Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI PLEXUS BRACHIALIS

Plexus brachialis dibentuk di dalam trigonum colli posterior oleh gabungan


rami anteriores nervi spinals cervicales 5,6,7,8 dan thoracalis 1. Plexus dapat dibagi
menjadi radix, truncus, divisi, dan fasciculus. Radix C5 dan C6 bergabung
membentuk truncus superior, radix C7 melanjutkan diri menjedi truncus medius,
radix C8 dan T1 bergabung membentuk truncus inferior. Masing-masing truncus
kemudian terbagi menjadi divisi anterior dan posterior. Divisi anterior dari truncus
superior dan medius bergabung membentuk fasciculus lateralis, divisi anterior dari
truncus inferior melanjutkan diri menjadi faciculus medialis, dan devisi posterior dari
ketiga truncus semuanya bergabung membentuk fasciculus posterior.1

Gambar 1. Plexus Brachialis


Radix, truncus, dan divisi dari plexus brachialis terletak di bagian bawah
trigonum colli posterior. Fasciculi tersusun di sekeliling arteria axillaris di dalam
axilla. Di sini plexus brachialis dan arteria axillaris serta vena axillaris dibungkus
oleh selubung fascia, disebut selubung axilla.1

Fasciculli plexus brachialis. Ketiga fascicule plexus brachialis terletak di atas


dan lateral terhadap bagian pertama arteria axillaris. Fasciculus medialis menyilang di
belakang arteri untuk mencapai sisi medial bagian kedua arteria axillaris. Fasciculus
posterior terletak di belakang bagian kedua arteria, dan fasciculus lateralis terletak di
lateral bagian kedua arteri. Jadi, fasciculus plexus brachialis berhubungan dengan
bagian kedua arteria axillaris.1

Sebagian besar dari cabang-cabang fasciculus yang membentuk saraf utama


dari extremitas superior melanjutkan hubungannya dengan bagian ketiga arteria
axillaris.1

Cabang-cabang dari berbagai bagian plexus brachialis adalah sebagai berikut :

Radix ; nervus dorsalis scapulae (C5), nervus thoracalis longus (C5, 6, dan 7)

Truncus superior ; nervus subclavius (C5 dan C6), nervus suprascapularis


(mensyarafi musculus supraspinatus dan infraspinatus).1

Fasciculus lateralis ; nervus pectoralis lateralis, nervus musculocutaneus, radix


lateralis nervi median.1

Fasciculus medialis ; nervus pectoralis medialis, nervus cutaneus brachii


medialis dan nervus cutaneus antebrachii medialis, nervus ulnaris, radix medialis
nervi medialis.1

Fasciculus posterior ; nervus subscapularis superior dan inferior, nervus


thoracodorsalis, nervus axillaris, nervus radialis.1
Cabang-cabang plexus brachialis yang ditemukan di axilla. Saraf yang
menyarafi musculus subclavius (C5 dan 6) mengurus mesculus subclavius. Saraf ini
penting di klinik, karena mungkin ikut membentuk (C5) nervus phrenicus.1

Nervus thoracalis longus (C5, 6, dan 7) berasal dari radix plexus prachialis di
leher dan sampai di axilla dengan cara melalui pinggir lateral costa 1 dibelakang
arteria, vena axillaris dan plexus brachialis. Saraf ini berjalan turun melalui
permukaan lateral musculus serratus anterior.

Nervus musculocutaneus berasal dari fasciculus lateralis plexus brachialis,


menyarafi musculus coracobrachialis, dan meninggalkan axilla dengan menembus
otot tersebut.1

Radix lateralis nervi median merupakan lanjutan fasciculus lateralis plexus


brachialis. Radix lateralis ini bergabung dengan radix medialis membentuk nervus
medianus, dan berjalan turun ke bawah pada sisi lateral arteria axillaris. Di axilla,
nervus medianus tidak bercabang.

