Vous êtes sur la page 1sur 25

P4

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Proses Kimia berjudul Absorbsi CO2 dengan larutan NaOH
ini telah disahkan:
Hari :
Tanggal :
Materi : Absorbsi CO2 dengan Larutan NaOH
Kelompok : 5 / Kamis
Nama / NIM : Binarsih Nawan Hanayati 21030115120038
Bintang Perjuangan 21030115120019
Jumiyati Hanapia Nurdin 21030115120053

Yang Mengesahkan,

Asisten Pembimbing

Joe Epridoena Sinulingga

i
P4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Proses Kimia Adsorbsi CO2 dengan Larutan NaOH .
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak, maka laporan ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Andri Cahyo Kumoro S.T,M.T, selaku dosen pembimbing
materiAdsorbsi CO2 dengan Larutan NaOH.
2. Rinda Ameliya Firdhausselaku koordinator asisten Laboratorium
Mikrobiologi.
3. Joe Epridoena Sinulinggaselaku asisten pengampu
materiAdsorbsi CO2 dengan Larutan NaOH
4. Segenap teman-teman yang telah memberikan dukungan baik materil
maupun spiritual.
Penulis berharap laporanini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi segenap pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa laporanini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.
Semarang, Desember 2012

Penyusun

ii
P4

INTISARI

Dalam industri, gas-gas pencemar seperti karbonmonoksida ataupun H2S


harus diserap agar tidak teremisi ke udara luar. Gas karbondioksida meskipun
kurang begitu berbahaya dapat menyebabkan efek rumah kaca yang dapat
menyebabkan pemanasan global. Dalam pabrik amoniak, gas karbondioksida
dapat meracuni katalis besi pada reaktor amoniak.
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia
dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu
sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Dalam
percobaan ini digunakan larutan NaOH sebagai cairan penyerap untuk
mengabsorbsi gas CO2 dan packing tower sebagai alat absorbsi dengan packing
jenis rashig rings berdiameter 1 inch.
Variabel tetap pada percobaan ini adalah konsentrasi larutan NaOH yaitu
0.65 N, HCl 0,5 N, temperatur 30o dan variabel berubah yaitu laju alir NaOH
adalah 1,5ml/detik, 3 ml/s dan 4,5 ml/s. Setelah menghitung fraksi kosong pada
kolom absorbsi, dianjutkan operasi absorbsi CO2 ke alam larutan NaOH
kemudian analisis larutan sampel dengan titrasi acidi alkalimetri.
Berdasarkan data hasil percobaan didapatkan beberapa hasil yang tidak
sesuai dengan teori. Ketidaksesuaian seperti bertambahnya jumlah gas
karbonidoksida yang terserap, diakibatkan karena adanya range pH pada
indikator. Sementara untuk ketidaksesuain kenaikan nilai Kla dan Kga,
diakibatkan karena aliran tidak steady. Untuk nilai K2 sudah sesuai dengan teori
yang mana akan semkain tinggi seiring meningkatnya laju alir. Sebagai saran,
jaga tekanan dari kompresor konstan selama operasi absorbsi, pastikan
perubahan warna yang terjadi saat titrasi masing-masing sampel sama dan
pastikan laju alir NaOH terjaga sesuai variabel operasinya.

iii
P4

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
RINGKASAN........................................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
I.2 Perumusan Masalah....................................................................................2
I.3 Tujuan Percobaan.......................................................................................2
I.4 Manfaat Percobaan.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
II.1 Adsorbsi....................................................................................................3
II.2 Analisa Perpindahan Massa dan Reaksi dalam proses Adsorbsi Gas
Oleh Larutan.............................................................................................4
BAB IIIPELAKSANAAN PERCOBAAN .......................................................... 7
III.1Bahan dan Alat yang Digunakan.............................................................7
III.2 Variabel Operasi......................................................................................7
III.3 Respon Uji Hasil......................................................................................7
III.4 Prosedur Percobaan..................................................................................8
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 7
IV.1Pengaruh laju alir terhadap jumlah CO2 terserap ..................................7
IV.2 Pengaruh laju alir terhadap KGa ............................................................7
IV.3 Pengaruh Laju alir terhadap KLa ...........................................................7
IV.4 Prosedur Percobaan.................................................................................8
BAB V PENUTUP................................................................................................15
V.1Kesimpulan..................................... .......................................................15
V.2 Saran ......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iv
P4

