Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Genap/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mempelajari proses destilasi uap air langsung.
2. Menghitung rendemen minyak atsiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
khususnya dalam berbagai bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara
lain dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo dan losion) dalam industri
makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa dalam industri
parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi, dalam industri bahan
pengawet bahkan digunakan pula sebagai insektisida. Oleh karena itu, tidak heran jika
minyak atsiri banyak diburu berbagai negara(Ketaren, 1985).
b. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat
piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800 sampai 1,180.
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan kemurnian
minyak atsiri.
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran
bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh dari
pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.
Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata terhadap
bobot jenis, tapi keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis minyak
ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi kadar
fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu penyulingan, penetrasi uap pada
bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah karena jaringannya lebih terbuka
sehingga jumlah uap air panas yang kontak dengan minyak lebih banyak. Kondisi
tersebut mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya lebih mudah dan cepat
diuapkan. Dari segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi (0,9935) diperoleh dari bahan
ukuran kecil, sedangkan dari segi lama penyulingan, bobot jenis tertinggi (0,9911)
diperoleh pada penyulingan 4 jam. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot jenis
paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan
sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara
0,9722 sampai 0,9979.
c. Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan
kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat
Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua macam
media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah
sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat
dan deteksi ketidakmurnian.
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini
karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak
atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri
dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol
maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena
penguapan minyak dari bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah sehingga fraksi
berat minyaknya lebih banyak terkandung dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan
molekul minyak lebih tinggi dan sinar yang menembus minyak sukar diteruskan.
Semakin sukar sinar diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias
medium tersebut semakin tinggi.
Sebagian besar komponen minyak kulit kayu manis terdiri atas kelompok
senyawa terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih tinggi
dibanding kelompok senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air. Semakin lama
penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut dalam air panas yang
mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga indeks biasnya lebih rendah.
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks bias paling tinggi (1,5641) adalah
perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama
penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias semua perlakuan berkisar antara 1,5515 sampai
1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar mutu dari Essential Oil Association of
USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 1,5910 (Gunther, 1987).
d. Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh
jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan
putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya
ukuran bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ
menunjukkan bahwa ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda
sangat nyata dengan ukuran sedang dan kecil.
Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa, panjang
jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran. Besar putaran
optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa penyusunnya.
Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang komponen senyawa
penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan ukuran besar, sehingga
putaran optik yang terukur adalah putaran optik dari gabungan (interaksi) senyawa-
senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik gabungan senyawa yang
kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran besar. Putaran optik minyak
dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti memutar bidang polarisasi cahaya
kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75 derajat. Nilai ini lebih besar dibanding
standar EOA (1970) yang nilainya (-) 2 sampai 0 derajat.
Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air. Berikut adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam alkohol yang
dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya.Uji BNJ terhadap pengaruh
susunan bahan menunjukkan bahwa susunan bahan bertingkat (A1) menghasilkan minyak
minyak yang secara nyata lebih mudah larut dalam alkohol, dibanding susunan tidak
bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat kelarutan minyak dalam alkohol dipengaruhi oleh
jenis dan konsentrasi senyawa yang dikandungnya. Menurut Heath (1978), minyak atsiri
yang konsentrasi senyawa terpennya tinggi, sukar larut; sedangkan yang banyak
mengandung senyawa terpen-o mudah larut dalam etanol. Dalam penyulingan bertingkat,
uap panas lebih mudah dan cepat menembus bahan yang susunannya tidak padat
dibanding susunan tidak bertingkat, sehingga senyawa terpen-o yang titik didihnya lebih
rendah, lebih banyak terdapat dalam minyak sehingga minyaknya mudah larut dalam
alkohol. Uji BNJ pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak dari bahan
berukuran besar (B2) secara sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol dibanding
ukuran kecil (B0) dan sedang (B1) (Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih besar, lebih
sukar diuapkan minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat dalam minyak seperti
seskuiterpen akan terpolimerisasi akibat pengaruh panas terus menerus dalam
penyulingan dan polimer yang terbentuk tidak dapat diuapkan. Kondisi tersebut
mengakibatkan komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya
sukar larut dalam alkohol.
f. Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga
coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi
kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa minyak akan
berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan
tahan lama.
bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang disebabkan karena
perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak. Sedangkan perbedaan nilai bilangan
asam minyak kilemo yang disuling dengan sistem kukus dan rebus, kemungkinan
disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu penyulingan dengan sistem kukus.
b. Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk
penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa minyak
tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa minyak kilemo
dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan ester
tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batangyang disuling dengan metode rebus
menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode
kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55. Sedangkan untuk
minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 18.74 dan
yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6. Perbedaan nilai bilangan ester minyak
kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang tumbuhan kilemo kemungkinan
disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa ester pada minyak. Dari pengamatan
diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun mempunyai aroma yang lebih segar bila
dibandingkan aroma minyak dari kulit batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat
tingginya bilangan ester pada minyak tersebut (Gunther, 1990).
