Vous êtes sur la page 1sur 21

12

menjelaskan darimana konsep itu berasal melalui serangkaian kegiatan ilmiah.

Hal tersebut sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPA.

Untuk memahami IPA dalam perspektif yang lebih luas beserta hakikatnya,

terdapat sekurang-kurangnya tujuh ruang lingkup pemahaman IPA/Sains yang

dikemukakan oleh Hardy & Fleer (1996, Mulyana, 2005 : 8-9) sebagaimana

berikut.

1. Sains sebagai kumpulan pengetahuan. Sains sebagai kumpulan pengetahuan

mengacu pada kumpulan berbagai konsep sains yang sangat luas. Sains

dipertimbangakan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah

ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat

baru. Penge-tahuan tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang

menjelaskan alam.

2. Sains sebagai suatu proses penelusuran (investigation). Sains sebagai suatu

proses penelusuran umumnya merupakan suatu pandangan yang meng-

hubungkan gambaran sains yang berhubungan erat dengan kegiatan

laboratorium beserta perangkatnya. Dalam kategori ini sains dipandang sebagai

sesuatu yang memiliki disi-plin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang

bebas nilai.

3. Sains sebagai kumpulan nilai. Sains sebagai kumpulan nilai berhubungan erat

dengan pene-kanan Sains sebagai proses. Bagaimanapun juga, pandangan ini

mene-kankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada sains. Ini termasuk di

dalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan.


13

4. Sains sebagai cara untuk mengenal dunia. Proses sains dipengaruhi oleh cara di

mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. Sains

dipertimbangkan sebagai suatu cara di mana manusia mengerti dan memberi

makna pada dunia di sekeliling mereka, selain juga merupakan salah satu cara

untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya.


14

5. Sains sebagai institusi sosial. Ini berarti bahwa sains dipandang sebagai

kumpulan para profesional, yang melalui sains mereka didanai, dilatih dan

diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini sangat terikat dengan

kepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan militer.

6. Sains sebagai hasil konstruksi manusia. Sains merupakan penemuan dari suatu

kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak

lain merupakan akumulasi kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini adalah

sains merupakan konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, dapat saja

apa yang dihasilkan sains memiliki sifat bias dan sementara.

7. Sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Orang menyadari bahwa apa

yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat

dipengaruhi oleh sains. Bukan saja pemakaian berbagai jenis produk teknologi

sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana

orang berpikir mengenai situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh

pendekatan ilmiah (scientific approach).

Berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa paparan para ahli mengenai

ruang lingkup IPA sebagaimana dilakukan oleh Sarkim (1998, Mulyana, 2005 : 9)

maka hakikat pendidikan IPA dapat dikategorikan kedalam tiga dimensi yaitu:

dimensi produk, dimensi proses, dan dimensi sikap. Dimensi produk terdiri dari

konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang

merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam

dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA diperoleh dari
15

fakta dan data yang sudah teruji melalui serangkaian kegiatan eksperimen dan

penyelidikan.

Dimensi proses, adalah metode memperoleh pengetahuan, yang disebut

dengan metode ilmiah. Metode ini dalam IPA saat ini merupakan gabungan antara

metode induksi dan metode deduksi. Metode gabungan ini merupakan kegiatan

beranting antara deduksi dan induksi, dimana seorang peneliti mula-mula

menggunakan metode induksi dalam menghubungkan pengamatan dengan

hipotesis. Kemudian, secara deduksi hipotesis ini dihubungkan dengan

pengetahuan yang ada untuk melihat kecocokan dan implikasinya. Setelah

melewati berbagai perubahan yang dinilai perlu, hipotesis ini kemudian diuji

melalui serangkaian data yang dikumpulkan secara empiris. Metode ilmiah pada

proses IPA memiliki kerangka dasar prosedur yang dijabarkan dalam enam

langkah (Mulyana, 2005 : 11) yaitu (1) sadar akan adanya masalah dan

merumuskan masalah; (2) pengamatan dan pengumpulan data yang relevan; (3)

pengklasifikasian data; (4) perumusan hipotesis; (5) pengujian hipotesis; dan (6)

melakukan generaslisasi.

