Vous êtes sur la page 1sur 20

REFERAT

TERAPI CAIRAN PADA ANAK

Pembimbing:
dr.Albert Daniel , Sp.A

Disusun Oleh :

Apen Hoddor Silaban, S.Ked

1161050180

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 27 FEBRUARI 2017 6 MEI 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Bealakang

Air merupakan pelarut(solven) terpenting dalam komposisi cairan makhluk


hidup. Metabolisme air tubuh total (ATT) dipertahankan oleh berbagai mekanisme
yang mengontrol masukan dan keluaran air, tetapi terutama diseimbangkan melalui
sekresi air oleh ginjal.

Terapi cairan yaitu bertujuan untuk menjaga dan memulihkan volume cairan
dalam tubuh agar tetap stabil. Pemberian cairan diperlukan karena terjadi gangguan
dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Cairan harus diberikan dengan cara yang
efisien dan aman untuk memaksimalkan kemampuan mekanisme koreksi fisiologis
normal dalam tubuh, terutama melalui system sirkulasi, respirasi dan ginjal.
Tujuannya adalah menjaga volume dan komposisi cairan tubuh, baik ekstraseluler
(CES) maupun cairan intraseluler (CIS) dalam batas normal.

Gangguan yang terjadi akibat terganggunya keseimbangan cairan dan elektrolit


merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan yang jika tidak ditangani dapat
menyebabkan kematian. Yang mana hal tersebut dapat terlihat misalnya pada
keadaan diare, peritonitis, ileus obstruktif, terbakar, perdarahan akibat bedah atau
pada trauma terbuka yang menyebabkan pendarahan yang banyak. 1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cairan Tubuh

Air merupakan pelarut bagi semua zat terlarut di dalam tubuh baik dalam bentuk
suspensi maupun larutan. Air atau yang dikenal dengan (HO) merupakan
komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia yang
membentuk sekitar 60% dari total berat badan. Air beserta unsur-unsur di dalamnya
yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan tubuh dan cairan ini sebagian
berada di dalam dan sebagian di luar sel.
Cairan ditambahkan ke dalam tubuh dari dua sumber utama: (1). Berasal dari
air atau cairan dalam makanan, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar
2100 ml/hari, dan (2). Berasal dari sintesis di tubuh sebagai hasil oksidasi
karbohidrat, yang menambah sekitar 2300 ml/hari. Akan tetapi asupan air sangat
bervarisi pada masing-masing orang dan bahkan pada orang yang sama pada hari
yang berbeda, bergantung pada cuaca, kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik.
Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara
lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau
jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah
sel-sel jaringan seprti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi
kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap
1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total
jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara proposional, wanita mengandung
lebih banyak lemak dan sedikit otot dibandingkan dengan laki-laki, sehingga
kandungan airnya lebih sedikit dibandingkan dengan berat badannya. Karena
memang pada dasarnya lemak itu bebas air.1,2

B. Kehilangan Cairan Tubuh Harian

Beberapa pengeluaran cairan tidak dapat diatur secara tepat. Contohnya,


adalah kehilangan air yang berlangsung terus-menerus melalui evavorasi dari
traktus respiratorius dan difus melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan air
sekitar 700ml/hari pada keadaan normal. Hal ini yang disebut insensible water
loss karena kita tidak menyadarinya, walaupun terjadi terus menerus pada
semua makhluk hidup.

Insensible water loss yang terjadi melalui kulit tidak bergantung pada
keringat, dan bahkan tetap terjadi pada orang yang lahir tanpa kelenjar keringat,
jumlah rata-rata kehilangan air dengan cara difus melalui kulit kira-kira 300-
400 ml/hari. Kehilangan diminimalakn oleh lapisan korneum kulit yang
mengandung kolesterol, yang memberikan perlindungan terhadap kehilangan
yang berlebihan melalui difus. Bila lapisan korneum ini hilang, seperti yang
terjadi pada luka bakar yang luas, kecepatan evaporasi dapat meningkat sampai
10 kali lipat, mencapai 3-4 liter/hari. Oleh sebab itu, korban luka bakar harus
diberi cairan dalam jumlah yang besar, biasanya secara intravena, untuk
mengimbangi kehilangan cairan.1

Asupan dan Pengeluaran Cairan Harian (dalam ml/hari)

Aktivitas Berat
Normal
yang Lama
Asupan

Cairan yang diminum 2100 ?

Dari metabolism 200 200

Total asupan 2300 ?

