Vous êtes sur la page 1sur 5

Anthony Giddens dikenal sebagai tokoh sosiologi yang terkenal, yang merupakan penasehat

Perdana Menteri Inggris Tony Blair, menulis tentang proses globalisasi. Menurut Giddens,
globalisasi adalah the intensification of worldwide social relations which link distant localities
in such way that local happenings are shaped by events occurring many miles away and vice
versa, yang sebenarnya telah merubah seluruh aspek dari kehidupan sehari-hari.

Dimana dalam menyampaikan pendapatnya Giddens menelaah pemikiran tokoh-tokoh besar


dalam sosiologi, Karl Marx, Emile Durkheim, serta Max Weber. Hasilnya ia terbitkan sebagai
buku, Capitalism and Modern Social Theory. An analysis of the Writings of Marx, Durkheim
and Max Weber (1971). Setelah itu ia mengarahkan pemikirannya ke berbagai pemikiran seperti
Fungsionalisme Talcott Parson, Interaksionisme Simbolis Erving Goffman, Marxisme,
Strukturalisme Ferdinand de Saussure dan Levi Strauss, Post-Strukturalisme Michel Foucault,
pemikiran Jacques Derrida, dsb. Dan pada akhirnya tahun 1984 karya Giddens mencapai
puncaknya dengan terbitnya buku the constitution of society outline of the theory of society,
yang merupakan pernyataan tunggal terpenting tentang perspektif teori Giddens.

Dalam teorinya, Giddens menyebut bahwa struktur sosial dilatarbelakangi oleh human
agency, atau hubungan antara peraturan dan perilaku. Aturan (rules) mempengaruhi perilaku dan
tindakan yang dibuat oleh manusia. Aturan ini, ketika dilembagakan secara sosial, membentuk
struktur yang terus direproduksi menjadi sebuah sistem. Proses reproduksi struktur hingga
berinteraksi menjadi sistem tersebutlah yang dinamakan oleh Giddens sebagai proses strukturasi.

Teori strukturasi dipelopori oleh Anthony Giddens, seorang sosiolog Inggris yang
mengembangkan apa yang disebutnya sebagai sosiologi sehari-hari. Sosiologi didasarkan pada
pemahamanya atas strukturasi dalam sistem sosial.

Menurut Giddens, struktur bukan bersifat eksternal bagi individu-individu melainkan dalam
pengertian tertentu lebih bersifat internal. Struktur tidak bisa disamakan dengan kekangan
(constraint) namun selalu mengekang (constraining) dan membebaskan (enabling). Hal ini tidak
mencegah sifat-sifat struktur sistem sosial untuk melebar masuk kedalam ruang dan waktu diluar
kendali aktor-aktor individu, dan tidak ada kompromi terhadap kemungkinan bahwa teori-teori
sistem sosial para aktor yang dibantu ditetapkan kembali dalam aktivitas-ativitasnya yang bisa
merealisasikan sistem-sistem itu. Manusia melakukan tindakan secara sengaja untuk
menyelesaikan tujuan-tujuan kita, pada saat yang sama, tindakan manusia memiliki unintended
consequences (konsekuensi yang tidak disengaja) dari penetapan struktur yang berdampak pada
tindakan manusia selanjutnya.

Hal menarik lain yang patut kita analisis dari pandangan Anthony Giddens adalah
pandangannya mengenai modernisasi dan globalisasi.

Giddens juga melihat globalisasi sebagai juggernaut (panser raksasa) yang lepas kontrol.
Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan kehidupan modern sebagai sebuah dunia yang
tak terkendali. Citra panser raksasa dimaksudkan Giddens untuk menerangkan bahwa
mekanisme global jauh lebih besar kekuasaannya ketimbang agen yang mengemudikannya.
Modernitas/globalitas dalam bentuk juggernaut sangatlah dinamis, dia adalah dunia yang terus
berputar dengan besarnya peningkatan percepatan, cakupan, dan besarnya perubahan dari sistem-
sistem yang mendahuluinya. Giddens menambahkan bahwa juggernaut tidak mengikuti alur
tunggal. Terlebih lagi dia bukan hanya satu melainkan tersusun dari beberapa bagian yang saling
berkonflik dan kontradiktif. Jadi, Giddens mengatakan kepada kita bahwa ia tidak menawarkan
satu teori besar yang telah usang atau paling tidak bukan satu narasi besar yang sederhana dan
satu arah. Gagasan tentang juggernaut sangat cocok dengan teori strukturasi khususnya dengan
titik tekan yang diarahkan pada teori ruang dan waktu.

