Vous êtes sur la page 1sur 27

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan penyelaman didasar laut tentunya, sebagai peselam terlebih dahulu
harus memperhatikan kondisi tubuh kita. Jangan sampai ketika kita akan melakukan kegiatan
tersebut, kondisi tubuh tidak dalam keadaan fit. Hal ini akan mengakibatkan kefatalan bagi diri
kita sendiri bahkan bisa membahayakan nyawa kita. Maka dari itu diperlukan pengetahuan yang
relevan terkait hal tersebut. Pada makalah ini akan dibahas tentang fisiologi
penyelaman. Struktur tubuh manusia telah dibagi beberapa sistem, seperti sistem pendengaran,
penglihatan, dan sistem pernapasan akan tetapi yang lebih diutamakan dalam penyelaman adalah
sistem pernapasan. Khusus sistem ini terdiri atas inspirasi dan ekspirasi. Dada mengembang
selama inspirasi. Akibat pergerakan diafragma dan otot-otot intercosta selama inspirasi,ia
menjadi datar dan lebih rendah dan panjang rongga torasik meningkat. Otot-otot intercosta
external, pada saat kontraksi, mengangkat tulamg rusuk dan menariknya keluar meningkatkan
kedalaman rongga torak. Saat dinding dada bergerak keatas dan keluar dari pleura parietalis,
yang melekat dengan baik pada dinding dada, pleura tersebut juga ikut terangkat. Pleura viselaris
mengikuti pleura parietalis dan volume interior torak terangkat. Paru-paru mengembang untuk
mengisi ruang tersebut dan udara dihisab kedalam bronkiolus.
Ekspirasi selama pernafasan tenang bersifat pasif. Diafragma rileks dan kembali
kebentuk aslinya,yang bebentuk kubah. Otot-otot interkosta rileks dan tulang rusuk kembali
keposisi semula. Paru dan udara di keluarkan melalui cabang-cabang bronkiolus. Pada ekspirasi
kuat, otot interkosta internal berkontraksi secara aktif untuk menurunkan tulang rusuk. Otot
pernafasan tambahan kemungkinan di gunakan selama nafas dalam atau ketika jalan nafas
terhambat. Selama inspirasi,otot-otot sternokleidomasterdeus mengangkat sternum dan
meningkatkan diameter torak dari depan ke belakang. Seratus anterior dan pektoralis mayor
menarik tulang rawan ke arah luar saat lengan dirapatkan. Lantasimus dorsi dan otot-otot dinding
abdomen anterior membantu menekan toraks selama ekspirasi kuat. Sehingga pada saat bernafas
didalam air semua alat yang berhubungan dengan pernapasan ikut melakukan kerjanya.
Kesalahan dalam penyelaman maka, akan mempengaruhi kerja alat-alat finansial tersebut dan
akan menyebabkan kerusakan organ yang kita miliki.
II. ISI

Aspek Medis Selam

Snorkeling(Skin Diving)

Snorkeling merupakan kegiatan dasar yang harus dikuasai seorang calon penyelam. Ini bertujuan
untuk melatih pernapasan menggunakan mulut dan gerakan kaki yang berguna pada saat
penyelam.

Yang harus diperhatikan dalam snorkeling yaitu:

1. Dead Air Space

Pada umumnya snorkel yang dipakai penyelam tidak lebih dari 30 cm panjangnya. Hal ini untuk
menghindari Dead Air Space atau volume ruang udara mati yang mengakibatkan udara hanya
bergerak di daerah itu saja dan tidak ke lingkungan bebas. Sehingga bertambah panjang snorkel
akan bertambah besar ruang udara mati.
2. Kekurangan Oksigen (Hypoksia)

Seorang penyelam skin yang berusaha menahan napas untuk dapat berada di dalam air lebih
lama, apabila dipaksakan mengakibatkan penyelam akan mengalami kekurangan oksigen
(anoksia) sehingga jaringan tubuh tidak mendapat O2.

3. Shallow Water Blackout

Pingsan di air dangkal. Hal ini dikarenakan penyelam melakukan hiperventilasi berlebih
sehingga kadar karbondioksida menurun tajam dan selama penyelaman tubuh mengalami
hipoksia sedangkan respon/keinginan tubuh untuk bernapas belum ada.

