Vous êtes sur la page 1sur 5

A.

Persiapan
1. Pembentukan tim AMP
Susunan disesuaikan dengan situasi & kondisi setempat. Secara umum susunan tim disarankan:
Pelindung : Bupati/Walikota
Ketua : kepala dinas kesehatan
Wakil ketua : Direktur RS Dati II
Sekretaris : Dokter spesialis kebidanan & Penyakit Kandungan Rumah Sakit, dokter spesialis

anak Rumah Sakit


2. Penyebarluasan informasi dan petunjuk pelaksanaan AMP
Menyampaikan informasi dan menyamakan persepsi dengan pihak terkait mengenai pengertian

dan pelaksanaan AMP


3. Menyusun rencana kegiatan AMP
4. Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP

B. Pelaksanaan AMP
1. Persiapan pelaksanaan
Menetukan:
a. Kasus yang menarik
b. Lokasi dilakukan AMP
c. Format pencatatan dan pelaporan

2. Pelakasanaan kegiatan AMP


Secara berkala dilakukan pelaksanaan AMP dengan melibatkan:
a. Kelapa puskesmas dan pelaksana pelayanan KIA di puskesmas
b. Dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis anak RS Kab/kota dan staf pengelola yang

terkait
c. Kepala dinas kesehatan dan stafpengelola program terkait
d. Pihak lain yang terkait misalnya BPM, petugas rekam medis, RS Kabupaten
3. Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temua dari kegiatan AMP. Melaksanakan kegiatan

tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan AMP.


C. Pencatatan & Pelaporan
1. Pencatatan
a. Puskesmas
- Rekam medis yang ada
- Formulir R (rujukan maternal dan perinatal)
- Formulir OM dan OP (otopsi maternal dan perinatal)
b. RSUD Kabupaten
- Formulir MP: semua ibu bersalin dan BBL masuk rumah sakit, pengisian dilakukan bidan

atau perawat
- Formulir MA: hasil kesimpulan dari AM/AP. Yang mengisi adalah dokter yang bertugas di

bagian kebidanan dan penyakit kandungan (untuk kasus ibu) dan bagian anak (untuk kasus

perinatal).

2. Pelaporan
a. RSUD Kabupaten
- Laporan jumlah persalinan normal dan patologis, rujukan dan kematian. laporan triwulan

berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal yang ditangani RSUD Kabupaten.
- Pada tahap awal dilakukan laporan komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu dan bayi

yang baru lahir


b. Dinas kesehatan kabupaten
Pelaporan pelayanan kesehatan maternal dan perinatal

Rumah Sakit Kabupaten/Kota

Pelaporan Otopsi Dinkes AMP Kesimpulan


kematian ibu verbal rekomendasi

Bidan
Desa
D. Pemantauan & Evaluasi
Gambar: Sistem pelaporan pada AMP di Indonesia
1. Pemantauan
Puskesmas
a. Pemantauan AMP melalui laporan masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan AMP
b. Pemantauan kegiatan tindak lanjut kegiatan AMP

2. Supervisi
Bila terdapat keterbatasan tenaga, dana, sarana, supervise dilakukan secara acak, disesuaikan

dengan masalah.
3. Evaluasi
Dilakukan dengan memakai indikator:
a. Kecenderungan case fatality care (CFR) dari tiap jenis komplikasi/gangguan ibu dan perinatal

yang diperlukan
b. Proporsi tiap jenis kesakitan ibu/perinatal yang dipantau
c. Cakupan pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
d. Frekuensi pertemuan audit di kabupaten dalam 1 tahun
e. Frekuensi pertemuan tim AMP di kabupaten dalam 1 tahun

Pelajaran yang dapat dipetik dari pelaksanaan AMP di beberapa daerah di Indonesia:

1. Dapat diketahui penyebab medis dan non medis satu kematian maternal
2. Tidak semua memanfaatkan hasil temuan satu AMP untuk kegunaan perbaikan pelayanan
3. Adanya AMP mendekatkan para pelaku kesehatan maternal di beberapa tingkat pelyanan: dengan

menyatukan para pelaku kesehatan maternal perinatal di tingkat rumah sakit yang fasilitasnya lebih baik

dengan para pelaku kesehatan maternal perinatal di tingkat komunitas dalam mengatasi kasus

mortalitas morbiditas di masing-masing wilayahnya.


