Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dasa Wisma

3.1 Dasa Wisma


4.1
5.1 Dasa wisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang bertetangga. Kegiatannya
diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga. Bentuk kegiatannya seperti arisan (PKK),

pembuatan jamban, sumur, kembangkan dana sehat (PMT, pengobatan ringan,

membangun sarana sampah dan kotoran).

6.1 Kerangka pikir pertama adalah bahwa Desa Siaga akan dapat terwujud apabila manajemen
dalam pelaksanaan pengembangannya diselenggarakan secara paripurna oleh berbagai

pihak (unit-unit kesehatan dan pemangku kepentingan lain yang terkait).


7.1 Hasil pemantauan oleh masyarakat diinformasikan kepada petugas kesehatan atau unit
yang bertanggung jawab untuk dapatnya diambil tindakan penanggulangan secara efektif

dan efisien. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan dalam rangka

kewaspadaan dini terhadap ancaman muncul atau berkembangnya penyakit/masalah


kesehatan yang disebabkan antara lain oleh status gizi, kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat (surveilans).

8.1 Secara umum tujuan dari kegiatan tersebut yang berbasis masyarakat adalah terciptanya
sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadapkemungkinan

terjadinya penyakit dan masalah-masalah kesehatan yang akan mengancam dan

merugikan masyarakat yang bersangkutan.

Peran Dasawisma

9.1 Peran serta masyarakat akan diperluas sampai ketingkat keluarga dengan sepuluh keluarga
sebagai satuan untuk pembinaan dalam bidang kesehatan secara swadaya.

Salah seorang dari anggota keluarga persepuluhan untuk dipilih oleh mereka sendiri dan
dijadikan pimpinan dan pembina atau penghubung.
10.1 Tujuan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat, agar tercipta sistem

kewaspadaan dan kesiap-siagaan dini masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya


penyakit dan masalah kesehatan, bencana, dan kegawat daruratan, yang akan mengancam

dan merugikan masyarakat sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan

penanggulangan secara efektif dan efisien.


11.1 Bidan yang di tempatkan di desa akan membina pemimpin kelompok persepuluhan

tersebut secara berkala dan menerima rujukan masalah kesehatan dari para anggota
persepuluh tersebut dalam wilayah kerjanya.

12.1 Salah satu organisasi yang telah ada dan diakui manfaatnya bagi masyarakat, terutama

dalam upaya meningkatkan keberdayaan dan kesejahteraan keluarga adalah gerakan


Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Selain ekonomi atau pendapatan
keluarga, yang tak kalah penting diberdayakan dalam PKK adalah peningkatan kesehatan
dan spritual.

13.1 Disini yang paling berperan adalah dasawisma, yakni unit terkecil kelompok
PKK yang terdiridari 10 anggota rumah tangga. Dari 10 anggota itu, ada seorang

penanggung jawab untuk memantau kondisi rumah tangga yang lain. Prinsip dasawisma
adalah pengawasan dan pemberdayaan hingga kemasyarakat bawah dan menyentuh unit
masyarakat terkecil, yakni keluarga.
14.1 Peran PKK diharapkan dapat menggugah masyarakat agar termotivasi untuk

selalu dinamis, maumengubah keadaan kepada yang lebih maju lagi. Seperti dalam hal
upaya peningkatan kesejahteraan keluarga. PKK bukanlah tempat arisan dan pengajian

saja, tetapi merupakan wadah bagi pemberdayaan masyarakat. Kalau arisan dan

pengajian, setiap perkumpulan beberapa orang bisa saja dilakukan. Tapi PKK lebih dari

itu, merupakan wadah pemberdayaan.


15.1 Dasawisma sebagai kelompok terkecil dari kelompok-kelompok PKK memiliki

peran strategis mewujudkan keluarga sejahtera. Untuk itu, di harapkan agar Dasawisma

menjadi ujung tombak pelaksanaan 10 program pokok PKK dan program pemerintah

karena sebagai mitra.


16.1 Selain itu, melalui dasawisma tersebut diharapkan dapat memantau

sekaligus mengantisipasi muncul serta berkembangkan penyakit yang belakangan


menghebohkan, dan banyak menimpa anak-anak seperti demam berdarah.

