Vous êtes sur la page 1sur 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Salah satu media yang menjadi harapan untuk dapat digunakan sebagai

sarana pembinaan dan peningkatan profesionalisme guru adalah forum MGMP

(Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Forum MGMP merupakan wadah

berkumpulnya para guru secara kolaboratif dalam satu wilayah kabupaten/kota

untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, mengidentifikasi masalah-masalah

pembelajaran, mencari solusi, mengujicoba dan mengembangkan ide-ide baru

untuk peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar (KBM). Forum ini dipercaya

menjadi salah satu sarana yang efektif dalam upaya pembinaan profesionalisme

guru dalam kerangka kegiatan oleh, dari dan untuk guru (Fasli Jalal, 2005:55).

Salah satu keunggulan forum ini adalah MGMP dapat melibatkan guru mata

pelajaran sejenis dalam kuantitas yang besar. Selain itu, forum MGMP biasa

dilaksanakan sesuai jadwal secara periodik yang memungkinkan banyak peserta

dapat terlibat dalam kegiatan itu tanpa mengganggu aktivitas belajar dan mengajar

di kelas.

Berdasarkan observasi di lapangan bahwa Penjasorkes di SMPN

Kabupaten Tasikmalaya Ironisnya selama ini MGMP dirasa belum mampu

menjalankan fungsinya secara optimal. Walaupun MGMP sudah dibentuk

perwakilan dari setiap sekolah, pelaksanaan kegiatan ini sering kurang memadai

sebagai forum untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dan sarana

1
2

pembinaan profesionalisme guru. Sejalan dengan kenyataan ini, Departemen

Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK, 2006:1) telah mengidentifikasi bahwa ada

berbagai faktor yang menyebabkan ketidakefektifan forum MGMP ini, di

antaranya adalah

(1) manajemen MGMP kurang berfungsi secara optimal; (2) program-


program MGMP kurang menggigit dan kurang signifikan; (3) dana
pendukung operasional MGMP kurang proporsional; (4) rendahnya perhatian
dan kontribusi pemerintah kabupaten/kota melalui dinas pendidikan terkait
terhadap MGMP; (5) rendahnya dukungan asosiasi profesi terhadap MGMP;
dan (6) kurang diberdayakan eksistensi dan signifikansi MGMP dalam
peningkatan mutu pembelajaran yang berdampak positif terhadap
peningkatan mutu pendidikan nasional.

Mengingat berbagai kelemahan ini, Ditjen PMPTK sejak tahun 2006

berupaya meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui berbagai upaya

pengembangan dan pembinaan profesionalisme guru. Salah satu diantaranya

adalah melaksanakan program revitalisasi MGMP sebagai sarana pembinaan

profesionalisme guru secara berkesinambungan dengan menyediakan block grant

sebagai pendukung implementasi program tersebut. Block grant diberikan kepada

kelompok-kelompok MGMP (seperti halnya kelompok-kelompok MGMP di

setiap kabupaten di Propinsi Jawa Tengah) untuk mata pelajaran yang

diujinasionalkan. Program revitalisasi MGMP merupakan upaya untuk lebih

memberdayakan forum MGMP yang selama ini kurang berfungsi dan berperan

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan upaya pembinaan profesionalisme

dan etos kerja guru.

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap,

kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja
3

dimiliki oleh individu, tetapi oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk

oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya.

Dari kata Etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada

pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk (moral),

sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat

untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik dan bahkan berupaya untuk

mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.

Jadi etos kerja guru dapat berarti ciri-ciri atau sifat (karakteristik) mengenai

cara bekerja, yang sekaligus mengandung makna kualitas esensialnya, sikap dan

kebiasaanya serta pandangannya terhadap kerja yang dimiliki oleh seorang guru

dalam melaksanakan dan mengembangkan kegiatan pendidikan disekolahan. Etos

kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan,

memandang, menyakini, dan memberikan makna pada sesuatu, yang mendorong

dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance). Etos

kerja yang tinggi bagi guru yaitu merealisasikan kebiasaan positif guru dalam

bekerja, tanggungjawab dan disiplin.

Disiplin kerja guru sangat diperlukan oleh seorang guru dalam

menjalankan tugasnya. Kedisiplinan merupakan fungsi operasional dari

manajemen sumber daya manusia. Kedisiplinan adalah fungsi operatif yang paling

penting karena semakin baik suatu kedisiplinan karyawan maka semakin tinggi

disiplin kerja yang bisa diraih. Disiplin kerja bisa diartikan sebagai bentuk dari

ketaatan atas perilaku seseorang di dalam mematuhi peraturan-peraturan dan

ketentuan tertentu yang ada kaitannya dengan pekerjaan. Tanpa adanya disiplin
4

yang baik maka akan sangat sulit bagi sebuah pendidikan untuk mencapai hasil

optimal. Disiplin yang baik adalah cerminan terhadap besarnya rasa tanggung

jawab guru akan tugas yang dia terima. Dengan adanya sikap disiplin akan

mendorong gairah kerja, untuk mewujudkan tujuan pendidikan.