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan
senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi) minyak
yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap dan mudah
teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun kimia pada
minyak atsiri(Ketaren, 1985).
2.2 Daun Jeruk Purut
Jeruk purut adalah salah satu anggota suku jeruk-jerukan, Rutacea, dari jenis
Citrus. Nama latinnya adalah Citrus hystrix. Buahnya tidak umum dimakan, karena tak
enak rasanya. Minyak atsiri yang dihasilkan dari ekstraksi daun jeruk purut tidak
berwarna/bening sampai kehijauan, minyak atsirinya berbau harum mirip bau daun jeruk
purut. Minyak atsiri hasil destilasi mengandung 57 jenis komponen kimia. Yang utama
dan terpenting adalah sitronelal dengan jumlah 81, 49%, sitronelol 8,22%, linalol 3,69%
dan geraniol 0,31%. Komponen lainnya ada dalam jumlah yang sedikit(Himamia, 2012).
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut
kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka
bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Ada 3 metode
ekstraksi yaitu sebagai berikut :
1. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yangdiduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Menurut
pengerjaannya rendering dibagi dalam 2 cara yaitu: wet rendering dan dry rendering.
Dry Rendering merupakan cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200F sampai 2300F (1050C-1100C).
Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak
atau lemak yang akan dihasilkan akan dipisahkan dari ampas yang telah mengendapkan
dan pengembilan minyak dilakukan pada bagian atas ketel.
uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering dilakukan
jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak (Ketaren,1985).
2. Mechanical Expression
Mechanical expression merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak
dengan tekanan mekanik atau disebut juga pengepresan mekanik. Cara ini dilakukan
untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak
dipisahkan dari bijinya.Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan
serpih,perajangan, dan penggilingan serta tempering atau pemasakan. Dua cara umum
dalam pengepresan mekanis,yaitu :
c. Solvent Extraction
Solvent extraction adalah metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
mudah menguap.
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari
cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses
maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan
yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
b. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi
selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang
dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi,
dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat
yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
Kelebihan Maserasi:
Seperti dijelaskan diatas maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa tahan
panas ataupun tidak tahan panas. Selain itu tidak diperlukan alat yang spesifik, dapat
digunakan apa saja untuk proses perendaman.
Kekurangan Maserasi:
Maserasi membutuhkan waktu yang lama, biasanya paling cepat 3x24jam,
disamping itu membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak.
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari
material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah seperangkat
alat sokletasi yang terdiri atas labu didih, tabung soklet, dan kondensor. Sample dalam
sokletasi perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan air yang
terdapat dalam sample dan dihaluskan untuk mempermudah pelarutan senyawa
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebihbanyakuntukmelarutkannya.
Biladilakukandalamskala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat
yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan
uap pelarut yang efektif (Bahti , 1998).
b. Prinsip Refluks
Digunakan
untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan
Tahan pemanasan langsung.
2.4 Isolasi
Salah satu cara untuk meng-isolasi minyak atsiri dari bahan tanaman penghasil
minyak atsiri adalah dengan penyulingan, yaitu pemisahan komponen yang berupa cairan
dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik didih. Proses tersebut
dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.
Isolasi bahan alam dilakukan berdasarkan sifat bahan alam tersebut, dan dapat
digolongkan menjadi isolasi cara fisis dan isolasi cara kimia. Isolasi secara fisis
didasarkan pada sifat fisik bahan alam, seperti kelarutan dan tekanan uap. Isolasi
berdasarkan perbedaan kelarutan bahan alam dalam pelarut tertentu dapat dilakukan
dengan pelarut dingin atau pelarut panas. Isolasi dengan pelarut dingin digunakan untuk
mengisolasi bahan alam yang dapat larut dalam keadaan dingin. Tekniknya dapat
dilakukan dengan merendam sumber bahan alamnya dalam pelarut tertentu selama
beberapa lama (jam atau hari). Untuk bahan alam yang larut dalam keadaan panas
digunakan teknik isolasi secara kontinyu dengan alat Soxhlet. Isolasi berdasarkan
penurunan tekanan uap dilakukan dengan cara destilasi uap. Cara ini digunakan untuk
senyawa yang tidak larut dalarn air, bertitik didih tinggi, mudah terurai sebelum titik
didihnya dan mudah menguap.