Nervus pectoralis medialis berasal dari fasciculus medialis plexus brachialis,


menyarafi dan menembus musculus pectoralis minor, dan menyarafi dan menembus
musculus pectoralis minor, dan menyarafi musculus pectoralis major.1

Nervus cutaneus brachii medialis (T1) berasal dari fasciculus medialis plexus
brachialis dan bergabung dengan nervus intercostobrachialis. Saraf ini menyarafi
kulit sisi medial lengan atas.1

Nervus cutaneus antebrachii medialis berasal dari fasciculus medialis plexus


brachialis dan berjalan turun di depan arteria axillaris.1

Nervus ulnaris (C8 dan T1) berasal dari fasciculus medialis plexus brachialis
dan berjalan turun di antara arteria axillaris dan vena axillaris. Nervus ulnaris di axilla
tidak bercabang. Diagram ringkasan distribusi lengkap nervus ulnaris.1
Radix medialis nervi mediani berasal dari fasciculus medialis plexus brachialis
dan menyilang di depan bagian ketiga axillaris untuk bergabung dengan radix
lateralis nervi median.1

Nervus subscapularis superior dan inferior berasal dari fasciculus posterior


plexus brachialis dan menyarafi bagian atas dan bawah musculus subscapularis.
Selain itu, nervus subscapularis menyarafi musculus teres major.1

Nervus thoracodorsalis berasal dari fasciculus posterior plexus brachialis dan


berjalan kebawah untuk menyarafi musculus latissimus dorsi.1

Nervus axillaris merupakan salah satu cabang terminal fasciculus posterior


plexus brachialis. Saraf ini berjalan ke belakang dan melalui spatium quadrangularis.
Dengan mengeluarkan cabang ke bahu, saraf tersebut membagi menjadi cabang
anterior dan posterior.1

Nervus radialis merupakan cabang plexus brachialis yang tersebar dan terletak
di belakang arteria axillaris. Nervus radialis bercabang untuk menyarafi caput longum
dan caput mediale musculi triceps brachii dan nervus cutaneus brachii posterior.1

B. DEFINISI

Cedera plexus brachialis adalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5-T1.
Plexus brachialis adalah persarafan yang berjalan dari leher ke arah axilla yang
dibentuk oleh ramus ventral saraf vertebra C5-T1. Cedera pada plexus
brachialis dapat mempengaruhi fungsi saraf motorik dan sensorik. pada ekstremitas
atas.2,3
C. EPIDEMIOLOGI

Data mengenai insiden trauma plexus brachialis sulit diketahui dengan pasti,
Goldie dan Coates melaporkan 450-500 kasus cedera supraklavikular tertutup terjadi
setiap tahun di Inggris. Pada laporan yang lain, Narakas membuat suatu pedoman
"seven seventies " dengan mengacu pada pengalaman menangani 1068 pasien selama
18 tahun yang salah satunya tercatat 70% kecelakaan pengendara sepeda motor
dengan trauma multipel akan berimplikasi 70% diantara berupa cedera
supraklavikuler, 70% cedera supraklavikuler merupakan avulsi saraf yang melibatkan
C7, C8, T1.3,4

Enam puluh satu kasus kelumpuhan pleksus brachialis akibat persalinan tercatat
dalam 30.451 persalinan hidup di rumah sakit hibah Kaiser, San Francisco, antara
Januari 1972 hingga Desember 1982 dengan insiden 2.0/1,000 kelahiran. Penyebab
trauma jalan lahir terkait cedera plexus brachialis adalah kelumpuhan wajah, fraktur
klavikula, ekimosis tangan, dan cephalohematoma.3,4

Selain itu pada data lainnya dalam populasi Amerika ditemukan bahwa cedera
plexus brachialis teridentifikasi sebanyak 113 (0.1%) dari 103,434 anak dengan
trauma yang masuk rumah sakit antara bulan April 1985 hingga Maret 2002. Enam
puluh satu persen diantaranya merupakan anak laki-laki. Kebanyakan penyebab
cedera adalah kecelakaan motor (36 kasus [32%]). Data epidemiologi cedera plexus
brachialis pada populasi multitrauma tercatat sebanyak 54 dari 4538 (1.2%) pasien
yang terdapat pada berbagai fasilitas trauma regional. Pasien didominasi laki-laki usia
muda. Penyebab tersering berupa kecelakaan motor namun hanya 0.67% dari
kecelakaan ini yang kemudian menyebabkan keadaan cedera plexus.3,4

D. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Saraf-saraf yang mencakup plexus brachial berjalan dibawah kulit leher dan
aksilla, sehingga rentan terhadap trauma. Ketika leher dan tangan terkena pada saat
trauma (misalnya pada kecelakaan mobil, motor, dan saat jatuh) maka saraf-saraf
tersebut tertarik dan robek satu sama lain. Selain itu penyebab cedera plexus
brachialis juga dibedakan berdasarkan mekanisme trauma antara lain :3,5
1. Cedera akibat traksi /traumatic traction injuries
Merupakan penyebab yang terbanyak dari cedera plexus brachialis yang
disebabkan oleh dislokasi pundak atau tangan ke arah bawah karena adanya
tarikan yang kuat, seringkali disertai fleksi lateral leher pada arah yang
berlawanan. Hal ini biasanya terjadi kecelakaan kendaraan bermotor khususnya
motor.
2. Trauma penetrasi
Pada pundak atau leher, luka trauma akibat tusukan pisau, laserasi kaca, atau luka
tembak pada regio supra atau infraklavikula menyebabkan kontusio atau robeknya
plexus brachialis. Karena letak pembuluh darah subklavia dan jugular eksternal
yang lebih proksimal maka dapat pula terkait dengan cedera pembuluh darah.
3. Kelemahan yang terkait dengan kelahiran
Cedera pada plexus brachialis yang terjadi akibat trauma kelahiran. Hal ini
umumnya terkait dengan distosia bahu, bayi lahir normal dengan presentasi
bokong.6

Cedera plexus brachialis sangat bervariasi dalam tingkat keparahan, tergantung


pada jenis cedera dan jumlah gaya yang ditempatkan pada plexus. Pasien yang sama
bisa melukai beberapa syaraf yang berbeda pada plexus brakialis dengan tingkat
keparahan yang bervariasi.5
Gambar 2. Penampang melintang dari jenis cedera peregangan pada plexus
brachialis. Anatomi tulang belakang normal ditunjukkan pada (A) dengan
sumsum tulang belakang di tengah dan saraf berwarna kuning.5

Avulsion : Pada cedera plexsus brachialis yang paling berat, akar saraf
telah terlepas dari sumsum tulang belakang. Jenis luka ini
mungkin tidak bisa diperbaiki dengan operasi.

Stretch (Neuropraxia) : Bila saraf meregang, mungkin akan sembuh dengan


sendirinya atau memerlukan metode pengobatan
nonsurgical sederhana untuk kembali ke fungsi normal.

Rupture : Peregangan saraf yang lebih kuat dapat menyebabkannya


robek sebagian atau seluruhnya. Jenis luka ini terkadang
bisa diperbaiki dengan operasi.

Upper-Trunk Palsy Injury

Kelumpuhan di bagian atas terjadi ketika sudut antara bahu dan leher melebar
secara paksa, seperti saat jatuhnya mendorong bahu ke bawah dan menuju ke sisi
yang berlawanan. Pasien dengan kelumpuhan di bagian atas tidak dapat
menggunakan bahu untuk mengangkat lengan menjauh dari tubuh, kelemahan pada
lengan, dan mungkin tidak dapat menekuk lengan di siku. Cedera berat di bagian atas
dapat melumpuhkan otot bahu (otot deltoid dan rotator cuff), serta otot di lengan atas
(biceps.)5

Gambar 3. Ketika jatuh dimana bahu ke arah bawah dan kepala ke sisi
yang berlawanan, kelumpuhan di bagian atas bisa terjadi.5