Pada tahap-tahap tersebut terdapat aktivitas yang secara umum biasa

dilakukan oleh para peneliti, yang dikenal dengan keterampilan proses. Menurut

Mulyana (2005 : 11) keterampilan proses tersebut terdiri dari sepuluh aspek

yaitu: melakukan observasi, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi,

membandingkan, menyimpulkan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen,

menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Dalam

pembelajaran IPA, aspek keterampilan proses ini muncul dalam bentuk kegiatan
16

belajar mengajar. Ada tidaknya aspek keterampilan proses ini bergantung pada

guru sebagai pendidik dalam mengelola pembelajaran IPA di kelas.

Dimensi sikap menurut Mulyana (2005 : 11) dapat diartikan berbagai

keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan

khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Menurut

Sarkim (1998, Mulyana, 2005 : 11), dimensi sikap diklasifikasikan ke dalam dua

kelompok besar yaitu: Pertama, seperangkat sikap yang bila diikuti akan

membantu proses pemecahan masalah; dan kedua, seperangkat sikap tertentu yang

merupakan cara memandang dunia serta berguna bagi pengembangan karir di

masa yang akan datang.

Wynne Harlen (1987, Mulyana, 2005 : 12) menjelaskan sembilan sikap

ilmiah yang harus dikembangkan sejak dini pada siswa sekolah dasar.

Pengembangan sikap ilmiah ini tidak melalui ceramah, tetapi dengan

memunculkannya ketika siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah.

Kesembilan sikap tersebut adalah:

a. sikap ingin tahu (curiousity)

b. sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)

c. sikap kerja sama (cooperation)

d. sikap tidak putus asa (perseverance)

e. sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness)

f. sikap mawas diri (self critism)

g. sikap bertanggung jawab (responsibility)

h. sikap berpikir bebas (independence in thinking)


17

i. sikap kedisiplinan diri (self discipline)

Dari semua uraian di atas tentang hakikat IPA, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan IPA bukan hanya berisi rumus-rumus dan teori-teori melainkan juga

suatu proses ilmiah dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-konsep ilmiah

tentang alam semesta.

A. Pendidikan IPA di MI

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendidikan IPA di

sekolah dasar (SD) secara eksplisit berupa mata pelajaran mulai diajarkan mulai

kelas IV sampai dengan kelas VI. Sedangkan di kelas I sampai kelas III

terintegrasi bersama mata pelajaran lainnya melalui pembelajaran tematik. Dalam

KTSP ditegaskan pengertian IPA sebagai cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar (SD) diharapkan dapat menjadi

wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar

secara langsung. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk

mengembangkan sejumlah keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam

memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006 : 484) dijelaskan bahwa

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah


(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI
18

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui


penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Dengan mengkaji Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan maka dapat

dirangkum tujuan, dan ruang lingkup pendidikan IPA sebagai berikut.

1. Manfaat dan Tujuan Pendidikan IPA

Mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat IPA dalam kehidupan sehari-hari

serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau

Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006 : 484-485),

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut.

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam


19

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Secara global dimensi yang hendak dicapai oleh serangkaian tujuan

kurikuler pendidikan IPA dalam kurikulum pendidikan dasar adalah mendidik

anak agar memahami konsep IPA, memiliki keterampilan ilmiah, bersikap ilmiah

dan religius.

2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA

Ruang lingkup mata pelajaran IPA di SD menurut Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (BSNP, 2006 : 485) meliputi aspek-aspek berikut :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya

dan pesawat sederhana

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

B. Metode Discovery Learning

Dalam proses belajar mengajar IPA guru hendaknya dapat memilih dan

menerapkan suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, agar
20

dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga IPA kesannya tidak lagi abstrak,

tapi sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Jika kita perhatikan pembelajaran IPA saatini seolah-olah asing bagi

kehidupan sehari-hari dikarenakan guru jarang mengaitkan konsep dengan situasi

yang terjadi atau pengalaman siswa, sehingga siswa tidak paham akan manfaat

belajar IPA bagi kehidupannya.

Hal tersebut akan berdampak buruk terhadap pengajaran IPA, dan apabila

dibiarkan berlarut-larut maka akan menjauhkan IPA dengan dunia nyata anak juga

akan membuat persepsi anak terhadap IPA menjadi kurang baik. Oleh karena itu

diperlukan metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif.