Pengeluaran

Insensible kulit 350 350

Insensible paru-paru 350 650

Keringat 100 5000

Tinja 100 100

Urin 1400 500

Total Pengeluaran 2300 6600


C. Kompartemen Cairan Tubuh

Semua cairan tubuh didistribusikan terutama diantara dua


kompartemen: cairan ekstrasel dan cairan intrasel. Cairan ekstrasel dibagi
menjadi cairan intersisial dan plasma darah.

Ada juga kompartemen cairan lainnya yang kecil yang disebut


sebagai cairan transelular. Kompartemen ini meliputi cairan dalam ronga
synovia, peritoneum, pericardium, dan intraocular, serta cairan
serebrospinal; cairan-cairan tersebut biasanya dianggap sebagai jenis cairan
ekstrasel khusus. Cairan transelular seluruhnya berjumlah sekitar 1 sampai
2 liter. Rata-rata orang dengan berat 70kg, memiliki total cairan tubuh
sekitar 60% berat badan, atau sekitar 42 liter. Presentase ini dapat berubah,
bergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas. Seiring
pertumbuhan seseorang, presentase total cairan tubuh terhadap berat badan
berangsur-angsur turun. Hal tersebut adalah sebagian akibat dari penuaan
yang biasanya berhubungan dengan peningkatan presentase lemak tubuh,
sehingga mengurangi presentase cairan dalam tubuh.
Saat lahir air tubuh total (ATT) = 75% dari berat badan (BB).
minggu pertama kehidupan, ATT berkurang sampai 65% karena diurasis
wajib. Pada usia satu tahun, ATT berkurang sampai 60% dari berat badan.
Distribusi ATT berubah pada masa remaja karena ada peningkatan lemak,
pada anak perempuan (ATT = 55%), dibandingkan dengan anak laki-laki
yang lebih berotot, (ATT = 60%).1,3,4

D. Kompartemen Cairan Intrasel


Sekitar 28 dari 42 liter cairan tubuh ada di dalam 75 triliun sel dan
secara keseluruhan disebut cairan intrasel. Jadi, cairan intrasel merupakan
40% dari berat badan total pada rata-rata orang.
Cairan masing-masing sel mengandung campurannya tersendiri
dengan berbagai zat, namun konsentrasi zat-zat ini mirip antara satu sel
dengan sel lainnya.
Komposisi dari CIS bervariasi menurut fungsi suatu sel. Namun
terdapat perbedaan umum antara CIS dan cairan interstitial. CIS mempunyai
kadar Na, Cl dan HCO3 yang lebih rendah dibanding CES dan mengandung
lebh banyak ion K dan fosfat serta protein yang merupakan komponen
utama intra seluler.1

E. Kompartemen Cairan Ekstrasel


Semua cairan di luar sel secara keseluruhan disebut cairan ekstrasel.
Cairan ini merupakan 20% dari berat badan 70kg. Dua kompartemen
terbesar dari cairan ekstrasel adalah cairan intersisial, yang berjumlah lebih
dari bagian cairan ekstrasel, dan plasma yang berjumlah yang berjumlah
hampir cairan ekstrasel, atau sekitar 3 liter.
Plasma adalah bagian darah yang tidak mengandung sel; plasma
terus-menerus menukar zat dengan cairan interstisial melalui pori-pori
membrane kapiler. Pori-pori ini bersifat sangat permeable untuk hampir
semua zat terlarut dalam cairan ekstrasel, kecuali protein. Oleh karena itu,
cairan ekstrasel secara konstan terus tercampur, sehingga plasma dan cairan
intersisial mempunyai komposisi yang hampir sama kecuali untuk protein
yang konsentrasinya lebih tinggi di dalam plasma. 1
Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam tubuh
terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak terlalu
berarti dalam keseimbangan cairan tubuh, akan tetapi pada beberapa
keadaan dimana terjadi pengeluaran jumlah cairan transeluler secara
berlebihan maka akan tetap mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Cairan yang termasuk cairan transeluler yaitu : Cairan
serebrospinal, cairan dalam kelenjar limfe, cairan intra okular, cairan
gastrointestinal dan empedu, cairan pleura, peritoneal, dan perikardial.