Hiperventilasi adalah upaya penyelam untuk memperpanjang tahan napas pada skin diving
dengan bernapas dalam dan berlebihan. Hal ini dilakukan penyelam skin untuk bertahan napas
lebih lama dengan mengurangi/membuang gas CO2. Sebenarnya cara ini berbahaya karena jika
kadar CO2 turun, maka tidak akan terjadi perangsangan untuk bernapas ke permukaan.
Penyelam skin yang melakukan over hiperventilasi di permukaan dan kemudian menyelam pada
kedalaman 10 feet (10 m) akan mengalami peningkatan tekanan parsial O2 dalam darah dari 3
psi ke 6 psi. Bila diteruskan ke yang lebih dalam lagi sehingga melewati batas dimana CO2 telah
memberikan peringatan untuk muncul. Dikarenakan CO2 kurang saat hiperventilasi, sedangkan
O2 yang digunakan sudah pada titik rendah psi yang pada akhirnya CO2 menumpuk hingga
batasnya dan penyelam akan muncul ke permukaan.

Sesampainya di permukaan, peredaran darah menurun dan O2 menjadi nol, maka akibatnya akan
pingsan dekat permukaan. Biasanya penyelam pingsan karena anoxia (kehabisan O2).

Gejalanya yaitu denyut nadi dan tekanan darah meningkat, biru pada bibir, jari dan kaki, serta
pingsan.

Segera berikan udara segar/O2 murni dan jika pingsan berikan pernapasan mulut ke mulut.

Untuk itu bila penyelam melakukan snorkeling/ skin diving, bernapas dalam dua kali sudah
cukup untuk menyelam secara efisien. Jangan melakukan hiperventilasi dan hindari menahan
napas melewati peringatan CO2. Untuk penyelam scuba jangan melakukan hiperventilasi.

4. Squeeze Paru

Merupakan barotrauma yang sangat jarang yang bisa terjadi pada breath hold diving/skin diving.
Penyelam mengalami sesak napas setelah mencapai permukaan dari kedalaman > 100 FSW.
Dapat disertai dengan batuk berdarah/berbuih dan harus diberikan oksigen. Gejala tersebut
menurun dalam beberapa hari.
Hal ini terjadi ketika penyelam turun ke kedalaman dimana Volume Total Paru (TLV) berkurang
kurang dari Volume Residu (RV), pada poin itu tekanan transpulmonal melebihi tekanan alveoli,
hal ini akan menyebabkan pengeluaran cairan dan darah membuat penyelam sesak napas.

Penyelam normal dengan TLV 6 liter dan RV 1,2 L hanya dapat menyelam hingga tekanan 5
ATA (132 FSW) , lebih dalam dari itu akan mengalami squeeze paru. Akan tetapi beberapa
penyelam dapat menyelam lebih dari itu tanpa masalah.

SCUBA Diving

Efek dan Bahaya Perubahan Tekanan pada Tubuh

Karena adanya perbedaan tekanan di kedalaman air, maka penyelam yang menyelam ke dalam
akan mengalami efek langsung tekanan air. Untuk itu diperlukan equalisasi yaitu penyesuaian
tekanan.

1. Efek Langsung Tekanan

Pada tubuh manusia terdapat rongga-rongga udara dan apabila untuk menyelam akan mengalami
tekanan langsung yang dapat berpengaruh terhadap rongga-rongga tersebut.

Rongga tersebut yaitu kulit (jika memakai dry suit), lubang telinga dan telinga tengah, sinus,
gigi, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Ketidakseimbangan tersebut akan menyebabkan barotrauma yang dapat berupa squeeze,
kerusakan organ, atau minimal menimbulkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman. Squeeze adalah
pengerutan jaringan tubuh akibat dari tidak dapatnya jaringan tubuh menyamakan tekanan atau
equalisasi.

