Vous êtes sur la page 1sur 14

PERAN PENERAPAN FAKTUR PAJAK ELEKTRONIK TERHADAP

KEPATUHAN PAJAK PENGUSAHA KENA PAJAK

OLEH:

IDA BAGUS NGURAH INDRA PRAMANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk dan rahmat-Nya karena penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Peran Penerapan Faktur Pajak Elektronik Terhadap Kepatuhan Pajak
Pengusaha Kena Pajak.

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mendukung penulis dalam ANTAX
(Accounting and Tax) 2017 Competition. Dalam kesempatan ini, penulis ingin berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran untuk melakukan dan
menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat mengerti tentang PPN
dan pentingnya kepatuhan pajak. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi kata-kata, bahasa, atau
dalam materi yang disajikan. Saran dan kritik penulis harapkan agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan
masyarakat umum.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om


Denpasar, 11 September 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3. Tujuan........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. E-Faktur.....................................................................................................................4
2.2. Kepatuhan Wajib Pajak..............................................................................................5
2.3. Analisis Peran Penerapan Faktur Pajak Elektronik Terhadap Kepatuhan Pajak Wajib
Pajak Badan.........................................................................................................................6
BAB III SIMPULAN
3.1. Simpulan....................................................................................................................9
3.2. Saran........................................................................................................................10
Daftar Pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor
partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (Rochmat Soemitro, 1994). Pajak juga
merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar. Oleh karena itu pajak menjadi
hal yang sangat penting bagi negara. Hal ini dikarenakan pembayaran pajak merupakan
kewajiban bagi setiap penduduk dan warga negara yang akan digunakan untuk pembiayaan
negara dan pembangunan nasional. Tahun 2016 pemerintah menetapkan target pendapatan
APBN sebesar Rp 1.822 triliun dimana sekitar 74,64% atau Rp 1.360 tiriliun berasal dari
pajak. Untuk itu kepatuhan Wajib Pajak sangat mempengaruhi pendapatan APBN. Menurut
Erard dan Feinstein yang di kutip oleh Chaizi Nasucha dan di kemukakan kembali oleh Siti
Kurnia (2010:111) pengertian kepatuhan wajib pajak adalah merupakan rasa bersalah dan
rasa malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran 16 dan keadilan beban pajak yang mereka
tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah.

Direktorat Jenderal Pajak pada dasarnya telah melakukan berbagai cara dalam
upaya peningkatan penerimaan negara dalam sektor pajak. Untuk meningkatkan
penerimaan negara dalam sektor pajak, dibutuhkan partisipasi aktif dari wajib pajak untuk
memenuhi segala kewajiban perpajakannya dengan baik (Dianasari,2013).

Karena pentingnya penerimaan pajak, berbagai cara dilakukan oleh Direktorat


Jenderal Pajak untuk mengoptimalkan penerimaan pajak , mulai dari tax amnesty hingga
penerapan sistem pelaporan berbasis elektronik. Salah satu bentuk penerapan sistem
tersebut adalah e-faktur yang diterapkan mulai tahun 2014 berdasarkan Keputusan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena
Pajak yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik yang juga didukung
oleh aturan sebelumnya yaitu PMK-151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan

1
Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak, PER-17/PJ/2014 tentang Perubahan
Kedua atas PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan dalam
rangka Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Pembetulan atau Penggantian, dan
Pembatalan Faktur Pajak, PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan
Faktur Pajak berbentuk Elektronik.

Dari berbagai jenis pajak yang ada, pajak pertambahan nilai (PPN). PPN atau Pajak
Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak tidak langsung untuk disetor oleh pihak lain
(pedagang) yang bukan merupakan penanggung pajak (konsumen akhir). Prinsip dasarnya
adalah suatu pajak yang harus dikenakan pada setiap proses produksi dan distribusi, tetapi
jumlah pajak yang terutang dibebankan kepada konsumen akhir yang memakai produk
tersebut. (berdasarkan UU No.42 Tahun 2009)