Saat ini terdapat banyak metode pembelajaran, salah satu diantaranya aalah

pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning. Metode

Discovery Learning merupakan suatu inovasi pendidikan yang berpihak pada

anak, tanpa diskriminasi dan dilaksanakan dengan ramah serta penuh kasih

sayang, sehingga membuat anak senang belajar. Metode pendekatan Discovery

Learning didasarkan kepada pandangan pendidikan kontruktivisme, berupa

kegiatan pembelajaran yang dimulai dari apa yang diketahui siswa, karena pada

dasarnya siswa bukan botol kosong yang minta untuk iisi,melainkan api yang

dinyalakan (Schemata Piaget, (dalam Tini Yunungsih2010:20)).

Untuk menggeser paradigma pembelajaran konvensional berbasis hafalan,

maka pembelajaran dengan metode Discovery Leraning salah satu metode yang

mengkontruksi pengetahuan awal siswa dalam menemukan sesuatu yang baru dan

bermakna. Metode Discovery Learning menghendaki suatu proses pembelajaran


21

bermakna (meaningfull learning), karena yang dimaksud dengan pembelajaran

sesungguhnya ialah upaya membangun dan mengembangkan semua potensi siswa

baik menyangkut aspek intelektual , sosial dan moralsecara utuh dan terpadu.

Inilah makna yang sebenarnya dari istilah pembelajaran.

Metode Discovery Learning umumnya dilaksanakan dalam seting belajar

kelompok. Kelas klasikal dengan jumlah siswa yang banyak ditiap kelas terlalu

besar untuk mengembangkan semua potensi anak dengan metode ceeramah.

Pendekatan individual terlalu ideal, tetapi tidak mungkin cukup guru untuk

melayaninya, dan kalaupun mungkin biasanya hanya untuk menyelesaikan kasus

atau bimbingan khusus. Karena itu metode Discovery Learning memberi

kesempatan anak berada diantara dua kutub klasikal dan individual, yaitu dengan

membagi siswa kedalam kelompok dengan jumlah anggota antara lima sampai

dengan delapan oranganggota tiap kelompok.Dalam hal ini guru bertindak sebagai

nara sumber dan membantu menciptakan konisi belajar yang kondusif.

Metode discovery Learning pada pembelajaran IPA dirasionalisasi pada

pandangan dasar, bahwa pada metode pembelajaran tersebut, siswa didorong

untuk mencari dan mendapatkan informasi melalui kegiatan belajar lebih mandiri.

Metode Discovery Learning pada hakikatnya merupakan penerapan metode

ilmiah khususnya dilapangan sains. Suatu pembelajaran dapat dikatakan

memenuhi proses discovery apabila kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian

rupa sehingga siswa dapat menemukan sendiri sejumlah informasi melalui

mentalnya sendiri. Proses mental siswa dapat teridentifikasi pada saat melakukan
22

kegiatan belajar, seperti : mengamati, mengklasifikasi, membuat hipotesis,

mengukur, hingga menarik kesimpulan.

Menurut Wati Susilawati (2010 : 71) dalam bukunya menyebutkan langkah-

langkah metode Discovery Learning sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah,

b. Merumuskan hipotesis,

c. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data,

d. Menguji hipotesis,

e. Merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah,

f. Menetapkan pemecahan masalah, dan

g. Menyusun rencana aksi (action plan).

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

Discovery Learning adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan siswa

mempelajari peristiwa-peristwa ilmiah dengan metode yang dipakai ilmuan lebih

menekankan pada pencarian pengetahuan daripada perolehan pengetahuan.

Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap ilmiah sehingga pembelajaran IPA

akan terasa lebih bermakna.

Penulis simpulkan bahwa metode Discovery Learning memiliki banyak

kelebihan yang bermanfaat untuk menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa.

Hal ini berarti keberanian siswa akan bertambah sehingga menunjang pada daya

pikir siswadalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan.

C. Hakikat Hasil Belajar


23

Hasil belajar menurut tata bahasa terdiri dari dua kata, yaitu kata hasil dan

belajar. Di dalam kamus bahasa indonesia (1909:343) kata hasil memiliki arti:

1) Sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan dan sebagainya); 2) Pendapatan,

perolehan, buah;3) Akibat, kesudahan. Sedangkan kata belajar menurut kamus

besar Bahasa Indonesia (1999; 4) mempunyai pengertian; 1) berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu; 2) berlatih; 3) berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Pengertian bahasa di atas, tentu saja

belum mewakili apa yang dimaksud dengan hasil belajar dalam konteks

pendidikan. Oleh karena itu perlu dijelaskan berbagai pendapat para pakar

pendidikan, diantaranya:

a. Menurut pandangan Piaget (Sanjaya, 2006:258) Belajar bukanlah menghafal,

akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang

mereka miliki. Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman maka akan

semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh.