Mask Squeeze

Terjadi pada saat penyelam lupa mengeluarkan udara ke dalam masker pada saat equalisasi
sehingga terbentuk tekanan negatif pada ruangan masker. Hal ini mengakibatkan kapiler darah di
muka rusak dan menyebabkan pendarahan ke dalam kulit (ecchymosis) dan pendarahan
konjungtiva.
Squeeze Lubang Telinga

Terjadi karena adanya udara yang terperangkap di dalam lubang telinga. Udara tersebut dapat
terperangkap karena:

1. Serumen (kotoran telinga).


2. Earplug (tidak boleh dipakai dalam penyelaman)
3. Hood atau penutup kepala.
4. Wet suit/dry suit yang menutup telinga.
Hal ini menyebabkan terbentuknya ruang bertekanan negatif sehingga dapat menyebabkan hal
yang sama. Gejala meliputi sakit pada telinga, pembengkakan, kemerahan kulit lubang telinga.
Pada kasus yang parah dapat terjadi robek gendang telinga.

Squeeze Sinus (Barosinusitis)

Mekanismenya sama dengan squeeze lain. Jika pada saat turun ke dalam. Jika terdapat sumbatan
pada saluran sinus akan menyebabkan sinus squueze. Sumbatan ini disebabkan oleh, Sinusitis
(infeksi/alergi) dimana pembengkakan jaringan menyebabkan penyumbatan saluran ke hidung.
Gejalanya yaitu rasa sakit di wajah, kening, atau pipi selama menyelam. Tipe yang jarang
yaitu reverse sinus squeeze yang terjadi pada saat naik ke permukaan. Kondisi ini diakibatkan
karena tingginya tekanan udara dalam sinus. Ini biasanya terjadi pada penyelam yang mengalami
infeksi saluran pernapasan atas atau alergi berat yang minum obat dekongestan (mengurangi
produksi cairan) sesaat sebelum menyelam, tetapi efek obat tersebut hilang setelah menyelam di
kedalaman.

Pencegahan barosinusitis atau squeeze sinus yaitu dengan tidak menyelam pada saat terkena
infeksi saluran napas atas atau hal-hal lain yang dapat mengakibatkan penutupan saluran sinus.

Squeeze Gigi (Barodontalgia)

Nama lainnya yaitu aerodontalgia. Kondisi ini disebabkan karena adanya gas yang terperangkap
di dalam gigi atau struktur sekitar gigi. Adanya gas akan mengakibatkan terbentuknya tekanan
negatif atau positif di dalam ruangan yang terbatas. Hal ini akan merangsang struktur sensitif
gigi danmengakibatkan rasa sakit. Barodontalgia dapat disebabkan oleh kondisi sebgai berikut.

1. Karies (karang gigi).


2. Restorasi gigi (penambalan gigi).
3. Luka di daerah mulut.
4. Cabut gigi (belum lama).
5. Abses periodontal (kumpulan nanah dekat jaringan gigi).

Jika terdapat sekumpulan udara tertangkap di gigi pada tekanan permukaan laut, tekanan di luar
gigi akan meningkat pada penyelaman, maka gigi akan pecah ke arah dalam, dan ruangnya akan
terisi darah.

Kebalikannya, jika kumpulan udara terbentuk selama di kedalaman, jika bergerak ke permukaan
volumenya akan meningkat sesuai hukum Boyle yang mengakibatkan gigi pecah ke arah luar.
Untuk mencegah barodontalgia, setiap penyelam harus menunda penyelaman sedikitnya 24 jam
setelah terapi/tindakan pada gigi.

Squeeze Telinga Tengah (Barotitis Media)

Tingkat kejadian squeeze telinga tengah sangat tinggi sekitar 40 % dialami oleh para penyelam.

Hal ini terjadi jika terdapat sumbatan yang menghalangi equalisasi rongga di telinga tengah yang
disebabkan oleh tersumbatnya saluran tuba eustachius.
Tersumbatnya saluran tuba eustachius dapat disebabkan oleh:

1. Infeksi saluran napas atas.


2. Allergi.
3. Rokok.
4. Polip.
5. Trauma wajah yang dialami sebelumnya.

Dapat juga terjadi jika penyelam lupa melakukan equalisasi dengan cara Manuver Valsava dan
Frenzel.
Manuver Valsalva yaitu meniup udara melawan dengan bibir dan hidung tertutup dan lidah ke
arah belakang untuk meningkatkan tekanan rongga faring yang diteruskan ke dalam telinga
tengah melalu tuba eustachius. Manuver ini juga dapat membuka tuba eustachius yang tertutup.
Biasa disebut mengedan.

Manuver Frenzel yaitu dengan menelan dengan lidah ke belakang dimana bibir ditutup dan
lubang hidung di tekan (memencet hidung).

