Vous êtes sur la page 1sur 14

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN REPRODUKSI DISFUNGSI EREKSI

DAN EJAKULASI DINI

Oleh :
KELOMPOK 12

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2017
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN REPRODUKSI DISFUNGSI EREKSI
DAN EJAKULASI DINI

Oleh :
NADIA ULFA TARADISA (16320092P)
M AGUNG LESTARI (16320090P)
MURTIA NINGSIH (16320091P)
M NOVRYAN ZEINI ARDY (16320089P)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
keperawatan Disfungsi ereksi Dan Ejakulasi dini sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan.
Penulisan berharap dengan disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak menambah
pengetahuan para pembaca,terkhusus untuk mahasiswa prodi S1 Keperawatan Konversi
Universitas Malahayati mengenai ejakulasi
tak ada gading yang tak retak,kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu,kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi penyempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ejakulasi dini merupakan disfungsi seksual yang paling sering terjadi pada pria
dengan usia dibawah 40 tahun. Kebanyakan dokter yang menangani ejakulasi dini
mendefinisikan keadaan ini sebagai ejakulasi sebelum tercapainya kepuasan sexual
yang diharapkan dari kedua pasangan. Definisi yang luas ini kemudian tidak dapat
menentukan berapa lama durasi yang tepat untuk mencapai klimax, yang beragam dan
bergantung dengan faktor spesifikterhadap pasangan yang memiliki hubungan yang
intim. Ejakulasi dini sekali-sekali mungkin bukan merupakan suatu permasalahan,
namun jika masalah ini terjadi lebih 50% dari hubungan sex yang dilakukan, suatu
pola disfungsi telah terjadi dimana membutuhkan penanganan yang tepat.
Untuk mengklarifikasi, pria dapat mencapai klimaks setelah 8 menit berhubungan
seks,namun tidak dikatakan sebagai ejakulasi dini jika partner sexnya sering mencapai
klimak dalam 5 menit dan keduanya puas dengan durasi sex. Beberapa pria dapat
menunda ejakulasinya hingga 20 menit, namun ia masih menganggapnya sebagai
ejakulasi dini jika partnernya, bahkan setelah melakukan foreplay, membutuhkan
waktu 35 menit hingga mencapai klimaks. Jika hubungan seks merupakan metode
stimulasi sex untuk contoh yang kedua dan pria mencapai klimax setelah 20 menit,
kemudian kehilangan ereksinya, tidak mungkin pria ini dapat memuaskan
pasangannya (dengan penetrasi), yang membutuhkan waktu 35 menit untuk mencapai
klimaks.
Karena banyak wanita tidak mampu mencapai klimaksnya dengan hubungan sex
(berapa lamapun durasinya), keadaan ini yang disebut sebagai orgasme tertunda pada
pasangan perempuannya bukan ejakulasi dini untuk pria; masalah ini dapat terjadi
salah satunya atau keduanya, tergantung dari sudut pandang masing-masing. Ini
menekankan pentingnya untuk memperoleh riwayat seks yang lengkap dari pasien
(dan lebih baik lagi dari pasangan tersebut)
Respon seksual pada manusia dapat dibagi atas 3 fase : hasrat (libido), terangsang
(arousal), dan orgasme. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fourth Edition (DSM- IV) mengklasifikasi gangguan seks dalam 4 kategori, yaitu :
(1) primer, (2) akibat kondisi medis umum, (3) akibat zat tertentu, (4) yang tidak
tergolongkan. Masing-masing 4 kategori ini memiliki gangguan pada semua 3 fase
seksual tersebut.
Ejakulasi dini dapat berupa gangguan primer atau sekunder. Primer terjadi jika
seseorang mengalami gangguan ini sejak fungsi seksual mereka mulai aktif
(pubertas). ED sekunder mengindikasikan kondisi ini terjadi pada seseorang yang
sebelumnya dapat mengendalikan ejakulasinya dan karena alas an yang tidak
diketahui, ia mengalami ejakulasi dini dimasa depan. Pada ED sekunder, masalahnya
tidak berkaitan dengan gangguan kesehatan secara umum, dan biasanya tidak
berkaitan dengan suatu zat pemicu, walaupun, hyperexcitabilitas mungkin berkaitan
dengan pemakaian obat psikoterapi dan gejala menghilang dengan dihentikannya
obat. Ejakulasi dini cocok dengan kategori yang tidak tergolongkan karena belum ada
seorang pun yang mengetahui dengan pasti penyebabnya, walaupun diduga faktor
psikologis pada kebanyakan kasus.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas pada bab selanjutnya:
a. Bagaimana tinjauan teori dari masalah ejakulasi?
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan masalah ejakulasi?
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan masalah
ejakulasi
b. Tujuan khusus
1) Mengetahui pengertian dari masalah ejakulasi
2) Mengetahui klasifikasi dari masalah ejakulasi
3) Mengetahui etiologi dari masalah ejakulasi
4) Mengetahui patofisiologi dari masalah ejakulasi
5) Mengetahui manifestasi klinis dari masalah ejakulasi
6) Mengetahui syarat-syarat pemeriksaan masalah ejakulas
7) Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari masalah ejakulasi
8) Mengetahui penatalaksanaan dari masalah ejakulasi
9) Mengetahui pengobatan dari masalah ejakulasi
10) Mengetahui konsep asuhan keperawatan klien dengan masalah
ejakulasi
BAB II

