Vous êtes sur la page 1sur 36

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TUMOR PARU

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

Diruang Rajawali 4b RSUP Dr. Kariyadi Semarang

Tanggal Praktek : 3-8 Oktober 2016

Nama Mahasiswa : Tunjung Tejo Mukti

NIM : G3A016080

Nama Pembimbing :

Saran Pembimbing :

Tanda Tangan Pembimbing

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016
A. Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya,
terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang
melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup
bermakna terhadap aktifitas sel (Mubarak, 2007).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap
kali bernapas (Tarwanto, 2006).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel
tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yang sangat berarti bagi
tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi
dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan
garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan
manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi
berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.

B. Anatomi dan Fisiologi


Stuktur Sistem Pernafasan :
1. Sistem pernafasan Atas, terdiri dari : mulut, hidung, faring, dan laring.
a. Hidung.
Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi,
dan penghangatan.
b. Faring.
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan.
Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid
yang berfungsi menangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang
masuk bersama udara.
c. Laring.
Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang bisa disebut
jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi
mempertahankan kepatenan dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan
makanan yang masuk.
2. Sistem pernafasan Bawah, terdiri dari trakea dan paru-paru yang dilengkapi
dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
a. Trakea.
Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri.
b. Paru.
Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing
paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus)
dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas
serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu alveoulus, pembuluh
darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh
dua lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi toralk
dan permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi permukaan
luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas guna mencegah gerakan friksi selama bernafas.

Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu:


a. Pernapasan eksternal.
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
Secara umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
1) Ventilasi pulmoner.
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal
dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor,
yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan system
pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan
berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
2) Pertukaran gas alveolar.
Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses pernapasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner.
Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau
bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah.
Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan
dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
3) Transpor oksigen dan karbon dioksida .
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas
pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju
jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju
paru.
b. Pernapasan internal.
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses
metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang
menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan
energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung
oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.
Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan
sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses
difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
1. Menghirup udara (inpirasi).
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada
naik/lebih besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
2. Menghembuskan udara (ekspirasi).
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif
yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga
dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.

C. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen menurut (Tarwanto, 2006)
antara lain :
1. Faktor Fisiologi :
a. Menurunnya kapasitas peningakatan oksigen (misal : anemia).
b. Menurunnya konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi.
c. Hipovolemia mengakibatkan transpor oksigen terganggu akibat tekanan
darah menurun.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dll.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada (kehamilan, obesitas).
2. Faktor Perkembangan :
a. Bayi prematur: kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler: akibat adanya infeksi saluran nafas.
c. Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran pernafasan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan: akibat diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stres.
e. Dewasa tua: adanya penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteoriklerosis dan ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku :
a. Nutrisi: penurunan ekspansi paru pada obesitas.
b. Exerase: meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.
d. Substanse abuse dan nikotin: menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan Hb, alkohol menyebabkan depresi pernafasan.
4. Faktor Linkungan :
a. Tempat kerja (polusi).
b. Suhu lingkungan.
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.

D. Tanda dan Gejala


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya
pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2009).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman
nafas (NANDA, 2009).
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis :
a. Pemantauan Hemodinamika.
b. Pengobatan bronkodilator.
c. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
d. Penggunaan ventilator mekanik.
e. Fisoterapi dada
2. Penatalaksanaan Keperawatan :
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif.
1) Pembersihan jalan nafas.
2) Latihan batuk efektif.
3) Pengisafan lender.
4) Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif.
1) Atur posisi pasien ( semi fowler ).
2) Pemberian oksigen.
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas.
1) Atur posisi pasien ( posisi fowler ).
2) Pemberian oksigen.
3) Pengisapan lender.

F. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajan
a. Identitas : Nama, Alamat, Umur, Status, Agama, Suku bangsa, Pendidikan,
Pekerjaan, Tempat/tanggal lahir, No. CM, Diagnose medis
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan siklus O2 dan CO2 antara
lain: batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea, hemoptisis, wheezing,
stridor, dan nyeri dada.
b. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Waktu terjadinya sakit, Berapa lama sudah terjadinya sakit.
2) Proses terjadinya sakit, Kapan mulai terjadinya sakit, Bagaimana sakit itu
mulai terjadi.
3) Upaya yang telah dilakukan, Selama sakit sudah berobat kemana, Obat-
obatan yang pernah dikonsumsi.
4) Hasil pemeriksaan sementara / sekarang, TTV meliputi tekanan darah,
suhu, respiratorik rate, dan nadi, Adanya patofisiologi lain seperti saat
diauskultasi adanya ronky, wheezing.
c. Riwayat kesehatan terdahulu, Riwayat merokok.
d. Pengobatan saat ini dan masa lalu.
e. Riwayat kesehatan keluarga.
f. Genogram.
g. Riwayat kesehatan lingkungan.
3. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
a. Persepsi terhadap kesehatan manajemen kesehatan : Tingkat pengetahuan
kesehatan / penyakit, Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan, Faktor-
faktor resiko sehubungan dengan kesehatan.
b. Pola aktivitas dan latihan : Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan,
mandi berpakaian, eliminasi, mobilisaasi di tempat tidur, berpindah,
ambulansi, naik tangga.
c. Pola istirahat tidur : Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur,
Sonambolisme, Kualitas dan kuantitas jam tidur.
d. Pola nutrisi - metabolic : Berapa kali makan sehri, Makanan kesukaan,
Berat badan sebelum dan sesudah sakit, Frekuensi dan kuantitas minum
sehari.
e. Pola eliminasi : Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari.
f. Nyeri.
g. Pola kognitif perceptual.
h. Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra).
i. Pola konsep diri.
j. Pola koping.
k. Cara pemecahan dan penyelesaian masalah.
l. Pola seksual reproduksi.
m. Pola peran hubungan : Hubungan dengan anggota keluarga, Dukungan
keluarga, Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
n. Pola nilai dan kepercayaan : Persepsi keyakinan, Tindakan berdasarkan
keyakinan.
G. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai dengan
batuk produktif.
b. Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh ditandai dengan bradipnea.
c. Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru

H. Intervensi
NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
DX KRITERIA HASIL
1 Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada untuk 1. Pernafasan rochi, wheezing
tindakan keperawatan karakter bunyi nafas dan menunjukkan tertahannya secret
selama x 24 jam adanya secret. obstruksi jalan nafas.
diharapkan bersihan 3. Berikan air minum hangat. 2. Membantu mengencerkan secret.
jalan napas efektif 4. Beri posisi yang nyaman 3. Memudahkan pasien untuk
sesuai dengan seperti posisi semi fowler. bernafas.
kriteria: 5. Sarankan keluarga agar 4. Pakaian yang ketat menyulitkan
1. Menunjukkan tidak memakaikan pakaian pasien untuk bernafas.
jalan nafas bersih. ketat kepada pasien. 5. Kelembaban mempermudah
2. Suara nafas 6. Kolaborasi penggunaan pengeluaran dan mencegah
normal tanpa nebulizer pembentukan mucus tebal pada
suara tambahan. bronkus dan membantu pernafasan.
3. Tidak ada
penggunaan otot
bantu nafas.
4. Mampu
melakukan
perbaikan
bersihan jalan
nafas
2 Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi pernafasan 1. Mengetahui frekuensi pernafasan
tindakan keperawatan pasien. pasien.
selama...X24 jam 2. Tinggikan kepala dan 2. Duduk tinggi memungkinkan
diharapkan pola bantu mengubah posisi. ekpansi paru dan memudahkan
napas efektif dengan 3. Ajarkan teknik bernafas pernafasan.
kriteria : dan relaksasi yang benar. 3. Dapat memberikan pengetahuan
1. Menunjukkkan Kolaborasikan dalam pada pasien tentang teknik
pola nafas efektif pemberian obat bernafas.
dengan frekuensi 4. Pengobatan mempercepat
nafas 16-20 penyembuhan dan memperbaiki
kali/menit dan pola nafas
irama teratur.
2. Mampu
menunjukkan
perilaku
peningkatan
fungsi paru.
3 Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada untuk 1. Weezing atau mengiindikasi
tindakan keperawatan karakter bunyi nafas dan akumulasi sekret/ketidakmampuan
selama .X 24 jam adanya secret. membersihkan jalan
diharapkan 2. Beri posisi yang nyaman napas sehingga otot aksesori
pertukaran gas dapat seperti posisi semi fowler. digunakan dan kerja pernapasan
dipertahankan dengan 3. Anjurkan untuk bedrest, meningkat.
kriteria : batasi dan bantu aktivitas 2. Memudahkan pasien untuk
1. Menunjukkan sesuai kebutuhan. bernafas.
perbaikan 4. Ajarkan teknik bernafas 3. Mengurangi konsumsi oksigen
ventilasi dan dan relaksasi yang benar. pada periode respirasi.
oksigenasi 5. Kolaborasikan terapi 4. Dapat memberikan pengetahuan
jaringan. oksigen pada pasien tentang teknik
2. Tidak ada bernafas.
sianosis. 5. Memaksimalkan sediaan oksigen
khususnya ventilasi menurun
Konsep Dasar Tumor Paru

A. Pengertian
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari
bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut
Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant)
atau jinak (benign).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus
yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai
maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin
dan Kumar, 2005).
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan
yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen
vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, 2010).