F. Kebutuhan Air dan Elektrolit

Rumatan Cairan menurut rumus Hollyday-Segar

Berat Badan Kebutuhan cairan

Sampai 10 kg 100ml/kgBB

11-20 kg 1000ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg diatas 10


kg)

>20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB (unutk tiap diatas 20kg)

Kebutuhan kalium yaitu 2,5 mEq/kgBB/hari

Kebutuhan natrium 2-4 mEq/kgBB/hari

Banyak factor yang dapat mempengaruhi kebutuhan cairan harian


seseorang. Yaitu adanya suatu peningkatan terhadap kebutuhan cairan
harian maupun penuru terhadap kebutuhan cairan harian.1,3
Kondisi peningkatan kebutuhan cairan Kondisi penurunan kebutuhan cairan
harian harian

Demam (setiap kenaikan 1C Hipotermi (kebutuhan menurun 12%


kebutuhan meningkat 12%, jika suhu setiap 1C, jika suhu <37C
>37,5C)

Hiperventilasi Kelembaban lingkungan yang tinggi

Suhu lingkungan yang tinggi Oliguria atau anuria

Aktvitas berat/berlebih Hampir tidak ada aktivitas

Diare atau poliuria Retensi cairan (gagal jantung)

G. Pengaturan Pertukaran Cairan antara Cairan Ekstrasel dan Intrasel

Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau
diperlukan proses khusus supaya dapat melintasinya, karena itu komposisi elektrolit
di dalam dan di luar sel berbeda. Cairan intraselular banyak mengandung ion K, ion
Mg dan ion fosfat, sedangkan ekstraselular banyak mengandung ion Na dan ion Cl.

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompartemen dapat berlangsung secara :

1. Osmosis

Molekul yang menyebrangi membran permeable selektif dari tempat yang


konsentrasi rendah ke tempat yang konsentrasi airnya lebih tinggi. Membran
semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat
dilalui zat terlarut misalnya protein. Tekanan osmotik plasma darah ialah 285 5
mOsm/L. Larutan dengan tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl
0,96%, Dekstrosa 5%, Ringer-laktat).
2. Difusi

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan


bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan
hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori
tersebut. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.

3. Pompa Na - K

Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transport yang memompa


ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel. Besar tekanan yang dibutuhkan
untuk mencegah osmosis disebut tekanan osmotic. Karenanya, tekanan osmotic
adalah pengukuran tak langsung air dan konsentrasi zat terlarut pada larutan.
Semakin tinggi tekanan osmotic suatu larutan, semakin rendah konsentrasi air dan
konsentrasi zat terlarut semakin tinggi.

Dengan kata lain, makin banyak partikel yang larut maka makin tinggi
tekanan osmotik yang ditimbulkannya. Jadi, tekanan osmotik ditentukan oleh
banyaknya pertikel yang larut bukan tergantung pada besar molekul yang terlarut.
Perbedaan komposisi ion antara cairan intraseluler dan ekstraseluler dipertahankan
oleh dinding yang bersifat semipermeabel. 1,3
Kandungan air dalam tiap organ

Water Prensentasion
Organs
(%)

Brain 85
Kidney 83

Skin 72
Liver 68
Bones 22
Lipid 10

Dehidrasi adalah kurangnya cairan tubuh dari jumlah normal akibat


kehilangan, asupan yang tidak memadai atau kombinasi. Kehilangan cairan dan
natrium besarnya relatif sama dalam kompartemen intravascular maupun
kompartemen ekstravaskular. Jenis dehidrasi terdiri dari dehidrasi hipotonik,
dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertoni serta dengan berbagai gejala klinis yang
dipaparkan yaitu; 3,5

Dehidrasi Hipotonik Dehidrasi Hipertonik

Pada anak yang diare yang Biasa terjadi setelah intake cairan
banyak minum air atau cairan hipertonik ( natrium, laktosa ) selama
hipotonik atau diberi infus diare
glukosa 5%

Kadar natrium rendah ( <130 Kehilangan air >> kehilangan natrium


mEq/L)

Osmolaritas serum < 275 Konsentrasi natrium > 150 mmol/ L


mOsm/L

Letargi, kadang- kadang kejang Osmolaritas serum meningkat > 295


mOsm/L
Haus, irritable
Bila natrium serum mencapai 165
mmol/L dapat terjadi kejang
Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik
Rasa Haus - + +
Menurun
Berat Badan Menurun Menurun
Sekali
Turgor Kulit Menurun sekali Menurun Tidak Jelas
Kulit/Selaput Lendir Basah Kering Kering Sekali
Irriitable, kejang-
Gejala SSP Apatis Koma kejang,
hiperefleksi
Sirkulasi Jelek Sekali Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat Lemah Cepat & Lemah Cepat & Keras
Tekanan Darah Sangat Rendah Rendah Rendah
H. Terapi Cairan
Cairan rumatan diberikan untuk mengkompensasi kerugian yang
berkelanjutan. Cairan rumatan sering diberikan melalui jalur intravena,
tetapi juga dapat diberikan secara oral jika pasien mampu mentoleransi
terapi oral. Teknik yang paling umum digunakan untuk perhitungannya
cairan rumatan untuk anak-anak adalah metode Holliday-Segar.
Prinsip pemilihan cairan dimaksudkan untuk :
Mengganti kehilangan air dan elektrolit yang normal melaui urine, IWL,
dan feses
Membuat agar hemodinamik agar tetap dalam keadaan stabil. 5
Cairan Resusitasi
Kristaloid

Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan
ringer laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan ekstraselular.
Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana kristaloid akan lebih
banyak menyebar ke ruang interstitial dibandingkan dengan koloid maka kristaloid
sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang intersisial.