Biasanya penyelam sudah mengalami sedikit rasa sakit pada perbedaan tekanan 60 mmHg.
Manuver ini baik dilakukan pada kedalaman 4 feet. Jika penyelam tidak melakukan equalisasi
dengan manuver ini pada perbedaan tekanan lebih dari 100-400 mmHg (4,3-17,4 feet) maka
akan terjadi squeeze yang dapat mengakibatkan robek gendang telinga. Air dingin kemudian
masuk ke telinga tengah dan menyebabkan vertigo.

Gejalanya terjadi sesaat penyelam turun dari permukaan air. Penyelam juga mengeluh rasa sakit
dan rasa penuh dalam telinga atau mengalami vertigo. Sakitnya semakin parah sehingga
penyelam dapat meneruskan atau menghentikan penyelaman.Pencegahannya dengan selalu
equalisasi setiap turun ke kedalaman.
Barotrauma Telinga Dalam

Merupakan barotrauma yang sangat serius karena akan menyebabkan ketulian permanen.
Barotaruma ini jarang terjadi. Trauma ini terjadi karena perbedaan tekanan yang bermakna
antara telinga tengah dan telinga dalam. Hal ini disebabkan terlalu kuatnya manuver Valsava
atau turun ke dalam terlalu cepat.

Gejalanya utama yaitu berdenging, vertigo, dan tuli. Dapat juga disertai rasa penuh pada telinga,
mual dan muntah, berkeringat, dan pucat. Gejala ini bisa timbul segera setelah trauma atau dapat
berkembang dalam 1 jam, tergantung aktivitas penyelam selama dan sesudah penyelaman.

Alternobaric Vertigo

Merupakan barotaruma yang sangat jarang. Terjadi pada saat naik ke permukaan yang
disebabkan karena perubahan tekanan tiba-tiba pada telinga tengah yang menyebabkan
perangsangan ke telinga dalam dan menyebabkan vertigo. Vertigo ini hanya sebentar dan tidak
memerlukan penanganan dapat membuat penyelam panik, yang dapat mengakibatkan tenggelam,
kerusakan paru, atau emboli udara, atau trauma lain yang sangat serius.
Gejalanya yaitu kehilangan orientasi terhadap sekeliling dan tiba-tiba mual sekali.
Pencegahannya yaitu:

1. Jangan memaksakan diri bilamana rasa sakit menetap.


2. Jangan melakukan penyelaman terlalu dalam dan hentikan penyelaman.
3. Jangan menyelam sewaktu kepala sakit/pusing.

Bila mengalami hal ini berhenti atau berpegang pada sesuatu sampai perasaan itu hilang. Jangan
muncul kepermukaan selama masih ada reaksi dan bernapas dengan wajar.

Aerogastralgia (Gastrointestinal Barotrauma)

Hal ini sering terjadi pada penyelam yang masih baru. Karena saluran pencernaan lunak, adanya
gas di dalam usus selama turun ke dalam tidak menyebabkan barotaruma. Tetapi adanya
pengumpulan gas selama di kedalaman akan menyebabkan barotrauma pada saat naik. Hal yang
mengakibatkannya yaitu:

1. Manuver Valsava yang berlebihan, atau yang berulang-ulang terutama pada posisi kepala
di bawah yang mengakibatkan udara terdorong ke lambung.
2. Mengunyah permen karet selama penyelaman.
3. Memakan banyak ubi-ubian atau minum minuman berkarbonasi sesaat sebelum
menyelam.

Gejalanya yaitu rasa penuh pada perut, sakit pada perut, sering bersendawa, atau buang angin.
Hal yang serius jika terjadi perangsangan saraf yang menyebabkan jantung lemah berkontraksi
dan penekanan pada vena oleh usus, tapi hal ini jarang.

Squeeze Kulit

Squeeze kulit jarang terjadi. Jika pada area kulit penyelam ada kumpulan udara yang
terperangkap pada lipatan/lekukan dry suit. Selama penyelaman tekanan negatif terjadi pada area
tersebut, sehingga menyebabkan pembuluh darah kapiler kulit pecah dan darah keluar mengisi
ruang tekanan negatif. Kulit berwarna kemerahan. Tidak memerlukan perawatan dan sembuh
dalam beberapa hari/minggu.