B. Klasifikasi
Menurut WHO, (1977) untuk neoplasma pleura dan paru paru :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang,
secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus,
dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah
bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat)
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini
timbul dari sel sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan
sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe
hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ organ
distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar)
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local
pada paruparu dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas
melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis
tetap tidak menunjukkan gejala gejala sampai terjadinya metastasis
yang jauh.
d. Karsinoma sel besar
Merupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam macam. Sel
sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat tempat yang
jauh.
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
2. Tumor karsinoid (adenoma bronkus)
3. Tumor kelenjar bronchial
4. Tumor papilaris dari epitel permukaan.
5. Tumor campuran dan Karsinosarkoma
6. Sarkoma
7. Mesotelioma
8. Melanoma

C. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi
ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru :
1. Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang
sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu
sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari
tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg
dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat
kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon.
Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite
(paru paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan
dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi
dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya
karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
5. Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni :
a. Proton oncogene
b. Tumor suppressor gene
c. Gene encoding enzyme.
6. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium dan vit. A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru.
Faktor Predisposisi :
a. Perokok aktif
b. Wanita lebih suseptible terhadap carsinogen tobacco
c. Perokok pasif
d. Pekerja radioaktif
e. Asbestos worker
f. Pekerja yang terpapar debu yang mengandung : arsen, chromium,
uranium, nikel, vinyl clorida dan gas mustard.

D. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium,
otak, tulang rangka

E. Manifestasi Klinis
1. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
2. Napas pendek-pendek dan suara parau
3. Batuk berdarah dan berdahak
4. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
5. Hilang nafsu makan dan berat badan

F. Komplikasi
1. Hematorak
2. Pneumotorak
3. Empiema
4. Endokarditis
5. Abses paru
6. Atelektasis

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi
tulang rusuk atau vertebra.
2. Bronkhografy
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
3. Laboratorium
Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji
adanya/ tahap karsinoma.
4. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
5. Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
6. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
7. Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
8. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
9. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
10. Torakotomi,
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
11. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
12. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
a. Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya
< 25% kasus yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya (5% dari
semua kasus) yang telah hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas
perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi.
b. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil
yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang
bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit diantaranya.
c. Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local
d. Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan
tidak pernah sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi
pada kanker bukan sel kecil belum jelas.
e. Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent
dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit
endobronkial yang signifikan
f. Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan
dispnea. Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan
memperbaiki selera makan

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
b. Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan
informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang
dilakukan untuk
c. Mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.
I. Pathways
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan
paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake menurun.

K. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Ketidakefektifan pola nafas NOC : NIC :
berhubungan dengan penurunan 1. Respiratory Airway Management
ekspansi paru status: ventiolation 1. Buka jalan nafas dengan teknik
2. Respiratory status: chin lift atau jaw thrust bila
Definisi : Inspirasi atau ekspirasi Airway patency perlu
yang tidak memberi ventilasi 3. Vital sign status 2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Batasan Karakteristik: Kriteria Hasil : 3. Identivikassi pasien perlunya
a. Perubahan kedalaman bernafas 1. Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas
b. Perubaham ekskursi dada batuk efektif dengan buatan
c. Mengambil posisi tiga titik suara nafas yang besih, 4. Pasang mayo bila perlu
d. Bradipneu tidak ada sianosis dan 5. Lakukan fisioterapi bila perlu
e. Penurunan tekanan ekspirasi dyspneu (mampu 6. Keluarkan sekret dengan batuk
f. Penurunan ventilasi se menit mengeluarkan septum, atau suction
g. Penurunan kapsitas vital mampu bernafas 7. Auskultassi suara nafas, catat
h. Dipneu dengan mudah, tidak adanya suara tambahan
i. Peningkatan diameter anterior ada pursed lips) 8. Lakukan suction pada mayo
posterior 2. Menunjukkan jalan 9. Berikan brinkodilator bila perlu
j. Pernapasan cuping hidung nafas yang paten (klien 10. Berikan pelembab udara kassa
k. Ortopneu tidak merasa tercekik, basah NaCl lembab
l. Fese ekspirasi memanjang irama nafas, frekuensi 11. Atur intake untuk cairan
m. Pernapasan bibir pernafasan dalam mengoptimalkan
n. Takipneu rentang normal, tidak keseimbangan.
o. Penggunaan otot eksesorius ada suara abnormal) 12. Monitor respirasi dan status O2
untuk bernapas 3. Tanda- tanda vital
dalam rentang normal Oxygen Therapy
Faktor faktor yang berhubungan: (tekanan darah, nadi, 1. Bersihkan mulut, hidung dan
1. Ansietas pernafasan) sekret trakea
2. Posisi tubuh 2. Pertahankan jalan nafas yang
3. Defomitas tulang paten
4. Defomitas dinding dada 3. Atur peralatan oksigen
5. Keletihan 4. Monitor aliran oksigen
6. Hiperventilasi 5. Pertahankan posisi pasien
7. Sindrom hipoventilasi 6. Observasi adanya tanda tanda
8. Gangguan musculoskeletal hiperventilasi
9. Kerusakan neurologis 7. Monitor adanya kecemasan
10. Imaturitas neurologis pasien terhadan oksigenasi
11. Disfungsi neuromuscular
12. Obesitas Vital Sign Monitoring
13. Nyeri 1. Monitor TD,nadi,suhu,dan RR
14. Keletihan otot pernafasan 2. Catat adanya fluktuasi tekanan
cedera medula spinalis darah
3. Monitor Vs saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Ketidakefektifan pembersihan jalan NOC: NIC:
nafas berhubungan dengan 1. Respiratory Status: Airway Suction
obstruksi jalan nafas. Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral / trakeal
2. Respiratory status: suctioning
Definisi : Ketidakmampuan untuk Airway patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum
membersihkan sekresi atau dan sesudah suctioning
obstruksi dari saluran pernafasan Kriteria Hasil: 3. Informasikan pada klien dan
untuk mempertahankan kiebersihan 1. Mendemonstrasikan kluarga tentang suctioning
jalan nafas. batuk efektif dan suara 4. Minta pasien nafas dalam
Batasan Karakteristik : nafas yang bersih, sebelum suction dilakukan
1. Tidak ada batuk tidak ada sianosis dan 5. Berikan O2 dengan menggunakan
2. Suara napas tambahan dyspnea (mampu nasal untuk memfasilitasi suction
3. Perubahan frekuensi napas mengelurkan sputum nasotrakeal
4. Perubahan irama napas ,mampu bernafas 6. Gunakan alat yang steril setiap
5. Sianosis dengan mudah, tidak melakukan tindakan
6. Kesulitan berbicara atau ada suara nafas 7. Anjurkan pasien untuk istirahat
mengeluarakan suara abnormal) dan nafas dalam setelah kateter
7. Penurunan bunyi napas 2. Menunjukkan jalan dikeluarkan dari nasotrakeal
8. Dipsneu nafas yang paten (klien 8. Monitor status oksigen pasien
9. Sputum dalam jumlah yang tidak merasa tercekik, 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
berlebihan irama nafas, frekuensi melakukan suction
10. Batuk yang tidak efektif pernafasan dalam 10. Hentikan suction dan berikan
11. Orthopneu rentang normal, tidak oksigen apabila pasien
12. Gelisah ada suara nafas menunjukkan bradikardi,
13. Mata terbuka lebar abnormal) peningkatan saturasi O2 ,dll.
3. Mampu
Faktor yang berhubungan: mengidentifikasikan Airway Management
1. Lingkungan: dan mencegah faktor 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
a. Perokok pasif yang dapat chin lift atau jaw thrust bila perlu
b. Pengisap asap menghambat jalan 2. Posisikan pasien untuk
c. Merokok nafas memaksimalkan ventilasi
d. Obstruksi jalan nafas: 3. Identifikasi pasien perlunya
e. Spasme jalan nafas pemasangan alat jalan nafas
f. Mokus dalam jumlah buatan
berlebihan 4. Pasang mayo bila perlu
g. Eksudat dalam jalan 5. Lakukan fisioterapi dada jika
alveoli perlu
h. Mareti asing dalam jalan 6. Keluarkan sekret dengan batuk
nafas atau suction
i. Adanya jalan nafas buatan 7. Auskultasi suara nafass , catat
j. Sekresi bertahan/sisa adanya suara tambahan
sekresi 8. Lakukan suction pada mayo
k. Sekresi dalam bronki 9. Berikan bronkodilator bila perlu
2. Fisiologis: 10. Berikan pelembab udara kassa
a. Jalan nafas alergik basah NaCl lembab
b. Asma 11. Atur intake untuk cairan
c. Penyakit paru obstruktif mengoptimalkan keseimbangan
kronik 12. Monitor rspirasi dan status O2
d. Hiperplasihiperplasi
dinding bronkial
e. Infeksi
f. Disfungsi neuromuscular
3 Gangguan pertukaran gas NOC : NOC:
berhubungan dengan hipoksia 1. Respiratory Status : Airway Management
kronik pada jaringan paru. Gas exchange 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
2. Respiratory status: chin lift atau jaw thrust bila perlu
Definisi : Kelebihan atau defisit Ventilation 2. Posisikan passien untuk
pada oksigenasi atau eleminassi 3. Vital Sign status mamaksimalkan ventilasi
karbon dioksida pada membran 3. Identifikasi pasien perlunya
alveolar kapiler Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas
1. Mendemonstrasikan buatan
Batasan karakteristik : peningkatan ventilassi 4. Pasang mayo bila perlu
