Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam
kompartemen supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada
korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga,
serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya.
Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian
karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami
metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar
sistem saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara,
saluran gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal dan kulit (melanoma). Insiden
tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan ketujuh,
dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel
glia (sel glia membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis) dan
merupakan supratentorial (terletak diatas penutup cerebellum). Jejas neoplastik di dalam
otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan
dan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Peningkatan intra kranial ( PTIK ) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil
dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial,
sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan
serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah intrakranial
akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara
tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak, darah dan cairan
serebrospinal volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan
gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi dengan gagal
pernapasan dan gagal jantung serta kematian.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Apa definisi dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak?

2. Apa patofisiologi dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak?

3. Apa etiologi dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak?

4. Apa manifestasi klinis dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak?

5. Bagaimana proses penatalaksanaan dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak?

6. Apa diagnosa keperawatan yang muncul dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak?

7. Jelaskan intervensi serta rasional dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

a. Untuk mengetahui definisi dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak

b. Untuk memahami patofisiologi dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak

c. Untuk memahami etiologi dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak

d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak

e. Untuk mengetahui bagaimana proses penatalaksanaan dari Ca. Intrakranial atau


Tumor Otak

f. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul dari Ca. Intrakranial atau
Tumor Otak

g. Untuk memahami intervensi serta rasional dari Ca. Intrakranial atau Tumor Otak

2
2. Manfaat penulisan

Manfaat dari makalah ini adalah dapat menambah wawasan serta


menerapkan pengetahuan mereka tentang cara cara menangani pasien dengan
tumor otak sesuai Asuhan Keperawatan yang telah ditegakkan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space
occupying lesion atau space taking lision) yang timbul didalam rongga tengkorak baik
didalam kompartemen supratentorial maupun infratentotrial. (Satyanegara)
Klasifikasi tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan jenis tumor
- Jinak : acoustic neuroma, meningioma, pituitary adenoma, astrocytoma (grade
I)
- Malignant : astrocytoma (grade 2,3,4), oligodendroglioma, apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intradural
- Ekstramedular : cleurofibroma. Meningioma
- Intramedular : oligodendroglioma, hemangioblastoma, apendymoma,
astrocytoma

Tumor esktradural

- Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid,
paru-oaru, ginjal dan lambung.

B. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrostoma dan nurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yag dapat dianggap

4
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tsb tidak ada bukti-bukti kuat untuk memikirkan adanya
faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa sel embrional (Embrionic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan
merusak bangunan disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrkranial dan kordoma
3. Radiasi
Jaringan dalam system saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada system saraf pusat
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsionogenik seperti methylcolanthrone, nitroso-
etyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

C. Manifestasi Klinis
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis : gangguan mental/gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung,
tingkah laku aneh, sulit member argumentasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis,
ataksia, dan gangguan bicara.
2. Kartek presentalis : kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.
3. Lobus parasentralis : kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus oksipital : kejang, gangguan penglihatan

5
5. Lobus temporal : tinnitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan pada
otot wajah.
6. Lobus parietalis : hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan.
7. Cerebulum : papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hiperekstremitas sendi
dan hipotonia.

Tanda dan gejala umum :

1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk dan membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial : pandangan kabur, mual, muntah,
penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori dan alam perasa
Trias klasik :
1. Nyeri kepala
2. Papil oedema
3. Muntah

D. Komplikasi
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi
ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga
cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan
serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
d. Epilepsi

6
e. Metastase ketempat lain

E. Penatalaksanaan
Penanganan yang dilakukan tergantung dari keadaan tumor tsb, apakah masih bisa
dioperasi (operable) ataupun in operable. Sebelum dilakukan pembedahan, persiapan pre
operasi harus dilakukan seperti pemeriksaan laboratorium lengkap , tes fungsi hati ,
ginjal, EKG, dan lain-lain.
1. Tindakan operatif dilakukan pada keadaan berikut, antara lain:
a. Emergensi, misalnya pasien dengan penurunan kesadaran
b. Elektif (direncanakan), misalnya pada penderita tumor otak stadium dini,
2. Tindakan opeatif dengan radioterapi dan kemoterapi Temozolomide dilakukan pada
kasus Anaplastic Oligodendroglioma (grade III). Untuk kasus Malignant glioma
dilanjutkan dengan interstitial radioterapi/brachytherapy dengan radioaktif
Irridium192 atau Iodine-125 langsung ke tumor. Stereotactic radiotherapy dan
radiosurgery (Linac dan Gamma knife) dilakukan hanya terbatas pada lesi-lesi dengan
diameter tidak lebih dari 3-4 cm dan sangat potensial untuk malignant glioma yang
berada jauh di dalam otak. Pada tumor dengan metastase tunggal diotak, dilakukan
tindakan operatif terhadap tumornya tetapi disertai dengan Whole Brain
Radiotherapy (WBRT) ataupun dengan Stereotactic Radio Surgery (SRS). Selain itu,
dilanjutkan lagi dengan kemoterapi, seperti pada tumor small cell lung carcinoma,
germ cell tumor ataupun pada breast cancer.
3. Paliatif : dilakukan pada kasus-kasus yang tidak mungkin lagi operasi.

7
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
CA.INTRAKRANIAL (TUMOR OTAK)

A. Pengkajian
1. Data Demografi

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.