17.1 Banyak hal yang dapat dilakukan melalui dasawisma seperti melaksanakan

kegiatan kerjabakti, mengadakan lomba mengambil jentiknya sehingga dapat


mengantisipasi munculnya penyakit demam berdarah. Selainitu, terutama dalam hal

administrasi, dengan mengupdate data di setiap kepala keluarga, usaha perbaikan gizi
keluarga dan keluarga berencana (KB). Dengan begitu Keberadaan dasawisma akan

mempermudah koordinasi dan jaringan, sehingga program-program PKK maupun yang

melibatkan PKK dapat berjalan tepatsasaran.


18.1 Pengetahuan dan keterampilan mutlak dimiliki bagi kader PKK, untuk
memajukan serta meningkatkan mutu dan kemampuan organisasi. Karena, kesejahteraan
bangsa dimulai dari kesejahteraan keluarga yang merupakan salah satu sasaran

pembangunan. Juga mengingatkan semua yang tergabung dalam wadah organisasi PKK
harus lebih mampu untuk berperan di masyarakat, baik sebagai motivator, komunikator,

dinamisator pembangunan dan sebagainya yang mampu menyerap segala aspirasi yang
tumbuh di masyarakat untuk membuktikan manfaat dan keberadaan PKK itu sendiri secara
nyata.
19.1
20.1 10 PROGRAM POKOK PKK
21.1 A. PROGRAM POKJA I

22.1 Pokja I mengelola Program Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan Program

Gotong Royong.

23.1 1. Tugas
24.1 a. Memantapkan kerukunan dan toleransi antar umat beragama, saling menghormati

dan menghargai dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia.

25.1 b. Meningkatkan ketahanan keluarga dalam rangka mewujudkan kesadaran setiap

warga tentang Penghayaan dan Pengamalan Pancasila melalui Pembinaan Kesadaran Bela
Negara (PKBN).
26.1 c. Memantapkan Pola Asuh Anak dan Remaja dalam keluarga serta perlindungan

anak melalui Lokakarya dan Uji coba.


27.1 d. Peningkatan pemahaman dan pengamalan perilaku budi pekerti dan sopan santun

dalam kelurga dan lingkungan.

28.1 e. Meningkatkan pemahaman peraturan perundangan yang berkaitan dengan


pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), pencegahan perdagangan orang

(Trafficking), peningkatan pemahaman penyalahgunaan narkoba melalui life skill dan


parenting skill.

29.1 f. Meningkatkan kesadaran hidup bergotong royong, kesetiakawanan sosial,

keamanan lingkungan, Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD dan lain-lainnya.


30.1 g. Memberdayakan LANSIA dalam kegiatan yang produktif dan menjadi teladan dalam
keluarga dan lingkungan.
31.1 2. Prioritas Program

32.1 1) Penghayatan dan Pengamalan Pancasila


33.1 Menumbuhkan ketahanan keluarga melalui kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara perlu dilaksanan pemahaman secara terpadu:


34.1 2) Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN)
35.1 PKBN mencakup 5 (lima) unsur:
36.1 Kecintaan tanah air

37.1 Kesadaran berbangsa dan bernegara


38.1 Keyakinan atas kebenaran Pancasila

39.1 Kerelaan berkorban untuk Bangsa dan Negara

40.1 Memiliki kemampuan awal bela Negara

41.1 3) Kesadaran Hukum (KADARKUM)


42.1 KADARKUM adalah upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang peraturan

perundang-undangan diprioritaskan di PKK untuk pencegahan PKDRT, Trafficking,

Perlindungan Anak, Narkoba, dll.

43.1 4) Pola Asuh Anaka dan Remaja


44.1 Pola asuh anak dan remaja adalah upaya untuk menumbuhkan dan membangun

perilaku, budi pekerti, sopan santun di dalam keluarga sesuai budaya bangsa.
45.1 5) Pemahaman dan Ketrampilan Hidup (Life Skill dan Parenting Skill)

46.1 Pemahaman dan ketrampilan hidup adalah upaya menumbuhkan kesadaran orang tua

dalam upaya penvegahan penyalahgunaan Narkoba


47.1 6) Pemahaman tertib administrasi dalam rangka meningkatkan dan mewujudkan

tertib administrasi kependudukan di keluarga.


48.1 3. Gotong Royong

49.1 Kegiatan Gotong Royong dilaksanakan dengan membangun kerjasama yang baik antar

sesama keluarga, warga, dan kelompok untuk mewujudkan semangat persatuan dan
kesatuan.
50.1 1) Menumbuhkan kesadaran, kesetiakawanan sosial, bertenggang rasa, dan
kebersamaan serta saling menghormati antar umat beragama.