2.5 Destilasi
Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin,
proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar
condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus
menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam
campuran homogen tersebut. Macam-macam destilasi :
1. Destilasi Uap
Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari suatu pembangkit uap. Uap yang
dihasilkan lazimnya memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer. Uap
yang dihasilkan kemudian dialirkan kedalam alat penyulingan sehingga minyak atsiri
akan enguap terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk dikondensasi.
Alat yang digunakan dalam metode ini disebut alat suling uap langsung.
2. Destilasi Uap-Air
Bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam wadah yang kontruksinya
hampir sama dengan dandang pegukus, sehingga metode ini disebut juga pengukusan. Air
dididihkan pada bagian bawah alat . Minyak atsiri akan ikur bersama aliran uap yang
kemudian dialirkan ke kondensor. Alat yang digunakan dalam metode ini disebut alat
suling pengukus. Temperatur steam harus dikontrol agar hanya cukup untuk memaksa
bahan melepas minyak atsirinya dan tidak membakar bahan. Uap yang dipakai
bertekanan > 1 atm dan bersuhu > 100C, sehingga waktu distilasi bisa lebih cepat
mengurangi kemungkinan rusaknya minyak atsiri. Cara ini menghasilkan minyak atsiri
dengan mutu yang tinggi. Keuntungan daripada destilasi uap- air yaitu baik untuk
simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidih (kering menuju dimaserasi dulu),
peralatan mudah didapat dengan hasil yang baik dan kualitas minyak lebih bail, karena
tidak terjadi hidrolisa.
3. Destilasi Air
Dengan tipe penyulingan air ini, bahan yang akan disuling berhubungan langsung
dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang atau
mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan
kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat dididihkan dengan api secara langsung.
Metode ini disebut juga metode perebusan. Ketika bahan direbus, minyak atsiri akan
menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk dikondensasi.
Alat yang di gunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus. Contoh bahan yang
diproses dengan netode ini : bunga mawar, bunga-bunga jeruk. Destilasi air dapat
dijalankan pada tekanan di bawah 1 atmosfir sehingga air bisa mendidih pada suhu yang
lebih rendah dari 100C. Biasanya dilakukan bila bahan atau minyak atsiri rentan
terhadap suhu (Bahti , 1998).
Kelebihan destilasi :
1. Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang tinggi.
2. Produk yang dihasilkan benar-benar murni.
Kekurangan destilasi :
1. Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik didih yang besar.
2. Biaya penggunaan alat ini relatif mahal (Van Winkel, 1967).
Menurut Sato et al. (1990) minyak atsiri dari daun jeruk purut ini mengandung 54
jenis komponen kimia, dengan 1-sitronelal sebagai komponen utama (81,49%) dan
beberapa komponen lainnya yang penting adalah sitronelol (8,22%), linalol (3,69%) dan
geraniol (0,31%). Tahun 199, Jantan et al. melaporkan bahwa sitonelal, sitronelol dan
sitronelil asetat merupakan tiga komponen utama yang terdapat pada minyak daun jeruk
purut masing-masing sebanyak 72,4%, 6,7% dan 4,1%.
Kandungan sitronelal yang sangat tinggi menjadi salah satu kelebihan minyak
daun jeruk purut di bidang industri, khususnya industri parfum dan kosmetik. Menurut
Ketaren (1985) minyak dengan kandungan sitronelal tinggi dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku untuk isolasi sitronelal. Sitronelal hasil isolasi tersebut kemudian diubah
menjadi bentuk esternya seperti hidroksi sitronelal atau mentol sintetik. Ester yang
dihasilkan dengan cara ini umumnya bersifat lebih stabil dan sangat baik digunakan untuk
industri wangi-wangian. Hidroksi sitronelal dapat digunakan sebagai zat pewangi sabun
dan parfum yang bernilai tinggi. Mentol sintetik dapat digunakan sebagai obat gosok,
pasta gigi dan obat pencuci mulut. Bentuk ester lain dari sitronelal dapat digunakan
sebagai insektisida.
