Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KRISIS HIPERTENSI
A. Defenisi
Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana
diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan
dalam batas normal), untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ. (
Mansjoer:522 ).
Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang
tidak terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan penobatan. (Brunner &
Suddarth:908).
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah
menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti otak
(stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada pasien
hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat anti hipertensinya.
1
B. Anatomi Fisiologi Jantung
Fungsi anatomi fisiologi kerja jantung adalah merupakan salah satu bukti
kebesaran Allah kepada kita manusia. Karena dengan mengenal serta memahami
akan cara kerja jantung kardiovaskular dan pembuluh darah yang terdapat pada
manusia maka sungguh besar akan nikmat sehat yang Allah karuniakan kepada kita
semuanya.
Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung
secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini adalah kaitannya
dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam
rangka memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita.
Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang
terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut Ventrikel. Jantung
juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang bertugas memompa
darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas memompa darah ke seluruh
tubuh manusia.
Atrium dan ventrikel masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup,
sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang
dinamakan dengan septum.
Katup jantung berfungsi terutama agar darah yang telah terpompa tidak
kembali masuk ke dalam lagi.
2
C. Etiologi
a. Meminum obat anti hipertensi tidak teratur
b. Stress
c. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
d. Obesitas
e. Merokok
f. Minum alcohol
D. Manifestasi Klinis
a. Gejala ringan :
- Mual, muntah
- Sakit Kepala
- Kaku pada tengkuk
- Nyeri Dada
- Sesak Napas
b. Gejala yang lebih berat
- Gangguan kesadaran sampai pingsan
- Kejang
- Nyeri Dada hebat
3
E. Pathway
Krisis hipertensi
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Pola nafas
tidak efektif
Kelebihan
volume cairan
4
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardio
b. Urinalisa
c. USG
d. CT scan
e. Rongsen
G. Penatalaksanaan
a. Hipertensi Darurat (Emergency Hypertension)
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak
terburu-buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat
menyebabkan iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi
25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100
dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral
(Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah
Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral
dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral
yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg,
Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
b. Hipertensi Mendesak (Urgency Hypertension)
Penurunan tekanan darah dilakukan dengan obat oral kerja pendek,
tekanan darah harus diperiksa ulang dalam jangka waktu 24 jam.
H. Komplikasi
1. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
hipertensi berat.
2. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat menimbulkan
gagal jantung kiri.
3. Diseksi Aorta Akut
Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan darah
yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan perut.
4. Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian
tekanan darah yang mencolok.
5
5. Eklampsia
Pada eklampsia dijumpai hipertensi, edema, proteinuria, dan kejang pada
kehamilan setelah 20 minggu. Penatalaksanaan definitif adalah dengan
melahirkan bayi atau mengeluarkan janin.
6
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KRISIS HIPERTENSI
A. Pengkajian
Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :
- Kenaikan TD
- Nadi : denyutan jelas
- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung : murmur
- Distensi vena jugularis
- Ekstermitas
- Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler
mungkin lambat
Integritas Ego
Gejala:
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress
multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
- Letupan suasana hati
- Gelisah
- Penyempitan kontinue perhatian
- Tangisan yang meledak
- otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
- Peningkatan pola bicara
Eliminasi
Gejala :
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal )
7
Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
- Mual
- Muntah
- Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
- BB normal atau obesitas
- Edema
- Kongesti vena
- Peningkatan JVP
- Glikosuria
Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pusing / pening, sakit kepala
- Episode kebas
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
- Episode epistaksis
Tanda :
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori (
ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optik
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
- nyeri hilang timbul pada tungkai
- sakit kepala oksipital berat
- nyeri abdomen
Pernapasan
Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
- Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
- Sianosis
Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
8
Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
- Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
- Penggunaan obat / alkohol
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Penurunan curah jantung Setelah diberikan asuhan 1. Pantau TD. Ukur pada kedua
berhubungan dengan keperawatan diharapkan tangan untuk evaluasi awal.
Peningkatan afterload, curah jantung pasien mulai Gunakan ukuran manset yang
vasokontriksi pembuluh normal dengan criteria hasil tepat dan teknik yang akurat.
darah. : 2. Catat keberadaan, kualitas
1. tidak adanya sianosis denyutan sentral dan perifer
2. CRT < 2 dtk
3. Auskultasi tonus jantung dan
3. Akral hangat
bunyi nafas
4. RR Normal ( 16-20
x/mnt) 4. Amati warna kulit, kelembaban,
5. Tidak ada bunyi jantung suhu dan masa pengisian kapiler
tambahan 5. Pertahankan pembatasan aktivitas
6. GCS normal (E,V,M = seperti istirahat di tempat tidur/
15) kursi, jadwal periode istirahat
7. Haluaran urine dalam tanpa gangguan, bantu pasien
batas normal (400 ml / melakukan aktivitas perawatan
24 jam) warna kuning diri sesuai kebutuhan
jernih. 6. Berikan lingkungan tenang,
nyaman, kurangi aktivitas /
keributan lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan lamanya
tinggal.
7. Kolaborasi : Berikan obat-obat
sesuai indikasi seperti Diuretik
dan tiazid
9
2 Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan asuhan Kaji frekwensi kedalamam
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pernafasan dan ekspansi dada. Catat
penurunan ekspansi paru pola nafas pasien kembali upaya pernafasan termasuk
akibat oedem paru efektif, dengan kriteria hasil penggunaan otot-otot bantu
: 1. Askultasi bunyi nafas dan catat
- RR 16-20 x/mnt adanya bunyi nafas adventisius,
- Tidak ada pernafasan spt :krekels,mengi, gesekan
cuping hidung, dan pleural
retraksi dada 2. Berikan posisi semi fowler bila
- Bunyi nafas tidak ada kontra indikasi
normal (vesikul 3. Kolaborasi pemberian oksigen
er) tidak ada bunyi nafas
tambahan spt : krakels,
ronchi
- Ekspansi dada simetris
- Secara verbal tidak ada
keluhan sesak
10
4. Menyatakan rasa 8. Kontrol lingkungan yang dapat
nyaman setelah nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
berkurang ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
11. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
12. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
13. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
16. Monitor penerimaan pasien
tentang managemen nyeri
5 Kelebihan volume cairan Setelah diberikan asuhan 1. Awasi denyut jantung, TD, CVP
b.d penurunan kemampuan keperawatan diharapkan 2. Catat pemasukan dan
ginjal mengeluarkan air pasien menunjukkan pengeluaran secara akurat.
dan menahan natrium. keseimbangan volume cairan 3. Awasi berat jenis urine
dengan kriteria : 4. Timbang tiap hari dengan alat
1. Masukan dan haluaran dan pakaian yang sama
seimbang 5. Kaji kulit, wajah area tergantung
2. BB stabil untuk edem
3. Tanda vital dalam 6. Kolaborasi : Berikan obat sesuai
rentang normal ( N : 70 indikasi (diuretik)
80 x mnt, R : 16 20
x /mnt, S : 36 37,2, T :
120 / 80 mmHg)
4. Oedema tidak ada
11
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 2. Jakarta : EGC
12