Pengaruh Tekanan Sewaktu Muncul ke Permukaan

Pengembangan Paru Melewati Batas, Pulmonary Barotrauma of Ascent (Pulmonary


OverPressurization Syndrome) atau POPS

Pengembangan melewati batas pada paru-paru dapat terjadi pada penyelam yang menyelam yang
melewati tekanan lebih, dengan menahan napas tiba-tiba muncul di permukaan yang lebih
rendah, yang akan memecahkan alveoli (ingat hukum Boyle).

Gelembung akibat pecahnya alveoli bergerak ke bagian tubuh lain dan gejalanya tergantung dari
lokasi dan volume udara yang masuk. Manifestasinya yaitu:

1. Mediastinal emphysema
2. Subcutaneous emphysema
3. Pneumothorax
4. Emboli udara

Biasanya penyelam melakukan hal ini karena kehabisan udara, panik, mengalami bouyancy
positif secara tiba-tiba seperti melepas sabuk pemberat atau inflasi BC secara cepat.

Hal ini mengingatkan penyelam untuk bernapas secara wajar dan tidak boleh menahan napas saat
muncul ke permukaan dan ini berlaku untuk penyelam yang memakai peralatan scuba.
Mediastinal Ephysema

Manifestasi pengembangan paru yang melewati batas yang paling sering yaitu mediastinal
emphysema. Gelembung dari paru-paru yang pecah, masuk ke rongga antara paru-paru di dekat
jantung dan tenggorokan.

Gejalanya yaitu sakit di daerah dada karena udara menekan jantung, sesak napas, atau sakit pada
saat makan. Dapat pula pingsan.

Penanganannya yaitu konservatif, meliputi istirahat, pemberian oksigen, sedangkan rekompressi


dilakukan jika sangat parah. Hindari penerbangan selama fase penyembuhan.

Subcutaneus Emphysema

Dari daerah mediastinum gelembung-gelembung udara bergerak naik ke daerah leher, di bawah
kulit di sekitar leher, kalau dipegang maka kulit terasa pecah.

Gejalanya yaitu sakit dan sulit bernapas pada bagian yang terkena, napas pendek dan cepat,
udara dapat menekan jantung dan pembuluh darah menyebabkan kebiruan.
Penanganan sama dengan diatas. Udara dibung dengan memasukkan jarum dibawah pengawasan
ahli.

Pneumothorax

Jarang sekali terjadi, jika terjadi berarti paru-paru pecah, seperti meletus dan gelembung udara
langsung memenuhi rongga udara antara paru-paru dan selaput paru (pleura).

Gejalanya yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru yang terkena.

Dalam kasus yang parah dapat terjadi tension pneumothorax, yaitu pneumothorax yang sangat
besar dan membuat paru-paru yang terkena kolaps karena tekanan yang tinggi. Ini merupakan
keadaan darurat. Gejalanya yaitu sakit dada yang berat, pengembangan dada tidak sama yaitu
paru yang terkena agak tertinggal, dan adanya penekanan ke trakea menjadi tidak lurus. Biasanya
terjadi penekanan jantung sehingga cepat pingsan.

Penangan yaitu sama dengan emboli udara. Tetapi sebelum dilakukan rekompressi maka udara
yang ada di rongga dada harus dikeluarkan dengan memasukkan jarum oleh atau dengan
pengawasan ahli.

Emboli Udara

Adalah pecahnya dinding alveoli yang menyebabkan udara masuk dalam peredaran darah,
akibatnya terjadi penyumbatan peredaran darah oleh gelembung-gelembung udara langsung dari
paru-paru.

Misalnya, jika penyelam naik ke permukaan dari 100 FSW, udara dalam paru mengembang 4
kali volume awal. Jika tidak dikeluarkan, maka menekan paru dan alveoli pecah bersaamaan
dengan pecahnya pembuluh darah. Udara terbawa ke kapiler paru dan dibawa ke ventrikel kiri,
kemudian di pompa kesuluruh tubuh lewat arteri. Adanya kumpulan udara dalam arteri akan
membentuk sumbatan sehingga jaringan kekurangan oksigen. Jika otak mengalami hal tersebut
maka akan berakibat kematian.

