Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Radix ; nervus dorsalis scapulae (C5), nervus thoracalis longus (C5, 6, dan 7)
Nervus thoracalis longus (C5, 6, dan 7) berasal dari radix plexus prachialis di
leher dan sampai di axilla dengan cara melalui pinggir lateral costa 1 dibelakang
arteria, vena axillaris dan plexus brachialis. Saraf ini berjalan turun melalui
permukaan lateral musculus serratus anterior.
Nervus cutaneus brachii medialis (T1) berasal dari fasciculus medialis plexus
brachialis dan bergabung dengan nervus intercostobrachialis. Saraf ini menyarafi
kulit sisi medial lengan atas.1
Nervus ulnaris (C8 dan T1) berasal dari fasciculus medialis plexus brachialis
dan berjalan turun di antara arteria axillaris dan vena axillaris. Nervus ulnaris di axilla
tidak bercabang. Diagram ringkasan distribusi lengkap nervus ulnaris.1
Radix medialis nervi mediani berasal dari fasciculus medialis plexus brachialis
dan menyilang di depan bagian ketiga axillaris untuk bergabung dengan radix
lateralis nervi median.1
Nervus radialis merupakan cabang plexus brachialis yang tersebar dan terletak
di belakang arteria axillaris. Nervus radialis bercabang untuk menyarafi caput longum
dan caput mediale musculi triceps brachii dan nervus cutaneus brachii posterior.1
B. DEFINISI
Cedera plexus brachialis adalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5-T1.
Plexus brachialis adalah persarafan yang berjalan dari leher ke arah axilla yang
dibentuk oleh ramus ventral saraf vertebra C5-T1. Cedera pada plexus
brachialis dapat mempengaruhi fungsi saraf motorik dan sensorik. pada ekstremitas
atas.2,3
C. EPIDEMIOLOGI
Data mengenai insiden trauma plexus brachialis sulit diketahui dengan pasti,
Goldie dan Coates melaporkan 450-500 kasus cedera supraklavikular tertutup terjadi
setiap tahun di Inggris. Pada laporan yang lain, Narakas membuat suatu pedoman
"seven seventies " dengan mengacu pada pengalaman menangani 1068 pasien selama
18 tahun yang salah satunya tercatat 70% kecelakaan pengendara sepeda motor
dengan trauma multipel akan berimplikasi 70% diantara berupa cedera
supraklavikuler, 70% cedera supraklavikuler merupakan avulsi saraf yang melibatkan
C7, C8, T1.3,4
Enam puluh satu kasus kelumpuhan pleksus brachialis akibat persalinan tercatat
dalam 30.451 persalinan hidup di rumah sakit hibah Kaiser, San Francisco, antara
Januari 1972 hingga Desember 1982 dengan insiden 2.0/1,000 kelahiran. Penyebab
trauma jalan lahir terkait cedera plexus brachialis adalah kelumpuhan wajah, fraktur
klavikula, ekimosis tangan, dan cephalohematoma.3,4
Selain itu pada data lainnya dalam populasi Amerika ditemukan bahwa cedera
plexus brachialis teridentifikasi sebanyak 113 (0.1%) dari 103,434 anak dengan
trauma yang masuk rumah sakit antara bulan April 1985 hingga Maret 2002. Enam
puluh satu persen diantaranya merupakan anak laki-laki. Kebanyakan penyebab
cedera adalah kecelakaan motor (36 kasus [32%]). Data epidemiologi cedera plexus
brachialis pada populasi multitrauma tercatat sebanyak 54 dari 4538 (1.2%) pasien
yang terdapat pada berbagai fasilitas trauma regional. Pasien didominasi laki-laki usia
muda. Penyebab tersering berupa kecelakaan motor namun hanya 0.67% dari
kecelakaan ini yang kemudian menyebabkan keadaan cedera plexus.3,4
Avulsion : Pada cedera plexsus brachialis yang paling berat, akar saraf
telah terlepas dari sumsum tulang belakang. Jenis luka ini
mungkin tidak bisa diperbaiki dengan operasi.
