Vous êtes sur la page 1sur 5

ASKEP MORBILI/CAMPAK PADA ANAK

Posted by Sarapan Sehat on 25 Oktober 2011


Posted in: Uncategorized. Tagged: Keperawatan Anak. 6 Komentar

1. 1. PENGERTIAN
v Disebut juga Morbili. Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama menyerang
anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Pada anak-anak
dengan keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan komplikasi yang fatal atau
berpotensi menyebabkan kematian.
v Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
dengan pasien.
v Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat
campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah
1. 2. PENYEBAB
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh karena itu campak
juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab campak ini biasanya hidup pada daerah
tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada
selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus
campak dapat menularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal
serumah dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga
dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum mendapatkan imunisasi
campak, akan mudah sekali terinfeksi jika menghirup udara pernapasan yang mengandung virus.
Penularan virus juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang
terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus dapat ditularkan 4 hari
sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam pertama kali timbul.
1. 3. DIAGNOSA
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :
% Anamnesis
1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau di
diagnosis banding morbili.
2. Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan.
3. Dapat disertai diare dan muntah.
4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie,
ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya)
dan belum pernah vaksinasi campak.
% Pemeriksaan fisik
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan
tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. Pada umumnya anak tampak lemah.
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
4. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya
mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian
seluruh tubuh.
4. PATOFISIOLOGI

5. DIAGNOSA BANDING
1. German measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di
daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.
2. Eksantema subitum. Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. (Hassan.R. et al,
1985) Rubeola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola
infantum tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus cenderung
untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat demam dan keparahan
penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan
muka, yang pada campak khas terlibat. Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau
pemberian obat biasanya membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena obat.
Meningokoksemia dapat disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi
batuk dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas purpura
petekie. Ruam papuler halus difus pada demam skarlet dengan susunan daging angsa di atas
dasar eritematosa relatif mudah dibedakan.
6. KOMPLIKASI
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun komplikasi
dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa
komplikasi yang bisa menyertai campak :
1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderta
mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas) 7. Kejang demam (step)
5. Otitis Media (infeksi telinga) ` 8. Diare
6. Laringitis (infeksi laring)
7. PENGOBATAN
A. Campak tanpa Penyulit, cukup dengan:
Rawat jalan
Cukup mengkonsumsi cairan dan kalori
Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya hanya bersifat
symtomatik, yaitu : memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5
10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100
mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu diberikan bila batuknya
hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu
Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.
Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan
kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu:
o Hidrokostison 100 200 mg/hari selama 3 4 hari.
o Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.
B. Campak dengan Penyulit :
Menyingkirkan komplikasi
Mengobati komplikasi bila ada
Merujuk ke rumah sakit bila perlu
8. PENCEGAHAN
1) Cara yang paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit campak adalah dengan
memberikan imunisasi campak. Jika setelah mendapat imunisasi, anak terserang campak, maka
perjalanan penyakit akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada umur 9
bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR (measles-mump-rubella), biasanya
diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Disuntikkan pada
otot paha atau lengan atas
2) Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda
pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau
orang lain yang sedang demam.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
o Anak yang sakit.
o Orang tua.
b. Riwayat kesehatan
o Keluhan utama.
o RPS (demam tinggi, anoreksia, malaise, dll).
o Riwayat kesehatan lalu.
o Riwayat kesehatan keluarga.
o Riwayat kehamilan (anak yang sakit).
o Riwayat imunisasi (bayi dan anak).
o Riwayat nutrisi.
o Riwayat tumbuh kembang.
c. Pola aktivitas sehari-hari
o Nutrisi / minum : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit
o Tidur / istirahat : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit
o Kebersihan : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit
o Eliminasi : 1) Dirumah 2) Dirumah sakit
d. Keadaan umum : kesadaran, TTV
e. Pemeriksaan fisik
1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2) Kepala : sakit kepala
3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan
hidung ( pada stad eripsi ).
4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka,
lengan dan kaki ( pada stad. Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).
6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9) Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.
Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel
yang khas.
Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior
test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 3 hari setelah timbulnya ras dan
mencapai puncaknya pada 2 4 minggu kemudian.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi/infeksi virus
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Dx I : Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi/infeksi virus
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 jam diharapkan suhu badan pasien berkurang dengan
Kriteria hasil :
Suhu tubuh 36,6 37,4 0 C
o Bibir lembab
o Nadi normal
o Kulit tidak terasa panas
o Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )
Intervensi :
1. Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu tubuh
Rasional : agar keluarga lebih kooperatif dalam terapi
b. Memberikan kompres dingin / hangat.
Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhsu tubuh pada pasien.
c. Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
d. Monitor perubahan suhu tubuh
Rasional : untuk mengetahui dan merencanakan intervensi selanjutnya
b. Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretik.
Rasional : antipiretik bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.
suhu tubuh agar tetap normal.
2) Dx II : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Tujuan : setelah dilakukan askep 2x 24 jam diharapakan pasien menunjukkan peningkatan nafsu
makan dengan
Kriteria Hasil :
BB meningkat
Mual berkurang / hilang
Tidak ada muntah
Pasien menghabiskan makan 1 porsi
Nafsu makan meningkat
Pasien menyebutkan manfaat nutrisi
Pasien mengungkapkan kesediaan mematuhi diit
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Intervensi :
a. Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).
Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan
b. Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan
susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.
c. Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai
gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
Rasional : untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan asupan makanan.
d. Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai membaik.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.

Vous aimerez peut-être aussi