1. PH darah arteri abnormal dan oksigenassi yang 5. Lakukan fisioterapi dada jika
2. PH arteri abnormal adekuat perlu
3. Pernafasan abnormal (mis : 2. Memelihara kebersihan 6. Keluarkan sekret dengan batuk
pucat, kehitaman) paru paru dan bebas atau suction
4. Konfusi dari tanda tanda 7. Auskultasi suara nafas, catat
5. Sianosis (pada neonatus saja) distress pernafasan adanya suara tambahan
6. Penurunan karbondioksida 3. Mendemonstrasikan 8. Lakukan suction pada mayo
7. Diaforesis batuk efektif dan suara 9. Berikan bronkodilator bila perlu
8. Dispneu nafas yang bersih, 10. Berikan pelembab udara kassa
9. Sakit kepala saat bangun tidak ada sianosis dan basah NaCl lembab
10. Hiperkapnia dyspneu (mampu 11. Atur intake untuk cairan
11. Hipoksemia mengeluarkan sputum, mengoptimalkan keseimbangan
12. Hipoksia mampu bernafas 12. Monitor respirasi dan status O2
13. Iritabilitas dengan mudah, tidak
14. Nafas cuping hidung ada pursed lips) Respiratory Monitoring
15. Gelisah 4. Tanda tanda vital 1. Monitor rata rata ,kedalaman,
16. Somnolen dalam rentang normal irama, dan usaha respirasi
17. Takikardi 2. Catat pergerakan dada, amati
18. gangguan penglihatan kesimetrisan,pengguanaan otot
tambahan,retraksi otot
Faktor-faktor yang berhubungan : supraclavicular dan intercostal
1. Perubahan membran alveolar 3. Monitor suara nafas,seperti
kapiler dengkur
2. Ventilasi perfusi 4. Monitor pola nafas : bradipneu,
takipneu, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5. Catat lokassi trakea
6. Monitor kelelahan otot diafragma
(gerakan paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas ,catat area
penurunan/ tidak adaventilasi dan
suara nafas tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan rocki pada jalan nafs trauma
9. Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuik mengetahui
hasilnya.
4 Intoleransi aktivitas berhubungan NOC: NIC :
dengan kelemahan secara umum. 1. Energy Consevation Activity Therapy
2. Activity tolerance 1. Kolaborasikan dengan tenaga
3. SelfCare: ADls rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi
Kriteria Hasil : yang tepat
1. Berpartisipassi dalam 2. Bantu klien untuk
aktifitas fisik tanpa mengidentifikasi aktivitas yang
disertai peningkatan mampu dilakukan
tekanan darah, nadi 3. Bantu untuk memilih aktivitas
dan RR yang konsisten yang sesuai
2. Mampu melakukan dengan kemampuan fisik ,
aktifitas sehari - hari psikologi dan social
(ADLs) secara mandiri 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
3. Tanda tanda vital mendapatkan sumber yang
normal diperlukan untuk aktivitas yang
4. Energy psikomotor di inginkan
5. Level kelemahan 5. Bantu untuk mendapatkan alat
6. Mampu berpindah : bantuan aktivitas seperti kursi
dengan atau tanpa roda, krek
bantuan alat 6. Bantu untuk mengidentivikasi
7. Status kegiatan yang disukai
kardiopulmonari 7. Bantu klien untuk membuat
adekuat jadwal latihan diwaktu luang
8. Sirkulassi status baik 8. Bantu pasien / keluarga untuk
9. Status respirasi : mengidentifikasi kekurangan
pertukaran gas dan dalam beraktifitas
ventilasi adekuat 9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diridan
penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan tubuh berhubungan 1. Nutritional Status : Nutrition Management
dengan intake menurun food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan
untuk keperluan metabolisme tubuh. 1. Adanya peningkatan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
berat badan sesuai 3. Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : dengan tujuan meningkatkan intake Fe
1. Berat badan 20 % atau lebih di 2. Berat badan ideal 4. Anjurkan pasien untuk
bawah ideal sesuai dengan tinggi meningkatkan protein dan
2. Dilaporkan adanya intake badan vitamin C
makanan yang kurang dari 3. Mampu 5. Berikan substansi gula
RDA (Recomended Daily mengidentifikasi 6. Yakinkan diet yang dimakan
Allowance) kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
3. Membran mukosa dan 4. Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi
konjungtiva pucat malnutrisi 7. Berikan makanan yang terpilih (
4. Kelemahan otot yang 5. Tidak terjadi sudah dikonsultasikan dengan
digunakan untuk penurunan berat badan ahli gizi)
menelan/mengunyah yang berarti 8. Ajarkan pasien bagaimana
5. Luka, inflamasi pada rongga membuat catatan makanan
mulut harian.
6. Mudah merasa kenyang, sesaat 9. Monitor jumlah nutrisi dan
setelah mengunyah makanan kandungan kalori
7. Dilaporkan atau fakta adanya 10. Berikan informasi tentang
kekurangan makanan kebutuhan nutrisi
8. Dilaporkan adanya perubahan 11. Kaji kemampuan pasien untuk
sensasi rasa mendapatkan nutrisi yang
9. Perasaan ketidakmampuan dibutuhkan
untuk mengunyah makanan
10. Miskonsepsi
11. Kehilangan BB dengan Nutrition Monitoring
makanan cukup 1. BB pasien dalam batas normal
12. Keengganan untuk makan 2. Monitor adanya penurunan berat
13. Kram pada abdomen badan
14. Tonus otot jelek 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
15. Nyeri abdominal dengan atau yang biasa dilakukan
tanpa patologi 4. Monitor interaksi anak atau
16. Kurang berminat terhadap orangtua selama makan
makanan 5. Monitor lingkungan selama
17. Pembuluh darah kapiler mulai makan
rapuh 6. Jadwalkan pengobatan dan
18. Diare dan atau steatorrhea tindakan tidak selama jam makan
19. Kehilangan rambut yang cukup 7. Monitor kulit kering dan
banyak (rontok) perubahan pigmentasi
20. Suara usus hiperaktif 8. Monitor turgor kulit
21. Kurangnya informasi, 9. Monitor kekeringan, rambut
misinformasi kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
Faktor-faktor yang berhubungan : protein, Hb, dan kadar Ht
1. Ketidakmampuan pemasukan 12. Monitor makanan kesukaan
atau mencerna makanan atau 13. Monitor pertumbuhan dan
mengabsorpsi zat-zat gizi perkembangan
berhubungan dengan faktor 14. Monitor pucat, kemerahan, dan
biologis, psikologis atau kekeringan jaringan konjungtiva
ekonomi. 15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA Tn. K