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Jumlah CO2 terserap pada laju alir 1,5 mL/s......................................10
Tabel IV.2 Jumlah CO2 terserap pada laju alir 3 mL/s ........................................10
Tabel IV.1 Jumlah CO2 terserap pada laju alir 4,5 mL/s......................................11
Tabel IV.2 Data laju alir dan Perpindahan fase gas CO2 .....................................12
Tabel IV.2 Data laju alir dan Perpindahan fase cair CO2 .....................................12
Tabel IV.2 Data laju alir dan K2 .........................................................................13

v
P4

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA
di pabrik Ammonia..................................................................3
Gambar II.2. Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH.................4
Gambar III.1 Skema Percobaan ....................................................................7
Gambar III.2 Rangkaian Alat Utama.............................................................8

vi
P4

DAFTAR GRAFIK

Gambar IV.1 Grafik Pengaruh waktu Terhadap nCO2 yang terserap................................11

Gambar IV.2 Grafik Pengaruh Laju Alir Terhadap KGa ..................................................12

Gambar IV.2 Grafik Pengaruh Laju Alir Terhadap KLa ..................................................13

Grafik IV.4. Konstanta laju alir Naoh dan CO2 Vs Laju alir...................................13

vii
P4

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hampir semua reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia
melibatkan bahan baku yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas
maupun cairan. Oleh karena itu, reaksi kimia dalam suatu industri dapat terjadi
dalam fase ganda atau heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier (Coulson,
1996). Walaupun terdapat perbedaan wujud pada bahan-bahan baku yang
direaksikan, namun terdapat satu fenomena yang selalu terjadi. Sebelum reaksi
kimia berlangsung. Maka salah satu atau lebih bahan baku (reaktan) akan
berpindah dari aliran utamanya menuju ke lapisan antarfase/batas atau menuju
aliran utama bahan baku yang lain yang berada di fase yang berbeda.

Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan


perpindahan komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya
berupa cairan yang tidak mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam
proses absorpsi dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau
bahkan badan utama cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-
bahan yang direaksikan. Untuk memfasilitasi berlangsungnya tahapan-tahapan
proses tersebut, biasanya proses absorpsi dijalankan dalam reaktor tangki
berpengaduk bersparger, kolom gelembung (bubble column) atau kolom yang
berisi tumpukan partikel inert (packed bed column). Proses absorpsi gas-cair
dapat diterapkan pada pemurnian gas sintesis, recovery beberapa gas yang masih
bermanfaat dalam gas buang atau bahkan pada industri yang melibatkan
pelarutan gas dalam cairan, seperti H2SO4, HCl, HNO3, formadehid dll (Coulson,
1996). Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksid yang kuat merupakan proses
absorpsi yang disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO2 dan ion OH-
membentuk ion CO32- dan H2O. Sedangkan reaksi antara CO2 dengan CO32-
membentuk ion HCO3- biasanya diabaikan (Danckwerts, 1970; Juvekardan
Sharma, 1972). Namun, menurut Rehm et al. (1963) proses ini juga biasa
dianggap mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH cukup rendah
(encer).

Perancangan reaktor kimia dilakukan berdasarkan pada permodelan


hidrodinamika reaktor dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model
matematika merupakan bentuk penyederhanaan dari proses sesungguhnya di

1
P4

dalam sebuah reaktor yang biasanya sangat rumit (Levenspiel, 1972). Reaksi
kimia biasanya dikaji dalam suatu proses batch berskala laboratorium dengan
mempertimbangkan kebutuhan reaktan, kemudahan pengendalian reaksi,
peralatan, kemudahan menjalankan reaksi dan analisis, dan ketelitian.

I.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh laju alir terhadap jumlah CO2 yang terserap pada
berbagai waktu reaksi?

2. Bagaimana pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
fase gas (kGa)?
3. Bagaimana pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
fase cair (kLa)?
4. Bagaimana pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2)?

