Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DEMAMTHYPOID
DI RUANG MAWAR
RSUD KAB. KARANGASEM

OLEH:

MADE ARIA SETIAWAN


NIM.:P07120016136

MAHASISWA PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES DENPASAR
TAHUN 2016/2017
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Demam typoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
kuman Salmonella Thyposa yang menimbulkan infeksi pada usus halus
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan serta lesu. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi
kuman salmonella.

2. Etiologi
Penyebabnya antara lain kualitas sumber air yang tidak memadai
dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah, pengolahan makanan yang
masih rendah, urbanisasi, keadaan sosioekonomi yang masih rendah,
pemeliharaan kebersihan pribadi (Personal Hygiene) yang kurang baik,
makan makanan yang tidak bersih, air minum yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dan tidak dimasak mendidih, serta kebersihan lingkungan dan
sanitasi lingkungan yang kurang.

3. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan Feses (kotoran).
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan, dan makanan yang tercemar
kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama
demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid,
karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

4. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia,mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,
batuk dan epistaksis.

5. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Demam Typhoid yaitu :
a. Perawatan.
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas sesuai dengan pulihnya,
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

b. Diet.
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan memusnahkan
penyebaran kuman.
Antibiotik yang dapat digunakan.
1) Kloromfenikol : dosis pertama 4 x 250 mg, kedua 4 x 500 mg
2) Ampisilin / amoksisilin ; dosis 50 150 mg/kg BB. Diberikan selama
2 mingu
3) Katrimoksazol 480 mg. ; 2 x 2 tablet
4) Sefalosporin generasi II dan III

6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan demam typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa pada demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
klien yang disangka menderita typhoid.

7. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :
1) Komplikasi : intestinal
a. Pendarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ileus paralitik
2) Komplikasi ekstraintestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler ; kegagalan sirkulasi perifer
(renjatansepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis
f. Komplikasi tulang : osteomyelitis
g.Komplikasi neuropsikiatrik : meningitis, meningismus, delirium

8. Prognosis

Prognosis demam typoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat


kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya
pengobatan.
9. Patoflodiagram / Penyimpangan KDM
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Data dasar pengkajian pasien demam typhoid yaitu :
a) Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan atau kurang untuk aktif atau
melakukan latihan teratur
Tanda : Bedrest total
b) Sirkulasi
Gejala : Ansietas, gelisah, delirium, stupor
Tanda : Nadi antara 80-100/menit, denyut lemah, tekanan darah turun.
c) Eliminasi
Gejala : Perut terasa kembung.
Tanda : Diare, konstipasi, inkontinensia urin
d) Makanan atau cairan
Gejala : Anoreksia
e) Higiene
Gejala : Lidah kotor, berkerak, berwarna merah di ujung dan di tepinya
Tanda : Mulut berbau tidak sedap
f) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala bagian depan
Tanda : Gangguan pendengaran
g) Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Tenggorokan terasa kering dan meradang
Tanda : Nyeri otot
h) Keamanan
Gejala : Hipertermi
Tanda : Peningkatan suhu mencapai 40C, pernafasan semakin cepat.
2. Diagnosa Keperawatan / Masalah Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat ditempat
tidur/ tirah baring.
c) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang
kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia atau output yang
berlebihan akibat diare.
e) Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus.
f) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.
g) Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan
prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang
tidak adekuat.

