Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka
yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Ada yang
mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Namun ada juga yang melarang atas nama
agama. Selain itu ada yang menyatakan bahwa bayi juga punya hak hidup sehingga
harus dipertahankan, dan lain-lain. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat
karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui
penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan
eklampsia.Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya
saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian
ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian,
tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini
aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi
dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung
menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini
terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat,
selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat
untuk mereka yang terlambat datang bulan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dirumuskan beberapa masalah antara lain :
1. Apa itu abortus ?
2. Apa saja klasifikasi abortus ?
3. Apa penyebab dari abortus ?
4. Bagaimana perjalanan penyakit dari abortus ?
5. Bagaimana tanda dan gejala dari abortus ?
6. Apa saja komplikasi yang akan terjadi pada abortus ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien abortus ?

1|Abortus
8. Bagaimana penatalaksaan pasien abortus ?
9. Apa saja penyimpangan KDM yang dapat muncul ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap pasien dengan abortus ?
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi abortus
2. Mengetahui klasifikasi abortus
3. Mengetahui penyebab abortus
4. Memahami perjalanan penyakit dari abortus
5. Mengetahui tanda dan gejala dari abortus
6. Mengetahui komplikasi abortus
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pasien abortus
8. Mengetahui penatalaksaan abortus
9. Mengetahui penyimpangan KDM dari abortus
10. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dari pasien abortus

2|Abortus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu dan 28
minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup di bawah
400 gram itu di anggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin
besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru sofian, 2012).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn & Jones, 2002).
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah
abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi
karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi
sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja
sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi
medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta
tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14
minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk
kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).

2.2 Klasifikasi
- Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan) yaitu:
a. Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks.

3|Abortus
b. Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
d. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
- Abortus provokatus (induced abortion), terjadi karena sengaja dilakukan dengan
memakai obat obatan maupun alat-alat. Abortus ini dibagi menjadi :
a. Abortus medisinalis (Abortus Therapeutica), adalah abortus karena tindakan
kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan
jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis)
b. Abortus kriminalis, abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang
ilegal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
2.3 Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
:
- Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
- Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
- Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
5. Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum:
1. Infeksi akut

4|Abortus
- Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
- Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
- Parasit, misalnya malaria.
2. Infeksi kronis
- Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
- Tuberkulosis paru aktif.
- Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
- Penyakit kronis, misalnya :
Hipertensi
Nephritis
Diabetes
anemia berat
penyakit jantung
toxemia gravidarum
- Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
- Trauma fisik.
6. Penyebab yang bersifat lokal:
- Fibroid, inkompetensia serviks.
- Radang pelvis kronis, endometritis.
- Retroversi kronis.
- Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemiadan abortus
7. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

2.4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing

5|Abortus
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14
minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar
dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

2.5 Manifestasi Klinis


1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
- Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
- Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
- Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

6|Abortus
2.6 Komplikasi
Adapun komplikasi abortus , antara lain :
1. Perdarahan
Apabila perdarahan dijalan lahir tidak segera diatasi atau pertolongan tidak
diberikaan tepat waktu maka akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
2. Syok
Berkurangnya volume darah yang disebabkan oleh adanya perdarahan
3. Infeksi
Hal ini seharusnya jarang terjadi jika memakai tehnik asepsis dengan cermat

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2.8 Penatalaksanaan
Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
- Abortus spontaneous
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus
meliputi :
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila
terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari
kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan

7|Abortus
jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama
beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat
dilanjutkan.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik
(hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam
berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus.
Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per
vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus
meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus
diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila
janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase.
Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses
pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan
dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
- Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
- Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti
efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
- Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.
b. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering
dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan
dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.

8|Abortus
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
- Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan: Berikan
ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
- Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes
permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Pastikan untuk tetap
memantau kondisi ibu setelah penanganan
c. Abortus lnkomplit
Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat
akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada
abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg
per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :

9|Abortus
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d. Abortus Komplit
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus,
hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg
perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.

10 | A b o r t u s
2.9 Pathway
Faktor Predisposisi

- Kelemahan Pertumbuhan hasil


konsepsi
- Kelainan pada plasenta
- Kelainana maternal

Ggn sirkulasi uterus

Perdarahan dlm desidua

Embrio terlepas (semua atau sedikit)

Abortus

Resiko ancaman Cemas terhadap


Terlepas sedikit
kesehatan pada janin keselamatan janin

Benda asing dlm uterus

Terjadi perlukaan pada


endometrium

Ggn rasa Kontraksi Uterus


nyaman : Nyeri
Resiko Syok
Perdarahan
(Hipovolemik)

Therapi Bedrest

Intoleransi Aktivitas

11 | A b o r t u s
2.10 Asuhan Keperawatan
2.10.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
- Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
- Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
- Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar
siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami
oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan
tersebut berlangsung.
b. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan
dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan
dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
d. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya.

12 | A b o r t u s
e. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
f. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
g. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
- Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
- Pemeriksaan fisik, meliputi :
a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
- Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
- Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
- Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal
c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
- Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

13 | A b o r t u s
- Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah
ada kontraksi dinding perut atau tidak
- Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39)
- Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah
klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB
jenis apa.
- Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat
di RS.Data psikososial.
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga,
hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.