I.3 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai
beberapa hal berikut:

1. Pengaruh laju alir terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu
reaksi.
2. Pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2fase gas
(kGa).
3. Pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair
(kLa).
4. Pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2).

I.4 Manfaat Percobaan


1. Mengetahui pengaruh laju alir terhadap jumlah CO2 yang terserap pada
berbagai waktu reaksi.

2. Mengetahui pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
fase gas (kGa).
3. Mengetahui pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
fase cair (kLa).
4. Mengetahui pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2).

2
P4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia
dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu
sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbsi
dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia.

Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa


pelarutan gas dalam larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia.
Contoh proses ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, methanol, propilen
karbonat. Penyerapan gas oleh larutan penyerap terjadi karena adanya interaksi
fisik. Mekanisme proses absorbsi fisik dapat dijelaskan dengan beberapa model,
yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh Whiteman (1923), teori penetrasi
oleh Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.

Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa


pelarutan gas dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh
peristiwa ini adalah absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan
sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan
gas CO2 pada pabrik amonia seperti yang terlihat pada gambar II.1.

Gambar II.1. Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik
Ammonia.
Proses absorpsi gas dengan fase cair dapat dilakukan dalam tangki
berpengaduk yang dilengkapi dengan sparger, kolom gelembung (bubble
column), atau dengan kolom yang berisi packing yang inert (packed column) ,

3
P4

atau piringan (tray column). Pemilihan Pemilihan peralatan proses absorpsi


biasanya didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan cairan), suhu, tekanan,
kapasitas, dan ekonomi.

II.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh
Larutan Cairan

Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang
disertai reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa
CO2 melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan
antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO2 dari
lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan
gugus hidroksil (OH-). Skema proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar II.2. Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH.

Laju perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas:


= ()
(1)
Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan :
= .(2) (2)

dengan H pada suhu 30oC = 2,88 x 10-5 g mole/cm3. atm.

Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan
reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil:

(3)
Keadaan batas:

4
P4

dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara CO2 dan [OH-}, yaitu = 2.
Di fase cair, reaksi antara CO2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa
tahapan proses:

NaOH(s) Na+(l) + OH-(l) (a)


CO2(g) CO2(l) (b)
CO2(l) + OH-(l) HCO3-(l) (c)

HCO3-(l)+ OH-(l) H2O(l) + CO32-(l) (d)

CO32-(l) + Na+(l) Na2CO3(l) (e)

Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga


proses absorpsi biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam
larutan NaOH terutama jika CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan
gas lain atau dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada langkah c
(Juvekar dan Sharma, 1973).

Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :

(4)

Jika nilai kL sangat besar, maka: , sehingga persamaan di atas

menjadi (5)

Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-]
dalam larutan. Hal ini berakibat:

(6)

Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH
akan mengikuti persamaan:

(7)

Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien transfer
massa CO2 pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi
kimia seperti dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973):

5
P4

(8)
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC
adalah 2.1 x 10-5 cm2/det (Juvekardan Sharma, 1973).

Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan


meninjau perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada
selang waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak
berdimensi, kGa dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto,
2000):

(9)

Dengan dan

Secara teoritik, nilai kGa harus memenuhi persamaan:

(10)

Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plmdapat didekati dengan p = pin-pout.
Sedangkan nilai kla dapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan
and Xu,
(11)

Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan


dengan laju difusi CO2 ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada
batas film cairan dengan badan cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh
konsumsi CO2 yang sangat cepat selama reaksi sepanjang film. Adapun, tebal

film (x) dapat ditentukan persamaan:

(12)

6
P4

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Skema Percobaan

Membuat 10L larutan NaOH dialirkan ke Menentukan fraksi ruang


NaOH 0,65 N. tangki 2 dengan pompa. kosong kolom absorpsi.

NaOH diumpankan Mengukur laju alir NaOH diumpankan


sesuai dengan laju alir. 1,5; 3 ; 4,5 (mL/s). kedalam kolom.

CO2 dialirkan melalui 10 mL larutan diambil Titrasi dengan HCl 0,5


baigan bawah kolom. tiap 1menit s/d 10 menit. N.

Mencatat kebutuhan
titran.

