Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Asam karboksilat adalah asam yang mempunyai peranan sangat penting.

Gugus fungsi karboksilat, -COOH, menjadi cirinya dan banyak terdapat senyawa

asam di alam ini. Bila suatu gugus hidroksil terikat langsung pada suatu atom karbon

dari gugus karbonil maka akan terbentuk suatu gugus fungsi baru yaitu gugus

karboksil. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus karbosil merupakan asam,

karena dalam air senyawa-senyawa tersebut sedikit mengalami ionisasi dengan

pelepasan proton dan dapat dinetralisasikan dengan basa. Asam-asam organik pada

ummnya lemah dibandingkan dengan asam-asam mineral dan hanya sedikit

berdisosiasi dalam air, tetapi kesanggupannya membentuk garam-garam yang stabil,

bahkan dengan basa lemah natrium bikarbonat, memberikan sifat-sifat fisika dan

kimia yang khas pada senyawa-senyawa itu.

Asam organik biasa juga kita kenal dengan asam karboksilat, contohnya

asam formiat (HCOOH) dan asam asetat (CH3COOH). Asam-asam karboksilat

bersifat asam lemah karena asam-asam karboksilat sedikit mengurai di dalam larutan

berair. Selain itu, asam-asam karboksilat ini juga memiliki nilai tetapan disosiasi

(Ka) yang kecil, seperti asam formiat yang nilai Ka-nya hanya 1,28 x 10-4 atau asam

asetat dengan nilai Ka yang hanya berkisar sekitar 1,8 x10-5.

Asam karboksilat bersifat asam lemah, namun masih banyak lagi sifat

fisika dan sifat kimia dari asam karboksilat. Untuk itu dilakukan percobaan asam

karboksilat dan turunannya agar sifat fisika dan sifat kimia dari asam karboksilat dan

turunannya dapat diketahui secara spesifik.

1
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud percobaan ialah mengetahui beberapa sifat asam karboksilat

dan turunannya serta mengetahui reaksi esterifikasi asam karboksilat dengan alkohol.

1.2.2 Tujuan percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan sifat asam karboksilat dan turunannya.

2. Menentukan reaksi garam dari asam karboksilat.

3. Menentukan reaksi esterifikasi asam karboksilat dengan alkohol.

1.3 Prinsip Percobaan

Sifat garam dari asam karboksilat (natrium format dan natrium asetat) dapat

diketahui dengan mereaksikannya terlebih dahulu dengan CaCl2. Dengan cara

dipanaskan supaya terionisasi menjadi karboksilat dan natrium kemudian dideteksi

oleh CaCl2 hingga terbentuk endapan Ca(OH)2.Turunan dari asam karboksilat yaitu,

ester dapat dibuat melalui reaksi esterifikasi dengan mereaksikannya dengan alkohol

dan dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) sebagai katalis. Sehingga terdapat H+

sebagai pengadisi dalam pembentukan ester.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keasaman

Menurut Arrhenius asam adalah suatu senyawa yang apabila dilarutkan ke

dalam air akan menghasilkan ion H+, Sedangkan, jika dilarutkan ke dalam air akan

menghasilkan ion OH-maka disebut senyawa basa. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa jumlah ion H+ yang ada dalam larutan dapat digunakan untuk menyatakan

derajat keasaman dan larutan tersebut.Berdasarkan kenyataan itu, seorang kimiawan

Denmark yang bernama Sorensen (1888-1939) mengusulkan konsep pH yang

menyatakan konsentrasi H+. Indikator asam basa adalah zat yang warnanya dapat

menunjukkan suatu larutan. Contoh indikator lakmus merah, pada pH yang kurang

dari 5,5 tidak mengalami perubahan warna dan pada pH yang lebih besar dari 8,0

mengalami perubahan warna menjadi biru. Sedangkan, di dalam larutan yang terletak

pada pH antara 5,5 dan 8,0 warnanya merupakan kombinasi antara biru dan merah

(Sumardjo, 2006).

Titrasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk mengetahui

konzentrasi suatu zat dalam suatu larutan. Suatu larutan yang akan dianalisa

kandungan zatnya, dititrasi oleh suatu larutan lain. Ketika terjadi perubahan warna

pada zat yang dianalisa maka bisa mengetahui kandungan atau besarnya konsentrai

suatu zat dalam larutan tersebut. Titrasi yang mengacu pada jumlah larutan zat

penitrasi dapat disebut titrasi volumteri. Sedangkan, titrasi yang melibatkan titrasi

larutan asam dan basa disebut titrasi alkametri, secara teknik titrasi dilakukan sedikit

demi sedikit, hingga larutan di dalam labu erlemeyer bereaksi. Terjadinya

perubahan warna menunjukkan bahwa asam dan basa bereaksi (Sumardjo, 2006).

3
2.2 Asam Karboksilat

Menurut IUPAC, asam karboksilat asiklik memiliki rantai karbon

terpanjang yang mengandung gugus karboksil. Dropakhir dari nama alkana induknya

dan menggantinya dengan asam -oic.Nama umum untuk asam karboksilat alifatik,

banyak yang dikenal jauh sebelum pengembangan IUPAC nomenklatur, yang berasal

dari nama bahan alami asam yang dapat diisolasi (Bettelheim, dkk., 2007).

Asam sitrat merupakan asam organik yang polifungsional, dimana dalam

satu molekulnya terdapat satu gugus hidroksil dan tiga fugus karboksil sehingga

digolongkan sebagai asam hidroksi yang berbasa tinggi.Sifat fisis asam karboksilat

mencerminkan ikatan hidrogen yang kuat antara molekul-molekul asam karboksilat.

Titik leleh dan titik didih relativ lebih tinggi. Spektra inframerah asam-asam

karboksilat juga menunjukkan efek pengikatan-hidrogen. Asam sitrat dapat

membentuk berbagai senyawa lainnya seperti amida dan asil klorida (Gunawan, dkk,

2005). Asam karboksilat bertindak dispersan berat molekul rendah untuk suspensi

berair dari aluminatersebut, yang memberikan muatan permukaan negatif pada

partikel dalam suspensi melalui adsorpsi permukaan anion karboksilat (RCOO-).

asam karboksilat telah digunakan untuk memfasilitasi anodik EPD dengan penurunan

tingkat elektrolisis air di suspensi berair asam TiO2 (Hanaour, dkk., 2012).

Turunan asam karboksilat ialah senyawa yang bagian hidroksil dari gugus

karboksilnya digantikan oleh berbagai gugus lain. Semua turunan asam dapat

dihidrolisis menjadi asamnya. Ester dan amida banyak terdapat di alam. Akan tetapi,

aninhidrida tidak lazim di alam, dan hasil halida merupakan senyawa yang dibuat di

laboratorium saja (Hart, dkk., 2003).

2.3 Reaksi Esterifikasi

Bila asam karboksilat dan alkohol dipanaskan dengan kehadiran katalis

4
asam (biasanya HCl atau H2SO4), kesetimbangan tercapai dengan ester dan air.

Proses ini disebut esterifikasi Fischer. Meskipun reaksi ini berkesetimbangan, reaksi

dapat digeser ke kanan dengan beberapa cara. Jika alkohol atau asamnya murah,

gunakanlah secara berlebih. Cara lain, ester atau air dapat dipindahkan segera setelah

terbentuk (lewat penyulingan, misalnya), sehingga reaksi berjalan ke kanan. Dari

penjelasan dapat diketahui bahwa ester berasal dari alkohol (R-OH) dan reaksinya

adalah jenis reaksi substitusi nukleofilik. Reaksi esterifikasi dengan asam karboksilat

kurang reaktif sehingga dapat digunakan pengasilasi yang lain yaitu derivatnya

dengan urutan reaktivitas (Hart, dkk., 2003).

Reaksi esterifikasi antara asam oleat dan gliserol menggunakan katalis

asamdilakukan untuk mempelajari kemungkinan terjadinya reaksi polimerisasi antara

keduanya. Reaksi berlangsung pada rentang suhu 220 C hingga 250 C, dengan

harapan setelah reaksi esterifikasi selesai akan berlanjut dengan reaksi

polimerisasi.Reaksi esterifikasi ini adalah reaksi pembuatan ester dengan reaksi

paling khlasik dikemukakan oleh fisher yaitu reaksi antara alkohol dengan asam

karboksilat yang dikatalis oleh asam. Dengan mempelajari perubahan suhu, dan

waktu reaksi pada beberapa parameter seperti bilangan asam, bilangan iod, densitas

produk, viskositas dan berat molekul diharapkan akan diperoleh produk dengan berat

molekul yang akan lebih besar dari reaktan pembentuknya atau akan terjadi suatu

reaksi polimerisasi (Handayani, 2006).