Giddens mendefinisikan globalitas berdasarkan empat institusi dasar. Pertama adalah


kapitalisme, yang biasanya dicirikan oleh produksi komoditas kepemilikan modal pribadi, buruh
upahan yang tidak memilki hak milik dan sistem kelas yang berasal dari ciri-ciri ini. Yang kedua
adalah industrialisme, yang terdiri dari penggunaan sumber kekuasaan tak bernyawa dan mesin
untuk memproduksi barang. Yang ketiga adalah kapasitas pengawasan yang merujuk pada
supervisi aktivitas penduduk diranah politik. Yang keempat adalah dimensi institusional
modernitas yaitu kekuatan militer atau kontrol atas sarana kekerasan termasuk industrialisasi
perang.

Keempat institusi dasar diatas menurut Giddens saling mempengaruhi dan saling
memperkuat. Empat institusi ini pada gilirannya memunculkan empat masalah/ancaman yang
ditimbulkan. Sebenarnya Giddens tidak secara spesifik menjelaskan mana dari empat institusi
yang paling menonjol atau paling berperan besar. Kapitalisme memberikan andil terbesar dalam
kekeruhan dunia modern saat ini. Kapitalisme mendorong manusia untuk terus berkompetisi,
sementara industrialisme merangsang manusia untuk berinovasi. Kompetisi mendorong untuk
inovasi teknologi mengalami percepatan perkembangan akibat dukungan modal dari korporat-
korporat raksasa. Para kapitalis tidak henti-hentinya menemukan produk-produk baru, demikian
pula para teknologi. Dalam hal ini bata-batas teritorial negara (nation-state) tidak dihiraukan,
demikian pula batas-batas kultur. Bahkan manusia sebagai individu juga tidak diperhitungkan.
Yang penting adalah maju dan baru, tepat seperti konsep dasar globalisme.

The Third Way; Solusi Giddens

Salah satu teoretisasinya yang menggemparkan dunia intelektual maupun kalangan politisi
adalah bukunya The Third Way, yang terbit tahun 1998. Buku ini terkenal dengan ungkapan
Giddens yang mengatakan bahwa sosialisme itu sudah mati. Giddens lalu dituduh sebagai
pengikut golongan kanan. Akan tetapi dalam buku itu juga Giddens mengecewakan kelompok
kanan karena ia mengatakan bahwa neoliberal atau New Right tak mungkin melanjutkan
programnya. Maka, oleh sejumlah orang buku The Third Way sering ditafsirkan sebagai jalan
keluar dari konflik antara sosialisme (yang menonjolkan negara) dan kapitalisme (yang
mengagungkan peran pasar). The Third Way memang berusaha untuk keluar dari kebuntuan
pemikiran kiri maupun kanan.

Akan tetapi ada satu hal yang baru dalam buku ini yaitu Giddens secara lebih rinci dan
eksplisit menguraikan tentang peran negara. Ia masih percaya bahwa negara atas dasar
demokrasi merupakan pilihan terbaik yang ada sekarang, juga percaya bahwa negara harus
memainkan peranan dalam masyarakat. Akan tetapi berbeda dari konsep-konsep klasik tentang
negara, Giddens menempatkan negara sebagai rekan (partner) dari masyarakat. Negara dan
masyarakat tidak beroposisi, masing-masing memainkan perannya yang saling menunjang dan
saling mengisi.

Proyek ini jelas tidak memuaskan kelompok Marxis. Bagi Giddens, kelompok Marxis
sekarang sudah ketinggalan zaman. Program mereka hanya akan berhasil di zaman yang stabil,
artinya di zaman yang belum dilanda oleh globalisasi dan detradisionalisasi. Jika seratus tahun
yang lalu Marx, Lenin dan Mao, masih mengangan-angankan mampu mengontrol sejarah masa
depan, hal itu sudah tidak ada lagi. Begitu pula halnya dengan gerakan radikal oleh kaum
fundamentalis (agama, etnis, gender, nasionalis) yang ingin melindungi tradisi dengan cara-cara
tradisional. Bagi Giddens, fundamentalisme tidak mempunyai masa depan kerena mereka
menoleh ke masa lampau, sementara dunia sekarang adalah runaway world atau juggernaut yang
melesat tanpa kendali melindas tradisi. Karena sifatnya yang isolasionis, fundamentalisme
niscaya melahirkan pertentangan dan kekerasan.

Giddens menyatakan bahwa pemikirannya mengenai jalan ketiga memiliki enam dimensi:
(1) Memperbaiki kembali solidaritas yang retak; (2) mengakui sentralitas dari kehidupan politik;
(3) Menerima bahwa kepercayaan yang aktif akan menghasilkan sesuatu yang baik dari dunia
politik; (4) mendorong demokrasi yang dialogis, dengan adanya kesempatan dan hak yang sama
dari pihak kaya maupun miskin; (5) memikirkan kembali konsep negara-kesejahteraan (welfare-
state); serta (6) melawan kekerasan.
Referensi:

Battersby Paul dan Joseph M. Siracusa. 2009. Globalization & Human Security. Lanham:
Rowman & Littlefield Publishers, Inc.

Clark, Ian.1999. Globalization and International Relations Theory. New York: Oxford
University Press

Vous aimerez peut-être aussi