Gambar III.1 Skema Percobaan

III.2Bahan dan Alat yang Digunakan


1. Bahan yang digunakan
a. Kristal Natrium Hidroksida (NaOH)
b. Cairan Gas Karbondioksida (CO2) yang disimpan di tabung bertekanan
c. Udara
d. Aquadest (H2O)
e. Reagent untuk analisis yaitu larutan HCl 0,1 N dan indikator PP dan
MO
2. Alat yang digunakan
Rangkaian alat praktikum absorbsi terlihat pada gambar III.2

7
P4

Gambar III.2 Rangkaian Alat Utama

III.3 Variabel Operasi


a. Variabel Tetap
Suhu (T) : 30OC
Tekanan (P) : 5,5 bar
Konsentrasi NaOH [NaOH] : 0,65 N
Konsentrasi HCl [HCl] : 0,5 N

b. Variabel Berubah
Laju alir : 1,5 ml/s,3 ml/s dan 4,5 ml/s.

III.4 Respon Uji Hasil


Konsentrasi ion CO32- dalam larutan sampel dan CO2 yang terserap.

III.5 Prosedur Percobaan


1. Membuat larutan induk NaOH dengan konsentrasi 0,65 N
Menimbang massa NaOH 265,3 gr.
Dilarutkan dalam aquadest sebanyak 10 L.
Larutan NaOH ditampung dalam tangki untuk dioperasikan.
2. Menentukan fraksi ruang kosong pada kolom absorpsi
Pastikan kran di bawah kolom absorpsi dalam posisi tertutup.
Alirkan larutan NaOH dari bak penampung 2 ke dalam kolom absorpsi.
Hentikan jika tinggi cairan di dalam kolom tepat setinggi tumpukan
packing.

8
P4

Keluarkan cairan dalam kolom dengan membuka kran di bawah kolom,


tampung cairan tersebut dan segera tutup kran jika cairan dalam kolom
tepat berada pada packing bagian paling bawah.

Catat volume cairan sebagai volume ruang kosong dalam kolom absorpsi
= Vvoid.

Tentukan volume total kolom absorpsi, yaitu dengan mengkur diameter

kolom (D) dan tinggi tumpukan packing (H),

Fraksi ruang kosong kolom absorpsi =

3. Operasi Absorbsi

NaOH dengan konsentrasi tertentu (sesuai variabel) dipompa dan


diumpankan ke dalam kolom melalui bagian atas kolom pada laju alir 3
ml/s hingga keadaan mantap tercapai.

Mengalirkan gas CO2 melalui bagian bawah kolom. Ukur beda ketinggian
cairan dalam manometer 1 dan manometer 2 jika aliran gas sudah steady.

Mengambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom absorpsi tiap 1 menit


selama 10 menit dan dianalisis kadar ion karbonat atau kandungan NaOH
bebasnya.

Mengulangi percobaan untuk nilai variabel kajian yang berbeda.

4. Menganalisis sampel

Sebanyak 10 mL sampel cairan ditempatkan dalam erlenmeyer 100 mL.


Menambahkan indicator fenolfthalein (PP) sampai merah jambu, dan
titrasi sampel dengan larutan HCl 0.5 N sampaiwarna merah hampir
hilang (kebutuhan titran = a mL), maka mol HCl = a x 0,1 mmol.

Menambahkan 2-3 tetes indicator metil jingga (MO), dan titrasi


dilanjutkan lagi sampai warna jingga berubah menjadi merah (kebutuhan
titran=b mL), atau kebutuhan HCl = b x 0.1 mmol.

Jumlah NaOH bebas = (2a-b) x 0.1 mmol di dalam 10 mL sampel.

Konsentrasi NaOH bebas = (2a-b) x 0.01 mol/L.

9
P4

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. Hasil Percobaan dan Pembahasan


IV.1 Menganalisa Pengaruh Laju Alir Terhadap jumlah CO2 berbagai
waktu
Secara umum jumlah CO2 yang terserap berdasarkan hasil yang diperoleh
dari percobaan cenderung mengalami penurunan seiring berlangsungnya proses
absorbsi.