Lower-Trunk Palsy Injury

Kelumpuhan bagian bawah terjadi saat sudut antara lengan dan dinding dada
secara paksa melebar. Hal ini dapat merusak saraf bagian bawah. Pasien dengan
kelumpuhan trunk rendah biasanya akan mempertahankan kekuatan bahu dan siku,
namun akan kehilangan fungsi tangan. Seiring waktu, hal ini akan menyebabkan jari
berkontraksi, dan pasien tidak akan bisa melakukan tugas motorik dengan baik.
Pasien juga akan merasakan mati rasa pada jari manis dan jari kelingking.5
Gambar 4. Cedera plexus brachialis bawah terjadi saat lengan dan bahu
tertarik ke atas, meningkatkan sudut antara lengan dan dada. Ilustrasi ini
menunjukkan pleksus kiri.5

Derajat Kerusakan pada lesi saraf perifer dapat dilihat dari klasifikasi Sheddon
(1943) dan Sunderland (1951).

Klasifikasi Sheddon, yaitu :6

a. Neuropraksia
Pada atipe ini terjadi kerusakan mielin namun akson tetap intak. Dengan adanya
kerusakan mielin dapat menyebabkan hambatan konduksi saraf. Pada tipe cedera
seperti ini tidak terjadi kerusakan struktur terminal sehingga proses
penyembuhan lebih cepat dan merupakan derajat kerusakan paling ringan.

b. Aksonotmesis
Terjadi kerusakan akson namun semua struktur selubung saraf termasuk
endoneural masih tetap intak. Terjadi degenerasi aksonal segmen saraf distal dari
lesi (degenerasi Wallerian). Regenerasi saraf tergantung dari jarak lesi mencapai
serabut otot yang denervasi tersebut. Pemulihan sensorik cukup baik bila
dibandingkan motorik.
c. Neurotmesis
Terjadi ruptur saraf dimana proses pemulihan sangat sulit terjadi meskipun
dengan penanganan bedah. Bila terjadi pemulihan biasanya tidak sempurna dan
dibutuhkan waktu serta observasi yang lama. Merupakan derajat kerusakan
paling berat.

Klasifikasi Sunderland lebih merinci kerusakan saraf yang terjadi dan membaginya
dalam 5 tingkat, yaitu : 6

1. Tipe I : hambatan dalam konduksi (neuropraksia)


2. Tipe II : cedera akson tetapi selubung endoneural tetap intak (aksonotmesis)
3. Tipe III : aksonotmesis yang melibatkan selubung endoneural tetapi perineural dan
epineural masih intak.
4. Tipe IV : aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural, tetapi
epineural masih baik.
5. Tipe V : aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural dan epineural
(neurotmesis).

E. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Seseorang dengan cedera bahu berat, khususnya pada kecelakaan bermotor.
Mekanisme cedera harus dipertimbangkan, karena dapat terjadi pada multiple
trauma.3,5
Pasien dapat memberikan gejala-gejala berupa :
Nyeri, khususnya leher dan bahu. nyeri saraf umumnya disebabkan adanya
ruptur. Parestesia dan distesia
Kelemahan atau rasa berat pada ekstremitas
Menurunnya nadi, disebabkan cedera pembuluh darah yang menyertainya.
b. Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan ptosis, enoftalmus, anhidrosis, dan miosis
atau Horner syndrome menunjukkan adanya lesi plexus letak rendah komplit,
karena ganglion simpatik T1 berada pada ujung proksimal plexus brakhialis.3,5

Edema pada bahu dapat luas. Menurunnya atau hilangnya nadi menunjukkan
adanya cedera pembuluh darah. Fraktur klavikula seringkali dapat diraba. Inspeksi
dan palapasi dengan cermat pada tulang aksial dapat menunjukkan adanya cedera
yang menyertai. Pemeriksaan pada setiap saraf servikal perlu dilakukan untuk
melihat fungsi motorik dan sensorik segera setelah kondisi pasien
memungkinkan.3,5