Tanggal Pengkajian 3-4 Oktober 2016

A. Pengkajian Fokus
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. K
b. Umur : 49 th
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin
f. Pendidikan : SMP
g. Pekerjaan : Wiraswasta
h. No. Registrasi : 8671850
i. Diagnosa Medis : Tumor Paru

2. Biodata Penanggung Jawab


a. Nama : Ny. D
b. Umur : 25 th
c. Alamat : Tegal
d. Pendidikan : SMK
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Hubungan dengan klien : Anak

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Sesak napas
b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan mengeluh sesak napas
dengan disertai batuk-batuk terus menerus, apalagi saat malam hari dan
nyeri dada sebelah kanan sejak 6 bulan yang lalu, napas semakin berat
jika di gunakan untuk beraktivitas.
c. Riwayat keperawatan dan kesehatan dahulu : Pasien mengatakan sebelum
dibawa ke rumah sakit hanya merasakan sesak napas biasa, namun
semakin hari sesak napasnya semakin bertambah. Pasien mengatakan
bahwa dirinya adalah perokok aktif sejak 30 tahun yang lalu, sehari
habis setengah bungkus rokok.
d. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan bahwa tidak ada
anggota keluarga yang mempunyai permasalahan yang sama seperti
dirinya.

4. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi : Saat ini terpasang O2 3 lpm. Pasien


terlihat sesak napas jika oksigen dilepaskan.

5. Pemenuhan kebutuhan nutrisi


Pasien mengatakan sebelum sakit, setiap hari makan 3x sehari, demikian juga
minum hampir 4 gelas besar sehari, namun saat sakit nafsu makan menurun,
sehari hanya 2x, pola minum habis 3 gelas besar.

6. Pemenuhan kebutuhan eliminasi


a. Eliminasi feses : Pasien mengatakan frekuensi BAB 1x sehari, warna
kuning, lembek.
b. Pola BAK : Pasien mengatakan frekuensi BAK 4x sehari.

7. Pola Kesehatan Fungsional


a. Pola persepsi dan pemeliharaan fungsional : Pasien beranggapan bahwa
kesehatan adalah hal yang penting. Apabila dirinya atau anggota keluarga
menderita penyakit, selalu segera membawanya ke pelayanan kesehatan
terdekat.
b. Pola aktivitas dan latihan : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak
mengalami kesulitan dalam beraktivitas, namun saat ini mengalami
kesulitan (makan, ke toilet) dan dengan bantuan anggota keluarga.
c. Pola istirahat dan tidur : Pasien mengatakan mengalami perubahan
kualitas tidur, yang sebelumnya 8 jam perhari menjadi 5 jam. Karena
malam hari sering batuk-batuk namun tidak keluar dahak.
d. Pola sensori : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kanan, nyeri seperti
tertusuk-tusuk, nyeri skala 3, nyeri datang saat batuk-batuk.
e. Pola hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan sampai saat ini
tidak mengalami gangguan dalam berhubungan maupun berkomunikasi
dengan anggota keluarga maupun orang lain.
f. Pola reproduksi dan seksual : tidak terkaji
g. Pola persepsi diri dan konsep diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya
akan sembuh jika rutin berobat dan memetuhi nasehat dokter.
h. Pola mekanisme koping : Pasien mengatakan dalam menghadapi
penyakitnya selalu bermusyawarah dengan anggota keluarga lain yang
selalu mendampingi kemanapun berobat.
i. Pola keyakinan dan kepercayaan : Pasien meyakini bahwa penyakitnya
akan sembuh dengan berusaha terus berobat kemanapun.