Disiplin kerja guru menginginkan untuk dilaksanakannya semua peraturan

yang sudah ada dan jika terjadi pelanggaran maka harus diambil tindakan.

Tindakan Sebagian besar guru di Indonesia adalah Pegawai Negeri Sipil, maka

mereka wajib menjalankan disiplin sebagaimana peraturan perundang-undangan

yang berlaku, salah satu peraturan antara lain adalah Peraturan Pemerintah No 35

Tahun 2010, tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan hal tersebut maka

disiplin kerja guru merupakan suatu keadaan keadaan tertib dan teratur yang

dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah yang sesuai dengan tata tertib di

sekolah. Disiplin kerja akan membentuk kompetensi guru yang baik karena

dengan disiplin kerja yang baik maka guru akan bersifat kompeten dan profesional

dalam melaksanakan profesinya.

Penelitian ini selanjutnya dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana etos

kerja dan disiplin kerja guru dalam melaksanakan program MGMP Pendidikan

Jasmani di SMPN se-Kabupaten Tasikmalaya sehingga kualitas praktik

pembelajaran di kelas menjadi semakin baik. Peningkatan profesionalisme guru

dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah

melalui wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Bagian ini berisi

pengalaman yang dilakukan berbagai pihak untuk meningkatkan efektivitas

MGMP. Dengan kemapanan organisasi dan manajemen, fasilitasi anggaran, serta


5

dukungan para stakeholder membuat MGMP menjadi berdaya dalam

berkontribusi meningkatkan kompetensi guru. MGMP menjadi kegiatan yang

benar-benar dibutuhkan oleh guru. Berazaskan paparan di atas maka kajian

dilakukan dengan mengambil judul: Pengaruh Etos Kerja Dan Disiplin Kerja

Terhadap Efektivitas Kinerja Musyawarah Guru Mata Pelajaran Penjasorkes di

SMPN Kabupaten Tasikmalaya.

1.2 Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi sejumlah masalah yang terkait dengan etos kerja dan disiplin

kerja terhadap efektivitas kinerja musyawarah guru mata pelajaran Penjasorkes,

diantaranya :

a. Rendahnya etos kerja, contohnya etos kerja MGMP belum sepenuhnya

dilaksanakan dengan optimal sesuai visi misi dan program kerjanya.

Program-program yang dilaksanakan oleh MGMP belum terlihat dan

menyeluruh, sehingga bias melahirkan atlit-atlit tingkat sekolah yang bias

mewakili daerah.

b. Disiplin kerja rendah, contohnya; pelaksanaan program-program yang

direncanakan tidak dilaksanakan, sehingga tujuan MGMP hanya sebatas

symbol organisasi.
6

c. Efektivitas kinerja organisasi rendah, contohnya kinerja organsiasi belum

nampak keseriusan dalam merealisasikan program MGMP. Hal tersebut

kinerja organisasi secara keseluruhan tidak efektif.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi masalah-

masalah tersebut kemudian merumuskannya menjadi:

1. Bagaimana pengaruh etos kerja terhadap efektivitas Kinerja Musyawarah

Guru Mata Pelajaran Penjasorkes di SMPN Kabupaten Tasikmalaya?

2. Bagaimana pengaruh disiplin kerja terhadap efektivitas Kinerja Musyawarah

Guru Mata Pelajaran Penjasorkes di SMPN Kabupaten Tasikmalaya?

3. Bagaimana pengaruh etos kerja dan disiplin kerja terhadap efektivitas Kinerja

Musyawarah Guru Mata Pelajaran Penjasorkes di SMPN Kabupaten

Tasikmalaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas tujuan penelitian ini untuk

mengetahui:

1. Pengaruh etos kerja terhadap efektivitas Kinerja Musyawarah Guru Mata

Pelajaran Penjasorkes.

2. Pengaruh disiplin kerja terhadap efektivitas Kinerja Musyawarah Guru Mata

Pelajaran Penjasorkes.
7

3. Pengaruh etos kerja dan disiplin kerja terhadap efektivitas Kinerja

Musyawarah Guru Mata Pelajaran Penjasorkes.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut diatas maka harapan penulis dalam penelitian

ini dapat digunakan secara teoritis dan praktis untuk:

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini dipergunakan untuk memberikan sumbangan

pemikiran dan gambaran tentang etos kerja dan disiplin kerja terhadap efektivitas

Kinerja Musyawarah Guru Mata Pelajaran Penjasorkes di SMPN Kabupaten

Tasikmalaya.

2. Aspek Praktis

Secara praktis hasil penelitian dapat dipergunakan untuk :

a. Memberikan informasi yang akurat menyangkut etos kerja Musyawarah Guru

Mata Pelajaran Penjasorkes di setiap Kota/Kabupaten.

b. Memberikan informasi yang akurat menyangkut disiplin kerja terhadap

efektivitas Kinerja Musyawarah Guru Mata Pelajaran Penjasorkes di setiap

Kota/Kabupaten.

c. Memberikan informasi yang akurat menyangkut Efektivitas Kinerja

Musyawarah Guru Mata Pelajaran Penjasorkes di setiap Kota/Kabupaten.

Vous aimerez peut-être aussi