Menurut Sait (1991) dan Knobloch et al. (1989), sitronelal memiliki aktifitas anti
bakteri yang relatif sangat tinggi. Dilihat dari segi kuantitas komponen maka minyak
daun jeruk purut merupakan sumber bahn obat yang sangat potensial.
Menurut Muhammad Nor (1992), penggunanan minyak daun jeruk purut sebagai
flavor dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu flavor yang larut air dan flavor yang
larut lemak. Aplikasi flavor jeruk purut dalam bahan pangan ditentukan oleh sifat bahan
pangan itu sendiri. Flavor jeruk purut yang larut air dapat digunakan sebagai flavoring
pada soft drink dan minuman teh beraroma jeruk. Sedangkan flavor jeruk purut yang larut
lemak dapat digunakan pada jenis masakan seperti tom yam sup, kue, produk-produk
bakteri dan produk-produk coklat.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
6. Unit alat dirangkai dengan benar, unit calvengger dan kondensor disambungkan.
Periksa jangan sampai ada kebocoran.
7. Air pendingin dialirkan ke dalam kondensor. Setelah itu, alat pemanas
dihidupkan.
8. Proses ekstraksi daun jeruk nipis dilakukan selama waktu tertentu sesuai dengan
instruksi.
9. Minyak dan air yang adalam di dalam calvengger dipisahkan.
10. Minyak yang dihasilkan diukur volume, berat jenis minyak, dan rendemen
dihitung.
2
3
Keterangan :
1. Kondensor
5 2. Klem
3. Statip
4. Clavengger
5. Alat destilator uap air
3 langsung
6. Alat pemanas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan bahan daun jeruk nipis sebanyak 300 gram untuk
diekstraksi minyaknya menggunakan metode destilasi uap air langsung. Sebelum
didestilasi, daun jeruk nipis dikeringkan pada suhu 26-280C selama tiga hari, kemudian
daun jeruk ditimbang. Lalu ketel uap disiapkan dan diisi dengan air secukupnya, jaring
atau tray dipasang diatas ketel uap sebagai tempat daun jeruk nipis supaya tidak
menyentuh air. Setelah itu, wadah ketel ditutup dan dikunci dengan mur dan baut.
Kemudian alat dirangkai dengan benar dan disambungkan dengan clavengger. Selang
dipasang pada kondensor, kemudian air pendingin dialirkan pada kondensor dan dipasang
di atas clavengger. Setelah itu, dihidupkan pemanasnya. Pada percobaan ini pemanasan
dilakukan selama 6 jam.
Saat proses pemanasan air akan menguap, uap air akan naik ke atas mengenai
sampel daun jeruk nipis sekaligus mengikat minyak yang ada pada sampel. Uap air
tersebut akan masuk ke kondensor dan diubah fasanya menjadi cair, sehingga terdapat
cairan minyak yang bercampur dengan air yang jatuh di clavengger. Di dalam
clavengger minyak dan air akan memisah berdasarkan massa jenisnya. Minyak atsiri
akan berada di atas, hal ini karena minyak atsiri memiliki massa jenis yang lebih kecil
dibandingkan massa jenis air.
Berat minyak atsiri yang didapat dari 300 gram daun jeruk nipis pada percobaan
ini adalah 1,415 gram. Rendemen minyak daun jeruk yang didapat sebesar 0,47%.
Rendemen yang diperoleh dari percobaan ini berbeda dengan penelitian Wijaya (1995)
dan Lubis (1991) mendapatkan rendemen dari ektraksi daun jeruk segar berkisar antara
1,93-2,75%. Hal ini disebabkan perbedaan ketinggian bahan di dalam ketel, ketinggian
bahan pada percobaan ini sebesar 20 cm sedangkan, pada penelitian sebesar 29,5 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen minyak daun jeruk meningkat dengan
meningkatnya tinggi bahan dalam ketel. Semakin tinggi bahan dalam ketel maka jarak
yang ditempuh uap lebih panjang dan kontak uap untuk membasahi daun lebih lama
sehingga makin besar kesempatan untuk uap menjadi jenuh oleh uap minyak. Kondisi
ini menyebabkan rendemen minyak meningkat (Guenther,1947).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Minyak daun jeruk dapat di ekstraksi dengan metode destilasi uap air langsung
2. Minyak daun jeruk yang di dapatkan sebesar 1,415 gr dengan rendemen 0,47%
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bahti . 1998 . Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika. Universitas Padjajaran. Bandung.
Himamia. 2012. Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut. Jurnal Himamia Mipa UNS.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN