Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat
di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1) bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka
2) bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu
1) Kardia.
2) Fundus.
3) Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum).
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan)
2) Kolon transversum
3) Kolon desendens (kiri)
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga
abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
i. Rektum dan anus
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
3. ETIOLOGI
Menurut Ngastiyah (2005), faktor penyebab gastroeneteritis akut pada bayi/anak
yaitu:
a. Faktor infeksi : Bakteri(Shigella,Shalmonella,Vibrio,kholera),Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (penyakit Otitis Media Akut sering
terjadi pada anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas
4. PATOFISIOLOGI
b. Diare Kronis.
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu (pada orang
dewasa) sedangkan pada bayi dan anak-anak ditetapkan batas waktu 2 minggu
6. MANIFESTASI KLINIK
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam (Kusmaul).
7. KOMPLIKASI
2. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan malabsorbsi
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolic
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
intake cairan
3. Intervensi keperawatan
Nursing Care Plan
Nursing
Diagnosis
No. Nursing Outcomes Interventions
Kperawatan Rasional
Classification (NOC) Classification
(NIC)
1. Diare Bowel elimination 1. Observasi tanda- 1. Bradikardi, demam
Fliud balance
berhubungan tanda vital dapat menunjukkan
Hydration
dengan Electrolyte and acid respon terhadap
malabsorbsi base balance 2. Ajarkan pasien kehilangan cairan.
Kriteria hasil : untuk 2. Untuk pertolongan
Feses berbentuk menggunakan obat pertama jika diare
Menjaga rectal dari
anti diare timbul kembali.
iritasi 3. Instruksikan
Tidak mengalami 3. Untuk mengetahui
keluarga untuk
diare tingkat dehidrasi anak.
mencatat warna,
Mempertahankan
jumlah, dan
turgor kulit
frekuensi keluaran
feses
4. Evaluasi intake
makanan masuk 4. Memberikan informasi
tentang keseimbangan
cairan serta
merupakan pedoman
5. Observasi turgor
dalam penggantian
kulit secara rutin
cairan.
6. Ukur BB tiap hari 5. Mengetahui adanya
kehilangan cairan
7. Atur tetesan infus
berlebihan.
sesuai indikasi
6. Indikator cairan dan
8. Kolaborasi :
status nutrisi.
Berikan obat sesuai
7. Mempertahankan
indikasi
penggantian cairan
8. Menurunkan
kehilangan cairan dari
usus.
2. Defisit volume Fluid balance 1. Pertahankan intake 1. Memberikan
cairan Hydration dan output cairan informasi tentang
Ntritional status
berhubungan keseimbangan cairan
:food and fluid
dengan serta merupakan
intake
kehilangan pedoman dalam
Kriteria hasil : 2. Monitor tanda-
cairan secara penggantian cairan.
Mempertahankan tanda vital
2. Bradikardi, demam
aktif
urine output sesuai dapat menunjukkan
dengan umur 3. Kolaborasi
respon terhadap
Tanda tanda vital pemberian cairan
kehilangan cairan.
dalam batas normal
Tidak ada tanda IV 3. Mempertahankan
4. Motivasi keluarga
tanda dehidrasi penggantian cairan.
Turgor kulit bai untuk membantu
4. Agar tidak terjadi
pasien makan.
malnutrisi pada anak.
3. Resiko Tissue integrity : skin 1. Anjurkan pasien 1. Untuk membantu
kerusakan and mocus membranes menggunakan meningkatkan
integritas kulit Kriteria hasi : pakaian loggar kehilangan panas jika
berhubungan Pertahankan anak demam.
2. Jaga kebersihan
2. Agar tidak terjadi
dengan integritas kulit
dan kelembapan
Tidak ada lesi kulit infeksi.
perubahan
Perfusi jaringan baik kulit
status Tidak ada 3. Monitor mobilisasi 3. Untuk mencegah
metabolic hypertermi dan aktivitas kelemahan pada anak.
pasien
4. Agar tidak terjadi
4. Monitor status
kekurangan nutrisi
nutrisi pasien
yang berlebih.
4. Ketidak Nutritional status 1. Monitor turgor 1. Mengetahui adanya
seimbangan Nutritional status : kulit kehilangan cairan
nutrisi kurang food and fluid intake berlebihan.
2. Monitor mual dan
Nutritional status : 2. Untuk mengetahui
dari kebutuhan
muntah
nutrient intake output oral.
berhubungan 3. Monitor
Weight control 3. Untuk mengetahui
dengan pertumbuhan dan
Kriteria hasil : keseimbangan umur
penurunan perkembangan
Berat badan ideal dan perteumbuhan
intake cairan
sesuai dengan tinggi serta perkembangan
4. Monitor pucat,
badan pada anak.
Mampu kemerahan pada 4. Untuk mengetahui
mengidentifikasi konjungtiva status nutrisi anak.
5. Monitor
kebutuhan nutrisi 5. Untuk meningkatkan
Tidak ada penurunan lingkungan saat
nafsu makan anak.
berat badan yang makan
6. Monitor kalori dan
berarti 6. Mengawasi masukan
intake nutrisi
kalori atau kualitas
konsumsi makanan
Daftar Pustaka
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta. Salemba Medika