3. Intervensi / Rencana Asuhan Keperawatan


a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.
Intervensi:
1) Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
Rasional: Mengetahui perubahan suhu, suhu 38,9-41,1C
menunjukkan proses inflamasi.Jelaskan upaya untuk
mengatasi hipertermi dan bantu klien/ keluarga dalam
melaksanakan upaya tersebut, seperti: dengan
memberikan kompres dingin pada daerah frontal, lipat
paha dan aksila, selimuti pasien
2) untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh, tingkatkan intake
cairan dengan perbanyak minum.
Rasional: Membantu mengurangi demam.
3) Observasi tanda-tanda vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi dan
Respirasi) setiap 2-3 jam.
Rasional: Tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran keadaan
umum klien.
4) Monitor penurunan tingkat kesadaran.
Rasional: Menentukan intervensi selanjutnya untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut.
5) Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien.
Rasional: Untuk mempercepat proses penyembuhan.
6) Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat antipiretik
dan antibiotik.
Rasional: Obat antiperitik untuk menurunkan panas dan antibiotik
mengobati infeksi basil salmonella typhi.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di
tempat tidur/ tirah baring.
Intervensi:
1) Berikan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari berupa
makanan, minuman, ganti baju dan perhatikan kebersihan mulut,
rambut, genetalia dan kuku.
Rasional: Pemberian bantuan pada klien dapat menghindari
timbulnya komplikasi yang berhubungan dengan
pergerakan yang melanggar program tirah baring.
2) Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL.
Rasional: Partisipasi keluarga sangat penting untuk mempermudah
proses keperawatan dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
3) Jelaskan tujuan tirah baring untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat proses penyembuhan
Rasional: Istirahat menurunkan mobilitas usus juga menurunkan laju
metabolisme dan infeksi.
c) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang
kurang, mual, muntah/ pengeluaran yang berlebihan, diare, panas
tubuh.
Intervensi:
1) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, turgor kulit,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan.
Rasional: Perubahan status hidrasi, membran mukosa, turgor kulit
menggambarkan berat ringannya kekurangan cairan.
2) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: Perubahan tanda vital dapat menggambarkan keadaan
umum klien.
3) Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian.
Rasional: Memberikan pedoman untuk menggantikan cairan.
4) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
Rasional: Keluarga sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan cairan
klien.
5) Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian cairan IV.
Rasional: Pemberian cairan IV untuk memenuhi kebutuhan cairan.
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia,
atau output yang berlebihan akibat diare.
Intervensi:
1) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Rasional: Mengetahui penyebab pemasukan yang kurang sehingga
dapat menentukan intervensi yang sesuai dan efektif.
2) Monitor adanya penurunan berat badan.
Rasional: Kebersihan nutrisi dapat diketahui melalui peningkatan
berat badan 500 gr/minggu.
3) Monitor lingkungan selama makan.
Rasional: Lingkungan yang nyaman dapat menurunkan stress dan
lebih kondusif untuk makan.
4) Monitor mual dan muntah.
Rasional: Mual dan muntah mempengaruhi pemenuhan nutrisi.
5) Libatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi klien.
Rasional: Meningkatkan peran serta keluarga dalam pemenuhan
nutrisi untuk mempercepat proses penyembuhan.
6) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
Rasional: Protein dan vitamin C dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.
7) Berikan makanan yang terpilih.
Rasional: Untuk membantu proses dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Rasional: Membantu dalam proses penyembuhan.
e) Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus.
Intervensi:
1) Monitor tanda dan gejala diare.
Rasional: Untuk menentukan intervensi yang akan dilakukan.
2) Identifikasi faktor penyebab diare.
Rasional: Mengetahui penyebab diare sehingga dapat menentukan
intervensi selanjutnya.
3) Observasi turgor kulit secara rutin.
Rasional: Turgor kulit jelek dapat menggambarkan keadaan klien.
4) Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare.
Rasional: Untuk membantu dalam proses penyembuhan.

5) Anjurkan pasien untuk makan makanan rendah serat, tinggi protein


dan tinggi kalori jika memungkinkan.
Rasional: Makanan rendah serat dan tinggi protein dapat membantu
mengatasi diare.
6) Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal.
Rasional: Untuk melanjutkan intervensi dan pemberian obat
berikutnya.
7) Evaluasi intake makanan yang masuk.
Rasional: Untuk mengetahui tingkat perkembangan klien.
8) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian cairan IV.
Rasional: Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan.
f) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.
Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya, intensitas dan karakteristik nyeri.
Rasional: Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan
penyebaran penyakit/ terjadi komplikasi.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan menurunkan nyeri.
Rasional: Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor
yang memperberat (seperti stress, tidak toleran terhadap
makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi,
serta membantu dalam membuat diagnosis dan
kebutuhan terapi.
3) Beri kompres hangat pada daerah nyeri.
Rasional: Untuk menghilang nyeri.
4) Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian obat
analgetik.
Rasional: Analgetik dapat membantu menurunkan nyeri.

g) Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan


pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi
atau informasi yang tidak adekuat.
Intervensi:
1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang
penyakit anaknya.
Rasional: Mengetahui pengetahuan ibu tentang penyakit demam
typoid.
2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien.
Rasional: Agar ibu klien mengetahui tentang penyakit demam
typoid, penyebab, tanda dan gejala, serta perawatan dan
pengobatan penyakit demam typoid.
3) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum
dimengerti.
Rasional: Supaya keluarga lebih memahami tentang penyakit
tersebut.

C. DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart.2002, Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah,

Edisi 8. EGC,Jakarta.

Doenges,Marylin,E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit

EGC,Jakarta.