PPN merupakan salah satu jenis pajak yang menerapkan sistem pelaporan berbasis
elektronik. Hal ini dikarenakan pajak pertambahan nilai memiliki keunikan dalam sistem
pengkreditannya, dimana dalam sistem pengkreditannya bisa mengurangi beban pajak yang
harus dibayar oleh wajib pajak atau dapat memberikan hak restitusi bagi wajib pajak.
Sistem pengkreditan yang dimaksud adalah ketika pihak penjual memungut pajak
pertambahan nilai atas penjualannya dan membuat faktur pajak sebagai bukti pungut yang
nantinya akan diberikan kepada pihak pembeli serta pihak pembeli juga bisa mengklaim
kredit pajak atas pajak pertambahan nilai masukan yang telah dibayarkan sehingga dalam
hal ini faktur pajak memiliki peran yang penting dalam penggunaannya (Khairani dan
Mukharromah, 2015:13).

Aplikasi e-faktur sendiri didukung oleh sistem e-nofa yang keduanya merupakan
pengembangan lebih lanjut dari e-SPT pada tahun 2010. Latar belakang DJP membuat
aplikasi ini adalah karena memperhatikan masih terdapat penyalahgunaan faktur pajak,
diantaranya wajib pajak non PKP yang menerbitkan faktur pajak padahal tidak berhak
menerbitkan faktur pajak, faktur pajak yang terlambat diterbitkan, faktur pajak fiktif, atau
faktur pajak ganda. Selain itu karena beban administrasi yang begitu besar bagi pihak DJP
sehingga suatu sistem elektronik untuk faktur pajak dipandang sangat memberikan efisiensi

2
bagi DJP maupun PKP itu sendiri. Tujuan utama dari pemberlakuan e-faktur adalah agar
pemungutan PPN dan transaksi mudah dicek silang sekaligus proteksi bagi PKP dari
pengkreditan Pajak Masukan yang tidak sesuai ketentuan. (Nindy dan Indah, 2016:2).

Sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian oleh peneliti-peneliti terdahulu


terkait dengan kepatuhan wajib pajak, diantaranya penelitian yang memiliki hasil sejenis
dilakukan oleh Niswah (2015) yang menunjukan adanya pengaruh positif dan signifikan
penerapan e-faktur terhadap pengusaha kena pajak di Kota Surabaya. Penelitian sejenis
lainnya memiliki hasil berbeda yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Lingga
(2009) mengenai pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern pada KPP Pratama Bandung X sebagian besar dalam kategori baik
dan sistem administrasi perpajakan modern tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah

Sebagai berikut:

1. Bagaimana peran penerapan faktur pajak elektronik terhadap kepatuhan pajak


pengusaha kena pajak ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dibuatnya makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis peran penerapan faktur pajak elektronik terhadap kepatuhan


pajak pengusaha kena pajak.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. E-faktur
2.1.1 Pengertian, Tujuan, dan Manfaat E-faktur
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor per-16/pj/2014 tentang tata cara
pembuatan dan pelaporan faktur pajak berbentuk elektronik, e-faktur Faktur Pajak
berbentuk elektronik, yang selanjutnya disebut e-faktur, adalah Faktur Pajak yang dibuat
melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak. E-faktur merupakan bukti elektronik pungutan pajak PKP yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Ketika PKP menjual
suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus menerbitkan Faktur Pajak sebagai tanda bukti
bahwa dirinya telah memungut pajak dari orang yang telah membeli barang atau jasa kena
pajak tersebut. Jika tejadi kesalahan dalam mengisi faktur pajak, PKP dapat melakukan
pembetulan faktur pajak tersebut. Jika tidak dilakukan pembetulan sama sekali, maka hal
ini akan merugikan PKP yakni pada saat Audit datang ke PKP dan melakukan pemeriksaan
pajak. Tujuan diterapkannya e-faktur adalah untuk memberikan kemudahan kepada PKP
dalam membuat faktur pajak dengan menggunakan dan memanfaatkan tehnologi informasi
dan di sisi lain, bagi Ditjen Pajak, penerapan e-faktur akan meningkatkan validitas faktur
pajak sekaligus berfungsi sebagai collecting data penyerahan barang/jasa kena pajak oleh
PKP. Selain itu, e-faktur juga memberikan banyak manfaat baik bagi DJP maupun PKP.
Manfaat dari e-faktur tersebut antara lain:
1. Sudah disahkan oleh DJP. OnlinePajak adalah aplikasi penyedia alternatif e-SPT, e-
faktur dan e-filing yang sudah disahkan DJP dengan Surat Keputusan No. KEP-
193/PJ/2015.
2. Menghemat waktu.
3. Gratis, tidak dikenakan biaya apapun untuk berapa pun e-faktur yang PKP buat
melalui OnlinePajak.
4. Barcode e-faktur yang sah pada setiap faktur pajak yang diterbitkan oleh