51.1 2) Memberdayakan LANSIA agar dapat amenjaga kesehatan fisik dan mental,
kebugaran, ketrampilan agar dapat melaksanakan kegiatan secara produktif dan menjadi

teladan bagi keluarga dan lingkungannya.


52.1 3) Berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan bakti sosial, kegiaan Tentara
Manunggal Membangun Desa (TMMD).
53.1
54.1 B. PROGRAM POKJA II
55.1 Pokja II mengelola Program Pendidikan dan Ketrampilan serta Pengembangan

Kehidupan Berkoperasi.

56.1 1. Tugas

57.1 Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan dalam keluarga, peningkatan jenis dan
mutu kader, peningkatan pengetahuan TP PKK dan kelompok-kelompok PKK dan

Dasawisma melalui penyuluhan, orientasi dan pelatihan.

58.1 a. Melaksanakan dan mengembangkan kegiatan program Bina Keluarga Balita (BKB)

59.1 b. Memantapkan Kelompok Belajar (Kejar) Paket A, B, dan C.


60.1 c. Meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran dalam keluarga tentang

pentingnya pendidikan anak sejak usia dini (0-6) tahun agar anak tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai dengan usianya.

61.1 d. Membantu program Keaksaraan Fungsional (KF) dalam rangka meningkatkan

pendidikan keluarga.
62.1 e. Meningkatkan kelompok dan kualitas Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga

(UP2K) PKK.
63.1 f. Memotivasi keluarga tentang manfaat koperasi sebagai salah satu upaya perbaikan

ekonomi keluarga dan mendorong terbentuknya koperasi yang dikelola oleh PKK.

64.1 g. Identifikasi kebutuhan pelatihan.


65.1 h. Menyusun modul-modul pelatihan.
66.1 i. Berpartisipasi dalam Forum PAUD berkerjasama dengan Pokja IV yang difasilitasi
oleh Kementrian Pendidikan Nasional.

67.1 j. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pendidikan dasar


untuk semua sesuai dengan tujuan MGDs yaitu agar setiap anak laki-laki dan perempuan

mendapatkan dan menyelesaikan pendidikan dasar.


68.1
69.1 2. Prioritas Program
70.1 1) Penddikan dan Ketrampilan

71.1 a. Meningkatkan kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan, kesadaran dan


ketarmpilan keluarga yang mempunyai anak balita mengenai tumbuh kembang anak balita

secara optimal.

72.1 b. Menyusun modul pelatihan BKB dabi TP PKK dan mengadakan pelatihan BKB.

73.1 c. Meningkatkan mutu dan jumlah pelatih PKK dengan mengadakan pelatihan/
Training of Trainer (TOT).

74.1 d. Menyempurnakan modul-modul pelatihan TPK3PKK, LPPKK dan DAMAS PKK sesuai

dengan perkembangan serta mensosialisasikannya antara lain melalui pelatihan-pelatihan:

TPK3PKK, LP3PKK, dan DAMAS PKK.


75.1 e. Meningkatkan pengetahuan PKK dalam kegiatan Pos PAUD melalui kegiatan PAUD

yang diintegarsikan dengan BKB ddan Posyandu dengan pereman mitra PAUD bekerjasama
dengan Pokja IV.

76.1 f. Meningkatkan jumlah pengetahuan dan ketrampilan kader dalam mendidik anak

usia dini melalui pelatihan bekerjasama dengan instansi terkait dan HIMPAUDI.
77.1 g. Meningkatkan ketrampilan kecakapan hidup (Life Skill) perempuan maupun laki-

laki sehingga mampu berusaha secara bersama atau mandiri untuk memperkuat
kehidupann diri dan keluarganya.

78.1 h. Mengadakan manitoring dan evaluasi kegiatan Pos APUD di TP PKK Provinsi untuk

mengetahui sejauh mana pengintegrasian PAUD, BKB, dan Posyandu.


79.1 i. Meningkatkan kejar paket A, B, dan C melaui pelatihan Tutor Kejar Paket A, B,
dan C bekerjasama dengan insansi terkait.
80.1 j. Meningkatkan dan menyuluh keluarga tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar

Sembilan Tahun (Wajar Dikdas 9 Tahun).