Tabel IV.1 Jumlah CO2 terserap pada laju alir 1,5 mL/s
CO2
t (menit) a b
terserap

0 8,7 2,1 0,21


1 8,9 1,9 0,19
2 9 1,8 0,18
3 9,1 1,8 0,18
4 9,1 1,6 0,16
5 8,9 1,5 0,15
6 8,5 1,3 0,13
7 8,4 1 0,1
8 10,2 1,1 0.11
9 9,3 1 0,1
10 10 0,6 0,03

Rata-rata 9,1 1,4 0,14

Tabel IV.2 Jumlah CO2 terserap pada laju alir 3 mL/s

t (menit) A b CO2 terserap

0 15,5 3,2 0,32


1 15,6 3,1 0,31
2 15,6 2,7 0,27
3 15,8 2,6 0,26
4 15,9 4,2 0,42
5 16,1 2,3 0,23

10
P4

6 16,3 3,5 0,35


7 16,3 3,7 0,37
8 16,3 3,7 0,37
9 16,4 4,9 0,49
10 16,5 5,1 0,51

Rata-rata 16,02 3,54 0,35

Tabel IV.3 Jumlah CO2 terserap pada laju alir 4,5 mL/s
CO2
t (menit) A b
terserap

0 7,7 1 0,1
1 7,7 0,9 0,09
2 7,6 0,8 0,08
3 7,6 0,7 0,07
4 7,5 0,7 0,07
5 7,3 0,5 0,05
6 7,3 0,5 0,05
7 6,9 0,4 0,04
8 6,7 0,4 0,04
9 6,7 0,3 0,03
10 6,5 0,3 0,03

Rata-rata 7,22 0,56 0,059

0.6

0.5
nCO2 yg terserap

0.4

0.3 1,5ml/s
3 ml/s
0.2
4,5 ml/s
0.1

0
0 2 4 6 8 10 12
t(menit)

Gambar IV.1 Grafik Pengaruh waktu Terhadap nCO2 yang terserap

11
P4

Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa jumlah CO2 yang terabsorbsi kedalam
larrutan NaOH semakin sedikit seiring berjalannya waktu dan semakin besarnya laju
alir. Namun pada variabel 2 pada T4,T6,T7,T9, dan T10 terjadi peningkatan jumlah
CO2 yang terserap. Seharusnya semakin besar laju alir NaOH, jumlah CO2 terserap
semakin kecil. Hal ini dikarenakan pada operasi absorbsi dengan laju alir besar,
waktu kontak antara NaOH dengan CO2 untuk jumlah molekul yang sama akan
semakin kecil. Waktu kontak yang singkat ini menyebabkan transfer massa yang
terjadi lebih sedikit dan jumlah CO2 yang terserap juga lebih sedikit (Fuad Maarif,
Januar Arif F,2009).

Meningkatnya jumlah CO2 terserap kemungkinan disebabkan karena pada saat


titrasi penentuan kadar karbondioksida yang terserap menggunakan metode titrasi
acidimetri menggunakan indikator MO yang memiliki rentang pH cendrung tinggi.
Rentang pH indikator metil jingga adalah 2,9 -4,0 (Ilma Nurhidayati,2012). Karena
adanya rentang pH inilah kemungkinan pada saat TAT metil jingga merubah warna
larutan pada pH yang cenderung rendah sehingga kebutuhan titran yang diperlukan
akan mengalami peningkatan. Peningkatan kebutuhan titran ini mengakibatkan
adanya kenaikan pada perhitungan jumlah karbondioksida yang terserap.

IV.2 Perpindahan massa fase gas CO2 Vs Laju alir


Tabel IV.2 Data laju alir dan Perpindahan fase gas CO2
Laju alir KGa
1,5 2,0214 x 10-4
3 5,0535 x 10-4
4,5 8,5188 x 10-5

0.0006

0.0005

0.0004
KGa

0.0003

0.0002

0.0001

0
0 1 2 3 4 5

Laju Alir (ml/s)