4
OnlinePajak.
5. Tak perlu install dan update apapun, update software-nya dilakukan secara
otomatis.
6. Mudah untuk membuat faktur pajak pengganti atau melakukan pembatalan faktur.
7. Dilengkapi fitur impor data.
8. Dapat dibuat kapan saja, dimana saja. Tidak perlu datang ke KPP lagi, serta
permintaan nomor seri faktur pajak dilakukan melalui website e-nofa pajak.

2.1.2 Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan e-faktur


Berdasarkan PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur
Pajak Berbentuk Elektronik, berikut merupakan cara sederhana tentang bagaimana
membuat dan melaporkan e-faktur:
1. Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan
dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (dalam hal ini, aplikasi yang
dimaksud adalah OnlinePajak).
2. e-faktur harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan .Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: a. nama, alamat,
dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak; b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual
atau Penggantian, dan potongan harga; d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; f. kode, nomor seri, dan
tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan g. nama dan tanda tangan yang berhak
menandatangani Faktur Pajak (tanda tangan yang digunakan adalah tanda tangan
elektronik).
3. e-faktur dibuat dengan menggunakan mata uang Rupiah.
4. e-faktur wajib dilaporkan oleh PKP ke DJP dengan cara diunggah (upload) ke DJP
dan memperoleh persetujuan dari DJP menggunakan aplikasi yang telah ditentukan.
5. e-faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak bukan
merupakan Faktur Pajak.

5
2.2. Kepatuhan Wajib Pajak
2.2.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Safri Nurmanto dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) mengatakan bahwa
kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai sutau keadaan di mana Wajib Pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

2.2.2 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak


Kriteria Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu (KEP-213/PJ./2003).
Di UU KUP sendiri tidak ada istilah Wajib Pajak Patuh. Istilah yang dipergunakan di UU
KUP adalah Wajib Pajak dengan kriteria tertentu. Baru-baru ini telah dikeluarkan SE-
02/PJ/2008 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu sebagai
turunan dari Peraturan Menteri Keuangan No. 192/PMK.03/2007. Syarat-syarat menjadi
Wajib Pajak Patuh, yaitu:
a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 3 (tiga)
tahun terakhir;
b) penyampaian SPT Masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak
Januari sampai dengan November tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap
jenis pajak dan tidak berturut-turut;
c) SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam huruf b telah disampaikan
tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya;
d) tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, meliputi
keadaan pada tanggal 31 Desember tahun sebelum penetapan sebagai Wajib Pajak
Patuh dan tidak termasuk utang pajak yang belum melewati batas akhir pelunasan;
e) laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan
pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (WTP) selama tiga tahun
berturut-turut