81.1 k. Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan keluarga serta pengembangan

Keaksaraan Fungsional (KF) dengan pendampingan melalui penyuluhan, oreintasi dan


pelatihan.
82.1 l. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan baca tulis, serta membudayakan
minat baca masyarakat melalui aman Bacaan Masyarakat (TBM) dan sudut baca bekerja

sama dengan Instansi terkait.


83.1 m. Meningkatkan pelaksanaan kerjasama dengan mitra sebagai pendamping, yaitu

lintas sektoal dan lintas kelembagaan.

84.1
85.1 2) Pengembangan Kehidupan Berkoperasi
86.1 a. Melaksanakan evaluasi UP2K-PKK dan mengadakan lomba UP2K untuk mengetahui

sejauh mana pelaksanaan kegiatan UP2K-PKK di daerah dan mengetahui keberhasilannya.

87.1 b. Mengadakan pelatihan UP2K-PKK dalam rangka meningkatkan pengetahuan

tentang program UP2K-PKK agar TP PKK Provinsi mempunyai tenaga terampil dalam
pengembangan program UP2K-PKK.
88.1 c. Mendata ulang jumlah kelompok-kelompok UP2K-PKK.

89.1 d. Mengatasi cara pemecahan masalah mengenai permodalan untuk kegiatan UP2K-
PKK melalui APBD, Lembaga keuangan Mikro yang ada, baik yang bersifat bank seperti BRI

Unit Desa dan Bank Perkreditan Rakyat, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Pedesaan, Alokasi Dana Desa (AAD) dan lain-lain.


90.1 e. Mengupayakan pemasaran UP2K-PKK melalui pasar, warung, ikut pada pameran,

bazar baik lokal maupun nasional dan menjalin kemitraan dengan Dekranas/ Dekranasda.
91.1 f. Memotifasi keluarga agar mau menjadi anggota koperasi untuk meningkatkan

pendapatan keluarga.

92.1 g. Mendorong terbentuknya koperasi yang berbadan hukum yang dikelola oleh TP PKK
93.1
94.1 C. PROGRAM POKJA III
95.1 Pokja III mengelola program pangan, sandang, perumahan dan tata laksana rumah

tangga.
96.1 1. Tugas

97.1 a. Mengupayakan ketahanan keluarga dibidang pangan sesuai dengan UU No. 17


Tahun 1996 tentang Pangan.
98.1 b. Meningkatkan penganekaragaman tanaman pangan dalam upaya peningkatan gizi
keluarga menuju keluarga yang berkualitas.

99.1 c. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang


beragam, bergizi, berimbang (3B), yang aman dan berbasis sumber daya lokal.

100.1 d. Mengusahakan pemanfaatan lahan baik darat maupun air minimal untuk

pemenuhan kebutuhan pangan keluarga.

101.1 e. Berperan dan membantu dalam program Cadangan Pangan Masyarakat.


102.1 f. Memantapkan Gerakan Halaman, Asri, Teratur, Indah dan Nyaman (HATINYA PKK).

103.1 g. Memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam upaya meringankan beban kerja

sehingga hasilnya lebih efektif dan efisien.

104.1 h. Membudayakan Aku Cinta Makanan Indonesia dan Aku Cinta Produk Indonesia
sehingga menumbuhkan rasa bangga.
105.1 i. Mensosialisasikan pola pangan 3B untukkeluarga khususnya bagi balita dan lansia.

106.1
Masalah kesehatan dari Anggota Dasawisma

Beberapa masalah kesehatan yang menjadi jangkauan kerja dari anggota dasawisma

sebagai berikut :
1. Usaha perbaikan gizi keluarga

2. Masalah pertumbuhan anak


3. Makanan sehat bagi keluarga

4. Masalah kebersihan lingkungan

5. Masalah bencana dan kegawatdaruratan kesehatan termasuk resikonya


6. Masalah kesehatan ibu, bayi dan balita
7. Masalah penyakit

107.1
108.1
109.1 Referensi
110.1 Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pengembangan
Desa Siaga. Depkes. Jakarta.
111.1 Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan
112.1

2.2 Tabungan Ibu Bersalin ( Tabulin )

Tabulin Tabungan Ibu Bersalin adalah uang yang dikumpulkan oleh ibu hamil dan

disempan sendiri dirumah, dibank, atau di Bidan yang akan membantu persalinan. Selain berupa

uang, simpanan dapat berbentuk hewan ternak (seperti, sapi dan lain-lain), perhiasan, dan
sebagianya yang ketika waktunya tiba dapat dijual dan hasilnya bisa digunakan baiaya

persalinan.