Gambar IV.2 Grafik Pengaruh Laju Alir Terhadap KGa

12
P4

Pada grafik diatas dapat dilihat ada penurunan pada laju alir 4,5 mL/s.
Penurunan nilai ini disebababkan karena aliran pada packed column belum
mencapai keadaan steady. Keadaan unsteady ini kemungkinan disebabkan
karena NaOH keluar dari packed coloumn dengan debit yang tidak stabil
(dipengaruhi oleh laju alir dan tekanan gas CO2 pada packed coloumn). Karena
apabila aliran pada packed column sudah steady, maka nilai kGa akan semakin
besar seiring meningkatnya laju alir. Hal ini disebabkan karena kenaikan laju alir
NaOH akan meningkatkan koefisien perpindahan massa antar fase gas-cair. Hal
ini dapat terjadi karena semakin besar laju alir cairan maka kontak antara gas
dengan cairan semakin baik. Dengan demikian, jumlah gas yang didapat
berpindah dari fase gas menuju fase cairan juga semakin besar. (Kumoro, Andri
Cahyo dan Hadiyanto, 2000)

IV.3 Perpindahan massa fase cair CO2 Vs Laju alir


Tabel 1V.3 Data laju alir dan Perpindahan fase cair CO2
Laju alir (ml/s) KLa (m3/s)
1,5 1,8 x 10-4
3 8,1 x 10-5
4,5 8,917 x 10-4

0.0002
0.00018
0.00016
0.00014
KLa (m3/s)

0.00012
0.0001
0.00008
0.00006
0.00004
0.00002
0
0 1 2 3 4 5
Laju alir (ml/s)

Gambar IV.3 Grafik Pengaruh Laju Alir Terhadap KLa


Pada grafik diatas dapat dilihat adanya penurunan nilai KLa lalu diikuti
dengan adanya kenaikan nilai seiring dengan meningkatnya laju alir. Hal ini
sudah sesuai dengan referensi. Semakin besar laju alir maka nilai kLa
mengalami penurunan terlebih dahulu kemudian naik karena aliran belum steady
(dipengaruhi oleh laju alir NaOH yang memasuki packed coloumn dan tekanan

13
P4

gas karbondioksida yang ada pada packed coloumn) sehingga saat keadaan
sudah steady maka nilai kLa akan semakin besar (M. Hasnan A. Najib, Putri
Prima A, Nurul Kumaeti, Hapsoro A. Aji, 2011).

IV.4 Pengaruh Laju Alir Terhadap Konstanta Kesetimbangan NaOH dan CO2
Tabel IV.4. Data Konstanta laju alir NaOH dan CO2 Vs Laju alir
Laju Alir(ml/s) K2 105
1,5 5,92819
3 34,68743
4,5 963,897127

1000
900
800
700
K2 E105

600
500
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5
Laju alir(m/s)

Grafik IV.4. Konstanta laju alir Naoh dan CO2 Vs Laju alir

Pada grafik di atas dapat dilihat hubungan antara konsentrasi laju alir dengan
nilai K2 dimana peningkatan laju alir memperbesar nilai K2. Hal ini dapat
terjadi karena semakin cepat laju alir dari NaOH maka reaksi yang terjadi atau
tumbukan yang terjadi antara molekul semakin cepat sehingga transfer massa
yang dihasilkan semakin sedikit dan jumlah CO2 yang terserap semakin sedikit.
( Fuad, Januar,2009). Hal ini sudah sesuai dengan referensi, semakin besar laju
alir NaOH maka nilai k2 semakin besar (M. Hasnan A. Najib, Putri Prima A,
Nurul Kumaeti, Hapsoro A. Aji, 2011).

Hal ini disebabkan aliran belum mencapai keadaan steady (dipengaruhi


oleh laju alir dan tekanan gas karbondioksida pada packed coloumn). Karena
apabila aliran sudah steady maka semakin besar aliran maka semakin besar laju
alir yang menyebakan nilai k 2 semakin tinggi. Hal itu disebabkan oleh arus
turbulen pada variabel-variabel tersebut. Pada aliran turbulen, molekul-molekul
dalam fluida bergerakke segala arah sehingga menyebabkan tumbukan antar
partikel yang semakin besar pula. Dikatakan aliran turbulen karena mempunyai

14
P4

bilangan Reynold lebih besar dari 1000 ( Steven F.Miller and C Judson King,
1996).