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak lemah, lemas
b. Tingkat kesadaran : Composmetis (E4 V5 M6)
c. Tanda-tanda vital (Tanggal 3 Oktober 2016, jam 21.30)
1) Suhu : 36,5 C
2) TD : 120/70 mmHg
3) RR : 22x / menit (terpasang O2) dan hanya 16x permenit
jika tidak terpasang O2 (napas dangkal).
4) Nadi : 72x / menit
d. Pengukuran antropometri
1) BB : 53 kg
2) TB : 164 cm
3) Lila : 27 cm
e. Kepala
1) Rambut : Hitam lurus jarang, terdapat beberapa helai rambut yang
rontok di bantal pasien.
2) Mata : Kemampuan penglihatan baik, pasien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.
3) Hidung : Hidung terpasang kanul O2 3 lpm, tidak ada secret, tidak
ada suara napas cuping hidung.
4) Telinga : Pendengaran tidak mengalami gangguan, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada secret.
5) Mulut : Mukosa bibir kering pucat.
f. Jantung
1) Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda pembesaran jantung, simetris
2) Palpasi : Tidak ada masa
3) Perkusi : Redup
4) Auskultasi : Bunyi jantung S1S2 lop dop
g. Paru-paru
1) Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak ada luka pada
daerah dada.
2) Palpasi : Tidak ada masa atau benjolan
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi : Terdengar bunyi ronchi
h. Abdomen
1) Inspeksi : Tidak ada pembesaran perut, tidak terdapat luka.
2) Auskultasi : Bising usus (+)
3) Perkusi : Timpani
4) Palpasi : Tidak ada masa
i. Genetalia : Tidak terkaji
j. Ekstremitas
1) Inspeksi kuku : Warna ujung kuku hitam, kotor, tidak ada edema.
2) Kemampuan ekstremitas : Kemampuan ekstremitas atas dan bawah.
3) Capillary refill : Normal 3 detik.
4) Terpasang infus tidak edema : Terpasang infus (NaCl 20 tpm),
balutan sekitar infus bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi di sekitar
tusukan infus.
k. Kulit
1) Warna : Sawo matang
2) Kelembaban : Tampak kering di bagian ekstremitas bawah, tidak
terdapat edema.

9. Pemeriksaan Penunjang
a. (Koagulasi, Tanggal 27 September 2016)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Plasma Protorombin
(PPT)
Waktu Protorombin 9.8 Detik 9.4 - 11.3
PPT Kontrol 10.5 Detik
Partial
Tromboplastin Time
(PPTK)
Waktu 34.0 Detik 27.7 - 40.2
Tromboplastin
APTT Kontrol 32.7 Detik
b. Hasil Broncoscopy

10. Diit yang diperoleh


Diet lunak (bubur sumsum)

11. Therapy
a. Morphin MST 10mg/12jam
B. Analisa Data
Data (DS dan DO) Problem Etiologi
DS : Ketidakefektifan pola Penurunan
1. Pasien mengatakan sesak napas, nafas ekspansi paru
napas semakin berat jika di
gunakan untuk beraktivitas
DO :
1. Pasien tampak lemah
2. Pasien tampak sesak napas jika O2
dilepaskan RR : 16x / menit. Napas
dangkal.
DS : Ketidakefektifan Obstruksi jalan
1. Pasien mengatakan batuk yang pembersihan jalan nafas
terus menerus, apalagi saat malam nafas
hari
2. Pasien mengatakan batuk berdahak
DO :
1. Pasien terlihat batuk-batuk saat
dilalukan pemeriksaan
2. Terdengar bunyi ronchi saat
auskultasi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas.

3. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi dan Rasional
Keperawatan Hasil
1 Ketidakefektifan pola Setelah di lakukan 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan
nafas berhubungan tindakan keperawatan ekspansi dada.
dengan penurunan 2x24 jam di harapkan pola Rasional : Untuk mengetahui frekuensi &
ekspansi paru nafas kwmbali efektif. kedalan pernafasan karena kedalamam
Kriteria Hasil : pernafasan bervariasi tergantung derajat
1. Klien mengungkapkan gagal nafas.
sesak berkurang/ tidak 2. Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya
sesak. bunyi nafas tambahan.
2. Respirasi dalam batas Rasional : Perubahan bunyi nafas
normal. 18-22x/menit menunjukan obstruksi sekunder
3. Tidak menggunakan 3. Observasi pola batuk dan karakter secret.
otot bantu pernafasan Rasional : Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk kering/iritatif
4. Berikan pada klien posisi semi fowler.
Rasional : Posisi membantu
memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan
5. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
tambahan.
Rasional : Memaksimalkan pernafasan
dan menurunkan kerja nafas.
2 Ketidakefektifan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
pembersihan jalan tindakan keperawatan Rasional: Penggunaan otot
nafas berhubungan selama 1x24 jam, jalan interkostal/abdominal dan pelebaran nasal
dengan obstruksi nafas kembali efektif menunjukkan peningkatan upaya bernafas
jalan nafas. Kriteria hasil: dan jarkan batuk efektif
1. Menyatakan/menunjuk 2. Observasi penurunan ekspensi dinding
kan hilangnya dispnea. dada dan adanya.
2. Mempertahankan jalan Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak
nafas paten dengan sama sehubungan dengan akumulasi
bunyi nafas bersih cairan, edema, dan sekret dalam seksi
3. Mengeluarkan sekret lobus.
tanpa kesulitan. 3. Catat karakteristik batuk (misalnya,
4. Menunjukkan perilaku menetap, efektif, tak efektif), juga
untuk produksi dan karakteristik sputum.
memperbaiki/mempert Rasional: Karakteristik batuk dapat
ahankan bersihan jalan berubah tergantung pada
nafas. penyebab/etiologi gagal perbafasan.
Sputum bila ada mungkin banyak, kental,
berdarah, adan/atau purulen.
4. Ajarkan pasien batuk efektif
Rasional: Meningkatkan keefektifan
upaya batuk dan pembersihan sekret
5. Pertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan
gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional: Memudahkan memelihara jalan
nafas atas paten bila jalan nafas pasein
dipengaruhi.
6. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi
untuk efek samping merugikan dari obat,
contoh takikardi, hipertensi, tremor,
insomnia.
Rasional: Obat diberikan untuk
menghilangkan spasme bronkus,
menurunkan viskositas sekret,
memperbaiki ventilasi, dan memudahkan
pembuangan sekret. Memerlukan
perubahan dosis/pilihan obat.
1. Tindakan Keperawatan dan Catatan Perkembangan
Intervensi I
No Hari/Tanggal Jam Tindakan Respon Pasien Ttd
Dx dan
Nama
1 Senin, 3 21.10 Mengkaji frekuensi, S : Pasien mengatakan sulit bernapas
Oktober 2016 kedalaman pernafasan dan O:
ekspansi dada 1. Pasien tampak sesak napas
2. RR 16x/menit
21.15 Mengauskultasi bunyi nafas, S : Tidak ada
dan mencatat bunyi nafas O : Terdengar bunyi ronchi
tambahan
21.20 Mengobservasi pola batuk dan S : Pasien mengatakan sering batuk-
karakter secret batuk pada malam hari
O : Dahak belum dapat keluar
21.25 Memberikan posisi semi S : Pasien mengatakan lebih nyaman
fowler. setelah berganti posisi
O : Pasien tampak lebih rileks
21.27 Memberikan oksigen 3 lpm S : Pasien mengatakan sesaknya
berkurang
O:
1. Pasien terpasang O2 3 lpm
2. RR 22x/menit
2 Senin, 3 21.40 Mencatat perubahan upaya S : Tidak ada
Oktober 2016 dan pola bernafas O : Terdengar bunyi ronchi
21.45 Mencatat karakteristik batuk S : Pasien mengatakan batuk tidak
keluar dahak
O : Tidak ada
21.50 Mengajarkan batuk efektif S : Pasien mengatakan lebih nyaman
setelah dilakukan batuk efektif
O : Dahak keluar sedikit.

Evaluasi I
No Waktu Jam Evaluasi Ttd &
Dx Nama
1 Senin, 3 21.30 S : Pasien mengatakan sesak napas berkurang
Oktober O:
2016 1. Pasien tampak sedikit rileks
2. RR 22x/menit
A : Pola napas tidak efektif teratasi
P:
1. Monitor terus pola napas pasien
2. Pantau terus KU dan TTV
2 Senin, 3 22.00 S : Pasien mengatakan lebih nyaman setelah dilakukan
Oktober batuk efektif
2016 O : Dahak keluar sedikit
A : Bersihan jalan napas teratasi sebagian
P:
1. Pantau kembali bersihan jalan napas
2. Pantau KU dan TTV
3. Kolaborasi pemberian Broncodilator

Intervensi II
No Hari/Tanggal Jam Tindakan Respon Pasien Ttd
Dx dan
Nama
1 Selasa, 4 21.10 Memonitor pola napas S : Pasien mengatakan tidak sesak
Oktober 2016 napas
O:
1. Pasien terlihat rileks
2. Terpasang O2 3 lpm
3. Tidak ada tanda sesak napas
21.15 Memantau KU dan TTV S : Pasien mengatakan kondisinya lebih
baik dari kemarin
O:
1. KU : baik (composmetis)
2. TD : 120/80 mmHg
3. RR : 22x /menit
4. Nadi : 82x/menit
5. S : 36,2 C
2 Selasa, 4 21.40 Memantau bersihan jalan S:
Oktober 2016 napas 1. Pasien mengatakan napas
sudah terasa lega, tidak berat
2. Pasien mengatakan jika
malam masih batuk
O : Pasien tampak lebih rileks

Evaluasi II
No Waktu Jam Evaluasi Ttd &
Dx Nama
1 Selasa, 4 21.20 S:
Oktober 1. Pasien mengatakan tidak sesak napas
2016 2. Pasien mengatakan kondisinya lebih baik dari
kemarin
O:
1. Pasien tampak sedikit rileks
2. Terpasang O2 3 lpm
A : Ketidakefektifan pola napas teratasi
P:
1. Pertahankan intervensi
2 Selasa, 20 21.50 S : Pasien mengatakan napas sudah terasa lega, tidak
Sept 2016 berat
O : Pasien tampak rileks
A : Bersihan jalan napas teratasi sebagian
P:
1. Kolaborasi broncodilator
2. Lanjutkan pemberian terapi sesuai advis
dokter
Jam 08.00 pasien pulang
Daftar Pustaka
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan
Aplikasi. Jogjakarta : Graha Ilmu
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-
2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi
3. Salemba:Medika

Vous aimerez peut-être aussi