6
2.3 Analisis Peran Penerapan Faktur Pajak Elektronik Terhadap Kepatuhan
Pajak Wajib Pajak Badan
Ditetapkanya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 mengenai
Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik merupakan langkah
lebih lanjut yang diambil oleh pemerintah sebagai upaya untuk membenahi sistem
administrasi PPN yang sudah dimulai sejak tahun 2011. Tahap awal yakni dengan
pemberlakuan e-spt di tahun 2011. Kemudian berlakunya registrasi ulang PKP dan
kebijakan pengukuhan PKP di tahun 2012. Registrasi ulang ini berbarengan dengan
perluasan dari penyampaian SPT, sekaligus ditentukannya PKP segmen tertentu yang
diwajibkan menggunakan e-SPT. Berikutnya, memasuki tahun 2013 DJP mewajibkan
seluruh PKP Badan dan PKP Orang Pribadi yang melakukan transaksi lebih dari 25 kali
dalam satu bulan untuk menggunakan e-SPT, selain itu masih di tahun yang sama,
diperkenalkan segmentasasi PKP yang dibedakan berdasarkan omsetnya. Yaitu PKP dengan
omset di bawah Rp 4,8 miliar setahun dikategorikan sebagai PKP beromset kecil. Tujuan
dari segmentasi ini adalah agar PKP beromset kecil tidak dibebani dengan kewajiban untuk
terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak. Selanjutnya masih di tahun 2013, dilakukan tahap
uji coba, dan pada pertengahan 2014 e-faktur sudah mulai diterapkan secara bertahap.
Berikutnya, dalam pelaksanaan kebijakan e-faktur, Direktorat Jenderal Pajak
membagi menjadi tiga tahap yang mana tahap akhir akan dilakukan penerapan e-faktur
secara nasional. Dengan tiga tahap penerapan ini, Direktorat Jenderal Pajak memiliki waktu
lebih banyak untuk melakukan sosialisasi kepada PKP. Dalam sosialisasi ini, DJP tidak
melakukannya langsung kepada PKP terkait, tetapi DJP mengambil strategi untuk
melakukan pelatihan kepada KPP yang ada. Hal ini dilakukan agar KPP juga turut serta
berperan dalam melaksanakan kewajiban ini. Dalam sosialisasi tahap pertama, DJP
menetapkan 45 PKP yang akan menjadi uji coba dalam penerapan e-faktur. Pada tahap
pertama, DJP melakukan sosialisasi langsung kepada PKP melalui tim e-faktur. Selain
melakukan sosialisasi langsung kepada 45 PKP terpilih, DJP juga melakukan sosialisasi dan
Training of Trainer kepada perwakilan KPP se-Jawa dan Bali untuk tahap kedua yang
dimulai pada 1 Juli 2015. Pada tahap kedua, DJP akan mewajibkan seluruh PKP se-Jawa
dan Bali untuk menggunakan e-faktur. Lalu di tahap ketiga, DJP akan mewajibkan

7
penggunaan e-faktur secara nasional.
Dalam upaya DJP untuk menerapkan e-faktur, tentunya akan muncul faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik yang timbul dari pihak pelaksana dalam hal ini
DJP dan KPP, maupun dari pihak PKP. dalam hal ini, yang menjadi salah satu faktor
pendukung adalah peran DJP serta KPP dalam melaksanakan sosialisasi penerapan e-faktur.
Dengan dilakukannya sosialisasi, DJP dapat menginformasikan tentang latar belakang,
tujuan, prosedur, hasil, serta keuntungan yang diperoleh dari penerapan kebijakan tersebut
kepada PKP. Pelaksanaan sosialisasi juga mengukur respon dari kelompok sasaran, yang
dalam hal ini adalah PKP. Selain itu kesiapan dari DJP juga ikut menjadi faktor
keberhasilan dari penerapan e-faktur, hal itu meliputi kesiapan SDM dan infrastruktur.
Selanjutnya keinginan PKP untuk turut serta dalam melaksanakan semua prosedur juga
akan menjadi faktor pendukung suksesnya kebijakan ini.
Pada sisi lain terdapat faktor penghambat dari pelaksanaan kebijakan e-faktur itu
sendiri. Misalnya kurangnya daya tanggap dalam melayani pertanyaan dan permasalahan
dari PKP, atau belum rampungnya sistem sehingga PKP masih tetap harus datang langsung
ke KPP untuk memperoleh nomor faktur. Selain itu dalam tahap sosialisasi, ditemukan
hambatan yang muncul dari pihak PKP, dimana pihak PKP yang datang menghadiri
sosialisasi uji coba adalah karyawan bagian pajak yang kurang memahami teknis aplikasi e-
faktur. Hal ini menunjukan bahwa user dari e-faktur sendiri juga harus mempelajari dengan
baik aplikasi e-faktur itu sendiri.
Selanjutnya penerapan dari e-faktur sendiri juga memberikan hasil positif, dimana
diungkapkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ary Kurniawan (2017) dengan judul
Penerapan E-faktur Pajak Terhadap Pengusaha Kena Pajak Di Kota Surabaya (Studi Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wonocolo Surabaya), maka dapat ditarik suatu simpulan
bahwa penerapan e-faktur berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak di KPP
Wonocolo Surabaya.
Hasil dari penelitian diatas juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang juga
membahas topik yang hampir sama. Nindy Alfioreta, Indah Purnamawati, Kartika (2016)
menjelaskan bahwa penerapan sistem e-faktur berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan Pengusaha Kena Pajak. Hal ini dikarenakan pada dasarnya penerapan sistem E-