Kelumpuhan di bagian atas terjadi ketika sudut antara bahu dan leher melebar
secara paksa, seperti saat jatuhnya mendorong bahu ke bawah dan menuju ke sisi
yang berlawanan. Pasien dengan kelumpuhan di bagian atas tidak dapat
menggunakan bahu untuk mengangkat lengan menjauh dari tubuh, kelemahan pada
lengan, dan mungkin tidak dapat menekuk lengan di siku. Cedera berat di bagian atas
dapat melumpuhkan otot bahu (otot deltoid dan rotator cuff), serta otot di lengan atas
(biceps.)5
Gambar 3. Ketika jatuh dimana bahu ke arah bawah dan kepala ke sisi
yang berlawanan, kelumpuhan di bagian atas bisa terjadi.5
Kelumpuhan bagian bawah terjadi saat sudut antara lengan dan dinding dada
secara paksa melebar. Hal ini dapat merusak saraf bagian bawah. Pasien dengan
kelumpuhan trunk rendah biasanya akan mempertahankan kekuatan bahu dan siku,
namun akan kehilangan fungsi tangan. Seiring waktu, hal ini akan menyebabkan jari
berkontraksi, dan pasien tidak akan bisa melakukan tugas motorik dengan baik.
Pasien juga akan merasakan mati rasa pada jari manis dan jari kelingking.5
Gambar 4. Cedera plexus brachialis bawah terjadi saat lengan dan bahu
tertarik ke atas, meningkatkan sudut antara lengan dan dada. Ilustrasi ini
menunjukkan pleksus kiri.5
Derajat Kerusakan pada lesi saraf perifer dapat dilihat dari klasifikasi Sheddon
(1943) dan Sunderland (1951).
a. Neuropraksia
Pada atipe ini terjadi kerusakan mielin namun akson tetap intak. Dengan adanya
kerusakan mielin dapat menyebabkan hambatan konduksi saraf. Pada tipe cedera
seperti ini tidak terjadi kerusakan struktur terminal sehingga proses
penyembuhan lebih cepat dan merupakan derajat kerusakan paling ringan.
b. Aksonotmesis
Terjadi kerusakan akson namun semua struktur selubung saraf termasuk
endoneural masih tetap intak. Terjadi degenerasi aksonal segmen saraf distal dari
lesi (degenerasi Wallerian). Regenerasi saraf tergantung dari jarak lesi mencapai
serabut otot yang denervasi tersebut. Pemulihan sensorik cukup baik bila
dibandingkan motorik.
c. Neurotmesis
Terjadi ruptur saraf dimana proses pemulihan sangat sulit terjadi meskipun
dengan penanganan bedah. Bila terjadi pemulihan biasanya tidak sempurna dan
dibutuhkan waktu serta observasi yang lama. Merupakan derajat kerusakan
paling berat.
Klasifikasi Sunderland lebih merinci kerusakan saraf yang terjadi dan membaginya
dalam 5 tingkat, yaitu : 6
E. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Seseorang dengan cedera bahu berat, khususnya pada kecelakaan bermotor.
Mekanisme cedera harus dipertimbangkan, karena dapat terjadi pada multiple
trauma.3,5
Pasien dapat memberikan gejala-gejala berupa :
Nyeri, khususnya leher dan bahu. nyeri saraf umumnya disebabkan adanya
ruptur. Parestesia dan distesia
Kelemahan atau rasa berat pada ekstremitas
Menurunnya nadi, disebabkan cedera pembuluh darah yang menyertainya.
b. Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan ptosis, enoftalmus, anhidrosis, dan miosis
atau Horner syndrome menunjukkan adanya lesi plexus letak rendah komplit,
karena ganglion simpatik T1 berada pada ujung proksimal plexus brakhialis.3,5
Edema pada bahu dapat luas. Menurunnya atau hilangnya nadi menunjukkan
adanya cedera pembuluh darah. Fraktur klavikula seringkali dapat diraba. Inspeksi
dan palapasi dengan cermat pada tulang aksial dapat menunjukkan adanya cedera
yang menyertai. Pemeriksaan pada setiap saraf servikal perlu dilakukan untuk
melihat fungsi motorik dan sensorik segera setelah kondisi pasien
memungkinkan.3,5
Pemeriksaan sensasi dan gerakan pergelangan tangan dan jari untuk menilai
saraf-saraf median, ulnar, radial dapat membantu mengetahui letak lesi plexus
brachialis. Pemeriksaan motorik berguna karena terdapat variasi tertentu pada
saraf-saraf spinal diantara medulla dan merupakan pola inervasi abnormal yang
terbanyak. Variasi ini menjadi tantangan tersendiri dalam mengidentifikasi level
yang terkena/terlibat.
c. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi
Adanya cedera saraf tepi biasanya disertai dengan cedera tulang dan jaringan ikat
sekitar yang dapat dinilai dengan pemeriksaan radiografi. Pada kasus cedera
traumatik, penggunaan x-ray dapat membantu menilai adanya dislokasi, subluksasi
atau fraktur yang dapat berhubungan dengan cedera plexus tersebut.3
Pemeriksaan radiografi :
1. Foto vertebra servikal untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra
servikal
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur skapula, klavikula atau
humerus.