4. Hubungan antara Dinkes dan RS serta Puskesmas dan bidan di desa dapat maikn serasi dan rujukan

dapat lebih lancer tanpa ada rasa khawatir salah dari para pelaku kesehatan
5. Sebaliknya, dengan diketahuinya masalah yang timbul di masyarakat, Dinkes Kab/Kota dapat

memberikan rekomendasi yang tepat kepada petugas kesehatan yang berada di wilayah supervisinya

untuk perbaikan pengelolaan kasus maternal perinatal.


6. Di tingkat propoinsi AMP berguna karena mengikutsertakan para pakar obstetri dan pediatric/perinatal

yang mungkin tidak dipunyai oleh daerah tertentu, sehingga dapat diciptakan pedoman pelaksanaan

yang jelas dan tepat bagi daerah tertentu tersebut, termasuk di sini adalah saran tentang siapa yang

perlu diikutsertakan dalam tim dan siapa yang bertanggungjawab.


7. Pengikutsertaan pemuka desa, para ulama, dan orang lain yang dituakan di dalam AMP, meningkatkan

upaya inter sektoral dalam rangka safe motherhood. Pendekatan ini meskipun lebih baik, tetapi harus

dilakukan secara hati-hati, apalagi bila menyangkut kerahasiaan profesi.


8. Meskipun AMP tidak mencari kesalahan, tetapi terkesan bahwa dalam sistem sekarang ini, bidan di

desa banyak dipojokkan. Apapun yang terjadi, bidan di desa sebetulnya merupakan kunci pelayanan

maternal perinatal di desanya. Kenyataannya bahwa banyak sangsi dilimpahkan ke para bidan

menunjukkan besarnya tanggungjawab yang dipikulnya. Sebaliknya, dokter ahli kebidanan, yang

biasanya hanya ada di satu daerah, pendapatnya tidak ada yang menentang. Umumnya kesimpulan

akhir dari satu AMP merupakan opini dokter kebidanan, dan bukan kesepakatan dari tim. Tidak boleh

ada pihak yang dapat disalahkan, upaya safe motherhood adalah kegiatan bersama dalam

meningkatkan kesehatan maternal perinatal.


9. Kerahasiaan adalah inti dari satu audit meskipun diperlukan satu keterbukaan demi perbaikan

pelayanan. Audit menjadi berharga bila para profesi pelaku kesehatan yang terkait yakin bahwa hasil

audit tidak disalahgunakan untuk masalah legal atau tuntutan yang lain. Yang jelas pengembangan

proses AMP tidak mudah dan cara pelaksanaan dari sistem pelaporan perlu segera disempurnakan.
10.Bila mungkin dapat pula ditanyakan kepada keluarga/pasien tentang apakah pelayanan yang telah

diberikan sesuai dengan keinginan.


11. Selama ini AMP lebih memusatkan pada kejadian-kejadian yang ada di komunitas dengan bidan desa

sebagai pusat perhatian. Kurangnya otoritas dan kurangnya pengetahuan seorang bidan di

desa tentang prosedur pelayanan medik di fasilitas yang lebih tinggi, membuatnya merasa

serba salah. Rekam medic dan pelaporan hasilpun berbeda. Pelayanan di tingkat fasilitas yang lebih

baik sangat mempengaruhi upaya untuk mencegah kematian maternal-perinatal. Seyogyanya upaya

pencegahan upaya untuk pencegahan di tingkat komunitas patut juga dihargai.


12.Selama ini audit mempunyai tujuan untuk mencari penyebab kematian ibu-bayi. Dari pengamatan AMP

di daerah di Indonesia, perdarahan dan penyakit hipertensii adalah penyakit yang paling sering

dilaporkan sebagai penyebab utama kematian maternal.

Vous aimerez peut-être aussi