8
faktur merupakan bagian dari reformasi administrasi perpajakan yang bertujuan untuk
memudahkan dalam pembuatan dan penyerahan laporan SPT PPN kepada Direktorat
Jenderal Pajak. Dengan diterapkan sistem efaktur diharapkan dapat memberikan
kenyamanan dan kepuasan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
sehingga dengan diterapkannya sistem e-faktur dapat meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak.
BAB III
SIMPULAN

3.1 Simpulan
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor per-16/pj/2014 tentang tata
cara pembuatan dan pelaporan faktur pajak berbentuk elektronik, yang dimaksud dengan e-
faktur adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang
ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang juga merupakan bukti
elektronik pungutan pajak PKP yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak. Cara pelaporan e-faktur yaitu dengan meminta nomor faktur
terlebih dahulu melalui e-nofa, baru kemudian mengunggah faktur elektronik yang telah
diisi ke website DJP untuk divalidasi. Hanya faktur yang telah divalidasi yang dianggap
sah. Berdasarkan penelitian E-faktur juga terbukti meningkatkan kepatuhan pajak WP
karena sistem yang lebih mudah, dan pelaporan dapat dilakukan kapan saja dan dimana
saja.

3.2 Saran

Dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan pengusaha agar


penggunaan sistem e-faktur menjadi lebih optimal, DJP dapat kembali melakukan
sosialisasi ulang kepada pengusaha yang ada di berbagai daerah. Selain itu DJP juga dapat
lebih mengoptimalkan fungsi hotline pajak yang kedepannya diharapkan dapat memberikan
informasi lebih banyak dan jelas tentang e-faktur itu sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Atikasari, Nisrina., Heru Susilo, Rizki Yudhi Dewantara. 2016. Analisis Penerapan Faktur
Pajak Elektronik Sebagai Upaya Mencegah Penerbitan Faktur Pajak Fiktif (Studi
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Gubeng). Jurnal Perpajakan
(JEJAK) Vol. 9 No.1 2016

Husnurrosyidah, Suhadi. 2017. Pengaruh E-Filing, e-Billing dan e-faktur Terhadap


Kepatuhan Pajak pada BMT Se-Kabupaten Kudus. Jurnal Analisa Akuntansi dan
Perpajakan Vol. 1 No.1 2017

Kurniawan, Ary. 2016. Penerapan E-faktur Pajak Terhadap Pengusaha Kena Pajak Di
Kota Wonocolo Surabaya (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wonocolo
Surabaya). Diambil dari: jurnalmahasiswa.unesa.ac.id. (tgl 18 Agustus 2017)

Nindy, Alfioreta., Indah Purnamawati, Kartika. 2016. Pengaruh Penerapan Sistem E-


faktur Terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Dengan Pemahaman Internet
Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Pengusaha Kena Pajak Yang
Terdaftar Menggunakan E-faktur Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jember).
repository.unej.ac.id (tgl 18 Agustus 2017)

Putra Yasa, I Nyoman. 2016. Penerapan E-faktur Dan Persepsi Pengusaha Kena Pajak
(PKP) (Studi Pada Pengusaha Kena Pajak Di Kabupaten Buleleng). Jurnal Riset
Akuntansi Vol.6 No.4 2016

10
Rosdiana, Haula dan Irianto, Slamet Edi. 2010. Pengantar Ilmu Perpajakan, kebijakan
dan Implementasi di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Setyawati, Vitriani Ayu., Heru Susilo, Rizki Yudhi Dewantara.2016. Analisis Penerapan
Sistem Elektronik Nomor Faktur (E-NOFA) Pajak Sebagai Upaya Mencegah
Penerbitan Faktur Pajak Fiktif. Jurnal Perpajakan (JEJAK) Vol.8 No.1 2016

Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat

11

Vous aimerez peut-être aussi