Gejalanya yaitu lemas, pusing, kelumpuhan/ kelemahan yang hebat, gangguan penglihatan, nyeri
dada, kejang-kejang dan pingsan, terkadang disertai busa bercampur darah di mulut. Cara
penanganannya:

1. Tempatkan korban dengan posisi kepala dibawah, miring 15o pada bagian kiri badannya.
2. Gunakan oksigen, bila tersedia. Hal ini membantu mengecilkan gelembung-gelembung
udara dan memberikan suplai oksigen ke otak.
3. Masukkan ke ruangan rekompressi jika tersedia, hal ini untuk mengurangi besarnya
gelembung-gelembung sehingga melancarkan peredaran darah ke otak.
Pencegahan emboli udara yaitu penyelam harus bernapas secara wajar saat memakai peralatan
scuba dan tidak menahan napas saat muncul ke permukaan, keluarkan napas secara terus
menerus. Napas harus dikeluarkan minimal 10 feet terakhir dari permukaan.

2. Efek Tidak Langsung Tekanan

Oxygen Toxicity (Keracunan Okisgen)

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme. Oksigen yang dihirup adalah
1/5 dari semua oksigen yang ada. Bila campuran gas yang dihirup terdiri dari O2 20 % maka
oksigen yang terpakai oleh tubuh adalah hanya 4 % nya sedangkan 16 % dihembuskan.

Meskipun dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan tekanan parsial oksigen menyebabkan keracunan.
Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan yang tinggi pada penyelaman meningkatkan tekanan
parsial oksigen.

Pada kedalaman 40 m (5 ATA), maka penyelam akan menghirup tekanan O2 1 ATA atau O2
100 % seperti menghirup udara murni di permukaan. Oksigen yang tinggi menyebabkan terlalu
cepatnya proses metabolisme, merusak protein tubuh dan syaraf. Hal dapat terjadi pada
penyelam yang menggunakan Nitrox.

Manifestasi gejala pada pernapasan yaitu batuk dan rasa sakit saat bernapas, pada sistem saraf
pusat gejalanya yaitu pelintiran pada otot muka sekitar bibir, gangguan penglihatan, mual,
banyak berkeringat dan kejang. Apabila terjadi di air maka berakibat fatal.
Penanganannya dengan diberikan udara segar, jangan oksigen murni.
Oleh karena itu jangan menyelam terlalu dalam dan gunakan udara biasa yang bersih bukan O2
murni.

Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)

Merupakan bagian terbesar dari udara yang dihirup oleh manusia. Di permukaan nitrogen
merupakan gas lambat (inert gas) dan secara kimia tidak bercampur dalam darah.

Nitrogen melarutkan oksigen dalam campuran udara dan menjadikan udara aman untuk
bernapas. Nitrogen diserap dan disimpan dalam tubuh karena inert. Maka dengan inilah alasan
utama mengapa penyelam scuba bila muncul ke permukaan harus perlahan.
Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan parsial oksigen meningkat saat menyelam. Nitrogen
memiliki efek euforia (suasana senang berlebihan) yang meningkatkan kepercayaan diri, dan
mengurangi kognisi dan penilaian situasi sehingga menyebabkan teknik menyelam kacau yang
bisa fatal bagi penyelam. Biasanya terjadi mulai kedalaman 70- 100 feet tapi setelah kedalaman
100 feet semua penyelam akan mengalami keracunan.

Pada penyelam scuba, gejalanya berupa kepala terasa ringan, euforia, perasaan gamang, dan
kelainan sensorik. Gejala memburuk jika semakin dalam. Pada kedalaman 100 FSW, penyelam
semakin keracunan, dengan gejala berkurangnya penilaian, rasa percaya diri meningkat, dan
reflek yang menurun. Pada kedalaman 250-300 FSW, terdapat halusinasi lihat dan dengar dan
pandangan gelap. Penyelam akan tidak sadar pada kedalaman 400 FSW. Hal ini sering
disamakan dengan minum Martini (minuman alkohol).
Oleh karena itu penyelam scuba dengan udara kompresi tidak boleh menyelam lebih dari 100
FSW. Jika ingin menyelam lebih dalam gunakan Heliox.
Jika terjadi gejala diatas pada kedalaman 70-100 FSW naiklah ke permukaan dan istirahat atau
ke kedalaman lebih dangkal sampai gejala menghilang. Hindari menyelam terlalu dalam dan
kenalilah kemampuan diri dan pelajari gejala-gejala tersebut.