3. Foto thorak untuk melihat disosiasi skapulothorak serta tinggi diafragma pada
kasus paralisa saraf phrenicus.
CT Myelography
Hasil yang mungkin ditemukan adalah pseudomeningoceles yang diproduksi
oleh root avulsion, tetapi hasil yang positif tidak selalu dapat diandalkan karena
dura dapat robek tanpa adanya root avulsion. CT myelography lebih sering
dikerjakan pada pasien yang akan melakukan operasi. Kesimpulan hasil CT
myelography:3
- Dorsal dan ventral rootlets yang intak tanpa adanya meningocele mengeksklusi
kemungkinan avulsi.
- Adanya meningocele tidak selalu menyatakan adanya avulsi.
- Jika meningocele meluas hingga keluar foramen, kemungkinan adanya avulsi
sangat besar.
EMG (Electromyography)
Pemeriksaan EMG dapat membantu menentukan letak lesi dan fungsi inervasi
saraf.3
F. PENATALAKSANAAN
Tingkat pemulihan tergantung pada jenis dan tingkat keparahan cedera. Banyak
luka pada plexus brakialis, terutama jika cedera ringan akan pulih secara spontan
tanpa operasi selama beberapa minggu sampai berbulan-bulan. Cedera saraf yang
sembuh sendiri cenderung memiliki hasil fungsional yang lebih baik. Biasanya hanya
dilakukan observasi yaitu memantau perkembangan dari perbaikan saraf, mungkin
hanya menyarankan kepada pasien untuk melakukan terapi fisik agar mencegah
kekakuan sendi dan otot.5,8
Tindakan bedah biasanya direkomendasikan saat saraf gagal pulih sendiri atau
gagal pulih untuk mengembalikan fungsi yang diperlukan lengan dan tangan. Penting
untuk dicatat bahwa tergantung pada tingkat keparahan cedera, bahkan operasi
mungkin tidak dapat mengembalikan fungsi lengan atau tangan sebelum terjadinya
cedera.5,8
1. Nerve repair
Dalam prosedur ini, akan dilakukan menyambungkan kembali dua tepi saraf yang
terputus. Perbaikan saraf biasanya dilakukan segera untuk laserasi yang terjadi
pada saraf , seperti luka akibat pisau. Saraf tidak akan pernah kembali secara
sempurna jika telah terpotong. Kesembuhan maksimal hanya terjadi sekitar
80%.5.8
2. Nerve graft
Penyambungan saraf adalah prosedur di mana saraf sehat diambil dari bagian lain
dari tubuh dijahit di antara dua ujung saraf yang cedera. Saraf transplantasi
bertindak sebagai menopang ujung yang terluka saat saraf menumbuhkan kembali
dan tumbuh bersama. Tujuannya adalah saraf yang ditransplantasikan dapat
merangsang pertumbuhan kembali pada saraf dan pada akhirnya mengembalikan
sinyal saraf untuk memberi kekuatan pada otot yang lumpuh.5,8
3. Nerve transfer
Dalam prosedur ini, saraf donor sehat dipotong dan dihubungkan kembali ke saraf
yang terluka untuk memberi sinyal pada otot yang lumpuh dengan tujuan
mengembalikan fungsinya.5
Gambar 6. Dalam prosedur transfer saraf yang disebut transfer Oberlin
cabang saraf ke satu otot dipotong dan dihubungkan kembali ke saraf
lain untuk memberi sinyal dan menumbuhkan kembali otot yang lumpuh.5
Transfer tendon adalah jenis operasi di mana tendon otot yang berfungsi
dipotong dan dijahit pada tendon otot yang tidak berfungsi untuk mengembalikan
gerakan atau fungsi motorik. Dalam transfer otot yang berfungsi bebas, otot dari satu
bagian tubuh dipindahkan ke area yang cedera, disertai tendon, arteri, vena, dan
sarafnya. Masing-masing struktur ini terhubung ke struktur yang sesuai dari area yang
cedera untuk mengembalikan fungsi gerak atau motorik.5
G. KOMPLIKASI
1. Sindroma Erb-Duchenne
Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus superior dan biasanya
terjadi akibat trauma. Pada bayi terjadi karena penarikan kepala saat proses
kelahiran dengan penyulit distokia bahu, sedangkan pada orang dewasa terjadi
karena jatuh pada bahu dengan kepala terlampau menekuk kesamping.