Poliester dibuat dari reaksi antara asam rantaipanjang dengan diol atau poliol

melalui tahapan reaksikondensasi atau esterifikasi dan adisi. Reaksi esterifikasi

antara asam oleat dengan alkohol (diol atau Poliol) akan menghasilkan poliester yang

memiliki viskositas dan berat molekul lebih besar dari reaktan pembentuknya. Polio

ladalah polimer yang mempunyai berat molekul bervariasi antara 250 8000

5
dengan gugus fungsi hidroksil antara 1-8 (Handayani, 2006).

Esterifikasi dan transesterifikasi merupakan salah satu cara yang ditempuh

untuk membuat alkil ester asam lemak dari minyak sawit. Esterifikasi dan

transterifikasi dapat dilakukan secara bersamaan ataupun secara terpisah-pisah.

Proses pembuatan alkil (ester metil) untuk biodesel pada umumnya menggunakan

reaksi esterifikasi atau transterifikasi. Masing-masing reaksi pembuatan alkil ester

tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Alkil ester adalah senyawa yang

merupakan hasil dari reaksi esterifikasi dan transterifikas (Prakoso, dkk., 2007).

Alkil ester juga didefinisikan sebagai bentukan yang terjadi akibat adanya

pergantian gugus hidroksil suatu karboksil dengan gugus alkoksi dari alkohol. Jenis

alkil ester yang dihasilkan dipengaruhi dari sumber senyawa asam dan jenis alkohol

yang dapat digunakan, misalnya pada sumber senyawa asam lemak bebas yang

terkandung didalam minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) (Prakoso, dkk., 2007).

Penambahan jumlah katalis asam akan memperbesar peluang reaktan untuk

saling bertumbukan menghasilkan produk, begitu pula dengan reaksi esterifikasi.

Jumlah reaktan atau metanol yang digunakan dalam reaksi esterifikasi sangat

mempengaruhi konversi. Hal ini disebabkan reaksi esterifikasi yang terjadi

merupakan reaksi kesetimbangan. Sesuai dengan asas Le Chatelier, penambahan

reaktan akan menyebabkan kesetimbangan bergerak ke arah produk. Penambahan

jumlah metanol akan menggeser reaksi ke arah produk. Semakin banyak metanol

yang ditambahkan, semakin besar pula ester metil yang dihasilkan. Akibatnya,

produk atau konversi ester metil akan meningkat (Prakoso, dkk, 2007).

6
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam Formiat

(HCOOH), Natrium Formiat (HCOONa), Natrium Hidroksida (NaOH) 1 M, Kalsium

Klorida (CaCl2) 5 M, Amil Alkohol (C5H11OH), Natrium Asetat(CH3COONa),

Etanol (C2H5OH), Asam Asetat (CH3COOH) (1 M danglacial), Asam Sulfat

(H2SO4), Akuades (H2O), tissue roll, dan sabun.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung, pipet tetes, kaki tiga, kasa, penjepit tabung, gelas piala dan lampu spiritus.

3.1 Prosedur Percobaan

3.1.1 Reaksi dengan air dan CaCl2

Disiapkan dua buah tabun greaksi. Di tabung pertama diisi dengan natrium

format dan di tabung kedua dengan natrium asetat masing-masing 1 gram.

Dipanaskan 10-15 menit (hingga keluar gelembung gas yang hebat). Didinginkan

kemudian ditambahkan 5 mL air ke dalam masing-masing tabung. Dipanaskan

kembali kemudian diamkan. Diambil supernatannya dan dideteksi CaCl2 5 M, catat

perubahan yang terjadi.