Penggunaan cairan normal salin dalam jumlah yang besar dapat


menyebabkan timbulnya asidosis hiperkloremik, sedangkan penggunaan cairan
ringer laktat dengan jumlah besar dapat menyebabkan alkalosis metabolik yang
disebabkan adanya peningkatan produksi bikarbonat akibat metabolisme laktat.
Contoh cairan kristaloid adalah Otsu-NS dan Otsu-RL. Otsu NS diindikasikan
untuk pasien dengan kehilangan Cl >>, misalnya muntah-muntah, sindrom yang
berkaitan dengan kehilangan natrium ; asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar. Sedangkan Otsu RL memiliki kegunaan sebagai suplai
ion bikarbonat dan asidosis metabolik.
Glucose Sodium Chloride Potassium Kalsium Lactate
Solution (mOsmol/L)
(mg/dL) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)

5% Dextrose
5000 - - - - - 253
in water
D5 12 NS 5000 77 77 - - - 406

D5 NS 5000 154 154 - - - 561

0,9% NaCl - 154 154 - - - 308


Ringer
- 130 109 4.0 3.0 28 273
Laktat
D5 RL 5000 130 109 4.0 3.0 28 525
5% NaCl - 855 855 - - - 1171

Koloid

Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut
plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai
berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini
cenderung bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler.

Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan efisien
daripada kristaloid, karena larutan koloid mengekspansikan volume vaskuler
dengan lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan
kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan hanya 1/4 bagian tetap tinggal
dalam plasma pada akhir infus. Koloid adalah cairan yang mengandung partikel
onkotik dan karenanya menghasilkan tekanan onkotik. Bila diberikan intravena,
sebagian besar akan menetap dalam ruang intravaskular. 2,6

1. Dekstran

Dekstran untuk pemakaian klinis tersedia dalam dekstran 70 (BM 70.000) dan
dekstran 40 (BM 40.000) dicampur dengan garam faal, dekstrosa atau Ringer laktat.
Dekstran 70% digunakan pada syok hipovolemik dan untuk profilaksis
tromboembolisme dan mempunyai waktu paruh intravaskular sekitar 6 jam.
Pemakaian dekstran untuk mengganti volume darah atau plasma hendaknya
dibatasi sampai 1 liter (1,5 gr/kgBB) karena risiko terjadi perdarahan abnormal.
Batas dosis dekstran yaitu 20 ml/kgBB/hari.

Volume dekstran melebihi 1 L dapat mengganggu hemostasis. Disfungsi trombosit


dan penurunan fibrinogen dan faktor VIII merupakan alasan timbulnya perdarahan
yang meningkat. Reaksi alergi terhadap dekstran telah dilaporkan, tetapi kekerapan
reaksi anafilaktoid mungkin kurang dari 0,02 %. Dekstran 40 hendaknya jangan
dipakai pada syok hipovolemik karena dapat menyumbat tubulus ginjal dan
mengakibatkan gagal ginjal akut.

2. Gelatin

Pemberian gelatin agaknya lebih sering menimbulkan reaksi alergik daripada


koloid yang lain. Berkisar dari kemerahan kulit dan pireksia sampai anafilaksis
yang mengancam nyawa. Reaksi-reaksi tersebut berkaitan dengan pelepasan
histamine yang mungkin sebagai akibat efek langsung gelatin pada sel mast. Gelatin
tidak menarik air dari ruang ekstravaskular sehingga bukan termasuk ekspander
plasma seperti dekstran. Larutan gelatin terutama diekskresikan lewat ginjal dalam
urin, sementara itu gelatin dapat menghasilkan diuresis yang bagus.