Presentasi klinis pasien berupa waiters tip position dimana lengan berada
dalam posisi adduksi (kelemahan otot deltoid dan supraspinatus), rotasi
internal pada bahu (kelemahan otot teres minor dan infraspinatus), pronasi
(kelemahan otot supinator dan brachioradialis) dan pergelangan tangan fleksi
(kelemahan otot ekstensor karpi radialis longus dan brevis). Selain itu terdapat
pula kelemahan pada otot biseps brakhialis, brakhialis, pektoralis mayor,
subscapularis, rhomboid, levator scapula dan teres mayor. Refleks bisep
biasanya menghilang, sedangkan hipestesi terjadi pada bagian luar (lateral)
dari lengan atas dan tangan.
H. PROGNOSIS
KESIMPULAN
Cedera plexus brachialis adalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5-T1.
Plexus brachialis adalah persarafan yang berjalan dari leher ke arah axilla yang
dibentuk oleh ramus ventral saraf vertebra C5-T1. Di Amerika ditemukan bahwa
cedera pleksus brachialis teridentifikasi sebanyak 113 (0.1%) dari 103,434 anak
dengan trauma yang masuk rumah sakit antara bulan April 1985 hingga Maret 2002.
Enam puluh satu persen diantaranya merupakan anak laki-laki. Kebanyakan
penyebab cedera adalah kecelakaan motor. Selain itu enam puluh satu kasus
kelumpuhan pleksus brachialis akibat persalinan tercatat dalam 30.451 persalinan
hidup di rumah sakit hibah Kaiser, San Francisco, antara Januari 1972 hingga
Desember 1982 dengan insiden 2.0/1,000 kelahiran.
Cedera plexus brachialis sangat bervariasi dalam tingkat keparahan, tergantung
pada jenis cedera dan jumlah gaya yang ditempatkan pada pleksus dan tergantung
pada patofisiologi yang mendasari. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan
yaitu luasnya lesi jaringan saraf, usia (dimana usia tua mengurangi proses
pertumbuhan akson), status medis pasien, kepatuhan dan motivasi pasien dalam
menjalani terapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Richard S. Buku Anatomi Klinik. Plexus Brachialis. Edisi 6. EGC. Jakarta. 2006.
Hal 433-438
2. Tjokorda Gde. Saraf Perifer Masalah dan Penanganannya. Diagnosis Cedera Saraf
Tepi. Cetakan 1. Jakarta. 2013. Hal 48-49. Di unduh dari
http://erepo.unud.ac.id/5762/1/ID2_19740906200212100114091311938buku-
saraf-perifer.pdf
3. Peripheral Nerve Surgary Center. Brachial Plexus Injury. Johns Hopkins
University. 2011. Di unduh dari http://www.hopkinsmedicine.org/neurology
_neurosurgery/centers_clinics/peripheral_nerve_surgery/conditions/brachial_plexu
s_injury_bpi.html
4. Foster, M. Traumatic Brachial Plexus Injuries. Epidemiology. Emedicine. 2015.
Di unduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1268993-overview#a7
5. llen T. Bishop. Thomas J. Christensen. Brachialis Plexus Injury. American
Academy of Othopaedic Surgeons. 2015. Di unduh dari http://orthoinfo.aaos.org
/topic.cfm?topic=A00678
6. Rasjad Chairuddin. Ilmu Bedah Ortopedi. Trauma Pada Plexus Saraf. Jakarta.
2009. Hal 351
7. National Library of Medicine National Institutet of Health. Brachial Plexus
Injuries in Adult. USA. 2014. Di unduh dari https:// www.ncbi
.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4045362/
8. Vasileios Sakellariou dkk. International Scholarly Research Notices. Treatment
Options for Brachial Plexus Injuries. Hindawi. 2014. Di unduh dari
https://www.hindawi.com/journals/isrn/2014/314137/