KONSEP DASAR

1. Definisi
A. Disfungsi Ereksi
Ereksi merupakan efek pertama perangsangan seksual pria, dan derjat ereksi
sebanding dengan derajat perangsangan, baik oleh psikis atau fisik (Guyton, 1990).
Disfungsi ereksi ialah salah satu jenis gangguan seksual pria, dimana
ketidakmampuan mempertahankan ereksi untuk melakukan aktivitas seksual
dengan baik. Sebagian masyarakat menyebutnya dengan impotensi.
B. Ejakulasi dini
Ejakulasi dini berarti ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sehingga terjadi
dalam waktu singkat, yang tidak sesuai dengan keinginannya, sedangkan ejakulasi
sendiri adalah peristiwa penyemburan air mani ke luar secara mendadak yang
menandai klimaks bagi pria (metroaktual.com).
Ejakulasi dini adalah sebuah fenomena yang dialami oleh kaum adamketika
berhubungan seks dimana sang pejantan terlalu cepat mengalami orgasme atau
orgasme dalam waktu singkat dan tentu saja akan memberikan dampak negatif
terhadap pasangannya (Infokesehatan.com)
Ejakulasi adalah peristiwa keluarnya sperma dari penis dan biasanya di sertai
dengan orgasme. Hal ini biasanya terjadi setelah adanya stimulasi seksual yang
mengakibatkan ereksi penis (Wikipedia.com)

2. Anatomi dan Fisiologi


Organ reproduksi pria dibagi atas dua bagian, yaitu organ reproduksi eksternal dan
internal. Organ reproduksi eksternal terdiri dari penis dan scrotum. Dan organ
reproduksi internal terdiri dari testis, tubulus seminiferus, epididimis, fas deverens,
vesika seminalis, duktus ejakulatorius, duktus prostatikus dan uretra.
Penis terdiri dari tiga bagian : akar, badan, dan glans penis yang membesar dan
banyak mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat
keluar urin dan semen serta sebagai organ kopulasi (Ethel Sloane, 2003)
Testis terdiri dari sejumlah besar tubulus seminiferus yang berkelok-kelok tempat
sperma dibentuk. Sperma kemudian dikosongkan ke dalam epididimis, dan kemudian
menuju ke vas deverens, yang membesar pada ampula vas deverens segera sebelum
vas masuk kebadan kelenjer prostat. Vesika seminalis masing-masing terletak di tiap
sisi prostat, bermuara dalam ujung prostatik ampula, serta isi dari kedua ampula dan
vesika seminalis berjalan msuk duktus ejakulatorius yang masuk kedalam badan
kelenjer prostat untuk bermuara ke dalam uretra interna. Duktus prostatikus
selanjutnya bermuara ke dalam duktus ejakulatorius. Akirnya, uretra merupakan
penghubung terakir keluar (Guyton, 1990)
Jenis-Jenis Ejakulasi :
Ejakulasi dini di bagi menjadi tiga derajat berdasarkan ringan beratnya gangguan
yaitu meliputi:
1. Ejakulasi Dini Ringan terjadi setelah beberapa kali gesekan singkat.
2. Ejakulasi Dini Sedang terjadi setelah penis masuk ke vagina.
3. Ejakulasi Dini Berat terjadi begitu penis menyentuh kelamin wanita bagian
luar atau ejakulasi terjadi sebelum penisnya menyentuh kelamin wanita bagian
luar.
(metroaktual.com)