2.10.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dibuktikan dengan ekspresi wajah
meringis, mengeluh nyeri
2. Resiko syok dibuktikan dengan penurunan tekanan darah (hipotensi),
hipoksia

14 | A b o r t u s
3. Cemas berhubungan dengan ancaman abortus dibuktikan dengan tampak
gelisah, tampak tegang, merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan otot ekstremitas
sekunder terhadap bedrest dibuktikan dengan mengeluh lelah

2.10.3 Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kontraksi uterus
dibuktikan dengan ekspresi wajah meringis, mengeluh nyeri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri berkurang atau
hilang.
Kriteria Hasil :
- Nyeri daerah perut berkurang atau hilang
- Skala nyeri (0-2)
- Ekspresi wajah tenang, tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120/80, N:
60-100x/menit. SB :36,5-37,5, RR: 20)
Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan PQRTS Untuk menentukan intervensi
selanjutnya
Monitor TTV Untuk mengetahui perkembangan klien
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi Mengurangi nyeri secara non
farmakologi
Ciptakan lingkungan yang nyaman Lingkungan yang berisik dapat memicu
emosi klien yang menyebabkan nyeri
semakin bertambah
Berikan informasi penyebab terhadap Memberikan penjelasan akan
nyeri menambah pengetahuan klien tentang
nyeri

15 | A b o r t u s
2. Resiko syok dibuktikan dengan penurunan tekanan darah (hipotensi),
hipoksia
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat
memperlihatkan normalitas volume darah
Kriteria Hasil :
- Tidak terjadi syok selama dalam masa perawatan
- Tidak terjadi penurunan kesadaran
- TTV normal : TD 120/80 mmHg, RR : 20x/menit, SB : 36,50-37,50, N: 80-
100x/menit
- Konjungtiva tidak anemis

Intervensi Rasional
Monitor TTV dan keadaan pasien Perubahan tanda vital terjadi bila
perdarahan semakin hebat
Kaji perdarahan tiap dua jam, catat Untuk mengetahui jumlah perdarahan
jumlah perdarahan, jumlah pembalut pervaginal
yang digunakan
Monitor input dan output cairan Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah jumlah
cairan yang hilang pervaginal
Posisi klien dengan posisi Dengan kaki lebih tinggi akan
Trendelenburg, yaitu posisi telentang meningkatkan venous return dan
biasa dengan kaki sedikit tinggi 30 memungkinkan darah keotak dan organ
derajat lain
Berikan sejumlah cairan pengganti Transfusi mungkin diperlukan pada
kondisi perdarahan masif
Kolaborasi pemberian anti koagulan Anti koagulan dapat menghentikan
perdarahan

16 | A b o r t u s
3. Cemas berhubungan dengan ancaman abortus dibuktikan dengan klien tampak
gelisah, tampak tegang, merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kecemasan
dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
- Pasien mau mengungkapkan perasaannya
- Pasien tidak gelisah
Intervensi Rasional
Monitor tingkat pengetahuan/persepsi Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
klien dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
Monitor derajat kecemasan yang Kecemasan yang tinggi dapat
dialami klien menyebabkan penurunan penilaian
objektif klien tentang penyakit
Bantu klien mengidentifikasi Kelibatan klien secara aktif dalam
penyebab kecemasan tindakan keperawatan merupaakan
support yang mungkin berguna bagi
klien dan meningkatkan kesadaran diri
klien
Asistensi klien menentukan tujuan Peningkatan nilai objektif terhadap
perawatan bersama masalah berkontribusi menurunkan
Edukasi : Terangkan hal-hal seputar kecemasan. Konseling bagi klien sangat
aborsi yang perlu diketahui diperlukan untuk meningkatkan
klien/keluarga pengetahuan dan membangun support
sistem keluarga, untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan otot ekstremitas


sekunder terhadap bedrest dibuktikan dengan mengeluh lelah

17 | A b o r t u s
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperrawatan selama 3x24 jam kebutuhan
aktivitas terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain
- Pasien dapat melakukan perawatan diri tanpa dibantu

Intervensi Rasional
Kaji tingkat kemampuan klien untuk Mungkin klien tidak mengalami
beraktifitas perubahan berarti, tetapi perdarahan
masif perlu diwaspadai untuk
mencegah kondisi klien lebih buruk
Bantu klien memenuhi kebutuhan Mengistirahatkan klien secara optimal
aktifitas sehari-hari
Bantu klien untuk melakukan Mengoptimalkan kondisi klien, abortus
aktifitan sesuai dengan kemampuan imminens, istirahat mutlak sangat
kondisi klien diperlukan
Evaluasi perkembangan kemampuan Menilai perkembangan dari
klien melakukan aktifitas kemampuan klien

2.10.4 Impelementasi
Serangkaian kegiatan keperawatan berdasarkan intervensi yang telah direncanakan
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau
tindakan mencegah masalah kesehatan yang muncul di kemudian hari.

2.10.5 Evaluasi
Mengevaluasi hasil, menilai perkembangan dari implementasi yang telah
dilaksanakan.

18 | A b o r t u s
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum jaknin
dapat hidup di luar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu
dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup di
bawah 400 gram itu di anggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir
makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru sofian, 2012).
Jenis abortus antara lain :
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Yang terbagi atas :
- Abortus imminens
- Abortus insipiens
- Abortus kompletus
- Abortus inkompletus
2. Abortus provokatus (induced abortion), terjadi karena sengaja dilakukan dengan
memakai obat obatan maupun alat-alat.
Yang terdiri atas :
- Abortus medisinalis (Abortus Therapeutica)
- Abortus Kriminalis

2.1 Saran
Setelah memahami teori dari abortus, sebagai perawat sebaiknya kita tidak
mencoba-coba membantu dalam melakukan tindakan aborsi yang ilegal atau dapat
merugikan diri kita maupun pasien. Tetap melakukan asuhan keperawatan yang
benar dan baik dan menghindari dari segala tindakan yang dapat merugikan.

19 | A b o r t u s
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC NOC edisi revisi jilid
1.Yogyakarta: MediAction
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta
Jurnal Abortus. Di unduh di http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=2839 pada
tanggal 11/09/2017 pukul 20:03 WITA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

20 | A b o r t u s

Vous aimerez peut-être aussi