b. Menurut Suryasubrata (Maryam, 2007:33) pengertian dari hasil belajar adalah:

1) Hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan

menggunakan teshasil belajar; 2) hasil belajar merupakal hasil dari perubahan

individu itu sendiri bukan hasil dari perbuatan orang lain; 3) Hasil belajar dapat

dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh

penilai atau menurut standar yang telah ditetapkan oleh kelompok; 4) Hasil

belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan

disadari, jadi bukan suatu kebiasaan atau perilaku yang tidak disadari.
24

Dari kedua pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar

pada dasrnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Hal ini berarti bahwa

optimalnya hasil belajar siswa tergantung pada proses belajar siswa dan proses

mengajar guru.

Kegiatan belajar mengajar adalahkegiatan memilih, menciptakan dan

mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil

pembelajaran yang diinginkan. Hasil pembelajaran tersebut adalah perubahan

tingkah laku sebagai tujuan dari belajar. Dan hasil pembelajaran tidak hanya

dilihat dari hasil belajar yyang dicapai oleh siswa tetapi juga dilihat dari segi

prosesnya. Oleh karena itu perlu diadakan evaluasi atau penilaian terhadap proses

belajar mengajar karena setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan

intelktual-emosiaonal siswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk

mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka

membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan sosial), penghayatan serta

internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap

Hasil belajar adalah suatu prses belajar mengajar antar guru dan siswa

dikelas yang merupakan usaha sadar dan disengaja dilakukan guru dan siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dan hasil belajar bukanlah

suatu kebetulan dalam sustu proses pendidikan, tetapi melalui pengalaman atau

praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari. Hasil belajar merupakan dua

hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu siswa dan guru. Hasil belajar

merupakan tingkat perkembangan mental yang terwujud pada jenis-jenis ranah

kognitif, afektif dan psikmotorik yang semuanya terkat pada bahan pembelajaran
25

dan merupakan puncak dari suatu prses belajar sebagai suatu unjuk kerja siswa

yang menghasilkan kapabilitas sebagai bentuk dari perkembangan mental yang

dialaminya.

Perubahan tingkah laku yang merupakan hasil belajar tidk terlepas dari

kunci utama dalam memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa yaitu dengan

mengetahui indikator belajar yang hendak diukur. Untuk memudahkan sistematika

dapat digunakan penggolongan penilaian menurut Bloom dalam term kawasan

kognitif, efektif dan psikomotorik. Indikator menurut Surya dan Barlow

(Muhibbin Syah, 1997:151)yang disajikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis dan Indikator Hasil Belajar

Ranah/Jenis Hasil Belajar Indikator


1. Ranah cipta (kognitif)
a. Pengetahuan Dapat menyebutkan
Dapat membandingkan
b. Pemahaman Dapat menunjukan
Dapat menjelaskan
Dapat mengurutkan
c. Penerapan
2. Ranah rasa (Afektif)
a. Menerima Memilih
b. Menanggapi Menjawab pertanyaan
c. Menilai Meyakini
3. Ranah Karsa (Psikomotor)
a. Peniruan Mengaktifkan
b. Manipulasi Membuat contoh
c. Artikulasi Menghitung

Adapun dalam penilaiannya, peneliti hanya menggunakan beberapa


point dari setiap ranah yang terdapat pada tabel di atas, yaitu:
1) Ranah cipta Kognitif
Ranah kognitif ialah kemampuan yang berkenaan dengan hasil
belajar intelektual mulai dari tingkat sederhana sampai ke tingkat yang
kompleks. Ranah kognitif ini meliputi pengetahuan, pemahaman,
26

penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Jenjang ini diperoleh secara