Sebagai bahan pertimbangan pada keadaan tertentu diperlukan pemeriksaan


neurologis. Pemeriksaan sensoris berupa deep pressure sensation mungkin
merupakan penanda utama pada kontinuitas saraf dengan pasien gejala tidak ada
fungsi motor atau sensasi lain. Pemeriksaan ini berupa cubitan pada dasar kuku
dan menarik jari pasien ke sisi luar. Jika terdapat sensasi terbakar menunjukkan
adanya kontinuitas pada saraf yang diperiksa. Namun jika tidak ada, maka
pemeriksaan ini tidak berguna untuk menentukan keadaan neuropraksia karena
dapat bertahan lebih dari 6 bulan.3,5

Lokasi tes deep pressure spinal nerve Nerve Affected cord


Ibu jari C6 Median nerve Lateral cord
Jari tengah C7 Median nerve Lateral cord
Kelingking C8 Ulnar nerve Medial cord

Tabel diambil dari kepustakaan no.7

Pemeriksaan sensasi dan gerakan pergelangan tangan dan jari untuk menilai
saraf-saraf median, ulnar, radial dapat membantu mengetahui letak lesi plexus
brachialis. Pemeriksaan motorik berguna karena terdapat variasi tertentu pada
saraf-saraf spinal diantara medulla dan merupakan pola inervasi abnormal yang
terbanyak. Variasi ini menjadi tantangan tersendiri dalam mengidentifikasi level
yang terkena/terlibat.

Saraf servikal Tes fungsi motorik


C5 Abduksi, ekstensi, dan rotasi ekternal bahu, beberapa fleksi siku
C6 Fleksi siku, pronasi dan supinasi telapak tangan, beberapa
ekstensi pergelangan tangan
C7 Hilangnya fungsi ekstremitas secara difus tanpa paralisis
sempurna kelompok otot tertentu, ekstensi siku, yang secara
konsisten mempersarafi otot latisimus dorsi
C8 Ektensor dan fleksor jari tangan, fleksor pergelangan tangan,
intrinsik tangan
T1 Intrinsik tangan

Tabel diambil dari kepustakaan no.7

c. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi
Adanya cedera saraf tepi biasanya disertai dengan cedera tulang dan jaringan ikat
sekitar yang dapat dinilai dengan pemeriksaan radiografi. Pada kasus cedera
traumatik, penggunaan x-ray dapat membantu menilai adanya dislokasi, subluksasi
atau fraktur yang dapat berhubungan dengan cedera plexus tersebut.3

Pemeriksaan radiografi :

1. Foto vertebra servikal untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra
servikal
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur skapula, klavikula atau
humerus.
3. Foto thorak untuk melihat disosiasi skapulothorak serta tinggi diafragma pada
kasus paralisa saraf phrenicus.

CT Myelography
Hasil yang mungkin ditemukan adalah pseudomeningoceles yang diproduksi
oleh root avulsion, tetapi hasil yang positif tidak selalu dapat diandalkan karena
dura dapat robek tanpa adanya root avulsion. CT myelography lebih sering
dikerjakan pada pasien yang akan melakukan operasi. Kesimpulan hasil CT
myelography:3
- Dorsal dan ventral rootlets yang intak tanpa adanya meningocele mengeksklusi
kemungkinan avulsi.
- Adanya meningocele tidak selalu menyatakan adanya avulsi.
- Jika meningocele meluas hingga keluar foramen, kemungkinan adanya avulsi
sangat besar.

EMG (Electromyography)
Pemeriksaan EMG dapat membantu menentukan letak lesi dan fungsi inervasi
saraf.3

NCV (Nerve-Conduction Velocity)


Pemeriksaan NCV untuk mengetahui sistem motorik dan sensorik, kecepatan
hantar saraf, serta latensi distal.3

SNAPs (Sensory Nerve Action Potentials)


SNAPs berguna untuk membedakan lesi preganglionik atau lesi postganglionik.
Pada lesi postganglionik, SNAPs tidak didapatkan tetapi positif pada lesi
preganglionik.3
SSEP (Somato-Sensory Evoked Potensials)
SSEP berguna untuk membedakan lesi proksimal misalnya pada root avulsion.3