Tabulin adalah salah satu program kesehatan yang dinilai sangat positif karena langsung

menyentuh masyarakat. Tabungan yang bersifat sosial ini sangat membantu warga, terutama

yang ekonominya lemah. Program ini sangat efektif dalam upaya meningkatkan kesehatan

masyarakat. Warga tidak akan merasa terbebani dalam mendukung program tersebut karena

penggalangan dana tabungan melalui pola jimpitan (sejenis iuran sukarela).

Melalui Tabulin, bumil diharapkan bisa menabung sehingga saat melahirkan tidak

mengalami kesulitan biaya persalinan karena sudah ada dana tabungan tersebut. Tabulin

merupakan upaya yang sangat baik untuk menurunkan angka kematian ibu. Tabungan ini akan

sangat membantu, terutama pada ibu hamil dan keluarganya pada saat menghadapi persalinan

karena masalah biaya dapat di atasi. Secara pisikologisibu akan merasa tenang menghadapi

persalinan. Tabulin ini biasanya di koordinasi oleh tokoh masyarakat atau petugas kesehatan

yang akan menjamn askes ibu ke pelayanan masyarakat. Perlindungan pembiayaan kesehatan

sndiri harusnya di miliki setiap individu selama fase kehidupannya.

Tabungan ibu bersalin merupakan bgian dari program yang ada, dimana Ikatan Bidan

Indonesia (IBI) selaku mitra depkes dan BKKBN turut membina masyarakat untuk sosialisasi

program ini. Selain itu untuk biaya melahirkan, tabulin juga bisa dipakai sebagai biaya

penunjang paska persalinan. Beragam penyuluhan yang menjadi program penting dalam siaga

ini, karena dalam peyuluhan warga selalu diingatkan akan biaya kehamilan akan

3TERLAMBAT, yaitu mengenali tanda bahaya, terlambat sampai RS dan terlambat mendapat

petolongan bidan/dokter juga bahaya 4 TERLALU yaitu terlalu sering, terlalu mudah, terlalu tua,

terlalu bnyak. Yang merupakan faktor resiko terjadinya kompliksi persalinan.


2.2.2 Tujuan

a) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia

b) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama bu hamil

c) Memotifasi masyarakat, terutama ibu hamil untuk menyisihkan uang sebagian di tabungan

sbagai persiapan persalinan.

d) Melalui tabulin ibu hamil di harapkan dapat menabung sehingga saat melahirkan, tidak

mengalami kesulita biaya persalinan karena sudah ada biaya tabungan.

2.2.3 Manfaat

1. Sebagai tabungan / simpanan yang di gunakan untuk biaya persalinan atau sesudah

persalinan

2. Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan

2.2.4 Prinsip Dasar

Tabungan bersalin (tabulin)sudah di mulai sebelum ada desa siaga bidan di tuntun memberi

penjelsan kepda ibu hamil dan keluarga tentang kegunaan tabulin, meskipun orang yang mampu.

Seharusnya orang yang mampu tersebut dapat memberi contoh kepada yang tidak mampu untuk

menabung. Ibu hamil tang mengikuti tabulin di beri buku yang di bawa setiap pemeriksaan

tabungan ini di bentuk berdasarkan rukun warga (rw) atau posyandu. Jika ada 4 posyandu di

suatu tempat tabungan ada 4 i desa tersebut. Kita juga harus menentukan jumlah tabungan ibu
hamil setiap minggunya dan memberi penjelasan kepada ibu hamil betapa pentingnya manfaat

tabulin sehinggaibu hamil mempunyai kesadaran melaksanakan tabulin. Banyak sekali hal yang

sebenarnya kelihatan kecil atau sepele, seperti menyiapkan tabungan dan bantuan tetangga yang

dapat mengantarkan pada saat terjadinya persalinan secara tiba-tiba. Hal ini dapat menginspirasi

masyarakat agar masa mendatang, tabulin dapat di sosialisasikan dengan baik di masyarakat.