Markel E.K,Vaye M.1981, Medikal Parasitologi. Citra Aditya Bakti.

http://www.scribd.com/doc/54054961/demam-tifoid
LEMBAR PENGESAHAN

Karangasem , Juli 2017

Nama Pembimbing / C I Nama Mahasiswa

___________________________ MADE ARIA SETIAWAN


NIP.:............................................... NIM.: P07120016136

Nama Pembimbing / C T

_____________________________________
NIP. :................................................................
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn.KMDENGAN DEMAM THYPOID
DI RUANG MAWAR RSUD KABUPATEN KARANGASEM

A. PENGKAJIAN DATA DASAR


1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. KM
Umur : 45 Tahun
Agamaa : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Suku Bangsa : Bali
Alamat : BD.Sambilaklak, Desa Kubu. Kec.Kubu,
Kab.Karangasem.
Tanggal MRS : 17-06-2017
No.CM : 23-86-90
Diagnosa Medis : Demam Thypoid.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. NS
Umur : 40 Tahun
Hub.Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : Petani
Alamat : BD.Sambilaklak, Desa Kubu. Kec.Kubu,
Kab.Karangasem.
2. Alasan dirawat
Keluhan Utama : Demam tinggi, mual, muntah, sakit kepala.
Riwayat penyakit : Panas badan sejak 2 bulan yang lalu, hilang
timbul, disertai suara serak, mual muntah, sakit
kepala, batuk pilek(-),mencret(-)
3. Pemeriksaan Vital Sign :
Suhu : 38,4 C
TD : 100/70 mmHg.
Nadi : 80 x/menit.
Resp.: 20 x/menit, teratur.
4. Alergi dan reaksi
Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat dan makanan
tertentu.
5. Riwayat Pengobatan :
Obat yang sudah digunakan sebelum MRS yaitu :
Amoxcicilin 500 mg 3 x I,
Paracetamol 500 mg 3 x I.
Pengobatan saat ini :
IVFD RL 20 ttm
Cefitraxone 2 x 1 gram IV
Paracetamol 3 x 500 mg.
Diet : bubur saring.
6. Riwayat Penyakit
Klien mengatakan bahwa sudah sejak 2 bulan yang lalu
mengeluh demam tetapi hilang timbul.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang menderita
penyakit tersebut (mengalami demam seperti dirinya)
8. Aktifitas dan Istirahat
Klien tidak menggunakan alat bantuan tertentu dalam melaksanakan
aktifitas.
Untuk pemenuhan kebutuhan ADL, klien dibantu sebagian karena harus
menjalani tirah baring.
9. Riwayat psikologi
Klien mengeluh bingung dan tampak gelisah karena demam yang hilang
timbul, mekanisme koping : klien yakin kalau penyakitnya akan sembuh,
suport keluarga : klien mendapat suport dari istri dan anaknya.
10. Neurologis
Orientasi terhadap orang, tempat, waktu : baik, kesadaran ; composmentis,
pupil : normal, kekuatan extremitas agak lemah, suara agak serak, sensori
normal, penglihatan normal.
11. Respirasi
Pola nafas datar, suara pernafasan bersih, tidak ada sekresi pada jalan
nafas.
12. Nutrisi
Klien mengeluh kehilangan nafsu makan.
BB : 60 kg
TB : 170 cm.
13. Kardiovaskuler
Auskultasi : jantung tidak ada oedema, perfusi kering.
14. Gastrointestinal
Mukosa mulut kering, klien mengeluh mual-mual dan muntah, lidah kotor,
mulut berbau, BAB normal tidak ada konstipasi.
Klien mengeluh nyeri/sakit perut, peristaltik usus meningkat.
15. Genitourinarius
Jenis kelamin laki-laki, tidak ada keluhan pada daerah Genitourinarius.
BAK normal.

B. ANALISA DATA :
1. Data Subyektif :
Klien mengeluh demam, sakit kepala, myeri perut, dan lemas.
Klien mengeluh mual-mual dan muntah, mulut terasa kering.
Klien mengeluh demam yang hilang timbul sejak 2 bln. yang lalu
Klien di bantu dalam melakukan aktivitas sehari hari, karena
harus badrest.
Klien mengeluh bingung dan tampak gelisah memikirkan
penyakitnya.
Klien mengeluh kehilangan nafsu makan / anoreksia
Klien mengeluh nyeri pada perut.
2. Data Obyektif :
KU : lemah
Suhu : 38,4 C
TD : 100/70 mmHg.
Peristaltik usus meningkat
Mukosa mulut kering.
Kekuatan ekstremitas lemah
Suara serak
Lidah kotor
Mulut berbau

C. PERUMUSAN MASALAH DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi ditandai


dengan klien mengeluh demam (suhu 38,4C), demam bersifat hilang
timbul, sakit kepala, mukosa mulut kering,lidah kotor,suara serak
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus ditandai
dengan klien mengeluh nyeri perut, peristaltik usus meningkat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake kurang ditandai dengan mual, muntah, anoreksia, KU
lemah, kekuatan ekstremitas lemah, klien mengeluh lemas.
4. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang
kurang dan pengeluaran yang berlebihan ditandai dengan mual, muntah,
peningkatan suhu tubuh(38,4C), TD.100/70mmHg.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di tempat
tidur/ tirah baring ditandai dengan klien di bantu dalam melakukan
aktivitas sehari hari
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan
dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi
yang tidak adekuat ditandai dengan klien mengeluh bingung dan
tampak gelisah memikirkan penyakitnya.

Vous aimerez peut-être aussi