Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH:
2. Etiologi
Penyebabnya antara lain kualitas sumber air yang tidak memadai
dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah, pengolahan makanan yang
masih rendah, urbanisasi, keadaan sosioekonomi yang masih rendah,
pemeliharaan kebersihan pribadi (Personal Hygiene) yang kurang baik,
makan makanan yang tidak bersih, air minum yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dan tidak dimasak mendidih, serta kebersihan lingkungan dan
sanitasi lingkungan yang kurang.
3. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan Feses (kotoran).
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan, dan makanan yang tercemar
kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama
demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid,
karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia,mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,
batuk dan epistaksis.
5. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Demam Typhoid yaitu :
a. Perawatan.
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas sesuai dengan pulihnya,
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet.
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan memusnahkan
penyebaran kuman.
Antibiotik yang dapat digunakan.
1) Kloromfenikol : dosis pertama 4 x 250 mg, kedua 4 x 500 mg
2) Ampisilin / amoksisilin ; dosis 50 150 mg/kg BB. Diberikan selama
2 mingu
3) Katrimoksazol 480 mg. ; 2 x 2 tablet
4) Sefalosporin generasi II dan III
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan demam typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa pada demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
klien yang disangka menderita typhoid.
7. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :
1) Komplikasi : intestinal
a. Pendarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ileus paralitik
2) Komplikasi ekstraintestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler ; kegagalan sirkulasi perifer
(renjatansepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis
f. Komplikasi tulang : osteomyelitis
g.Komplikasi neuropsikiatrik : meningitis, meningismus, delirium
8. Prognosis
C. DAFTAR PUSTAKA
Edisi 8. EGC,Jakarta.
EGC,Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/54054961/demam-tifoid
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Pembimbing / C T
_____________________________________
NIP. :................................................................
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn.KMDENGAN DEMAM THYPOID
DI RUANG MAWAR RSUD KABUPATEN KARANGASEM
B. ANALISA DATA :
1. Data Subyektif :
Klien mengeluh demam, sakit kepala, myeri perut, dan lemas.
Klien mengeluh mual-mual dan muntah, mulut terasa kering.
Klien mengeluh demam yang hilang timbul sejak 2 bln. yang lalu
Klien di bantu dalam melakukan aktivitas sehari hari, karena
harus badrest.
Klien mengeluh bingung dan tampak gelisah memikirkan
penyakitnya.
Klien mengeluh kehilangan nafsu makan / anoreksia
Klien mengeluh nyeri pada perut.
2. Data Obyektif :
KU : lemah
Suhu : 38,4 C
TD : 100/70 mmHg.
Peristaltik usus meningkat
Mukosa mulut kering.
Kekuatan ekstremitas lemah
Suara serak
Lidah kotor
Mulut berbau