2. Riwayat Sakit dan Kesehatan


Keluhan utama
-Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
Riwayat penyakit saat ini
-Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
Riwayat penyakit dahulu
-Klien pernah mengalami pembedahan kepala
Riwayat penyakit keluarga
-Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan tumor kepala.
Pengkajian psiko-sosio-spiritual
-Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic
test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.

8
3. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan
fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), dan B6 (Bone).

B. Diagnosa
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intracranial
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah,
penurunan intake makanan
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
4. Hambatan komunikasi verbal b.d kesulitan bicara
5. Ketidakefektifan pola napas b.d suplai O2 ke otot pernapasan
6. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme pengaturan di otak
7. Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan (kompresi saraf optikus)
8. Ketidakefektifan termoregulasi b.d peningkatan suhu tubuh
Sumber: Aplikasi Nanda NicNoc 2015

C. Intervensi Keperawatan
Diagnose 1: Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang 1 atau dapat diadaptasi oleh klien
Kriteria hasil :
1. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2
2. Klien tidak merasa kesakitan.
3. Klien tidak gelisah

Intervensi Rasional
- Kaji keluhan nyeri: - Pengenalan segera
intensitas, karakteristik, meningkatkan intervensi dini

9
lokasi, lamanya, faktor dan dapat mengurangi
yang memperburuk dan beratnya serangan.
meredakan.

- Instruksikan - Meningkatkan rasa nyaman


pasien/keluarga untuk dengan menurunkan
melaporkan nyeri dengan vasodilatasi.
segera jika nyeri timbul.

- Berikan kompres dingin - Akan melancarkan peredaran


pada kepala. darah, dan dapat
mengalihkan perhatian
nyerinya ke hal-hal yang
menyenangkan

- Kolaborasi pemberian - Analgesik memblok lintasan


analgesic nyeri, sehingga nyeri
berkurang

Diagnose 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan

Hasil yang diharapkan:

- Nutrisi klien terpenuhi


- Mual berkurang sampai dengan hilang.

10
Intervensi Rasional
- Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi - Makanan yang hangat menambah nafsu
sering dan hangat makan.
- Kaji kebiasaan makan klien - Jenis makanan yang disukai akan membantu
meningkatkan nafsu makan klien.
- Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas - Tarik nafas dalam membantu untuk
dalam. merelaksasikan dan mengurangi mual
- Timbang berat badan bila memungkinkan - Untuk mengetahui kehilangan berat badan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian - Mencegah kekurangan karena penurunan
vitamin absorsi vitamin larut dalam lemak

Diagnose 3: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.

Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil.


Kriteria hasil :
1. Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg, tekanan
arteri rata-rata 80-100mmHg
2. Menunjukkan tingkat kesadaran normal
3. Orientasi pasien baik
4. RR 16-20x/menit
5. Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi

Intervensi Rasional
- Monitor secara berkala tanda dan - Mengetahui fungsi retikuler
gejala peningkatan TIK aktivasi sistem dalam batang
1. Kaji perubahan tingkat kesadaran, otak, tingkat kesadaran
orientasi, memori, periksa nilai GCS memberikan gambaran adanya
- Kaji tanda vital dan bandingkan perubahan TIK
dengan keadaan sebelumnya - Mengetahui keadaan umum

11
- Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola pasien, karena pada stadium
pernapasan, ukuran dan reaksi pupil, awal tanda vital tidak
pergerakan otot berkolerasi langsung dengan
- Kaji adanya nyeri kepala, mual, kemunduran status neurologi
muntah, papila edema, diplopia, - Respon pupil dapat melihat
kejang keutuhan fungsi batang otak
- Ukur, cegah, dan turunkan TIK dan pons
- Kolaborasi dalam pemberian oksigen - Merupakan tanda peningkatan
TIK, memenuhi kebutuhan
oksigen
- Keadaan istirahat mengurangi
kebutuhan oksigen
- Mengurangi peningkatan TIK

Diagnose 4: Hambatan komunikasi verbal b.d efek afasia pada ekspresi atau intepretasi.

Tujuan: Tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan menunjukkan kemampuan


komunikasi verbal dengan orang lain dengan cara yang dapat di terima.

Kriteria Hasil :

a. Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi


b. Pasien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
c. Pasien dapat menggunakan sumber-sumber dengan tepat

Intervensi Rasional
- Perhatikan kesalahan dalam - Pasien mungkin kehilangan
komunikasi dan berikan kemampuan untuk
umpan balik. memantau ucapan yang
- Minta pasien untuk menulis keluar dan tidak menyadari

12
nama atau kalimat yang bahwa komunikasi yang
pendek. Jika tidak dapat diucapkannya tidak nyata.
menulis, mintalah pasien - Menilai kemampuan
untuk membaca kalimat menulis dan kekurangan
yang pendek. dalam membaca yang benar
- Berika metode komunikasi yang juga merupakan bagian
alternative, seperti menulis dari afasia sensorik dan
di papan tulis, gambar. afasia motorik.
Berikan petunjuk visual - Memberikan komunikasi
(gerakan tangan, gambar- tentang kebutuhan
gambar, daftar kebutuhan, berdasarkan keadaan/ deficit
demonstrasi). yang mendasarinya.
- Katakan secara langsung - Menurunkan
dengan pasien, bicara kebingungan/ansietas
perlahan, dan dengan selama proses komunikasi
tenang. Gunakan pertanyaan dan berespons pada
terbuka dengan jawaban informasi yang lebih banyak
ya/tidak selanjutnya pada satu waktu tertentu.
kembangkan pada
pertanyaan yang lebih
komplek sesuai dengan
respon pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto

14

Vous aimerez peut-être aussi