berurutan.
a. Ingatan (K1)
Dalam kategori ini siswa dapat mengingat kembali materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Ini merupakan kemampuan kognitif yang paling
awal.
b. Pemahaman (K2)
Kemampuan kognitif tahap ini menuntut siswa untuk menyerap,
memahami, dan mengerti materi yang dipelajari.
c. Penerapan (K3)
Kemampuan kognitif tahap ini menuntut siswa untuk dapat menerapkan
suatu kaidah atau metode kerja pada suatu masalah yang konkrit dan
baru.
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang perlu dinilai,
yaitu
pertama kompetensi afektif, dan kedua sikap dan minat siswa terhadap
mata pelajaran dan proses pembelajaran. Kompetensi afektif yang ingin
dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respon,
apersepsi, penilaian, dan internalisasi.
Berbagai jenis tingkatan ranah afektif yang dinilai adalah
kemampuan siswa dalam :
a) memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan
kepadanya;
b) menikmati atau menerima nilai, norma serta objek yang mempunyai
nilai etika dan estetika;
c) menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tak adil, indah tidak
indah, terhadap objek studi; dan
d) menerapkan atau mempraktikan nilai, norma, etika dan estetika dalam
perilaku kehidupan sehari-hari.
27

Penilaian perlu pula dilakukan terhadap daya tarik, minat,


motivasi, ketekunan belajar, dan sikap siswa terhadap mata pelajaran
tertentu beserta proses pembelajarannya.
3) Ranah Psikomotor
Berkenaan dengan ranah psikomotor, kompetensi yang dicapai
meliputi tingkatan gerak awal, gerakan rutin. Penilaian terhadap
pencapaian kompetensi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan siswa dalam
menggerakan sebagian anggota badan.
b. Tingkatan gerakan semi rutin meliputi kemampuan melakukan atau
menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.
c. Tingkat gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara
menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkat otomatis.
Adapun cara mengukur hasil belajar IPA dalam penelitian ini dengan

melaksanakan evaluasi pada setiap akhir pembelajaran, tes formatif dan post tes

yang menggunakan metode Discovery Learning.

D. Pembelajaran Tentang Sumber Daya Alam Menggunakan Metode

Discovery Learning

Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila guru membuat

perencanaan dengan mempertimbangkan aspek siswa, materi, rangkaian proses

berpikir, keterampilan siswa, alat peraga dan penilaian. Perencanaan yang dibuat

guru bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada siswa dalam memberikan

rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan memberikan dorongan belajar. Untuk

dapat mencapai sasran tersebut maka dalam proses kegiatan belajar seyogjanya

lebih banyak dilakukan oleh siswa (siswa lebih aktif) melalui berbagai kegiatan

seperti mengalami, melakukan, mencari dan menemukan sendiri konsep yang


28

dipelajari. Dalam proses pembelajaran banyak segi yang harus dicapai sebagai

hasil belajar, yang meliputi pengetahuan dan pengalaman tentang konsep.

E. Materi

Macam-macam Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam berupa benda mati atau

makhluk hidup yang berada di bumi. Sumber daya alam dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam di sektar kita antara lain

sebagai berikut: a) tanah dan segala yang dapat diusahakan diatas tanah

misalnya,pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, b) bahan

galian/tambang, yaitu bahan yang terdapat di dalam tanah misalnya minyak bumi,

batubara, besi, tembaga, nikel, timah, dan lain-lain, c) kekayaan alam yang ada di

laut, sungai dan danau. Misalnya ikan, udang, mutiara, rumput laut, garam dan

lain-lain, d) keindahan alam, misalnya pantai pasir putih, danau, lembah, gunung,

air terjun, hutan dan sebagainya.

Berdasarkan sifatnya, kita dapat menggolongkan sumber daya alam menjadi

dua, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan kekayaan alam yang

tidak dapat diperbaharui.

1. Sumber daya alam yang dapat di perbaharui

Sumber daya alam yang dapat diperbaharui ialah kekayaan alam yang dapat

dimanfaatkan terus menerus karena dapat tersedia kembali. Contoh sumber daya

alam yang dapat diperbaharui :

a. Tanah
29

Tanah adalah tempat kita semua berpijak. Kita dan dan makhluk

hidup lainnya tinggal di atas tanah. Ada banyak sekali jenis tanah, jenis-

jenis tanah itu antara lain tanah vulkanik, tanah humus dan tanah

gambut.

1. Tanah vulkanik berasal dari endapan abu letusan gunung berapi.

Ketika meletus, gunung berapi mengeluarkan abu dan lava. Abu

yang dikeluarkan bercampur dengan tanah, inilah yang dsebut tanah

vulkanik.

2. Tanah humus berasal dari daun-daun yang jatuh ke tanah kemudian

membusuk, setelah membusuk dedaunan itu bercampur dengan

tanah campuran inilah yang disebut dengan tanah humus.