Penyakit Dekompresi (Decompression Sickness)

Berbeda dengan emboli udara, Decompression sickness terjadi dimana terbentuknya gelembung
udara di dalam darah tanpa mengalami pecahnya alveoli paru.

Gejalanya lambat dibanding emboli, karena gas ini terbentuk di pembuluh darah yang
menyebabkan matinya sel-sel di jaringan secara perlahan.

Pencegahannnya: Menyelam menggunakan tabel dekompressi . Angkatan Laut dan penyelam


komersil seluruh dunia telah membuat tabel selam berdasarkan kalkulasi. Oleh karena itu setiap
penyelam harus bisa membac tabel selam. Yang dipakai umumnya adalah U.S. Navy Standard
Air Decompression Tables.
Efek dan Bahaya Lingkungan Selam Non Tekanan pada Tubuh

Fungsi tubuh manusia berfungsi dengan baik dalam suhu internal dengan kisaran pendek. Suhu
tubuh normal 98.6F (37C) dan dipertahankan oleh tubuh, ditambah dengan pakaian dan
mengatur suhu udara di lingkungan bila cuaca terlalu panas atau dingin. Sebelum melakukan
selam ulang sebaiknya tubuh dipanasakan karena absorpsi nitogen meningkat bila suhu tubuh
turun.

Sunburn (Terbakar Matahari).

Kenyamanan suatu kegiatan penyelaman adalah sangat mutlak bagi penyelam. Penyelaman di
atas Ruber (Sekoci Karet) di bawah teriknya matahari sangatlah tidak menyenangkan. Untuk
menghindari diri dari terik matahari diperlukan pakaian yang dapat meredam panas.Pada saat
snorkeling juga dapat tertimpa terik panas matahari. Gunakan vaselin pelindung kulit karena
panas dapat melindungi kulit. Panas juga dapat meningkatkan metabolisme sehingga tenaga
penyelam cepat habis. Gunakan sunblock, semakin tinggi angka UVF semakin efektif, tetapi
gunakanlah sunblock yang tahan lama oleh air dan keringat.

Heat Exahaustion/Heat Stroke (Tersengat Matahari).

Seorang penyelam snorkeling yang berada di bawah terik matahari dapat meningkatkan suhu
badan penyelam. Apabila kepanasan dibiarkan begitu saja berakibat heat exhaustion/heat
stroke. Suhu badan yang meningkat, kulit kering, napas cepat dan pendek mengakibatkan heat
stroke dan biasanya diawali dengan heat exhaustion. Gejalanya adalah gelisah, pucat, mual,
berkeringat dan denyut nadi lemah. Untuk menghindari ini berlindung di tempat teduh,
pemakaian perahu kapal yang ada tempat berteduh sangat efektif. Minum air untuk mencegah
dehidrasi jika waktu menyelam masih lama. Gunakan pakaian yang tidak menyerap panas (yang
baik berwarna putih). Dapat pula dicegah dengan membasahi topi atau rambut dengan air.

Hipotermia (Kehilangan Panas Badan).

Kondisi medan penyelaman dapat membuat keadaan yang tidak nyaman. Terutama perairan yang
dingin, penyelam dapat menggigil dan dapat terjadi hipotermia yaitu kehilangan panas
badan.Pemakaian pakaian selam yang sesuai sangat diperlukan, apalagi daerah perairan yang
dingin atau penyelaman dalam. Kedinginan yang amat sangat akan berakibat kelelahan karena
metabolisme tubuh banyak dipakai untuk menghasilkan panas. Bila terjadi dalam air, hentikan
penyelaman dan naik ke permukaan lalu istirahat. Pulihkan suhu badan dengan menghangatkan
tubuh.
Mabuk Laut.

Mabuk laut terjadi sebagai akibat dari hilangnya keseimbangan tubuh karena kondisi yang tidak
sehat. Gejalanya mual, lemas, berkeringat dingin, pusing dan muntah. Pencegahannya jika
kondisi tidak sehat jangan menyelam, istirahat yang cukup, tempat yang tenang, dan udara segar.

Dehidrasi.

