Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
akibat Pneumonia. Hal ini menunjukkan bahwa Pneumonia merupakan penyakit yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka
kematian balita di Indonesia (Riskesdas RI, 2013).
Survei Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan bahwa prevalensi
Pneumonia balita Indonesia meningkat dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun
2007. Namun mengalami penurunan sebesar 4,5% pada tahun 2013 (Said, 2010).
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya
berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001)
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne
C,2002:57).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing
( Ngastiyah,2005)
Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat,
kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat
lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Whaley&Wong,2000)
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti
peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus). (Arief
Mansjoer)
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai
ke bronkus. (Riyadi sujono&Sukarmin,2009)
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan
oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai
daerah bronkus dan sekitar alveoli.
3
21.2 Klasifikasi
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan
Pneumonia komunitas
Pneumonia nosokomial
Pneumonia rekurens
Pneumonia aspirasi
Pneumonia pada gangguan imun
Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis
Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia
lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
2.1.3 Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan
mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi
humoral setempat.
4
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,protozoa,
mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M.Nettina, 2001:628) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam
mulut dank karena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne
C, 2002: 572 dan Sandra M.Nettina, 2001:628).
2.1.4 Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena
aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai
berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran
pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal
dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian
terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5
2.1.5 Phatways
Kuman berlebih dibronkus Infeksi saluran napas bawah Kuman terbawa kesaluran
Pencernaan
Proses peradangan
Menyerang parenkim paru Peradangan Infeksi saluran pencernaan
Akumulasi secret
Dibronkus Proses inflamasi Peningkatan suhu tubuh Peningkatan flora
dalam usus
Produksi cairan eksudat
Dialveoli MK : Hipertermi Peristaltik usus
MK : Jalan Nafas
Tidak Efektif
Proses difusi O2 CO2 Malabsorbsi
terganggu
Diare / BAB > 3
Sianosis / akral dingin Suplai O2 dalam darah kali sehari
Dasar kuku kebiruan
CRT > 3 Detik Hipoksia MK : Gangguan
Keseimbangan
Mukus di bronkus MK : Gangguan Fatique Cairan Dan
Pertukaran Gas Elektrolit
Respon batuk-batuk MK : Intoleransi
Aktivitas
Anoreksia
Intake nutrisi
Penurunan BB
MK : Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Tubuh
6
2.1.6 Manifestasi Klinis
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
Nyeri pleuritik
Nafas dangkal dan mendengkur
Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
Mengecil, kemudian menjadi hilang
Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1 C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis, CRT > 3 detik
Area sirkumoral
Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
7
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat.
Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat
dipertahankan
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan
e. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik (Arief Mansjoer,2000)
2.2.0 Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura
yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. (WhaleyWong, 2006)
8
2.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulan berturutturut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.Penderita biasanya menggunakan otot
bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP,
bunyi nafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita
kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat
memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi
kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
f. Pola pengkajian
1. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun)
selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat
pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan
pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap
(misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji)
Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu,
retraksi supra klatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (
bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu
keseluruhan.
9
2. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah Peningkatan frekuensi jantung /
takikardi berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema
dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung
redup ( yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada).
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis
perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
3. Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk
Berkeringat
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4. Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi .
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan
Gelisah/ insomnia
Kelemahan umum / kehilangan masa otot
5. Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan
aktifitas sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7. Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor lingkungan.
Adanya infeksi berulang.
10
2.2.2 Dagnosa Keperawtan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses peradangan
ditandai dengan akumulasi sekret dibronkus.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses difusi O2 CO2
terganggu ditandai dengan sianosis / akral dingin, dasar kuku kebiruan,
CRT > 3 Detik
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
menurun ditandai dengan penurunan berat badan
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan peristaltik usus, malabsorbsi ditandai dengan diare, BAB > 3
kali sehari
5. Hipertermi berhubungan dengan proses pearadangan ditandai dengan suhu
tubuh meningkat
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplay O2 menurun, hipoksia
ditandai dengan fatique
11
Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk
memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
d. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/ hari (kecuali kontraindikasi).
Tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasional : Cairan (khususnya hangat) memobilisasi dan mengeluarkan
sekret.
e. Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara
mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan, karena batuk tidak
efektif atau perubahan tingkat kesadaran.
f. Berikan sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesic.
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi
secret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati- hati,
karena dapat menurukan upaya batuk / menekan pernafasan.
12
Rasional : tindakan ini mengingatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran secret untuk perbaikan ventilasi.
f. Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan. Jawab
pertanyaan dengan jujur, kunjungi dengan sering sesuai indikasi.
Rasional : Ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai
dengan respon fisiologi terhadap hipoksia.
g. Berikan terapi oksigen dengan benar.
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas
60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan
pengiriman dengan tepat dalam toleransi pasien.
13
Rasional : Berguna menurunkan kehilangan cairan.
e. Berikan cairan tambahan IV sesuai kebutuhan.
Rasional : Pada dasarnya penurunan masukan / banyak kehilangan.
Penggunaan parenteral dapat memperbaiki / mencegah kekurangan.
14
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
pentingnya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energy untuk
penyembuhan. Pembatasan aktivitas dengan respon individual pasien
terhadap aktifitas dan perbaikan kegagalan pernafasan.
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat / tidur.
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau tidur di
kursi.
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional : Menurunkan keletihan dan membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C,2002:57).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing
( Ngastiyah,2005)
Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian
menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobules, disebut juga
pneumonia lobaris (Whaley&Wong,2000)
Saran
Kami selaku penulis asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan
bronkhopneumonia, mengharapkan ada koreksi dalam hal pembuatan asuhan keperawatan
dengan gangguan sistem pernafasan ini dan semoga dengan adanya tugas ini penulis bisa
lebih mengerti tentang penyakit Bronkhopneumonia dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
16
DAFTAR PUSTAKA
2. Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta :
EGC
3. Zul Dahlan.(2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
17