiyah), maka mereka berdua

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 38 of 54

hafidhahumallahu- telah memberikan jawaban yang indah dan memuaskan.

Syaikh Salim hafidhahullahu- berkata: Sebenarnya terdapat sekelompok orang yang tidak
memiliki rasa takut kepada Allah, yang berupaya untuk memecah-belah para ulama salaf dengan
menyebarkan berita-berita bohong, dan mengarang kejadian-kejadian fiktif yang sebenarnya tidak ada,
membesar-besarkan kesalahan, sibuk dengan qila wa qola dan mengadu domba. Wajib bagi para da'i dan
ulama salaf agar waspada terhadap kelompok-kelompok pembuat makar dan keji ini, yang
mengingatkan aku tentang pemikiran yang dibawa Al-Haddadi sejak sepuluh tahun yang lalu yang
menamakan kelompok mereka dengan As-Sunnah;(berkedok) memerangi ahli bid'ah dan sebagainya,
ternyata mereka berupaya untuk mencela para ulama salaf yang terbaik. Mereka mencela Ibn Hajar,
an-Nawawi bahkan hampir saja mereka mencela Syeikhul Islam dan Ibn al-Qayyim. Kini kelompok
new-Haddadi ini muncul kembali dengan wajah baru, maka para ulama harus benar-benar waspada
kepada kelompok yang zhalim terhadap diri mereka, zhalim terhadap para penyeru kepada dakwah
salafiyyah .
Syaikh Musa melanjutkan, Namun ada orang-orang yang berusaha memecah belah barisan ulama,
mengadu domba antara penuntut ilmu sebagaimana yang diterangkan Syeikh Salim dalam jawabannya
tadi. Dari sini kami peringatkan kepada para duat salafi untuk mewaspadai gerakan ini yang
targetnya hanyalah kejelekan terhadap dakwah salaf yang telah tersebar di seantero dunia Islam bahkan
diseluruh dunia, sebagaimana menyebarnya api jika disulut minyak .
Jika kita cermati mereka (i.e. kaum ghulath mantan Laskar Jihad), tampak sekali perselisihan yang
amat sangat keras di antara mereka. Kini mereka terpecah-pecah menjadi puing-puing yang antara satu
dengan lainnya saling mencerca dan menghujat. Masing-masing mengklaim diri mereka di atas
kebenaran dan fihak yang menyelisihinya dikatakan di atas kebathilan. Tidak heran label Ahlul
Ahwa disematkan bagi mantan panglima yang mereka junjung tinggi dahulu dan kini mereka
tinggalkan. Tidak mau kalah, sang purnawirawan panglima balik menyematkan kepada mantan
pembebeknya dengan label Ahlul Fitnah wal Khianah. Tidak cukup sampai di sini, muncul lagi istilah
RMS (Riau-Makasar-Solo) sebagai pemberontak dakwah salafiyyah menurut kubu Lukman
Baabduh cs., yakni Riau (Dzul Akmal cs.), Makasar (Dzulqornain cs.) dan Solo (Na im cs.).
Dagelan apa lagi yang akan mereka munculkan kini??? Nasalullaha salamah wal aafiyah.
Apakah ini yang dinamakan dengan dakwah salafiyyah yang mempersatukan ummat di atas manhaj al-
Haq???
Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati
mereka berpecah belah. (QS al-Hasyr (59) : 14) Maka berfikirlah wahai orang-orang yang
berakal!!!

[17] Kata Aridlun di sini sebagai nat/sifat.


[18] Kata Aaridlon di sini sebagai haal.

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 340&bagian=0

Tahdzir Ulama Kibar Terhadap Jama'ah Yang Gemar Menghajr [Memboikot] Dan Mentabdi
[Membid'ahkan] 1/6

Kategori Aktual

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 39 of 54

Kamis, 24 Juni 2004 10:48:04 WIB

TAHDZIR ULAMA KIBAR TERHADAP JAMA'AH YANG GEMAR MENGHAJR [MEMBOIKOT]


DAN MENTABDI' [MEMBID'AHKAN]

Oleh
Syaikh Al-Allamah Abdul Aziz bin Baz Bagian Pertama dari Enam Tulisan [1/6]

Al-Allamah, al-Mufti al-Alim, Samahatus Syaikh Abdil Aziz bin Abdullah bin Bazz - rahimahullahu-
berkata, sebagaimana termuat dalam harian al-Jazirah, ar-Riyadh, asy-Syirqul Awsath, Sabtu 22/6/14
12 H, sebagai berikut:

"Telah merebak di zaman ini tentang banyaknya orang-orang yang menisbatkan diri kepada ilmu
(tholibul 'ilm, pent.) dan terhadap dakwah kepada kebajikan (da'i, pent.) yang mencela kehormatan
kebanyakan saudara-saudara mereka para du'at yang masyhur dan memperbincangkan kehormatan
(menjelekkan, pent.) para thullabul 'ilm (penuntut ilmu), para du'at dan khatib (penceramah). Mereka
melakukannya secara sirriyah (sembunyi-sembunyi) di dalam majelis-majlis mereka, dan bisa jadi ada
yang merekamnya di kaset-kaset kemudian disebarkan kepada manusia. Terkadang pula mereka
melakukannya secara terang-terangan di dalam muhadharah 'am (ceramah umum) di masjid-masjid.
Cara ini menyelisihi dengan apa-apa yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya, dengan beberapa alasan:
Pertama.
Hal ini merusak hak-hak kaum muslimin, dan khususnya para penuntut ilmu dan da'i yang
mengerahkan segenap usahanya di dalam mengarahkan manusia, menunjuki mereka dan membenahi
aqidah dan manhaj mereka. Mereka bersungguh-sungguh di dalam mengatur/mengelola durus
(pelajaran-pelajaran) dan muhadharaat (pengajian-pengajian) serta penulisan buku-buku yang
bermanfaat.
Kedua.
Hal ini memecah belah persatuan kaum muslimin dan memporak porandakan barisan mereka, dimana
ummat ini lebih membutuhkan kepada persatuan dan menjauhi dari berkelompok-kelompok dan
berpecah belah serta menjauhi dari banyaknya qiila wa qoola (perkataan-perkataan yang tidak jelas,
pent.) di tengah-tengah ummat. Khususnya kepada du'at yang dicela, padahal mereka adalah termasuk
dari ahlis sunnah wal jama'ah yang dikenal akan sikap mereka dalam memerangi bid'ah dan khurofat,
memerangi orang-orang yang menyeru kepada bid'ah dan khurafat, dengan cara menyingkapkan
kesalahan-kesalahan dan kekurangan mereka (para penyeru bid'ah dan khurafat).

Kami tidak melihat adanya mashlahat (kebaikan) di dalam perilaku semacam ini (yaitu mencela para
du'at), melainkan akan memberikan maslahat bagi musuh-musuh Islam dari kaum kuffar, munafik, dan
ahli bid'ah serta kesesatan.
Ketiga.
Sesungguhnya perbuatan ini (yaitu mencela para du'at), akan membantu dan menolong orang-orang
yang menyimpang dari kalangan kaum atheis, sekuler dan lainnya. Dimana mereka ini tersohor akan
permusuhannya terhadap para du'at islam dan terkenal akan pengadaan kedustaan terhadap mereka
dengan menghasut melalui buku-buku maupun kaset-kaset rekaman. Hal ini (mencela para du'at)
bukanlah hak dalam persaudaraan dalam Islam bagi orang-orang yang dengki itu dengan membantu
musuh-musuh mereka terhadap saudara-saudara mereka thullabul 'ilmi dan para du'at.

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 40 of 54

Keempat.
Hal ini akan menyebabkan rusaknya hati umat ini secara umum dan mereka sendiri secara khusus,
dengan menyebarkan dan mengedarkan kedustaan serta merebakkan kebathilan. Hal ini merupakan
sebab berkembangnya ghibah, namimah (mengadu domba) dan pembuka pintu-pintu kejahatan bagi
orang-orang yang jiwanya lemah, yang mana mereka ini akan menyebarkan syubuhat dan meluaskan
fitnah serta mendorong mereka menghancurkan kaum mukminin.

Kelima.
Sesungguhnya kebanyakan perkataan-perkataan tersebut tidaklah berdasar. Sesungguhnya perkataan-
perkataan tersebut hanyalah bersumber dari dugaan (imajinasi) yang Syaithan menghiasinya dan
memperdayainya. Allah Ta'ala berfirman.

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah olehmu kebanyakan dari purbasangka, karena
sesungguhnya sebagaian purbasangka itu adalah dosa." [Al-Hujurat: 11-12]

Selayaknyalah bagi seorang muslim membawa ucapan saudaranya seislam pada sebaik-baik tempat
(kepada makna yang paling baik). Sebagian Salaf berkata, "Janganlah engkau berprasangka buruk
terhadap perkataan yang dilontarkan saudaramu sedangkan engkau dapat membawa perkataan tersebut
pada makna yang baik."

Keenam,
Apa yang didapatkan dari ijtihad sebagian ulama dan penuntut ilmu dari perkara-perkara yang
memang memungkinkan di dalamnya berijtihad, maka orang tersebut tidak boleh disalahkan apalagi
dicela, jika ia memang ahli ijtihad. Jika sekiranya ada orang lain yang menyelisihinya, selayaknyalah
ia berdiskusi dengannya dengan cara yang baik, dengan mengharapkan memperoleh kebenaran dan
dengan menolak waswas syaithan yang hendak memecah belah kaum mukminin. Jika hal ini tidak
memungkinkan dan ia beranggapan harus menerangkan penyelewengannya, maka hendaklah dengan
ungkapan-ungkapan yang baik dan ucapan-ucapan yang lembut tidak kasar tanpa celaan ataupun
ucapan yang sia-sia yang dapat menyebabkan seseorang menolak kebenaran atau bahkan menjauhi
kebenaran, juga tanpa menyebutkan perorangan atau menuduh niat atau menambah ucapan-ucapan
yang tidak dimaksudkannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda tentang perkara ini,
'mengapa ada kaum yang berkata demikan dan demikian??'*"
Keterangan:
[*] Isyarat terhadap hadits yang diriwayatkan Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha ketika berkata,
'Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam jika menyampaikan sesuatu tentang seseorang beliau
tidak berkata, 'mengapa fulan berkata demikian', namun beliau berkata, 'mengapa ada kaum yang
berkata demikian dan demikian?'.' Hadits Shahih diriwayatkan Abu Dawud dalam bab al-Idznu wal
Isti'dzan (izin dan meminta izin), lihat Silsilah ash-Shahihah no 2064.

[Dinukil dan di alih bahasakan oleh Abu Salma bin Burhan dari kutaib Aqwalu wa Fatawa Ulama fi
tahdzir 'ala Jama'atil Hajr wat Tabdi']

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=850&bagian=0

Tahdzir Ulama Kibar Terhadap Jama'ah Yang Gemar Menghajr [Memboikot] Dan Mentabdi
[Membid'ahkan] 2/6

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 41 of 54

Kategori Aktual

Jumat, 25 Juni 2004 08:46:05 WIB

TAHDZIR ULAMA KIBAR TERHADAP JAMA'AH YANG GEMAR MENGHAJR [MEMBOIKOT)


DAN MENTABDI' [MEMBID'AHKAN]

Oleh
Syaikh Al-Allamah Muhammad Nashiruddin Al-Abani
Bagian Kedua dari Enam Tulisan [2/6]

Berkata Syaikh kami yang mulia, al-Muhaddits al-Ashr al-Mujaddid al-Faqih Muhammad Nashirudin
al-Albani -Rahimahullah- di dalam kaset Silsilah al-Huda wan Nur ash-Shouthiyah no 784 side A,
sebagai berikut:

"Syuf (perhatikan) wahai saudaraku! Aku menasehatkanmu dan para pemuda lainnya yang berada di
jalan munharif (menyeleweng) sebagaimana tampak pada kami, wallahu a'lam, untuk tidak
membuang-buang waktumu untuk mencela satu dengan lainnya dan sibuk dengan mengatakan fulan
begini dan fulan berkata begitu. Dikarenakan, pertama, hal ini tidaklah termasuk ilmu sama sekali, dan
yang kedua, uslub (cara) ini akan merasuk ke dada dan menyebabkan kedengkian serta kebencian di
dalam hati. Wajib atasmu menuntut ilmu!!! Karena ilmulah yang akan menyingkapkan apakah
perkataan ini yang mencela Zaid atau fulan dari manusia dikarenakan dirinya memiliki banyak
kesalahan, apakah berhak bagi kita untuk menyebutkan shohibul bid'ah atau mubtadi' ataukah tidak??
Apa yang harus kita lakukan dengan mendalami perkara ini?? Aku tidak menasehatkanmu untuk
mendalami seluruh perkara ini dengan benar-benar, karena hakikatnya kita sekalian sedang
mengeluhkan perpecahan ini yang terjadi di tengah-tengah orang-orang yang berintisab (menisbatkan
diri) pada dakwah al-Kitab dan as-Sunnah, atau sebagaimana kita menyebutnya, Dakwah Salafiyah.!!!
Perpecahan ini, wallahu a'lam, penyebab utamanya adalah dorongan jiwa yang memerintahkan kepada
keburukan (an-Nafsul ammarah bis suu`) dan bukanlah perselisihan pada sebagian pemikiran. Inilah
nasehatku. karena telah sering aku ditanya, 'apa pendapatmu tentang fulan?', dan aku langsung faham
bahwa ia (penanya) orang yang memihak atau memusuhi. dan terkadang orang yang ditanyakan adalah
diantara saudara-saudara kita terdahulu yang dikatakan dia menyimpang, maka kami bantah penanya
tersebut, apa yang engkau inginkan terhadap fulan dan fulan??

Berlaku luruslah sebagaimana engkau diperintahkan! Tuntutlah ilmu! Dengan ilmu engkau akan dapat
memilah-milah mana yang thalih dan mana yang shalih, mana yang bathil dan mana yang haq.!!!
Kemudian janganlah engkau ini mendengki terhadap saudara seislam dikarenakan ia jatuh kepada
beberapa kesalahan. Kami tidak mengatakan salah, namun kami katakan ia menyimpang dalam satu,
dua atau tiga perkara, dan perkara lainnya ia tidak menyimpang.
Kita dapati para Imam Ahli Hadits yang menerima haditsnya (orang yang menyimpang) dan
disebutkan di dalam riwayatnya ia khariji atau murji`i atau lainnya. Ini semua adalah aib dan
kesesatan, namun diperoleh pada timbangan tersebut yang mereka berpegang teguh padanya. Kita
tidak menimbang beratnya keburukannya dari kebaikan-kebaikannya atau dua atau tiga keburukannya
terhadap banyaknya kebaikannya, dan yang terbesar adalah syahadat Laa ilaaha illa Allah wa
Muhammad Rasulullah."

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 42 of 54

Syaikh juga berkata tentang definisi siapakah mubtadi' itu di dalam kaset Silsilah Huda wa Nur ash-
Shouthiyah no 785 side B, sebagai berikut:

"Atsar Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu bermanfaat untuk menunjukkan contoh dari terjatuhnya
seorang alim kepada bid'ah tidaklah serta merta menjadikannya mubtadi' dan jatuhnya seseorang
kepada perbuatan haram, dengan pernyataan memperbolehkan apa-apa yang diharamkan secara ijtihad,
tidak serta merta menjadikannya sebagai pelaku keharaman. Saya katakan, atsar Abu Hurairah
Radhiallahu 'anhu ini menunjukkan bahwasanya ia dulu berdiri menasehati manusia pada hari Jum'at
sebelum sholat, berfaidah untuk menunjukkan contoh yang shahih, bahwa bid'ah yang terkadang
terjatuh kepada seorang alim, tidaklah dengan demikian ia menjadi seorang mubtadi'.

Sebelum masuk ke jawaban yang lengkap, aku katakan, al-Mubtadi' adalah berawal dari kebiasaannya
mengada-adakan bid'ah di dalam agama, dan tidaklah orang yang mengada-adakan bid'ah, walaupun ia
mengamalkannya bukan karena ijtihadnya, namun dari hawa nafsunya, tidak serta merta dikatakan dia
mubtadi'!! contoh terjelas yang paling dekat dengan perkara ini adalah, seorang hakim yang dhalim
yang terkadang berlaku adil pada sebagian hukum-hukumnya, tidaklah bisa disebut hakim adil,
sebagaimana pula seorang hakim yang adil yang terkadang melakukan kedhaliman di sebagian hukum-
hukumnya, tidaklah dinamakan dirinya hakim dhalim. Hal ini berkaitan erat dengan kaidah fiqh islami
yang menyatakan bahwasanya seorang manusia dilihat dari banyaknya kebaikan atau keburukannya.
Jika kita telah mengetahui hakikat ini, maka kita dapat mengetahui siapakah mubtadi' itu. maka,
dengan demikian disyaratkan bagi mubtadi' dua hal, yaitu pertama, dia bukanlah seorang mujtahid
namun hanyalah pengikut hawa nafsu dan kedua, dia menjadikan bid'ahnya sebagai kebiasaan dan
agamanya."

[Dinukil dan di alih bahasakan oleh Abu Salma bin Burhan dari kutaib Aqwalu wa Fatawa Ulama fi
tahdzir 'ala Jama'atil Hajr wat Tabdi']

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 43 of 54

Sumber : http://almanhaj.or.id/index. ph ?action=more&article_id=854&bag ian=0

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 44 of 54
Tahdzir Ulama Kibar Terhadap Jama'ah Yang Gemar Menghajr [Memboikot] Dan Mentabdi
[Membid'ahkan] 3/6

Kategori Aktual

Minggu, 27 Juni 2004 16:49:47 WIB

TAHDZIR ULAMA KIBAR TERHADAP JAMA'AH YANG GEMAR MENGHAJR


[MEMBOIKOT] DAN MENTABDI' [MEMBID'AHKAN]

Oleh
Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Bagian Ketiga dari Enam Tulisan [3/6]

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 45 of 54

Syaikh al-Imam Faqihuz Zaman, al-Allamah Muhammad bin Sholih al-Utsaimin -rahimahullahu-
berkata saat Liqo`ul Babil Maftuh (Pertemuan terbuka) no 1322, sebagai berikut:

"Salafiyyah adalah ittiba' terhadap manhaj Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan sahabatsahabatnya,
dikarenakan mereka adalah salaf kita yang telah mendahului kita. Maka, ittiba' terhadap mereka adalah
salafiyyah. Adapun menjadikan salafiyyah sebagai manhaj khusus yang tersendiri dengan menyesatkan
orang-orang yang menyelisihinya walaupun mereka berada di atas kebenaran, maka tidak diragukan
lagi bahwa hal ini menyelisihi salafiyyah!!!

Kaum salaf seluruhnya menyeru kepada Islam dan bersatu di atas Sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wa
Sallam, mereka tidak menyesatkan orang-orang yang menyelisihinya karena perkara takwil/penafsiran
yang berbeda, Allahumma, kecuali dalam perkara aqidah, dikarenakan mereka berpandangan bahwa
siapa-siapa yang menyelisihinya dalam perkara aqidah, maka telah sesat.

Akan tetapi, sebagian orang yang meniti manhaj salaf pada zaman ini, menjadikan manhajnya dengan
menyesatkan setiap orang yang menyelisihinya walaupun kebenaran besertanya. Dan sebagian mereka
menjadikan hal ini sebagai manhaj hizbiyah sebagaimana manhaj-manhaj hizbi lainnya yang memecah
belah Islam. Hal ini adalah perkara yang harus ditolak dan tidak boleh ditetapkan. Dikatakan, 'lihatlah
kepada madzhab salafus shalih, apa yang mereka perbuat di dalam jalan mereka dan kelapangan dada
mereka pada perkara khilaf yang memang diperbolehkan ijtihad di dalamnya, sampai pada taraf
mereka berselisih di dalam perkara aqidah dan ilmu. engkau dapati mereka, misalnya, mengingkari
Rasul Shallallahu 'alaihi wa Sallam melihat Rabbnya dan sebagian lagi menetapkannya, ada lagi yang
berpendapat yang ditimbang pada hari kiamat nanti adalah anak dan sebagiannya berpendapat
lembaran-lembaran amal-lah yang ditimbang Engkau dapati pula mereka berselisih di dalam
masalah fiqhiyah, baik dalam masalah nikah, faraidh, iddah, jual beli dan lain-lain. Walaupun
demikian, mereka tidak saling menyesatkan satu dengan lainnya.
Jadi, salafiyah yang bermakna sebagai suatu kelompok khusus, yang mana di dalamnya mereka
membeda-bedakan dan menyesatkan selain mereka, maka mereka bukanlah termasuk salafiyah
sedikitpun!!! Dan adapun salafiyah yang ittiba' terhadap manhaj salafbaik dalam hal aqidah, ucapan,
amalan, perselisihan, persatuan, cinta kasih dan kasih sayang sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
'alaihi wa Sallam, 'permisalan kaum mukminin satu dengan lainnya dalam hal kasih sayang, tolong
menolong dan kecintaan, bagaikan tubuh yang satu, jika salah satu anggotanya mengeluh sakit, maka
seluruh tubuh akan merasa demam atau ikut sakit.' [Hadits Riwayat Muslim], maka inilah salafiyah
yang hakiki!!!"

[Dinukil dan di alih bahasakan oleh Abu Salma bin Burhan dari kutaib Aqwalu wa Fatawa Ulama fi
tahdzir 'ala Jama'atil Hajr wat Tabdi']

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=863&bagian=0

Tahdzir Ulama Kibar Terhadap Jama'ah Yang Gemar Menghajr [Memboikot] Dan Mentabdi
[Membid'ahkan] 4/6

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 46 of 54

Kategori Aktual

Senin, 23 Agustus 2004 22:45:44 WIB

TAHDZIR ULAMA KIBAR TERHADAP JAMA'AH YANG GEMAR MENGHAJR [MEMBOIKOT]


DAN MENTABDI' [MEMBID'AHKAN]

Oleh
Syaikh al-Allamah Abdul Muhsin al-Abbad
Asy-Syaikh al-Allamah Bakr Abu Zaed
Bagian Keempat dari Enam Tulisan [4/6]

Asy-Syaikh al-Allamah Bakr Abu Zaed -hafidhahullahu- berkata dalam bukunya Tashnifun Naasi bain
adh-Dhanni wal Yaqin hal 40-41, Cet. I, Darul 'Aashimah, 1414 H.

"Dan upaya pemecahbelahan ini di tengah-tengah barisan Ahlus Sunnah, untuk kesekian kalinya sesuai
dengan apa yang kita ketahui, ditemukan terjadi pada orang-orang yang berintisab (menyandarkan diri)
sebagai Ahlus Sunnah sebagai orang-orang yang menentangnya, mereka menjadikan diri mereka
menetapi ahlus sunnah dan menyandarkan bagian dari tujuannya untuk memadamkan 'bara api' ahlus
sunnah. Mereka pun berdiri di jalan dakwah sembari melepaskan kendali lisan-lisan mereka dengan
mengadakan kedustaan terhadap kehormatan para du'at, dan mereka temukan di jalan ahlus sunnah ini
aral rintangan berupa fanatisme yang serampangan. Sekiranya anda melihat mereka! Orang-orang
miskin yang memprihatinkan keadaan dan kerusakan yang ada pada mereka.
Mereka gemar 'melompat' dan 'meloncat', dan Allahlah yang lebih tahu tentang apa yang mereka
upayakan. Anda akan benar-benar mendapatkan pada diri mereka sikap yang ceroboh dan sembrono
dalam lamunan mereka yang melayang.

Mereka 'mengibarkan' perkara ini tanpa kaidah, seandainya anda berbantah-bantahan dengan salah
seorang dari mereka, tatkala itu anda akan melihat modal semangatnya yang menggelegak tanpa
bashirah. Yang mencapai akal-akal orang yang sederhana ini adalah semangat untuk menolong sunnah
dan mempersatukan ummat, namun merekalah orang yang pertama kali akan menghancurkan sunnah
dan mengoyak-ngoyak persatuan ummat..."

Syaikh al-Allamah Abdul Muhsin al-Abbad -hafidhahullahu- ditanya saat pelajaran (durus) Sunan Abu
Dawud, malam hari, 26 Shafar 1423 H., sebagai berikut:

Pertanyaan 1.
Jika seandainya ada seorang syaikh berbicara mengenai seseorang dan menganggapnya mubtadi',
apakah harus seorang pelajar (tholib) mengambil tabdi' ini? Ataukah harus mengetahui sebab-sebab
tabdi' terlebih dahulu, dikarenakan terkadang tabdi' ini dimutlakkan atas seseorang walaupun ia
multazim dengan sunnah?

Jawaban.
Tidak setiap orang diterima perkataannya dalam perkara ini. Jika datang perkataan dari orang yang

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 47 of 54

semisal Syaikh Ibnu Bazz atau Syaikh Ibnu Utsaimin, iya, mungkin untuk mempercayai ucapannya
(mengambilnya, pent.). Adapun dari orang-orang yang 'merangkak dan merayap' (gemar menyebarkan
desas-desus dan sembrono, pent.), maka tidak diambil perkatannya.

Pertanyaan 2.
Masalah lain, tentang menerima khobar (berita) tsiqoh (orang yang terpercaya), apakah diterima
perkataannya secara mutlak tanpa tatsabut? Misalnya dikatakan, fulan tersebut mencela dan memaki
shahabat, sebagai contoh, apakah wajib bagiku menerima perkataan ini (langsung) dan
menghukuminya (sebagai pencela sahabat, pent.) ataukah aku harus tatsabut?

Jawaban.
(Anda) harus tatsabut!!!

Pertanyaan 3.
Walaupun yang berkata demikian adalah salah seorang masyaikh?

Jawaban.
Harus tatasabut!!! Orang yang berkata jika ia menisbatkan kepada kitabnya dan kitabnya eksis
(maujud), sehingga memungkinkan ummat untuk merujuk kepada kitab ini. Adapun perkataan belaka
yang kosong dari pokok (asas) yang disebutkan tentangnya terutama jika orang-orang tersebut masih
hidup. Adapun jika ia termasuk dari para pendahulu kita dan dia memang dikenal dengan
kebid'ahannya atau termasuk penghulu bid'ah, maka hal ini semua orang telah mengetahuinya, yaitu
seperti Jahm bin Shofwan, dan demikianlah tiap-tiap orang yang berkata ia mubtadi', maka
sesungguhnya perkataannya benar, yaitu mengatakannya mubtadi'. Adapun terhadap orang-orang yang
melakukan kesalahan sedangkan dia memiliki kesungguhan yang luar biasa dalam berkhidmat
terhadap agama, kemudian dia tergelincir, maka seharusnya ummat ini menghukumi terhadapnya pada
kesalahannya saja.
Pertanyaan 4.
Jika didapatkan pada seorang alim perkataan yang mujmal (global) di dalam suatu perkara, dan
terkadang perkataan mujmal tersebut secara dhohirnya menunjukkan kepada suatu perkara yang salah,
dan didapatkan lagi padanya perkataan yang lain yang mufashshol (terperinci ) pada perkara yang
sama tentang manhaj salaf, apakah dibawa perkataan seorang alim yang mujmal tersebut kepada
perkara yang mufashshol?

Jawaban.
Iya, dibawa kepada mufashshol, selama perkara tersebut adalah sesuatu yang masih samar, dan perkara
yang jelas dan teranglah yang dianggap.

[Dinukil dan di alih bahasakan oleh Abu Salma bin Burhan dari kutaib Aqwalu wa Fatawa Ulama fi
tahdzir 'ala Jama'atil Hajr wat Tabdi']

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 48 of 54

Sumber : ht

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 49 of 54
Tahdzir Ulama Kibar Terhadap Jama'ah Yang Gemar Menghajr [Memboikot] Dan Mentabdi
[Membid'ahkan] 5/6

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 50 of 54

Kategori Aktual

Senin, 23 Agustus 2004 23:00:08 WIB

TAHDZIR ULAMA KIBAR TERHADAP JAMA'AH YANG GEMAR MENGHAJR [MEMBOIKOT]


DAN MENTABDI' [MEMBID'AHKAN]

Oleh
Asy-Syaikh al-Allamah Sholih Fauzan al-Fauzan
Bagian Kelima dari Enam Tulisan [5/6]

Asy-Syaikh al-Allamah Sholih Fauzan al-Fauzan -hafidhahullahu- berkata saat pengajian tentang
Aqidah dan Dakwah (III/69) sebagai berikut:

"Diantara kerusakan-kerusakan perpecahan yang demikian ini adalah mengakibatkan perpecahan di


tengah-tengah kaum muslimin, disebabkan disibukkannya mereka satu dengan lainnya dengan
mentajrih (mencela) dengan gelar-gelar yang buruk. Tiap-tiap mereka menghendaki memenangkan diri
mereka dari yang lainnya dan merekapun menyibukkan kaum muslimin dengan perihal mereka. Yang
mana hal ini menjadi melebihi mempelajari ilmu yang bermanfaat. Sesungguhnya banyak dan banyak
dari para penuntut ilmu yang bertanya sampai kepada kami bahwa semangat dan kesibukan mereka
hanyalah memperbincangkan manusia dan kehormatan mereka, baik di majelis-majelis maupun
perkumpulan mereka, sembari menyalahkan ini dan membenarkan itu, memuji ini dan menyatakan itu
sesat... Tidaklah mereka ini disibukkan melainkan hanya memperbincangkan manusia.."
Syaikh al-Allamah ditanya saat pengajian tentang Aqidah dan Dakwah (III/5 7) sebagai berikut:

Pertanyaan.
"Apa pendapat yang mulia tentang merebaknya celaan-celaan baik yang tertulis maupun yang didengar
yang merebak di kalangan para ulama?? Tidakkah Anda memandang bahwa duduknya mereka untuk
diskusi adalah lebih mulia?? Karena betapa banyak aturan-aturan islam yang rusak karena hal ini!!"

Jawaban.
"Para ulama yang mu'tabar (dikenal keilmuannya) tidak ada pada diri mereka sedikitpun dari apa yang
disebutkan dalam pertanyaan. Mungkin hal ini terjadi diantara para penuntut ilmu dan pemuda yang
bersemangat, kami memohon hidayah dan taufiq Allah untuk mereka. Kami menyeru mereka untuk
meninggalkan perbuatan tercela ini dan supaya mereka saling bersaudara di atas kebajikan dan
ketakwaan, serta mengembalikan kepada para ulama terhadap perkara-perkara yang mereka sulit
menentukan kebenarannya, dan agar mereka -para ulama- menjelaskan kepada mereka mana yang
benar, dan supaya mereka tidak memberikan pengaruh pada fikiran dengan syubuhat sehingga mereka
berpaling dari manhaj yang benar. Namun, janganlah difahami dari hal ini, meninggalkan bantahan
terhadap kesalahan dan penyimpangan yang terdapat di sebagian buku-buku termasuk bagian nasehat
bagi ummat."
Syaikh ditanya pula saat pengajian Aqidah dan Dakwah (III/3 32) sebagai berikut:

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 51 of 54

Pertanyaan.
"Syaikh yang mulia, apakah nasehatmu bagi para pemuda yang meninggalkan menuntut ilmu syar'i
dan berdakwah kepada Allah dengan menceburkan dirinya ke dalam masalah perselisihan diantara
pada ulama tanpa ilmu dan bashirah??

Jawaban.
"Aku nasehatkan kepada seluruh saudara-saudaraku dan khususnya para pemuda penuntut ilmu agar
mereka menyibukkan diri dengan menuntut ilmu yang benar, baik di Masjid, sekolah, ma'had maupun
di perkuliahan. Agar mereka sibuk dengan pelajaran-pelajaran mereka dan apa-apa yang bermashlahat
bagi mereka. Dan supaya mereka meninggalkan menceburkan diri kepada perkara ini - perselisihan
ulama-, dikarenakan tidak ada kebaikannya dan tidak bermanfaat masuk ke dalamnya... hanya
membuang-buang waktu saja dan merisaukan fikiran...

hal ini termasuk penghalang amal shalih, termasuk mencela kehormatan dan menghasut kaum
muslimin. Wajib bagi kaum muslimin umumnya dan para penuntut ilmu khususnya, supaya
meninggalkan perkara ini dan agar mereka mengupayakan perdamaian (ishlah) semampu yang mereka
bisa. Allah Ta'ala berfirman, 'Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah
kedua golongan saudara kalian tersebut, bertakwalah kepada Allah semoga engkau dirahmati." (al-
Hujurat : 10). Terhadap orang-orang yang anda lihat melakukan kesalahan, maka wajib bagi anda
menasehatinya dan menjelaskan kesalahnnya secara empat mata, dan memohon kepadanya agar ia mau
rujuk (kembali) kepada kebenaran. Inilah yang dibutuhkan nasehat.
Syaikh Hafidhahullahu berkata saat pengajian Dhahiratut Tabdi' wat Tafsiq wat takfir wa
Dhawabithuha, sebagai berikut:

"Oleh karena itu, wajib bagi para pemuda Islam dan penuntut ilmu untuk mempelajari ilmu yang
bermanfaat dari sumbernya dan dari ahlinya yang dikenal akan keilmuannya. Kemudian setelah itu,
mereka akan tahu bagaimana berbicara dan bagaimana meletakkan sesuatu pada tempatnya, karena
Ahlus Sunnah dulu maupun sekarang mampu menjaga lisannya dan mereka tidaklah berucap
melainkan dengan ilmu.."

[Dinukil dan di alih bahasakan oleh Abu Salma bin Burhan dari kutaib Aqwalu wa Fatawa Ulama fi
tahdzir 'ala Jama'atil Hajr wat Tabdi']

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 006&bagian=0

Tahdzir Ulama Kibar Terhadap Jama'ah Yang Gemar Menghajr [Memboikot] Dan Mentabdi
[Membid'ahkan] 6/6

Kategori Aktual

Rabu, 8 September 2004 23:29:48 WIB

TAHDZIR ULAMA KIBAR TERHADAP JAMA'AH YANG GEMAR MENGHAJR [MEMBOIKOT]


DAN MENTABDI' [MEMBID'AHKAN]

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 52 of 54

Oleh
Syaikh Nashir bin Abdul Karim al-Aql
Bagian Terakhir dari Enam Tulisan [6/6]

Asy-Syaikh Nashir bin Abdul Karim al-Aql -hafidhahullahu- berkata saat pengajian Syarh Mujmal
I'tiqod Ahlus Sunnah wal Jama'ah sebagai berikut:

"Orang-orang beriman seluruhnya adalah wali Allah dan bagi seluruh mukmin diberikan wala'
(loyalitas) sebatas tingkat keimanannya, demikian pula sebaliknya (diberikan baro'ah
(kebencian/berlepas diri) sebatas tingkat kemaksiatannya, pent.).

Orang-orang kafir, seluruhnya adalah wali Syaithan dan tidak ada wala' sedikitpun bagi orang kafir.
Akan tetapi, mukmin yang bermaksiat, diberikan baro'ah kepadanya menurut kadar kemaksiatannya,
demikian pula para pelaku bid'ah dari kaum muslimin, diberikan baro'ah menurut tingkat
kebid'ahannya, dan bagi mereka wala' sebatas keimanannya. Oleh karena itu, sesungguhnya orang
kafir tidak terkumpul padanya wala' dan baro' sekaligus.

Seorang mukmin yang kholish (murni) yang berjalan di atas as-Sunnah, baginya wala dan kecintaan
yang sempurna. Jika ditemukan padanya kemaksiatan atau kebid'ahan maka terkumpul padanya dua
perkara: yaitu kita berwala' terhadap kebaikan dan iman yang dimilikinya dan kita membenci terhadap
kemaksiatan dan kebid'ahannya. Dengan demikian, mayoritas kaum mukminin pelaku kemaksiatan
dan kebid'ahan yang tidak sampai mengeluarkan dari agama... mayoritas mereka... bahkan seluruhnya
dari para pelaku kemaksiatan dan bid'ah yang kecil, bagi mereka kecintaan dan wala' sebatas keimanan
dan amal shalih yang ada pada mereka serta baro' dan kebencian sebatas kemaksiatan dan kebid'ahan
mereka.
Kaidah ini jarang dipegang oleh kebanyakan orang-orang yang lemah ilmunya dan dangkal
pemahaman agamanya serta bodoh dengan manhaj salaf, sampai-sampai sebagian orang yang
mengaku sebagai salafiy juga jatuh kepada hal ini, yaitu mereka memusuhi bid'ah dengan permusuhan
yang kamil (sempurna), walaupun terkadang bid'ahnya tidak sampai tingkatan mengeluarkan
pelakunya dari agama, dan terkadang pula kebid'ahan tersebut hanya sebagian kecil saja tidak
menyeluruh pada seseorang. Sebagaimana pula mereka memusuhi kemaksiatan dengan permusuhan
sempurna, atau memusuhi suatu penyelewengan dan kesalahan dengan permusuhan yang sempurna.
Sekarang kita perhatikan dampak dari penerapan perilaku ini, yang marak terjadi di tengah-tengah
ahlus sunnah, yang menimbulkan keprihatinan dan percekcokan di dalam permasalahan agama,
perkara Ijtihadiyah dan seputar dakwah kepada Allah. Kita dapatkan mereka saling berselisih tentang hal
ini dan menerapkan kepada musuh dan lawan mereka sesama ahlus sunnah, baro'ah yang sempurna,
sampai mereka membenci mereka, memperbolehkan menjelekkan mereka, menyebarkan aib mereka,
mereka berniat karena Allah mendakwahi lawan mereka namun mereka menyebarkan aib mereka dan
mentahdzir mereka.
Hal ini menyelisihi ushul (pokok) syariat. Iya memang, jika mereka melakukan kesalahan
diperingatkan kesalahan-kesalahannya, namun tetap dengan mengakui keutamaan dan kemampuan
yang mereka miliki. Ini adalah perkara dharuri (yang wajib dilakukan) atau jika tidak. akan timbul
fitnah di tengah-tengah kaum muslimin. Demikian pula seorang yang menyimpang, wajib
diberitahukan padanya, bahwa dirimu selaras dengan kebenaran dalam perkara yang memang benar
dan dirimu menyelisihi kebenaran dalam perkara yang memang menyelisihi kebenaran. Dan janganlah
mengobarkan kebencian di dada-dada kaum muslimin satu dengan lainnya sebagaimana

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 53 of 54

cara yang dilakukan oleh orang-orang bodoh tadi. Bahkan saya katakan, tidak terlarang, di sini aku
contohkan sedikit... termasuk tabiat dan adab islami jika anda berselisih dengan salah seorang saudara
anda dan anda memandang ia melakukan kesalahan atau kebid'ahan yang cukup besar, anda
memberikannya udzur setelah anda tidak mampu lagi memuaskan dirinya (dengan dalil), dan
senantiasa berwala' seraya mengatakan 'aku mencintaimu karena Allah terhadap kebaikan dan
kelurusan yang anda miliki'... (hal ini) tidak terlarang!!!

saudara-saudaraku yang kucintai karena Allah, hingga sampai- sampai jika ditemukan padanya
kesalahan... (maka tidak apa-apa melakukan sebagaimana contoh di di atas, pent.)... yang dengan cara
ini akan mendamaikan hati dan menghilangkan kebencian dan kedengkian yang dimiliki kaum
mukminin satu dengan lainnya.

Sampai-sampai orang-orang bodoh tadi melupakan baro' kepada orang kafir dan pelaku bid'ah yang
berat, dimana mereka palingkan nash-nash tentang baro' kepada saudara-saudara mereka. Aku takut
mereka akan ditimpa -jika mereka tidak mau taubat dan kembali kepada kebenaran dan manhaj yang
lurus- sebagaimana yang disifatkan nabi kepada salah satu kelompok ahlul bid'ah, 'yang mereka ini
memerangi ahlul islam dan membiarkan ahlul awtsan (penyembah berhala)' yang datang dari hadits
shahih ketika mensifatkan sebagian kelompok ahlul bid'ah.

Tentu saja, baro' yang kamil (sempurna) merupakan jalan kepada peperangan. Seorang manusia yang
baro' kepada saudaranya muslim dengan baro' yang sempurna berimplikasi terhadap penghalalan
darahnya. Walaupun tidak terjadi saat ini saat ini, namun wajib bagi kita untuk berhati-hati dari sikap
yang dapat mengeruhkan keadaan ini. Kita perlu tahu bahwa ahlus sunnah terkadang berselisih
diantara mereka, terkadang ditemukan pada sebagian ahlus sunnah kesalahan pada manhajnya, akan
tetapi tanpa maksud/kesengajaan -dikarenakan ijtihad-, terkadang pula ditemukan pada mereka
ketergelinciran yang besar, akan tetapi tanpa kesengajaan yang tidak menyebabkan mereka berpecah
belah, dan terkadang pula didapatkan pada sebagian ahlus sunnah suatu kebid'ahan, namun tidak
banyak dan tidak termasuk bid'ah yang kategori berat.
Namun, tetap wajib bagi kita menyalahkan terhadap kesalahan yang ada pada mereka, namun kita
tetap menganggap mereka, mencintai dan berwala' terhadap mereka dari perkara-perkara yang benar
jika mereka termasuk ahlus sunnah.

Wallahu a'lam. Semoga Sholawat senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan
seluruh sahabat-sahabatnya."

[Dinukil dan di alih bahasakan oleh Abu Salma bin Burhan dari kutaib Aqwalu wa Fatawa Ulama fi
tahdzir 'ala Jama'atil Hajr wat Tabdi']

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 009&bagian=0

Tidak Boleh Menisbatkan Fenomena Tabdi' Dan Hajr Yang Kacau Ini Sebagai Manhaj Ahlus
Sunnah

Kategori Aktual

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 54 of 54

Minggu, 7 Agustus 2005 07:08:52 WIB

FENOMENA TAHDZIR, CELA-MENCELA SESAMA AHLUSSUNNAH DAN SOLUSINYA

Oleh
Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr
Bagian Terkahir Dari Dua Tulisan [2/2]

Kedua.
Berkaitan dengan cara membantah orang yang melakukan kekeliruan pendapat perlu diperhatikan
beberapa perkara sebagai berikut:

[1].Hendaknya bantahan tersebut dilakukan dengan penuh keramahan dan kelemah-lembutan


disertai keinginan yang kuat untuk menyelamatkan orang yang salah tersebut dari
kesalahannya, apabila kesalahannya jelas terlihat. Selayaknya seseorang yang hendak
membantah pendapat orang lain merujuk bagaimana cara Syaikh bin Baz tatkala melakukan
bantahan, untuk kemudian diterapkannya.

[2].Apabila kesalahan orang yang dibantah tadi masih samar, mungkin benar atau mungkin juga
salah, maka selayaknya masalah tersebut dikembalikan kepada pimpinan Lembaga Fatwa
untuk diberi keputusan hukumnya. Adapun apabila kesalahannya jelas, maka wajib bagi orang
yang dibantah tersebut untuk meninggalkannya. Kerena kembali kepada kebenaran adalah
lebih baik dari pada tetap tenggelam dalam kebatilan.

[3].Apabila seseorang telah membantah orang lain, maka berarti dia telah menunaikan kewajiban
dirinya, maka hendaknya dia tidak menyibukkan diri mengikuti gerak-gerik orang yang
dibantah. Sebaliknya, dia selayaknya menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, baik
bagi dirinya maupun orang lain. Begitulah sikap yang dicontohkan oleh Syaikh bin Baz.

[4].Seorang penuntut ilmu tidak diperbolehkan mengajak orang lain serta memaksanya untuk
memilih si Fulan (yang dibantah) atau ikut dia (yang membantah); apabila sepakat dengannya
maka dia selamat; namun apabila tidak sepakat maka di bidahkan dan diboikotnya. Tidak
boleh seorang pun menisbatkan fenomena tabdi (pembidahan) dan hajr (pemboikotan)
yang kacau seperti ini sebagai manhaj ahlussunnah. Dan siapapun tidak diperbolehkan
mengelari orang yang tidak menempuh jalan yang ngawur ini sebagai orang yang tidak
bermanhaj salaf. Boikot (hajr) yang dilakukan dalam manhaj ahlussunnah adalah boikot yang
memberikan manfaat bagi orang yang diboikot, seperti boikot seorang bapak pada anaknya,
Syaikh kepada muridnya, dan boikot dari pihak yang memiliki kedudukan dan derajat yang
lebih tinggi kepada orang-orang yang menjadi bawahannya. Boikot-boikot seperti itu akan
memberikan manfaat bagi orang yang diboikot. Namun apabila boikot itu bersumber dari dari
seorang penuntut ilmu kepada penuntut ilmu yang lain, lebihlebih pada perkara yang tidak
selayaknya seseorang diboikot, maka boikot seperti itu tidak manfaat sedikit pun bagi orang
yang diboikot, tetapi malah akan menimbulkan permusuhan, saling membelakangi dan saling
menghalangi.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam kitab Majmu Fatawa (III/413-414) ketika beliau
berbicara tentang Yazid bin Muawiyah. Beliau berkata.

Pendapat yang benar adalah pendapat yang dikemukakan oleh para imam, yaitu bahwa Yazid bin
Muawiyah tidak perlu dicintai secara khusus, namun juga tidak boleh dilaknat. Meskipun dia
seorang yang fasiq atau zalim, mudah-mudahan Allah mengampuni orang yang fasiq dan zalim,

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 55 of 54

terlebih lagi dia telah melakukan kebaikan yang besar".

Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah pernah
bersabda.

"Pasukan pertama yang memerangi tentara Konstatin akan diampuni dosa-dosanya"

Dan pasukan pertama yang memerangi tentara Konstatin dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah, dan
Abu Ayyub Al-Anshari ikut dalam pasukan tersebut.
Oleh karena itu, selayaknya kita bersikap adil dalam permasalahan tersebut. Kita tidak boleh mencela
Yazid bin Muawiyah dan memata-matai seseorang dalam bersikap terhadapnya, karena sikap
seperti itu adalah bidah yang bertentangan dengan manhaj ahlussunnah wal jamaah.

Dalam kitab yang sama (III/415), beliaujuga berkata, Sikap seperti itujuga akan memecah belah
umat Islam. Disamping itu, sikap itu tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Beliau juga berkata dalam kitab yang sama (XX/164), Tidak boleh seorang pun menjadikan orang
lain sebagai figur yang harus diikuti dan sebagai standar dalam berteman atau bermusuhan selain
Rasulullah. Tidak diperkenankan pula seseorang menjadikan sebuah perkataan pun sebagai barometer
untuk berteman dan bermusuhan selain perkataan Allah dan Rasul-Nya serta ijma kaum muslimin.
Cara-cara seperti ini adalah termasuk perbuatan ahli bid ah. Para ahli bidah biasa menjadikan
figur atau sebuah perkataan sebagai tolak ukur. Mereka berteman ataupun bermusuhan dengan dasar
perkataan atau figur tersebut. Akhirnya hanya memecah-belah umat Islam.
Para pendidik tidak boleh mengkotak-kotakkan umat Islam, dan melakukan perbuatan yang hanya
akan menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka. Bahkan yang seharusnya dilakukan
adalah saling menolong atas dasar kebaikan dan takwa, sebagaimana difirmankan Allah Taala,

Dan Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. [Al-Maidah: 2]

Al-Hafizh Ibnu Rajab ketika menjelaskan hadist : Beliau berkata, Termasuk tanda bagusnya
keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tak berguna baginya.

Dalam kitab Jami Al Ulum wa Al Hikam (I/288), beliau berkata, Hadist ini merupakan
landasan penting dalam masalah adab. Imam Abu Amru bin Ash Shalah menceritakan bahwa Abu
Muhammad bin abu Zaid, salah seorang imam Madzhab Malik pada zamannya, pernah berkata:
Adanya berbagai macam adab kebaikan bercabang dari empat hadist, yaitu hadist Rasulullah:

Barangsiapa yang beriman dengan Allah Taala dan hari akhirat hendaklah ia mengucapkan
perkataan yang baik atau (kalau tidak bisa) lebih baik diam.

Lalu hadits:

"Salah satu ciri baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna
baginya"

Lalu hadist Rasulullah yang mengandung wasiatnya yang singkat:

"Jangan marah"

Kemudian yang terakhir hadist:

"Seorang mukmin mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya"

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 56 of 54

Saya Berkata:
Betapa perlunya para penuntut ilmu dengan adab-adab diatas, karena adab-adab tersebut jelas akan
mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Para penuntut ilmu juga
perlu menjauhi sikap dan kata-kata yang kasar yang hanya akan membuahkan permusuhan,
perpecahan, saling membenci dan mencerai-beraikan persatuan.

Menjadi kewajiban bagi setiap penuntut ilmu untuk menasehati dirinya sendiri agar berhenti mengikuti
tulisan-tulisan di internet yang memuat komentar kedua belah pihak dalam masalah ini. Hendaknya
mereka memanfaatkan dan memperhatikan website yang lebih bermanfaat seperti website milik
Syaikh Abdul Aziz bin Baz yang berisi telaah pembahasan-pembahasan ilmiah keagamaan dan fatwa-
fatwa beliau yang sampai sekarang telah mencapai dua puluh satu jilid. Website lain yang lebih
bermanfaat untuk mereka lihat adalah website Fatwa Lajnah Daimah yang sampai kini telah mencapai
dua puluh jilid; begitu pula website Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin yang berisi telaah
kitab-kitab dan fatwa-fatwanya yang banyak dan luas.

[Disalin dari kitab Rifqon Ahlussunnah bi Ahlissunnah edisi Indonesia Rifqon Ahlassunnah Bi
Ahlassunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir Hajr oleh Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al- Abbad
Al-Badr, Terbitan Titian Hidayah Ilahi, Hal. 69-85]

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 522&bagian=0

Tujuan Hidup Seorang Muslim

Kategori Aktual

Selasa, 22 Agustus 2006 17:10:08 WIB

TUJUAN HIDUP SEORANG MUSLIM

Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsary

Setiap orang yang mendalami Al-Qur'an dan mempelajari Sunnah tentu mengetahui bahwa puncak
tujuan dan sasaran yang dilakukan orang Muslim yang diwujudkan pada dirinya dan di antara manusia
ialah ibadah kepada Allah semata.

Tidak ada jalan untuk membebaskan ibadah ini dari setiap aib yang mengotorinya kecuali dengan
mengetahui benar-benar tauhidullah.

Da'i yang menyadari hal ini tentu akan menghadapi kesulitan yang besar dalam mengaplikasikannya.

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 57 of 54

Tetapi toh kesulitan ini tidak membuatnya surut ke belakang. Sebab setiap saat dakwahnya menyerupai
perkataan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:

"Artinya: Orang yang paling keras cobaannya adalah para nabi, kemudian yang paling menyerupai
(mereka) lalu yang paling menyerupainya lagi." [1]

Bagaimana tidak, sedang dia selalu meniti jalan beliau, menyerupai sirah-nya dan mengikuti jalannya?
Al-Amtsalu tsumma al-amtsalu adalah orang-orang shalih yang mengikuti jalan para nabi dalam
berdakwah keapda Allah, menyeru kepada tauhidullah seperti yang mereka lakukan, memurnikan
ibadah hanya kepada-Nya dan menyingkirkan syirik. Mereka mengahadapi gangguan dan cobaan
seperti yang dihadapi para panutannya, yaitu nabi-nabi.

Oleh karena itu banyak para da'i yang menjauhi jalan yang sulit dan penuh rintangan ini. Sebab
seoarang da'i yang meniti jalan itu akan menghadapi ayah, ibu, saudara, rekan-rekan, orang-orang yang
dicintainya, dan bahkan dia harus menghadapi masyarakat yang merintangi, memusuhi dan
menyakitinya.

Lebih baik mereka menyingkir ke sisi-sisi Islam yang sudah mapan, yang tidak dimusuhi orang yang
beriman kepada Allah. Di dalam sisi-sisi ini mereka tidak akan menghadapi kesulitan, kekerasan,
ejekan, dan gangguan, khususnya di berbagai masyarakat Islam. Biasanya mayoritas umat justru mau
memandang da'i seperti ini, menyanjung dan memuliakannya dan tidak mengejek atau pun
mengganggunya, kecuali jika mereka menentang para penguasa dan mengancam kedudukan mereka.
Kalau seperti ini keadaannya, tentu para penguasa ini akan menumpas mereka dengan kekerasan,
sebagaiman menumpas partai politik yang hendak mengincar kursi kekuasaannya. Sebab, para
penguasa dalam masalah ini tidak bisa diajak kompromi, baik mereka itu kerabat atau pun rekan, baik
orang Muslim maupun orang kafir.
Bagaimanapun juga kami merasa perlu mengatakan para da'i, bahwa meskipun mereka tetap harus
menyaringkan suaranya atas nama Islam, toh mereka tetap harus mengasihi dirinya sendiri. Karena
mereka keluar dari manhaj Allah dan jalan-Nya yang lurus dan jelas, yang pernah dilalui para nabi dan
para pengikutnya dalam berdakwah kepada tauhidullah dan memurnikan agama hanya bagi Allah
semata. Apa pun usaha yang mereka lakukan untuk kepentingan dakwah, toh mereka tetap harus
memikirkan sarananya sebelum tujuannya. Sebab berapa banyak sarana yang remeh justru
membahayakan tujuan yang hendak dicapai dan justru menjadi pertimbangan yang besar.

Bahkan banyak da'i yang memaksakan cara yang mereka ciptakan sendiri dan tidak mau mengikuti
manhaj para nabi dalam berdakwah kepada tauhidullah di bawah slogan-slogan yang serba gemerlap,
tapi akhirnya hanya memperdayai orang-orang bodoh, sehingga mereka menganggapnya sebagai
manhaj para nabi.

Karena Islam mempunyai beberapa cabang dan pembagian, maka harus ada penitikberatan pada
masalah yang paling penting, lalu disusul dengan yang penting lainnya. Pertama kali dakwah harus
diprioritaskan pada penataan akidah. Caranya menyuruh memurnikan ibadah bagi Allah semata dan
melarang menyekutukan sesuatu kepada-Nya. Kemudian perintah mendirikan sholat, mengeluarkan
zakat, melaksanakan berbagai kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, seperti cara
yang dilakukan semua para nabi. Firman Allah.
"Artinya : Dan, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
'Sembahlah Allah (saja) danjuahilah thaghut'." [An-Nahl: 36]

"Artinya : Dan, Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya, bahwa tidak ada Ilah selain Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." [Al-Anbiya'
: 25]

Dalam sirah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan cara yang diterapkan beliau terkandung

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 58 of 54

keteladanan yang baik serta manhaj yang paling sempurna. Hingga beberapa tahun beliau hanya
menyeru manusia kepada tauhid dan mencegah mereka dari syirik, sebelum menyuruh mendirikan
sholat, melaksanakan zakat, puasa, haji, dan sebelum melarang mereka melakukan riba, zina,
pencurian dan membunuh jiwa tanpa alasan yang benar.