2.2.5 Langkah Langkah Yang Perlu Diperhatikan Dalam Tabulin

a) Ibu yang sudah mengetahui kehamilannya, diminta mulai menabung untuk persalinannya.

b) Tabulin merupakan tabungan keluarga, bukan tanggung jawab ibu yang harus menyisihkan

uang untuk persalinannya, tetepai suami juga harus menabung untuk dana persalinan.

Terutama bagi keluarga yang penghasilannya tunggal (suami yang berpenghasilan). Jadi

perlu ada kesepakatan dengan suami.

c) Jika ibu hamil menngalami kesulitan menyampaikan kepada suami, maka anggota SIAGA

(Siap Antar Jaga) lain perlu membicarakannya dengan para suami dalam pertemuan -

pertemuan desa, pertemuan para bapak, ataupun pendekatan secara individual.

d) Waktu perkiraan persalian sudah dapat diketahui sehingga ibu atau keluarga mampu

memperkirakan kapan dana akan digunakan. Jika simpanan tidak berupa uang, ibu dan

keluarga harus bisa memperkirakan kapan simpanan bisa diuangkan, misalnya menjual hasil

panen, menjual ternak.

e) Tabulin dalam bentuk uang, dapat disimpan dibank, dirumah, atau pada bidan. Tabulin dapat

diisi dengan mencicil. Tabulin yang disimpan pada bidan dapat dititipkan pada saat
pemeriksaan kehamilan. Peran kader disini adalah menyarankan atau memotivasi ibu-ibu

agar mempunyai persiapan persalinan.

2.2.6 Indikator Keberhasilan dalam Tabulin

a) Dana terhimpun, masyarakat yang berpartisipasi dalam pembiayaan kesehatan masyarakat.

b) Pengalokasian tepat sasaran sesuai berbagai kebutuhan kesehatan (promotif, prefentif, kuratif,

rehabilitatif)

c) Pengelolan dan pemanfaatan tertib, mudah,lancar

d) Kegiatan yang berkesinambungan

2.3 Donor Darah Berjalan

Donor darah berjalan adalah donor yang dilakukan tiap hari. Donor darah berjalan ini
adalah program PMI untuk memenuhi pasokan darah di PMI karena PMI sering mengalami
kekurangan pasokan darah sedangkan yang membutuhkan donor darah sangat banyak.

Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen
Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program pemberdayaan
perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat penurunan AKl.

Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja
mobil ambulance dilapangan yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait
sediaan darah lewat program yang mereka buat.

Untuk menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)
mencanangkan dimulainya penempelan stiker perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua rumah yang di dalamnya
terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan,
penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon
pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapai
dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan tersebut berjalan
dengan aman dan selamat.

Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong
per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta
kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih
minimnya geliat masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu
dilakukan penggalangan Donor Darah Sukarela (DDS).

Manfaat Donor Darah

Selain segi sosial dan derma yang dapat dijadikan dorongan mengapa kita perlu mendonorkan
darah secara rutin, terdapat beberapa manfaat medis dari donor darah secara teratur. Donor
darah terutama baik bagi mereka yang memiliki kandungan besi dalam darah berlebihan karena
besi yang berlebih cenderung akan menumpuk pada berbagai organ vital seperti jantung, liver,
ginjal dan mengganggu fungsinya (hemokromatosis). Selain itu, beberapa penelitian medis,
walaupun belum sempurna dijelaskan secara medis, mengemukakan bahwa donor darah rutin
akan membantu kelancaran aliran darah (sistem kardiovaskular). Pengurangan kekentalan
darah sehingga menjamin kelancaran suplai darah bagi tubuh tersebut ditengarai menyebabkan
efek positif bagi jantung, sehingga pernah ada penelitian yang menyatakan bahwa donor darah
rutin mampu membantu mengurangi angka kejadian serangan jantung pada pria.