3. Tanah gambut terbentuk dari tumbuh-tumbuhan rawa tumbuh-

tumbuhan itu membusuk dan tertimbun selama bertahun-tahun, ciri

tanah gambut adalah lunak dan basah.

b. Hutan

Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat rusak. Hutan dapat

rusak dan musnah jika tidak dilestarikan, penyebab kerusakan hutan

antara lain:

1. Penebangan hutan secara liar,

2. Kebakaran hutan yang terjadi pada musim kemarau

3. Pembakaran hutan untuk membuat ladang.

c. Hewan
30

Hewan termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui.

Binatang liar dapat berkembang biak sendiri, ada juga hewan-hewan

yang sengaja ditangkarkan.

d. Air

Semua makhluk hidup memerlukan air. Begitu juga kita, manusia

menggunakan air untuk diminum, mandi, mencuci dan memasak. Selain

untuk keperluan sehari-hari, air digunakan juga untuk mengairi sawah,

memelihara ikan, sarana transportasi dan pembengkit listrik (PLTA).

2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui

Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui ialah sumber daya alam

yang dapat habis. Contohsumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui ialah

bahan tambang. Jika bahan tambang yang tersedia habis, maka kita tidak dapat

memproduksinya lagi. Bahan tambang tambang dibagi dalam tiga kelompok:

a. Bahan tambnag mineral logam

Bahan tambang mineral loam adalah bahan tambang berbentuk

bijih. Contohnya bijih besi, nikel, emas, tembaga, timah dan bijih

bauksit. Mineral logam dibagi dua, yaitu logam murni dan logam

campuran. Contoh logam murni adalah emas, timah, seng dan

alumunium. Contoh bahan logam tidak murni misalnya campuran

tembaga, timah dan seng.

b. Banahn tambang mineral bukan logam

Contoh bahan tambang bukan logam adalah batu kapur, belerang,

pasir, kaolin, asbes, tanah liat dan intan.


31

c. Bahan tambang sumber tenaga (energi)

Minyak tanah dan gas adalah contoh bahan tambang sumber energi.

Minyak bumi, gas alam dan batubara termasuk sumber tenaga yang

banyak digunakan. Minyak bumi harus diolah terlebih dahulu sebelum

digunakan. Ada macam-macam produk pengolahan minyak bumi,

misalnya minyak tanah, solar, pelumas, bensin, bensol dan aspal.

Masing-masing produk pengolahan memiliki kegunaan yang berbeda-

beda.

3. Persebaran sumber daya alam

Negara kita kaya akan berbagai sumber daya alam, hamir setiap wilayah

indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Persebaran sumber daya alam

di Indonesia dibagi atas:

a. Persebaran hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan

perikanan.

b. Persebaran pertambangan.

Selain kaya akan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, negara kita

kaya pula akan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

4. Memanfaatkan sumber daya alam

Dengan sumber daya alam yang melimpah tersebut, seharusnya negara kita

termasuk negara yang makmur. Keadaan makmur akan terbentuk apabila kita

mampu memanfaatkan sumber daya alam tersebut untuk kepentingan rakyat,

seperti yang telah ditur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIV, pasal 33

ayat 3 yang berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
32

didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Memanfaatkan sumber daya alam berarti menggunakan sumber daya alam

untuk kepentingan dan kelangsungan hidup kita, contoh pemanfaatan sumber daya

alam adalah : usaha pertanian,pertanian memanfaatkan sumber daya alam tanah,

usaha tambak ikan memanfaatkan sumber daya alam air, kendaraan dapat

bergerak karena memanfaatkan sumber daya alam bensin dan solar yang

merupakan bahan bakar.

5. Menjaga kelestarian sumber daya alam

Kita wajib menjaga kekayaan alam kita. Kita tidak dapat memakai sumber

daya alam tanpa perhitungan , jika tidak hati-hati sumber daya alam kita akan

habis, hancur dan rusak. Karena itu kita harus selalu menjaga kelestariannya, agar

sumber daya alam tersebut tetap ada di bumi kita tercinta ini.

Sebagai contoh cara menjaga kelestarian hutan adalah :

a. Mengganti tanaman tua dengan tanaman muda

b. Mengadakan penghijauan atau reboisasi

c. Mencegah terjadinya kebakaran hutan

d. Tidak melakukan penebangan secara liar.

Vous aimerez peut-être aussi