Hubungan antara faktor tumbukan dengan harga k 2 digambarkan

melalui persamaan Arhenius:

k = Ae -E/RT , dimana:

k : Konstanta kecepatan reaksi

A: Faktor tumbukan

E : Energi aktivasi

R : Konstanta gas

T : Suhu

Berdasarkan persamaan tersebut di atas maka semakin besar faktor


tumbukan, harga konstanta kecepatan reaksi juga besar. Hal ini terjadi karena
faktor tumbukan dipengaruhi oleh laju alir. Jadi semakin besar laju alir NaOH
maka k 2 semakin besar, karena besarnya laju alir berbanding lurus

dengan besarnya k 2 ( Levenspiel, O, 1972).

15
P4

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan, semakin besar laju alirNaOH maka jumlah CO2 yang
terserap semakin sedikit, namun pada beberapa variabel didapati fenomena
kenaikan jumlah gas karbondioksida terserap. Ketidaksesuaian ini
kemungkinan disebabkan karena adanya rentang pH pada metil jingga.
2. Dari hasil percobaan, semakin besar laju alir NaOH, nilai KGa akan naik
terlebih dahulu lalu akan mengalami penurunan. Seharusnya nilai KGa akan
semakin naik seiring bertambahnya laju alir. Ketidaksesuaian ini disebakan
karena aliran tidak steady.
3. Semakin besar laju alir NaOH, nilai KLa akan semakin besar. Namun data
yang didapat dari percobaan, menunjukkan adanya penurunan nilai KLa.
Ketidaksesuain ini disebabkan karena aliran tidak steady.
4. Berdasarkan data hasil percobaan semakin besar laju alir NaOH, nilai K2
akan semakin besar. Hal ini sudah sesuai teori dimana nilai K2 akan semakin
meningkat seiring bertambahnya laju alir.

V.2 Saran
1. Jaga tekanan dari kompresor konstan selama operasi absorbsi.
2. Pastikan perubahan warna yang terjadi saat titrasi masing-masing sampel adalah
sama.
3. Laju alir NaOH dijaga sesuai variabel operasinya.

16
P4

DAFTAR PUSTAKA

Coulson, J. M., & Richardson, J. F. (1996). Chemical Engineering: Volume 1: Fluid


flow, heat transfer and mass transfer (5th ed.). London: Butterworth
Heinemann.

Danckwerts, P. V. (1970). Gas Liquid Reactions (5th ed.). New York: McGraw-Hill
Book Company, Inc.

Danckwerts, P. V., & Kennedy, B. E. (1954). Kinetics of liquid-film process in gas


absorption. Part I: Models of the absorption process. Transaction of the
Institution of Chemical Engineers, 32, S49S52.

Franks, R. G. E. (1967). Mathematical modeling in chemical engineering. New


York: John Wiley and Sons, Inc.

Fuad Maarif, Januar Arif F.2009. Absorbsi Gas Karbondioksida (CO2) dalam
Biogas dengan Larutan NaOH secara Kontinyu

Juvekar, V. A., & Sharma, M. . (1972). Absorption of CO, in suspension of lime.


Chemical Engineering Science, 28, 825837.

Kumoro, & Hadiyanto. (2000). Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan Soda
Api dalam Ungun Tetap, 24(2), 186195.

Levenspiel, O. (1972). Chemical Reaction Engineering. Chemical Engineering


Science (2nd ed., Vol. 19). New York: John Wiley and Sons, Inc.
http://doi.org/10.1016/00092509(64)85017-X

M. Hasnan A. Najib, Putri Prima A, Nurul Kumaeti, Hapsoro A. Aji F.2011. Studi
Pengaruh Variabel Laju Alir NaOH dalam Proses Absorbsi Gas CO2

Rehm, T. R., Moll, A. J., & Babb, A. L. (1963). Unsteady State Absorption ofCarbon
Dioxide by Dilute Sodium Hydroxide Solutions. American Institute of Chemical
Engineers Journal, 9(5), 760765.

Zheng, Y. and Xu, X. (1992), Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass
transfer characteristics in catalyst bed within the column, Transaction of
theInstitution of Chemical Engineers, (Part A) 70, 459464.

17
P4

18

Vous aimerez peut-être aussi