Vous êtes sur la page 1sur 3

Acid mine drainage (AAT) or in English known as "acid mine drainage (AMD)" or "acid rock

drainage (ARD)" Acid mine drainage (AMD) refers to the stream of acid water from the mine
site. In most cases, these acids, mainly derived from the oxidation of iron sulfide (FeS2, also
known as pyrite or "fool's gold"), which are often found in conjunction with the precious metal.
Acid mine drainage is a major concern of many hardrock mines, including almost all of the mine
where the ore is bound with metal (metal sulfide mine) sulfur. A large number of coal mines also
experience acid mine drainage.

Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai acid mine drainage (AMD) atau
acid rock drainage (ARD) Acid mine drainage (AMD) mengacu pada aliran air asam dari lokasi tambang.
Dalam kebanyakan kasus, asam ini, terutamanya berasal dari oksidasi besi sulfida (FeS2, juga dikenal
sebagai pyrite atau "fool's gold"), yang sering ditemukan bersamaan dengan logam berharga. Drainase
asam tambang merupakan masalah utama dari banyak tambang hardrock, termasuk hampir semua
tambang di mana bijih logam terikat dengan (sulfida logam tambang) belerang. Sejumlah besar tambang
batubara juga mengalami air asam tambang.

AAT is a term used to lead to the acidic water arising from mining activities, to distinguish the acid water
incurred by other activities such as excavation for the construction of building foundations, creation of
ponds, and so on.

AAT adalah istilah yang digunakan untuk mengarah pada air asam yang timbul akibat kegiatan
penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul oleh kegiatan lain seperti: penggalian
untuk pembangunan pondasi bangunan, pembuatan tambak, dan sebagainya.

Acid mine drainage (AMD) or acid mine drainage, collectively called acid water / acid drainage (AD), is
formed when certain sulfide minerals in the rock are exposed to oxidizing conditions. Most of the acid
water in the world is generally considered to be associated with coal mining, but the acidic water can
occur under natural conditions or if sulphide in geologic materials encountered in the field of metal
mining, highway construction, and other deep excavations. Iron sulfide generally in areas dominated by
coal pyrite and marcasite (FeS2), but other metals can be combined with sulfides in the form of
chalcopyrite (CuFeS2), covellite (CU) and arsenopyrite (FeAsS). Pyrite is usually the case with other metal
sulfides, potentially leading to acidic water.

Acid mine drainage (AMD) atau air asam tambang, secara kolektif disebut air asam/acid drainage (AD),
terbentuk ketika mineral sulfida tertentu dalam batuan yang terkena kondisi oksidasi. Sebagian besar air
asam di seluruh dunia umumnya dianggap terkait dengan pertambangan batubara, tetapi air asam
dapat terjadi dalam kondisi alami atau jika sulfida dalam material geologi ditemui di bidang
pertambangan logam, konstruksi jalan raya, dan penggalian yang mendalam lainnya. Sulfida besi
umumnya di daerah batubara didominasi pirit dan marcasite (FeS2), namun logam lain dapat
dikombinasikan dengan sulfida dalam bentuk kalkopirit (CuFeS2), covellite (CU), dan arsenopirit (FeAsS).
Pirit biasanya terjadi dengan sulfida logam lainnya, berpotensi menyebabkan air asam.

PREVENTION OF FORMATION OF ACID MINE WATER


An effort to prevent the formation of acid mine drainage (AAT) is the construction of the cover layer
material reactive, commonly known as Potentially Acid Forming (PAF) material, with material that is not
reactive, Non Acid Forming (NAF) material, soil, or material alternatives such as Geosyntetic Clay Liner
(GCL). This layer also known as dry cover system. The purpose of the construction of this layer is to
reduce the diffusion of oxygen and water infiltration, as an important factor in the process of oxidation
of sulphides minerals. In addition, the coating system is also expected to be resistant to erosion and
support the efforts of hoarding land revegetation material.

PENCEGAHAN TERBENTUKNYA AIR ASAM TAMBANG

Salah satu upaya pencegahan pembentukan air asam tambang (AAT) adalah dengan pembangunan
lapisan penutup material reaktif, umumnya dikenal sebagai Potentially Acid Forming (PAF) material,
dengan material yang tidak reaktif, Non Acid Forming (NAF) material, tanah, atau material alternative
seperti Geosyntetic Clay Liner (GCL). Lapisan ini dikenal juga dengan sebutan dry cover system. Tujuan
dari pembangunan lapisan ini adalah untuk mengurangi difusi oksigen dan infiltrasi air, sebagai faktor
penting dalam proses oksidasi mineral sulphida. Selain itu, sistem pelapisan ini juga diharapkan dapat
tahan terhadap erosi dan mendukung upaya revegetasi lahan penimbunan material.

HANDLING ACID MINE WATER

PENANGANAN AIR ASAM TAMBANG

1. Limestone (Calcium Carbonat) Limestone atau biasa dikenal dengan batu gamping telah
digunakan selama berpuluh-puluh tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di
dalam air asam. Penggunaan limestone merupakan penanganan yang termurah, teraman dan
termudah dari semua bahan-bahan kimia. Kekurangan dari limestone ini ialah mempunyai
keterbatasan karena kelarutan yang rendah dan limestone terlapisi.
2. Hydrate Lime (Calcium Hydroxide) Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum
digunakan untuk menetralkan air asam. Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang
sangat besar dan keadaan acidity yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic, begitu
lama pencampuran diperlukan untuk membuat hydrated lime dapat larut dalam air. Hydrated
lime mempunyai batasan keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu pH yang sangat
tinggi diperlukan untuk mengubah logam seperti mangan.
3. Caustic Soda (Sodium Hydroxide) Caustic Soda merupakan bahan kimia yang biasa digunakan
dan sering dicoba lebih jauh (tidak mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang rendah.
Caustic menaikkan pH air dengan sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana
kandungan mangan merupakan suatu masalah. Penggunaannya sangat sederhana, yaitu dengan
cara meneteskan cairan caustic ke dalam air asam, karena kelarutannya akan menyebar di
dalam air. Kekurangan utama dari penggunaan cairan caustic untuk penanganan air asam ialah
biaya yang tinggi dan bahaya dalam penanganannya. Penggunaan caustic padat lebih murah dan
lebih mudah dari pada caustic cair.
4. Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate) Sodium Carbonate biasanya digunakan dalam debit
kecil dengan kandungan besi yang rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam
biasanya berdasar pemakaian sebuah kotak atau tong dengan air masuk dan buangan.
5. Anhydrous Ammoni Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan
acidity dan untuk mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke
dalam kolam atau kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat
menaikkan pH. Ammonia efektif untuk membersihkan mangan yang terjadi pada pH 9,5.
6. Penggunaan Tawas Sebagai Bahan Koagulan Air asam dalam kegiatan penambangan juga bisa
dipastikan akan memiliki kekeruhan yang sangat tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan
kekeruhannya dapat menggunakan bahan kimia seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas
atau rumus kimianya (Al2SO4)3. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak
digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta mudah
penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air.
Semakin tinggi turbidity air maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Makin banyak
dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat
sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8 -7,4. Apabila alkalinitas alami dari air
tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan alkalinitas.

Vous aimerez peut-être aussi