Jadi dasar yang paling pokok adalah mewujudkan peribadatan bagi Allah semata, sebagaimana firman-
Nya.

"Artinya : Dan, AKu tidak menciptakan manusia dan jin melainkan untuk menyembah-Ku." [Adz-
Dzariat: 56]

Hal ini tidak bisa terjadi kecuali dengan mengenal tauhidullah, baik secara ilmu maupun praktik,
realitas sehari-hari maupun jihad.

Anda bisa melihat berapa banyak para da'i Muslim dan jama'ah-jama'ah Islam yang menghabiskan
umurnya dan menghabiskan energinya untuk menegakkan hukum Islam atau menuntut berdirinya
negara Islam. Mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa
tegaknya hukum Islam tidak akan terwujud dengan cara seperti itu. Tujuan itu tidak akan terealisir
kecuali dengan suatu manhaj yang dilakukan secara perlahan-perlahan, memerlukan waktu yang
panjang, dilandaskan kepada kaidah yang jelas, harus dimulai dari penanaman akidah dan
menghidupkan pendidikan Islam serta menekankan masalah akhlak. Jalan yang perlahan-lahan dan
panjang ini merupakan jalan yang paling dekat dan paling cepat yang bisa ditempuh. Sebab untuk bisa
mengaplikasikan tatanan Islam dan hukum syariat Allah bukan merupakan tujuan yang bisa dilakukan
secara spontan dan tergesa-gesa. Karena hal ini tidak mungkin diwujudkan kecuali dengan merombak
masyarakat, atau adanya sekumpulan orang yang berkedudukan dan berbobot di tengah kehidupan
manusia secara umum yang siap memberikan pemahaman akidah Islam yang benar, baru kemudian
melangkah kepada pembentukan tatanan Islam, meskipun harus menghabiskan waktu yang lama[2]
Kesimpulannya, menerapkan hukum-hukum syariat, menegakkan hudud, mendirikan pemerintahan
Islam, menjauhkan hal-hal yang diharamkan dan melaksanakan hal-hal yang diwajibkan, semuanya
merupakan penyempurna tauhid dan penyertanya. Lalu bagaimana mungkin penyertanya mendapat
prioritas utama, sedangkan pangkalnya diabaikan?

Kami melihat sepak terjang berbagai jama'ah yang menyalahi manhaj para rasul dalam berdakwah
kepada Allah ini terjadi karena ketidaktahuan mereka terhadap manhaj ini. Padahal orang yang bodoh
tidak pantas menjadi da'i. Sebab syarat terpenting dalam aktivitas dakwah adalah ilmu, sebagaimana
yang difirmankan Allah tentang Nabi-Nya.

"Artinya : Katakanlah: 'Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orangorang
yang musyrik." [Yusuf: 108]

Jadi, keahlian seorang da'i yang paling penting adalah ilmu pengetahuan.

Kemudian kami melihat jama'ah-jama'ah yang menisbatkan diri kepada dakwah ini saling berbeda-
beda. Setiap jama'ah menciptakan pola yang tidak sama dengan jama'ah lain dan meniti jalannya
sendiri. Ini merupakan akibat dari tindakan yang menyalahi manhaj Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam. Karena manhaj beliau hanya satu, tidak terbagi-bagi dan tidak saling berselisihan. Firman Allah.

"Artinya: Katakanlah: 'Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku."

Orang-orang yang mengikuti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berada di atas jalan yang satu
ini dan tidak saling berselisih. Tapi orang-orang yang tidak mengikuti beliau tentu saling berselisih.

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 59 of 54

Firman Allah.

"Artinya: Dan, bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari
jalan-Nya." [Al-An'am: 153]

Jadi tauhid merupakan titik tolak dakwah kepada Allah dan tujuannya. Tidak ada gunanya dakwah
kepada Allah kecuali dengan tauhid ini, meskipun ia ditempeli dengan merk Islam dan dinisbatkan
kepadanya. Sebab semua rasul, terutama dakwah penutup mereka, Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam dimulai dari tauhidullah dan sekaligus itu pula tujuan akhirnya. Setiap rasul pasti mengatakan
untuk pertama kalinya seperti yang dijelaskan Allah.

"Artinya : Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah selain daripada-Nya." [Al-
A'raaf:59 ][3]

Ini merupakan tujuan hidup orang Muslim yang paling tinggi, yang untuk itulah dia menghabiskan
umurnya sambil mengusahakannya di tengah kehidupan manusia dan menguatkannya di antara
mereka.

Khaliq yang telah menyediakan apa-apa yang menunjang kemaslahatan kehidupan dunianya, Dia pula
yang menetapkan syariat agama bagi mereka dan menjaga kelangsungannya. Allah selalu menjaga
Islam, karena Islam itulah tujuan dari diciptakannya dunia bagi manusia, lalu mereka diberi kewajiban
untuk beribadah dan menguatkan tauhid, sebagaimana yang tercermin dalam firman Allah Ta'ala.

[Disalin dari kitab Ad-Da'wah ilallah Bainat-tajammu'i-hizby Wat-Ta'awunisy-Syar'y, Syaikh Ali bin
Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsary. Edisi Indonesia: Menggugat Keberadaan
Jama'ah-Jama'ah Islam. Penerjemah: Kathur Suhardi, Penerbit, Pustaka Al-Kautsar. Cet. Pertama,
September 1994; hal. 38-44]
FooteNote
[1].Diriwayatkan At-Tirmidzy, hadits nomor 2400, Ibnu Majah, hadits nomer 4023, Ahmad 1/172,
dari Sa'id bin Abi Waqqash, dengan sanad hasan.
[2].Limadza a'damuni?
[3].Mukaddimah Manhajul Anbiya'

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 60 of 54

Sumber : ht

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 61 of 54
Yahudi Musuh Agama !!!

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 62 of 54
Kategori Aktual

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 63 of 54
Kamis, 27 Juli 2006 12:00:35 WIB

YAHUDI MUSUH AGAMA !!!

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 64 of 54

Oleh
Redaksi Majalah Salafiyah Al-Ashalah

Musuh-musuh Islam dan orang-orang bodoh yang mengikuti mereka, berusaha menggambarkan
bahwa hakikat permusuhan kita melawan Yahudi hanyalah permusuhan memperebutkan wilayah
perbatasan, permasalahan pengungsi dan sumber air. Dan permusuhan seperti ini mungkin diselesaikan
dengan cara hidup berdamai dan mengganti para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal dengan
tempat tinggal baru, serta memperbaiki kondisi kehidupan mereka, menempatkan mereka di berbagai
wilayah, dan mendirikan pemerintahan sekuler yang hidup dibawah kaki tangan Yahudi ; yang menjadi
dinding keamanan bagi negara Yahudi.

Tidaklah mereka semuanya mengetahui, bahwa permusuhan kita dengan Yahudi adalah permusuhan
yang terjadi semenjak dahulu kala, semenjak pemerintahan Islam pertama berdiri di Madinah Al-
Munawarah dengan pimpinan Rasul (utusan Allah) untuk seluruh manusia yaitu Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Taala telah menjelaskan kepada kita tentang
hakikat kedengkian Yahudi dan permusuhan mereka terhadap umat Islam, umat Tauhid.

Artinya : Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-
orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik . [Al-Maidah: 82]

Lihatlah bagaimana Allah Subhanahu wa Taala mendahulukan Yahudi daripada orang-orang musyrik
dalam permusuhan (terhadap umat Islam), padahal millah/kepercayaan orang kafir adalah satu, hanya
saja mereka berbeda-beda tingkatan dalam permusuhan mereka terhadap umat Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam.

Artinya : orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti
agama mereka [Al-Baqarah: 120]

Semenjak awal kali kaum muslimin menghirup udara Islam: Orang-orang Yahudi telah melakukan
permusuhan terhadap umat Islam dan Nabi mereka Shallalahu alaihi wa sallam. Nabi kita Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam tidak luput dari gangguan orang-orang Yahudi. Mereka telah berusaha
membunuh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tiga kali, (Pertama) mereka berusaha
menimpakan batu ke kepala Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, (Kedua) mereka
meletakkan racun dalam (makanan) yaitu paha kambing, (Ketiga) ketika Labid bin Al-Asham Al-
Yahudi semoga laknat Allah Subhanahu wa Taala ditimpakan kepadanya- menyihir Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam.
Inilah dia Amerika membekali orang-orang Yahudi dengan senjata tercanggih yang menghancurkan ;
untuk membunuh anak-anak, wanita, orang tua penduduk Palestina yang beragama Islam, dan mereka
menyibukkan dunia dengan pemilihan umum Amerika untuk menutup-nutupi korban-korban
pemubunuhan yang dilakukan Yahudi terhadap penduduk Palestina yang muslim.