Dehidrasi biasanya terjadi pada penyelam di zona daerah tropis. Dehidrasi adalah hilangnya air
dari tubuh yang disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit darah seperti natrium, kalium, dan
klorida. Penyebabnya yaitu banyaknya keringat yang keluar atau lama bernapas dengan udara
kering/tidak lembab. Berat tubuh dan gradien tekanan hidrostatik yang diimbangi tekanan air
sekitar penyelam mebuat darah banyak terkumpul di vena kaki. Hali ini menyebabkan urinasi
yang berlebihan dan berakibat dehidrasi. Udara yang digunakan merupakan udara kering
sehingga penguapan air diparu-paru semakin besar. Dehidrasi dapat menyebabkan penyelam
rentan terhadap decompression sickness. Penyelam harus banyak minum selama penyelaman.

Ancaman dan Bahaya Lain

1. Aspek Kejiwaan
Kenapa kebanyakan orang takut kedalam air, jawabnya adalah manusia adalah makhluk
darat yang terbiasa sejak kecil selalu di daratan. Setelah belajar dan bisa berenang maka
akan meningkatkan kepercayaan diri terhadap dalamnya air.
2. Kepanikan adalah hal yang biasa bagi penyelam baru. Terbiasa di lingkungan kolam
dengan suasana nyaman kemudian berganti lingkungan laut luas dengan dalam tidak
terukur dan gelap.Bila mengalami masalah apapun di dalam penyelaman jangan panik,
tetap melakukan sesuatu sesuai prosedur dan jangan mengambil langkah pintas. Bila
patner dive kita panik bicaralah dengan isyarat tangan supaya tidak panik dan membantu
masalah yang dialami. Kenali medan penyelaman sebelum memulai penyelaman.
3. Kram
Pemanasan yang kurang sebelum menyelam dapat menyebabkan kram. Otot terasa
tertarik dan sakit. Lakukan pemanasan yang cukup untuk memulai suatu penyelaman.
Untuk mengatasi kram perlahan-lahan kendorkan otot yang terkena dan bergerak
perlahan. Jangan panik jika hal ini terjadi.
4. Pernapasan Memburu
Bentuk pernapasan yang berbahaya yang timbul karena memaksakan diri, kelelahan,
kedinginan, takut dan panik. Semua itu menimbulakan pernapasan yang cepat dan
pendek-pendek, sehingga udara yang masik dan keluar hanya di jalur atas pernapasan.
Akibatnya pergantian O2 dan CO2 tidak efisien karena sirkulasi yang tidak baik,
penyelam akan kesulitan mengambang dan berenang bahkan pingsan.
Setiap penyelam harus menguasai keadaan dan bernapas secara wajar serta mampu untuk
dapat beristirahat di permukaan atau mengapung. Disini di perlukan water trafen dan
floating.
5. Kondisi Fisik Penyelam
Kondisi fisik yang sehat merupakan keharusan bagi penyelam dalam melakukan
penyelaman. Bila badan terasa sakit tundalah menyelam. Selalu tingkatkan daya tahan
tubuh dengan olahraga lari dan berenang dengan fins yang merupakan kebutuhan
individu penyelam. Olahraga tersebut harus dilakukan secara rutin sehingga tercapai
kondisi prima.
6. Minuman Alkohol
Seorang penyelam yang minum alkohol dapat mengganggu pertukaran gas pada jaringan
tubuh. Sebaiknya hindari minuman beralkohol.
7. Keracunan Karbon Monoksida
Karbondioksida merupakan gas yang tidak berwarna, bersifat sangat toksik karena
mengikat Hb 200 kali lebih kuat dari oksigen. Sehingga kadar oksigen darah turun.
Keteledoran penyelam yang mengisi tabung udara berakibat fatal bagi penyelam yang
memakai tabung tersebut. Gas CO yang masuk ke dalam kompressor dan diteruskan ke
tabung udara akan menyebabkan keracunan. Gejalanya adalah pusing, mual, lemas,
bahkan pingsan.
Sumber :

USN Diving Manual 6th edition. Revised 2008

NOAA Diving Manual. Diving For Science and Technology

Pengetahuan Akademis Penyelaman SCUBA Diver. POSSI Jawa Tengah.

Wilderness Medicine. Paul S Auerbach. 2002.


Drowning and Resuscitation. American Heart Association. 2005.
Scubadoc.com

Vous aimerez peut-être aussi