3. Etiologi
1. Disfungsi Ereksi
a. Penyebab organik (kelainan organ), yakni: Berkurangnya aliran darah ke
penis, misalnya: penyakit vaskuler, gangguan hormonal, pasca operasi prostat,
dan Kerusakan saraf yang disebabkan penyakit lain, misalnya: diabetes.
b. Faktor psikologis, antara lain: stress, kecemasan, depresi, rasa letih,
perselisihan, sakit hati, rasa bersalah, paranoid dan sejenisnya.
2. Ejakulasi Dini
a. Penyebab psikis seperti stress berkepanjangan, kebiasaan ingin cepat selesai
ketika melakukan hubungan seksual.
b. Penyebab fisik terutama kurang berfungsinya serotonin yang berfungsi
menghambat.
c. Gangguan kontrol saraf yang mengatur peristiwa ejakulasi juga diduga
menjadi penyebab terjadinya ejakulasi dini (metroaktual.com).
4. Patofisiologi
1. Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi berhubungan erat dengan faktor: hormonal, sistem saraf, aliran
darah dan psikologis. Gangguan pada salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor
tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi.
2. Ejakulasi Dini
Proses ejakulasi berada di bawah pengaruh saraf otonom. Asetilkolin berperan
sebagai neurotransmitter ketika saraf simapatis mengaktifasi kontraksi dari leher
kandung kemih, vesika seminalis dan vas deferens. Reflex ejakulasi berasal dari
kontraksi otot bulbokavernosus dan ischiokavernosus serta di control oleh saraf
pudendus.
Singkatnya, ejakulasi terjadi karena mekanisme reflex yang di cetuskan oleh
rangsangan pada penis melalui saraf sensorik pudendus yang terhubung dengan
persarafan tulang belakang ( T12-L2 ) dan korteks sensorik ( salah satu bagian
otak).
Mengapa reflex ini dapat terjadi sebelum pria tersebut menginginkannya?
Penelitian terakhir mengemukakan bahwa terdapat gangguan respon penis pria
dengan ejakulasi dini. Penelitian yang dilakukan oleh Xin dan kawan-kawan serta
di muat di dalam J.Urol mengukur kadar sensorik penis menggunakan
biothesiometry pada pria dengan ejakulasi dini dan membandingkannya dengan
kadar yang normal. Pada pria tanpa ejakulasi dini, pengukuran kadar sensitivitas
penis meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Namun pada pria dengan
ejakulasi dini , justru sensitivitas semakin menurun seiring dengan bertambahnya
usia. Penelitian lanjutan mengemukakan bahwa pria dengan ejakulasi dini
memiliki sensitivitas lebih tinggi daripada pria tanpa ejakulasi dini.
(metroaktual.com).
5. Manifestasi Klinis
1. Disfungsi Ereksi
Pada disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:
a. Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan
ereksi secara berulang ( paling tidak selama 3 bulan )
b. Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
c. Ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya ).
2. Ejakulasi Dini
Gejala ejakulasi :
1. Ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi dalam satu menit atau kurang
pada saat melakukan penetrasi vagina.
2. Ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi pada semua atau hampir saat
melakukan penetrasi vagina.
3. Kehidupan pribadi yang negative, seperti stress, frustasi atau menghindari
keintiman seksual.

6. Penatalaksanaan
1. Disfungsi ereksi
Jenis dan cara pengobatan bergantung kepada penyebab primernya. Selain itu
ditujukan pula untuk memperbaiki fungsi ereksi. Tak jarang kasus disfungsi ereksi
tidak memerlukan obat, terutama pada kasus disfungsi ereksi karena faktor
psikologis. Selain itu, peran pasangan sangat penting untuk membantu pemulihan
disfungsi ereksi.
Obat-obat yang sering dipakai, antara lain: Phosphodiesterase inhibitor (PDE),
misalnya: sildenafil. Obat ini tidak boleh digunakan lebih satu kali dalam sehari.
Digunakan sebagai pilihan pertama tanpa memandang penyebabnya, karena
efektif bagi sebagian besar penderita disfungsi ereksi.
Cara lain adalah:
a. Vacuum constriction, Pembedahan, dilakukan untuk memperbaiki
pembuluh darah penis (revaskularisasi).
b. Penis tiruan (protesis penis), merupakan pilihan terakhir jika semua upaya
tidak memberikan hasil yang memadai.
2. Ejakulasi dini
a. Pertama-tama disarankan untuk melakukan sex therapy.
b. Jika sex therapy tidak berhasil, maka lakukan cara yang kedua yaitu
menggunakan obat. Obat untuk mengatasi ejakulasi dini adalah obat yang
berkhasiat mengontrol ejakulasi.
Ada beberapa jenis obat yang dapat mengontrol ejakulasi.Tergantung
penyebabnya karena penyebabnya banyak berkaitan dengan fungsi serotonin,
maka diperlukan obat yang mengatur fungsi serotonin.misalnya, golongan
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor).
c. Kalau ejakulasi dini diakibatkan oleh gangguan ereksi, maka dengan
memperbaiki fungsi ereksi, ejakulasi dapat diperlambat. Jadi obat disfungsi
ereksi bermanfaat kalau ejakulasi dini disebabkan oleh gangguan ereksi.
d. Cara pengobatan lainnya ialah dengan cara operasi terhadap saraf yang
mengontrol terjadinya peristiwa ejakulasi.