Inilah dia Inggris, membekali Yahudi dengan senjata penghancur yang menyebabkan korbannya
terbunuh mengerikan, senjata yang menghentikan gerakan pemuda Palestina ; maka umat Islam ini
adalah sasaran yang dituju oleh Yahudi dan penolong-penolongnya, baik pemudanya, para orang tua,
anak-anak, dan para wanita.
Dan inilah penolong-penolong Yahudi, memalingkan umat dari luka-luka yang diderita penduduk Pale
stina yang muslim, menutupi kejahatan-kejahatan yang dilakuakn Yahudi dengan mengadakan acara-
acara pertandingan-pertandingan olah raga, dan pertunjukan-pertunjukan yang menghilangkan

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 65 of 54

kesadaran umat serta menidurkan mereka.

Apakah kaum muslimin tidak mengetahui, bahwa permusuhan kita dengan Yahudi adalah permusuhan
aqidah, permusuhan budaya, permusuhan peradaban, permusuhan yang tidak akan dapat dihilangkan
begitu saja?!

Bukankah Yahudi telah membakar Masjidil Aqsa ? Bukankah mereka telah membuat lubang dibawah
Masjidil Aqsa, agar Masjid Aqsa runtuh dengan sendirinya? Bukankah mereka telah membunuh kaum
muslimin ketika sujud di bulan Ramadhan di Masjid Al-Khalil ?! Bukankah mereka telah membelah
perut-perut wanita-wanita yang hamil, dan membunuh anak-anak yang masih menyusui, dan
membakar tumbuh-tumbuhan maupun bangunan?!

Bukankah orang-orang Yahudi berusaha merubah masjid-masjid di Palestina menjadai kafe-kafe


minuman keras dan tempat perjudian?! Bukankah mereka telah menjadikan sebagian masjid-masjid itu
sebagai kandang-kandang binatang ternak dan tempat penimbunan sampah?

Lalu tiba-tiba ada yang menyatakan : Sesungguhnya permusuhan kita dengan Yahudi hanyalah
permusuhan dalam memperebutkan wilayah perbatasan[1], dan jalan penyelesaiannya adalah :
Mendirikan negara Palestina kecil, ibu kotanya di Al-Quds Asy-Syarif, supaya [pemeluk tiga agama
(Islam, Kristen dan Yahudi) hidup (bersama) demikianlah yang mereka kira-. Apakah mereka tidak
mengetahui bahwa agama yang diridhoi di sisi Allah Subhanahu wa Taala hanyalah Islam?! Atau
apakah mereka tidak mengetahui bahwa nabi Ibrahim Alaiahis Salam berlepas diri dari Yahudi dan
Nashara disebabkan kesyirikan dan penyembahan berhala yang mereka lakukan?

Artinya: Ibrahim bukan orang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah
seorang yang hanif/lurus lagi muslim/berserah diri (kepada Allah) dan sekal-kali bukanlah dia
termasuk golongan orang-orang musyrik [Ali-Imran: 67]

Sesungguhnya penyelesaian yang dipahami orang-orang Yahudi adalah Jihad dengan menegakkan
syarat-syarat jihad- untuk menegakkan kalimat Allah Subhanahu wa Taala, dan orang-orang Yahudi
tidak akan pernah menginginkan perdamaian, yang mereka inginkan hanyalah umat Islam menyerah,
ruku dan menghinakan diri kepada mereka, dan menghapuskan makna Jihad dari kamus kaum
muslimin, dan juga yang mereka inginkan hanyalah agar umat Islam menjadi budak Yahudi dan
pekerja serta pegawai mereka, yang mana orang Yahudi memukul umat Islam dengan sandal-sandal
mereka, dan menggiring umat Islam dengan cemeti mereka kapan saja mereka kehendaki.
Sesungguhnya hakekat permusuhan kita dengan Yahudi tidak akan berakhir dengan didirikannya
negara kecil yang membawa syiar Islam, namun tidak menegakkan syariat Allah Subhanahu wa
Taala, dan bagaimana permusuhan ini bisa berakhir! Sedangkan kaum muslimin membaca dalam
shalatnya 17 kali sehari.

Artinya: (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nimat kepada mereka, bukan
(jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nashara) [Al-
Fatihah: 7]

Yang dimaksud mereka yang dimurkai dalam ayat diatas adalah Yahudi, sedangkan yang dimaksud
orang-orang yang tersesat adalah Nashara, sesuai kesepakatan ahli tafsir hingga hari kiamat. Maka
peperangan yang menentukan, yang akan memusnahkan orang-orang Yahudi akan terjadi kelak, suatu
hal yang tidak bisa dihalangi : Peperangan iman, peperangan dalam rangka (ibadah) karena Allah
Subhanahu wa Taala
Artinya: Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kaum muslimin memerangi Yahudi, dan kaum
muslimin akan membunuh mereka, hingga orang Yahudi bersembunyi dibelakang batu dan pohon, lalu
batu dan pohon berkata: Wahai muslim! Wahai Abdullah ! Ini ada orang Yahudi dibelakangku
kemarilah, bunuhlah ia kecuali pohon Ghorqod, sesungguhnya pohon ini adalah pohon orang

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 66 of 54

Yahudi [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Ini adalah janji yang benar dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang mana beliau Shallallahu
alaihi wa sallam tidak berbicara dari hawa nafsu, janji yang akan memastikan akhir permusuhan
(umat Islam) melawan Yahudi, tidak sebagaimana gambaran surat-surat kabar yang tersesat dan
menyesatkan.

[Majalah Al-Ashalah edisi 30, hal.5-6, Penerjemah Abu Hasan Arif]

[Disalin dari Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah, Edisi 15 Th III Rajab 1426H/Agustus 2005M,
Penerbit Mahad Ali Al-Irsyad Surabaya, Jl Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya]

Foote Note
[1]. Mahmud Abdul Halim (salah seorang murid generasi pertama Hasan Al-Banna pendiri gerakan
Ikhwanul Muslimin di Mesir) membuat pasal pembahasan dengan judul Fi Qadhiyyatul Filistin
(Tentang Permasalahan Palestina) dalam kitabnya yang berjudul Al-Ikhwan Al-Muslimun Ahdats
Sonaat At-Tarikh, ia menceritakan tentang Lajnah Amerika Inggris dalam perkara Palestina, dimana
Hasan Al-Banna menghadiri rapat dengan lajnah itu dan menyampaikan ceramahnya.
Hasan Al-Banna berkata:
Hal yang ingin saya sampaikan adalah hal yang sederhana dari sisi agama, karena hal ini terkadang
tidak dimengerti oleh dunia Barat, oleh karena itu saya ingin menjelaskannya secara ringkas : Saya
tegaskan, bahwa permusuhan kita terhadap Yahudi bukanlah permusuhan agama, karena Al-Quran
menganjurkan persaudaraan dan menjalin pershabatan dengan mereka, dan agama Islam adalah
syariat insaniyyah (syariat manusia) sebelum menjadi syariah kaumiyyah (syariat suatu kaum),
agama Islam juga memuji mereka, dan menjadikan kesepakatan antara kita dengan mereka.

Artinya : Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik
[Al-Ma idah : 46]

Ketika Al-Quran memuat masalah Yahudi, Al-Quran hanya membicarkan dari sisi ekonomi dan
undang-undang, Allah Subhanahu wa Taala berfirman.

Artinya : Maka disebabkan kezaliman orang-oran Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka [An-Nisa: 160]

Demikian pula DR Yusuf Al-Qardhawi mengatakan:

Sesungguhnya kami tidak memerangi kalian (Yahudi) lantaran aqidah Yahudi yang kalian anut, dan
bukan pula lantaran bangsa kalian adalah bangsa Yahudi (Majalah Al-Bayan edisi 124, lihat kitab Al-
Qardhawi Fil Mizan hal. 218, -pent)

Asy-Syaikh Salim bin Id Al-Hilali hafidhaullah- memberi komentar terhadap perkataan Al-Banna
diatas dengan mengatakan : Sesungguhnya perkataan Al-Banna menghancurkan dan bukannya
membangun; menghancurkan puluhan ayat Al-Quran yang menunjukkan dengan dalil yang pasti
bahwa permusuhan terhadap Yahudi adalah permusuhan agama, diantara ayat-ayat itu adalah.

Artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu [An-Nisa: 101]

Artinya : Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-
orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik [Al-Maidah: 82]

Artinya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti
agama mereka [Al-Baqarah: 120]

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007


Ada Apa Di Balik Gempa? Page 67 of 54

Artinya: Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari
kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan
tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab
kepada mereka, sampai mereka membayar jiyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk
[At-Taubah: 29]
Sesungguhnya Yahudi adalah manusia yang paling memusuhi orang yang beriman, dan mereka adalah
makhluk yang paling jahat. (Lihat kitab Al-Jamaat Al-Islamiyyah Di Dhauil Kitab was Sunnah .,
karya Asy- Syaikh Salim Al-Hilali, hal. 284-285, -pent)

Sumber : http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=1 896&bagian=0

file://C:\Documents and Settings\ARTHA OPTIMA\Local Settings\Temp\~hhCAED.... 01/08/2007

Vous aimerez peut-être aussi