Mungkin kekhawatiran efek samping dari donor darah seperti yang dijadikan alasan bagi
kebanyakan dari kita adalah benar, namun angka kejadiannya jarang. Dengan berbagai tahapan
persiapan dan skrining sebelum mendonor maka semua efek samping tersebut nyaris tidak
akan terjadi. Kekhawatiran akan terjadinya kekurangan darah (anemia) misalnya. Dengan
pemeriksaan kadar Hb sebelumnya maka hal tersebut dapat dicegah. Selama Hb orang dewasa
diatas 12, donor darah relatif aman untuk dilakukan, malah dianjurkan. Memar dapat terjadi
pada bekas tusukan jarum, namun jarang luas dan hilang sempurna tidak lebih dari setengah
minggu. Salah satu yang lumayan sering dijumpai adalah terjadinya reaksi hipovolemia yang
berupa tekanan darah turun mendadak pasca donor sehingga membuat si pendonor merasa
pusing, lemas dan mual.
Hal ini dapat dicegah misalnya dengan menanyakan sebelumnya adakah riwayat
kejadian tersebut pada donor sebelumnya, atau apakah ada riwayat penyakit tertentu,
memeriksa tekanan darah sebelumnya, sesudah donor maka berbaring sekitar 10 menit lebih
dulu sebelum berdiri dan berjalan, serta dengan diberikannya makanan dan minuman manis
segera setelah donor. Kekhawatiran untuk terinfeksi penyakit serius seperti HIV misalnya,
adalah berlebihan. Selama peralatan seperti jarum yang dipakai adalah steril dan masih baru,
hal tersebut pastinya dapat dicegah. Justru resiko terinfeksi lebih besar terjadi pada mereka
yang menerima transfusi darah ketimbang si pendonor karena beberapa ketidaksempurnaan
dalam skrining darah.

Dari sudut medis tindakan menyumbang darah merupakan kebiasaan baik bagi
kesehatan pendonor. Salah satunya, dengan berdonor darah secara teratur secara tidak langsung
pendonor telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur pula. Karena sebelum
mendonorkan darah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara lengkap.

Darah yang disumbangkan dapat expired (kedaluwarsa) bila tidak terpakai. Sel-sel darah merah
harus digunakan dalam 42 hari. Platelet harus digunakan dalam 5 hari, dan plasma dapat
dibekukan dan digunakan dalam jangka waktu 1 tahun. Selain itu, donor darah akan membantu
menurunkan risiko terkena serangan jantung dan masalah jantung lainnya. Penelitian
menunjukkan, mendonorkan darah akan mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh. Walau
masih perlu penelitian lagi untuk memastikannya, kelebihan zat besi diduga berperan
menimbulkan kelainan pada jantung. Kelebihan itu akan membuat kolesterol jahat (LDL)
membentuk ateros/derosis (plak lemak yang akan menyumbat pembuluh darah).

Jika donor darah dilakukan 2-3 kali setahun, atau setiap 4 bulan sekali, diharapkan kekentalan
darah berkurang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penyumbatan pembuluh darah.
Sistem produksi sel - sel darah juga akan terus terpicu untuk memproduksi sel-sel darah baru
yang akan membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh. Sirkulasi darah yang baik akan
meningkatkan metabolisme dan merevitalisasi tubuh.
Siklus pembentukan sel-sel darah baru yang lancar dan metabolisme tubuh yang berjalan baik,
membuat berbagai penyakit dapat dihindarkan. Selama 24 jam setelah berdonor maka volume
darah akan kembali normal. Sel-sel darah akan dibentuk kembali dalam waktu 4-8 minggu.

Merupakan salah satu kegiatan yang diadakan didesa-desa yang ingin menyukseskan program
Desa Siaga. Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu melalui
penyaluran donor darah untuk ibu hamil atau ibu bersalin yang membutuhkannya. Kegiatan
donor darah berjalan melibatkan peran serta masyarakat, khususnya keluarga dari ibu hamil
dan ibu bersalin. Masyarakat diharapkan dapat membangun sistem jaringan donor darah dalam
suatu kelompok masyarakat desa, sehingga dalam situasi darurat donor secepatnya dapat
diberikan kepada ibu melahirkan.

Secara umum proses pembentukan donor darah berjalan hampir sama dengan pembentukan
dana sehat hanya saja pada tahap sosialisasi memerlukan bantuan dari palang merah indonesia
( PMI ) untuk menjelaskan masalah donor darah agar masyarakat bertambah pengetahuannya.
Dengan demikian diharapkan dapat terjadi peningkatan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan donor darah. Pelaksanaan kegiatan donor darah berjalan melibakan seluruh
anggota masyarakat termasuk ibu hamil. Pada tahap awal, setiap ibu hamil diharapkan
memiliki lima orang dewasa dalam keluarganya untuk diikutsertakan dalam proses
pemeriksaan kehamilan dan pemberian konseling mengenai segala persiapan kehamilan dan
dalam menghadapi persalinan. Kelima orang tersebut diperiksa golongan darahnya untuk
persiapan sebagai pendonor apabila terjadi perdarahan apabila sewaktu-waktu, seorang ibu
hamil atau ibu bersalain memerlukan donor darah, bidan dapat segera menghubungi anggota
keluarganya yang memiliki golongan darah yang sama. Sistem sederhanai ini diharapkan dapat
memberikan dampak besar terhadap keberhasilan program Desa Siaga terutama untuk
menurunkan angka kematian ibu hamil, bersaln, nifas , serta bayi.