3.1.2 Reaksi dengan NaOH

Disiapkan dua buah gelas piala 50 mL. Ditabung pertama diisi dengan

HCOOH 1 M dan pada tabung kedua diisi dengan CH3COOH1 M, masing-masing 3

mL. Ditambahkan NaOH 1 M dalam jumlah yang sama. Di kedua tabung tersebut

dipanaskan hingga semua airnya menguap. Didinginkan dan kemudian di kerjakan

sama dengan reaksi dengan menambahkan air dan CaCl2.

7
3.1.3 Reaksi Esterifikasi

Di masukkan 1 mL etanol ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 mL asam

asetat glacial dan 1 mL H2SO4 pekat. Dipanaskan diatas penangas air kurang lebih 5

menit. Di dinginkan, kemudian dituang ke dalam gelas piala berisi air dingin kurang

lebih 50 mL. Diaduk dan di hirup baunya. Di ulangi langkah-langkah sebelumnya

dengan mengganti etanol dengan amil alkohol.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Reaksi Garam Karboksilat dengan Air dan CaCl2

Tabel 1. Pengamatan garam karboksilat

Perubahan yang terjadi


Zat Keterangan
Pemanasan + air + CaCl2

Bening, gas Terbentuk


HCOONa Bening Bereaksi
meletuh endapan putih

Bening, gas Tidak


CH3COONa Bening Bening
meletuh bereaksi

Pada prosedur pertama digunakan natrium formiat (HCOONa) 1 M dan

natrium asetat (CH3COONa) yang kemudian dipanaskan, tujuan dari pemanasan ini

adalah agar garam formiat ini terurai menjadi HCOO- + Na+ dan jika HCOO- +

H2O HCOOH + OH-, artinya tujuan pemanasan ini adalah untuk memperoleh

asam yang membentuk garam formiat (HCOONa), setelah dipanaskan ditambahkan

air 5 mL, penambahan yang dimaksudkan diatas yaitu untuk membentuk asam

pembentuk garam formiat (HCOONa). Setelah ditambahkan air, panaskan kembali

yang bertujuan agar terbentuk filtrat, kemudian filtratnya diambil dan ditambahkan

dengan CaCl2. Tujuan penambahan CaCl2 ini adalah untuk mengetahui dalam filtrat

terdapat garam. Jika dalam filtrat tersebut benar terdapat garam, maka jika

direaksikan dengan CaCl2 akan terbentun NaCl atau garam. Dari percobaan yang

dilakukan hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori. Pada saat dipanaskan dan

ditambahkan air tidak terjadi perubahan, begitupun saat ditambahkan dengan CaCl2.

9
Hal tersebut terjadi karena pemanasan larutan yang tidak sempurna. Oleh karena itu

kami mencoba memanaskan kembali sisa dari larutan yang belum ditambahkan

CaCl2 sampai larutannya benar-benar sempurnah, pada HCOONa setelah

ditambahkan CaCl2 larutannya berubah menjadi keruh dan terdapat endapan putih,

sedangkan pada CH3COONa tetap tidak bereaksi karena garam yang dihasilkan

terkontamidasi dari awal percobaan.

(a) (b)

Gambar 1. Pembentukan endapan Ca(OH)2 dan larutan asam formiat

4.2 Reaksi Asam Karboksilat setelah Ditambah NaOH

Tabel 2. Pengamatan asam karboksilat

Perubahan yang terjadi


Zat Keterangan
Pemanasan + air + CaCl2

HCOOH Bening agak


Endapan putih Putih Bereaksi
keruh

CH3COOH Endapan putih Bening Endapan putih Bereaksi

10
Pada prosedur kedua yang digunakan adalah asam karboksilat yaitu HCOOH

1 M dan CH3COOH 1 M, kedua asam ini masing-masing ditambahkan NaOH 1 M,

tujuan dari penambahan ini adalah untuk menetralisasi asam karboksilat seperti kita

ketahui bahwa asam karboksilat dapat dinetralisasi oleh basa yang menghasilkan

garam dan air. Setelah itu asam karboksilat (HCOOH dan CH3COOH) ini

dipanaskan, tujuannya yaitu sama dengan percobaan pertama, karena setelah

ditambahkan NaOH 1 M ternyata terbentuk garam maka dipanaskan agar garam

tersebut terurai kembali menjadi HCOO- dan H+. Makanya pada tabung kita

dapat melihat dua fase. Setelah itu ditambahkan lagi dengan air yang bertujuan agar