Sebagian kecil dieliminasikan lewat usus. Karena gelatin tidak berpengaruh


pada sistem koagulasi, maka tidak ada pembatasan dosis. Namun, bila terlalu
banyak infus, pertimbangkan adanya efek dilusi. Gelatin dapat diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal bahkan pada pasien yang menjalani
hemodialisis. Indikasi gelatin : Penggantian volume primer pada hipovolemia,
stabilisasi sirkulasi perioperatif. Sedangkan kontraindikasi adalah infark miokard
yang masih baru terjadi, gagal jantung kongestif dan syok normovolemik.
Cairan Rumatan
Elektrolit
1. KA-EN 1B

Digunakan sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum


diketahui misal pada kasus emergensi. Kasus-kasus seperti dehidrasi
dengan kandungan elektrolit dan kadar yang belum diketahui, demam,
penyakit infeksi, asma dan < 24 jam pasca bedah. Dengan dosis lazim 500-
1000ml untuk sekali pemberian secara intravena. Kecepatan sebaiknya 300-
500ml/jam (dewasa) dan 50-100ml/jam (anak-anak). Bila bayi prematur
atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100ml/jam. Cairan
ini direkomendasikan untuk usia 3 tahun atau pasien dengan berat badan
15 kg.

2. KA-EN 3A dan KA-EN 3B

Direkomedasikan untuk usia 3 tahun atau berat badan 15kg. Larutan


rumatan rasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada
keadaan asupan oral terbatas. Kasus-kasus non-bedah yang membutuhkan
kalium yaitu: diare, muntah, DKA, asma, dan hipertensi. Dan diberikan
pasca bedah (>24-48 jam).
3. KA-EN 4A Paed

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak. Tanpa


kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal. Tepat digunakan untuk dehidrasi
hipertonik dan kandungan elektrolit serta kadar gula yang belum diketahui.
Indikasi untuk anak < 3 tahun dan berat badan <15 kg.

4. KA-EN 4B Paed

Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko


hypokalemia. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik.
Direkomendasikan untuk usia < 3 tahun atau berat badan < 15 kg.

Osmolaritas Na K Cl Ca Lactat Dekstrose Kalori


Cairan
mOsm/L Elektrolit (mEq/L) g/L kcal/L

KAEN
2 38,5 - 38,5 - - 27,5 150
1B
KAEN
290 60 10 50 - 20 27.0 108
3A
KAEN
290 50 20 50 - 20 27.0 108
3B
KAEN
4A 248 30 - 20 - 10 40 160
Paed
KAEN
4B 284 30 8 28 - 10 37,5 150
Paed
Nutrisi
1. Amiparen

Mengandung asam amino 10% dan BCAA 30%. Memperbaiki


keseimbangan nitrogen. Kecepatan pemberian asam amino yaitu 10g
gr/jam. Indikasi pemakaian yaitu pada kasus stress metabolic berat, luka
berat, infeksi berat, kwashiorkor, pasca operasi, dan total parental nutrition.

2. PAN-AMIN G

Mengandung asam amino sebesar 2,72% untuk mencukupi kebutuhan


basal. Mengandung sorbital sebesar sebesar 5%. Di indikasikan pada kasus
hipoproteinemia dan stress metabolic ringan, tifoid, nutrisi dini pasca
operasi. 6
BAB III

KESIMPULAN

Cairan tubuh merupakan saran untuk transpor zat makanan maupun sisa-
sisa metabolisme, membawa nutrien (komponen makanan) mulai dari proses
absorbsi, mendistribusikan, sampai ke tingkat intraselular tempat nutrien
mengalami proses metabolisme. Hasil metabolisme akan didistribusikan ke seluruh
tubuh dan ekskresinya akan dikeluarkan dari tubuh.

Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh


dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid
(plasma ekspander) secara intravena. Tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi
untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan
harian.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, A. Kompartemen Cairan Tubuh: Cairan Ekstraseluler dan


Intraseluler. Dalam: Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC;
1997. hal 307-10.
2. Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15
vol 1. Jakarta : EGC, 2000. Hal 258-65.
3. Latief, AS, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi : Terapi Cairan Pada
Pembedahan. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif,
FKUI. 2002.
4. Dr. Mohd Ashraf, Dr. Arshad Farooq, Dr. Reyaz A Malik, Dr. Tasaduq
Ahmad, Dr. Saika Bashir, Dr. Sheena Shah, Fluid Therapy In Children: A
Review, 1-7
5. Rachel S. Meyers, PharmD, Pediatric Fluid and Electrolyte Therapy
Ernest Mario School of Pharmacy, Rutgers, The State University of New
Jersey, Saint Barnabas Medical Center, Piscataway, New Jersey, J Pediatr
Pharmacol Ther 2009; Vol14: No.204211
6. Anonim. Kebutuhan Harian Air dan Elektrolit, gangguan Keseimbangan
Air dan Elektrolit, dan Terapi Cairan. Dalam: Pedoman Cairan Infus edisi
revisi VIII. Jakarta: PT. Otsuka Indonesia; 2003. hal. 16-33.

Vous aimerez peut-être aussi