Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
1. Aisah Bibi (010114A003)
2. Alfian Arif Mahmudi (010114A007)
3. Dhinartika Dwi Lestari (010114A024)
4. Kadek Ria Gangga D. (010114A051)
A. DEFINISI
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun
ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Craniopharyngioma
adalah Tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursica.
Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung
kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak.
Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk
meningkatkan akses pada struktur intrakranial (Brunner & Suddarth, 2002).
B. ETIOLOGI
Kongenital : Beberapa tumor otak tertentu seperti kraniofaringioma,
teratoma, berasal dari sisa-sisa embrional yang kemudian mengalami
pertumbuhan neoplastik
C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF) :
1. Sakit kepala
2. Nausea atau muntah proyektil
3. Pusing
4. Perubahan mental
5. Kejang
Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik
dari otak)
1. Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia,
kebutaan, tanda-tanda papil edema.
2. Perubahan bicara, msalnya: aphasia
3. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi
sensorik.
4. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
5. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin,
dan konstipasi.
6. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.
7. Perubahan dalam seksual
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk membantu menentukan lokasi tumor yang tepat, sebuah deretan
pengujian dilakukan.
1. CT-Scan memberikan info spesifik menyangkut jumlah, ukuran,
dan kepadatan jejas tumor, serta meluasnya edema serebral
sekunder.
2. MRI membantu mendiagnosis tumor potak. Ini dilakukan untuk
mendeteksi jejas tumor yang kecil, alat ini juga membantu
mendeteksi jejas yang kecil dan tumor-tumor didalam batang otak
dan daerah hipofisis.
3. Biopsy stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan
untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
4. Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral.
5. EKG dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu kejang.
F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2. Mempercepat penyembuhan.
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
operasi.
4. Mempertahankan konsep diri pasien.
5. Mempersiapkan pasien pulang.
A. PENGKAJIAN
1. Primary Survey
a. Airway
1) Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing
(padat, cair) setelah dilakukan pembedahan akibat
pemberian anestesi.
2) Potency jalan nafas, meletakan tangan di atas
mulut atau hidung.
3) Auscultasi paru keadekwatan expansi paru,
kesimetrisan.
b. Breathing
1) Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan
gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan
pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun
iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia
breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi,
wheezing ( kemungkinana karena aspirasi),
cenderung terjadi peningkatan produksi sputum
pada jalan napas.
2) Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan
kedalaman). RR < 10 X / menit depresi narcotic,
respirasi cepat, dangkal gangguan
cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang
meningkat.
3) Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot
bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal efek
anathesi yang berlebihan, obstruksi.
c. Circulating:
1) Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap
tekanan darah bervariasi. Tekanan pada pusat
vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan
parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan
denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda
peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan
frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang
diselingi dengan bradikardia, disritmia).
2) Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban,
turgor kulit, balutan.
d. Disability : berfokus pada status neurologi
1) Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon
mata, respon motorik dan tanda-tanda vital.
2) Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara,
kesulitan menelan, kelemahan atau paralisis
ekstremitas, perubahan visual dan gelisah.
e. Exposure
1) Kaji balutan bedah pasien terhadap adanya
perdarahan
3. Tersiery Survey
a. Kardiovaskuler
Klien nampak lemah, kulit dan konjungtiva pucat dan akral
hangat. Tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 120x/menit, kapiler
refill 2 detik.
1) Brain
Klien dalam keadaan sadar, GCS: 4-5-6 (total = 15), klien
nampak lemah, refleks dalam batas normal.
2) Blader
Klien terpasang doewer chateter urine tertampung 200 cc,
warna kuning kecoklatan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan higiene luka yang buruk.
C. RENCANA TINDAKAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi.
Domain 12, Kelas 1, 00132.
NOC :
Pain Level
Pain Control
Comfort Level
Pain : Disruptive Effects
Kriteria Hasil :
Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
Melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi
Mampu menggunakan metode non farmakologi untuk
mengurangi nyeri
NIC
Manajemen Nyeri/ Paint management
Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi,
karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi
observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan,
khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara
efektif
Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat
mengekspresikan nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth
Edition. J.B. Lippincott Campany, Philadelpia.
Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC, Jakarta.
Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC)
sixth edition. St. Louis : Elsevier.
Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth
edition. St. Louis : Elsevier.