Vous êtes sur la page 1sur 4

BAB III.

PEMBAHASAN

Judul Jurnal : PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


(PHBS) SERTA PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU
KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN
KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN
BOJONEGORO, JAWA TIMUR
Jenis Jurnal : Jurnal Gizi dan Pangan
Tahun : 2011
Halaman : 192-199
Oleh : Linda Dwi Jayanti
Yekti Hartanti Effendi
Dadang Sukandar
Penerbit : Institut Pertanian Bogor

Analisis Jurnal

Pada penelitian yang ada dalam jurnal berjudul Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) Serta Perilkau Gizi Seimbang Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan
Kesehatan Balita di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur , untuk mengukur perilaku
gizi seimbang pada ibu menggunakan beberapa pertanyaan mengenai keanekaragaman
makan, pola hidup bersih , aktivitas fisik dan pemantauan berat badan balita. Jika
dilihat hal ini sudah sesuai dengan pedoman gizi seimbang yang dibuat oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2014 yang menjelaskan ada
empat pilar prinsip gizi seimbang yaitu mengkonsumsi makanan beragam,
membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, dan mempertahankan
dan memantau berat badan (BB) normal.
Pada pilar yang pertama yaitu mengkonsumsi makanan beragam , pada jurnal
diketahui bahwa lebih dari separuh balita tidak diberikan ASI eksklusif oleh ibunya
hingga berumur 6 bulan. Sebagian besar balita hanya diberikan ASI eksklusif hingga
umur 3-4 bulan. Balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif hingga umur 6 bulan
adalah sebanyak 72.7 persen, sedangkan balita yang mendapatkan ASI eksklusif
hingga umur 6 bulan hanya sebanyak 27.3 persen. Apabila dilihat prosentase bayi yang
tidak diberikan ASI eksklusif masih banyak yaitu sebesar 72,7% padahal pada
pedoman gizi seimbang sudah dijelaskan bahwa tidak ada satupun jenisa makanan yang
mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjalin pertumbuhan
dan mempertahankan kesehatannya kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir
sampai berusia 6 bulan. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan
tunggal yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan
untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis
pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh. Pada uji yang dilakukan oleh peneliti ,
hasil yang didapatkan adalah tidak ada hubungan anatara perilaku gizi seimbang
dengan kejadian sakit balita yang artinya adalah ketika perilaku gizi seimbang ibu baik
belum tentu bayinya tidak mengalami sakit.
Pada pilar yang kedua yaitu membiasakan perilaku hidup bersih diketahui
bahwa Sebanyak 60 persen responden termasuk ke dalam kategori keluarga sehat 3,
dengan penerapan PHBS kategori sedang. Sementara itu, 40 persen responden lainnya
termasuk ke dalam kategori keluarga sehat 4, dengan penerapan PHBS kategori baik.
Dari pertanyaan yang diajuakan tentang indikator PHBS, dapat diketahui bahwa
seluruh responden melakukan imunisasi lengkap pada bayi dan balitanya, baik di pos-
yandu, bidan, atau dokter. Selain itu, seluruh responden menggunakan air yang masak
untuk keperluan minum keluarga. Pada uji yang dilakukan oleh peneliti , hasil yang
didapatkan adalah tidak ada hubungan anatara PHBS dengan kejadian sakit balita yang
artinya adalah ketika PHBS keluarga baik belum tentu bayinya tidak mengalami sakit.
Pada pilar yang ketiga yaitu melakukan aktivitas fisik diketahui bahwa aktivitas
fisik responden dan keluarga masih tergolong sangat rendah. Hal ini ditun-jukkan
dengan hampir seluruh responden (92.73%) menjawab melakukan olahraga/ak-tivitas
fisik 1 kali setiap minggunya. Rata-rata responden tidak pernah melakukan olah-raga
secara rutin setiap minggunya dengan alasan tidak memiliki waktu untuk melakukan
aktivitas fisik akibat terlalu sibuk dengan ke-perluan rumah tangga. Selain itu, terdapat
pula responden yang beralasan tidak pernah atau jarang melakukan aktivitas fisik
bersama ke-luarga karena malas.
Pada pilar yang keempat yaitu mempertahankan dan memantau Berat Badan
(BB) normal Hampir seluruh respon-den (94.55%) menjawab selalu memantau be-rat
badan balitanya ke posyandu atau klinik setiap bulannya. Selain itu, lebih dari separuh
responden (50.91%) selalu memantau kebia-saan jajan anak balitanya. Hal tersebut me-
nunjukkan perilaku gizi seimbang ibu dalam hal pengontrolan berat badan balita
termasuk ke dalam kategori baik.
Pada penelitian tersebut, dari keempat pilar prinsip gizi seimbang yang diteliti
hanya dua pilar yaitu hubungan anatara perilaku gizi seimbang dan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) keluarga. Didaptakan bahwa tidak ada hubungannya antara
perilaku gizi seimbang ibu yang baik dengan status kesehatan balita, Karena pada
penelitian tersebut ketika perilaku gizi seimbang ibu baik namun kejadian sakit pada
balita masih tetap terjadi, begitupun dengan PHBS keluarga yang baik kejadian sakit
pada balita masih terjadi. Hal ini diduga Karena status kesehatan balita dipengaruhi
oleh factor lain yang tidak dilakukan uji penelitian.
Sehingga perlu dilakukan peningkatan pengetahuan pada ibu terkait dengan
pentingnya melakukan perilaku gizi seimbang dengan melaksanakan empat pilar
prinsip gizi seimbang. Keempat pilar tersebut harus dilaksanakan untuk menjaga status
kesehatan terutama balitanya dan juga keluarga. Karena peran ibu dalam keluarga
sangatlah penting untuk menjaga kesehatan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Jayanti, L. D., Effendi, Y. H., & Sukandar, D. (2011). PERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT (PHBS) GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN
STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN
BOJONEGORO, JAWA TIMUR. Journal Of Nutrition and Food, 192-199.
RI, K. K. (2014). PEDOMAN GIZI SEIMBANG. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Vous aimerez peut-être aussi