Tahapan Donor Darah Berjalan

Adapun donor darah dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan darah.


2. Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan pemeriksaan
golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat untuk menjadi donor darah.

3. Hubungi pihak Puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan darah. Jika Puskesmas


tidak mempunyai layanan pemeriksaan darah, maka mintalah Puskesmas melakukan rujukan.
Jika diperlukan hubungi unit tranfusi darah PMI terdekat.

4. Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan nama
warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat nama dan alamat
mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua warga yang bergolongan darah
sama dengan ibu hamil.

5. Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai dengan
golongan darahnya.

6. Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24 jam, sewaktu-
waktu ibu hamil memerlukan tranfusi.

7. Buat kesepakatan dengan Unit Tranfusi darah, agar para warga yang telah bersedia
menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya, terutama tranfusi bagi ibu
bersalin yang membutuhkannya.

8. Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan apabila ada salah seorang
warganya yang membutuhkan darah.

2.4 Ambulance Desa

Ambulans desa adalah suatu alat transportasi milik warga yang secara sukarela

disiagakan untuk membantu pertolongan ibu hamil yang telah tiba masa persalinannya atau

membantu perawatan ibu hamil yang diharuskan untuk memeriksakan diri ke fasilitas yang

lebih memadai dari apa yang ada di tempat ia tinggal. Ambulan desa merupakan salah satu

bentuk semangat gotong royong dan saling peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan

dari desa ke unit rujukan kesehatan yang berbentuk alat transportasi.


2.2.2 Tujuan

a) Tujuan Umum

Membantu mempercepat penurunan AKI ibu hamil, nifas dan melahirkan

b) Tujuan Khusus

Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan, bencana serta kesiapsiagaan

mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi.

2.2.3 Sasaran Menjadi Ambulan Desa

Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan keluarga yang dapat

menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan prilaku tersebut. Semua individu dan

keluarga yang tanggap dan peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini

kesiapsiagaan memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa.

2.2.4 Kriteria ambulan desa

a) Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart ( mobil sehat ).

b) Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .

c) ONLINE (siap pakai)

2.2.5 Indikator Proses Pembentukan Ambulan Desa

a) Ada forum kesehatan desa yang aktif

b) Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya mencegah dan mengatasi

masalah kesehatan. bencana serta kegawat daruratan kesehatan dengan pengendalian faktor

resikonya.

c) UKBM berkualitas (misalnya; Posyandu)


d) Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan.

e) Penurunan kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawat daruratan kesehatan.

2.2.6 Pengelolaan Ambulan Desa

Ambulan desa dikelola oleh masyarakat sendiri baik termasuk toma, toga, dan forum

masyarakat lainnya dimana sasarannya adalah warga yang memiliki kendaraan/alat

transportasi serta siap bersiaga dalam jadwal yang ditentukan (setiap harinya) untuk

mengantarkan masyarakat yang mengalami kegawat daruratan ketempat pelayanan

kesehatan/rujukan.

2.2.7 Pembiayaan Ambulan Desa

Pembiayaan ambulan desa bisa berasal dari dana sehat ataupun dari Dasolin (Dana

sosial bersalin) ataupun iuran rutin yang dibuat khusus oleh masyarakat, hal tersebut dapat

dimusywarahkan oleh masyarakat untuk disepakati bersama agar alat transportasi yang

digunakan sebagai ambulan desa dapat berjalan baik dan bertahan lama digunakan dalam

menolong kesehatan masyarakat.

2.2.8 Pengaturan Jadwal

a) Jadwal yang ditentukan adalah hasil musyawarah dari sasaran ambulan desa, tokoh

masyarakat/penaggung jawab serta pihak warga lainnya.

b) Dengan diadakannya musyawarah desa jadwal dapat diatur secara bergantian baik secara

harian atau berkala sesuai dengan kesepakatan warga.

Vous aimerez peut-être aussi