7. Pemeriksaan penunjang
1. Disfunsi ereksi
2. Ejakulasi dini
Pada pria dengan ejakulasi dini dan tanpa permasalahan medis umum lainnya,
tidak ada pemeriksaan Lab konvensional yang dapat membantu atau
mempengaruhi pemilihan jenis terapi.
Pemeriksaan kadar testosterone dan prolactin serum cocok dilakukan jika
ejakulasi dini di sertai dengan permasalahan impotensi.

8. KOMPLIKASI
1. Ejakulasi dini yang berat dapat menyebabkan stress dalam perkawinan, dimana
dapat berperan dalam suatu pertengkaran rumah tangga bahkan dapat berujung
perceraian pada beberapa kasus.
2. Konsepsi juga sulit terjadi pada kasus ejakulasi dini sebelum penetrasi terjadi.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN GANGGUAN
EJAKULASI
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : mudah lelah, sulit berkonsentrasi, saat memiliki waktu luang lebih banyak
digunakan untuk melihat gambar, film ataupun berimajinasi tentang hal- hal yang
membangkitkan libido.
2. Sirkulasi
Hipertensi dan Aterosklerosis
3. Integritas ego
Kecemasan, malas, takut ketidakmampuan dalam berhubungan seksual terutama
kepada pasangan, pasangan tidak mampu menerima keadaan suaminya karena tidak
mendapatkankepuasan saat berhubungan seksual.
4. Eliminasi
Normal
5. Makanan/ cairan
Penurunan nafsu makan, anoreksia
6. Nyeri/ kenyamanan
Tidak nyaman dalam berhubungan seksual
7. Seksualitas
Ketidakmampuan dalam mempertahankan ejakulasi, penurunan libido

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan gangguan biopsiko seksualitas
(cemas).
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fungsi seksual.
3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido.

C. INTERVENSI
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan gangguan biopsiko seksualitas
(cemas).
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan pola seksualitas
kembali normal.
Kriteria hasil: menyebutkan pengetahuan dan pemahaman tentang keterbatasan
seksualitas.
Intervensi:
1. Catat pemikiran pasien/ orang terdekat yang berpengaruh bagi pasien mengenai
seksualitas.
2. Berikan suasana terbuka dalam diskusi mengenai seksualitas.
3. Evaluasi faktor budaya dan agama / nilai dan konflik yang muncul.
4. Kolaborasi, rujuk pada ahli terapi/ konsultan seks.

2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fungsi seksual


Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan menunjukkan gerakan
ke arah penerimaan diri dalam situasi.
Kriteria hasil : pengenalan dan ketidaktepatan perubahan konsep diri tanpa
menegatifkan harga diri, menyusun tujuan yang realistic dan secara aktif
berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan misal marah, sedih dan berduka.
2. Yakinkan perasaan / masalah pasangan sehubungan dengan aspek seksual, serta
memberi informasi dan dukungan.
3. Identifikasi perilaku menarik diri, menganggap diri negative.
4. Kaji tingkat stress emosi klien

3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido.


Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan tidak
terjadi disfungsi seksual.
Kriteria hasil :
1. menyatakan pemahaman perubahan anatomi/ fungsi seksual
2. mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, peran seksual, hasrat seksual
pasangan dengan orang terdekat.
3. mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang di terima dan beberapa
alternative cara mengekspresikan seksual.
Intervensi:
1. Mendengarkan pernyataan pasien/ orang terdekat.
2. Dorong pasien untuk berbagi pikiran/ masalah dengan teman.
3. Solusi pemecahan masalah terhadap masalah potensial, contoh menunda koitus
seksual saat
4. Anjurkan pasangan untuk memperlihatkan penerimaan/ perhatiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC


http : //www.Infokesehatan.com
http : //www.metroaktual.com
http : //www. Wikipedia.com

Vous aimerez peut-être aussi