air membentuk kembali asam karboksilat yang membentuk garam. Selanjutnya

dipanaskan kembali yang bertujuan agar terbentuk supernatan, kemudian

supernatannya ditambah CaCl2 5 M dengan tujuan mengetahui dalam filtrat

tersebut terdapat garam, sehingga jika direaksikan dengan CaCl2 akan terbentuk

Ca(OH)2. Pada prosedur kedua ini hasil yang diperoleh dilaboratorium sesuai

dengan teori karena keduanya tidak terbentuk endapan putih.

(a) (b)

Gambar 2. Pengamatan pembentukan garam natrium pada asam asetat (a)


dan asam formiat (b).

11
4.3 Reaksi Esterifikasi

Tabel 3. Pengamatan reaksi esterifikasi asam karboksilat

Zat Hasil esterifikasi Keterangan

Etanol Aroma balon Bereaksi

Amyl Alkohol Aroma permen karet rasa Bereaksi


pisang

Pada prosedur ketiga yang digunakan adalah etanol dan amyl alkohol untuk

reaksi esterifikasi. Etanol atau amyl alkohol ditambahkan dengan asam yaitu

CH3COOH dan H2SO4 pekat, tujuan penambahan ini yaitu untuk memperoleh ester

sebagaimana kita ketahui bahwa ester dapat diperoleh dilaboratorium dengan cara

mereaksikan asam karboksilat dan alkohol, kemudian dipanaskan dengan tujuan agar

etanol dengan asam karboksilat bercampur dengan sempurna. Karena aroma pada

ester sudah tercium maka, tidak dicampurkan dengan aquadest berisi 50 mL. Jika

etanol direaksikan dengan asam karboksilat akan menghasilkan ester yang wangi

(bau ballon), sedangkan jika amyl alkohol direaksikan dengan asam karboksilat juga

menghasilkan ester yang wangi bau permen karet rasa pisang

(a) (b)

Gambar 3. Proses pemanasan pada reaksi esterifikasi

12
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Natrium Formiat berhasil dideteksi menggunakan CaCl2 yang ditandai dengan

adanya endapan.

2. Senyawa selain Natrium Formiat tidak sesuai dengan yang diharapkan.

3. Senyawa ester turunan amilalkohol berbau wangi sedangkan ester turunan etanol

berbau cuka.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laboratorium

Saran untuk laboratorium yaitu alat dan bahan yang akan digunakan pada saat

praktikum dilengkapi yang masih kurang.

5.2.2 Saran untuk percobaan

Saran untuk percobaan yaitu kebersihan tetap dijaga pada saat melakukan

percobaan

13
DAFTAR PUSTAKA

Bettelheim, Brown, Campbell, dan Farrell, 2007, General, Organic, and


Biochemistry, Jakarta, Erlangga.

Gunawan, Mimpin, G., Darwis, S., 2005, Sintesis Stearoil Trimetil Sitrat yang
Diturunkan dari Asam Sitrat dan Asam Stearat, Jurnal Komunikasi
Penelitian,17(2), 108-115.

Hanaour, D., Marco, Cristina, and Charles, 2012, The Effects of Carboxylic Acids on
the Aqueous Dispersion and Electrophroetic Deposition of ZRO2, Journal of the
European Ceramic Society, 32(1), 235-244.

Handayani, A., Sidik, M., Nasikin, Sudibandriyo, 2006, Reaksi Esterifikasi Asam
Oleat dan Gliserol menggunakan Katalis Asam, Jurnal Sains Materi Indonesia,
3(2), 102-105.

Hart, Craine, dan Hart, D., 2003, Kimia Organik, Jakarta, Erlangga.

Prakoso, T., Indra, B., Kurniawan, Heru, N., 2007, Esterifikasi Asam Lemak Bebas
dalam Minyak Sawit Mentah untuk Produksi Metil Ester, Jurnal Teknik Kimia
Indonesia, 6(3), 705-709.

Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia, Jakarta, EGC.

14

Vous aimerez peut-être aussi