F. PENATALAKSANAAN

Tingkat pemulihan tergantung pada jenis dan tingkat keparahan cedera. Banyak
luka pada plexus brakialis, terutama jika cedera ringan akan pulih secara spontan
tanpa operasi selama beberapa minggu sampai berbulan-bulan. Cedera saraf yang
sembuh sendiri cenderung memiliki hasil fungsional yang lebih baik. Biasanya hanya
dilakukan observasi yaitu memantau perkembangan dari perbaikan saraf, mungkin
hanya menyarankan kepada pasien untuk melakukan terapi fisik agar mencegah
kekakuan sendi dan otot.5,8

Tindakan bedah biasanya direkomendasikan saat saraf gagal pulih sendiri atau
gagal pulih untuk mengembalikan fungsi yang diperlukan lengan dan tangan. Penting
untuk dicatat bahwa tergantung pada tingkat keparahan cedera, bahkan operasi
mungkin tidak dapat mengembalikan fungsi lengan atau tangan sebelum terjadinya
cedera.5,8

Beberapa teknik bedah digunakan untuk mengobati cedera pada saraf,


tergantung pada jenis cedera dan lamanya waktu yang telah berlalu sejak terjadinya
cedera. Beberapa tindakan operasi yang dilakukan pada cedera plexus brakhialis
seperti :

1. Nerve repair
Dalam prosedur ini, akan dilakukan menyambungkan kembali dua tepi saraf yang
terputus. Perbaikan saraf biasanya dilakukan segera untuk laserasi yang terjadi
pada saraf , seperti luka akibat pisau. Saraf tidak akan pernah kembali secara
sempurna jika telah terpotong. Kesembuhan maksimal hanya terjadi sekitar
80%.5.8
2. Nerve graft
Penyambungan saraf adalah prosedur di mana saraf sehat diambil dari bagian lain
dari tubuh dijahit di antara dua ujung saraf yang cedera. Saraf transplantasi
bertindak sebagai menopang ujung yang terluka saat saraf menumbuhkan kembali
dan tumbuh bersama. Tujuannya adalah saraf yang ditransplantasikan dapat
merangsang pertumbuhan kembali pada saraf dan pada akhirnya mengembalikan
sinyal saraf untuk memberi kekuatan pada otot yang lumpuh.5,8

Gambar 5. Cangkok saraf bertindak sebagai jembatan antara ujung saraf


yang terputus. Saraf sural yang terletak di bagian belakang kaki adalah
saraf yang paling umum ditransplantasikan ke plexus brachialis yang
cedera.5

3. Nerve transfer
Dalam prosedur ini, saraf donor sehat dipotong dan dihubungkan kembali ke saraf
yang terluka untuk memberi sinyal pada otot yang lumpuh dengan tujuan
mengembalikan fungsinya.5
Gambar 6. Dalam prosedur transfer saraf yang disebut transfer Oberlin
cabang saraf ke satu otot dipotong dan dihubungkan kembali ke saraf
lain untuk memberi sinyal dan menumbuhkan kembali otot yang lumpuh.5

4. Tendon and muscle transfers

Transfer tendon adalah jenis operasi di mana tendon otot yang berfungsi
dipotong dan dijahit pada tendon otot yang tidak berfungsi untuk mengembalikan
gerakan atau fungsi motorik. Dalam transfer otot yang berfungsi bebas, otot dari satu
bagian tubuh dipindahkan ke area yang cedera, disertai tendon, arteri, vena, dan
sarafnya. Masing-masing struktur ini terhubung ke struktur yang sesuai dari area yang
cedera untuk mengembalikan fungsi gerak atau motorik.5

G. KOMPLIKASI
1. Sindroma Erb-Duchenne
Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus superior dan biasanya
terjadi akibat trauma. Pada bayi terjadi karena penarikan kepala saat proses
kelahiran dengan penyulit distokia bahu, sedangkan pada orang dewasa terjadi
karena jatuh pada bahu dengan kepala terlampau menekuk kesamping.
Presentasi klinis pasien berupa waiters tip position dimana lengan berada
dalam posisi adduksi (kelemahan otot deltoid dan supraspinatus), rotasi
internal pada bahu (kelemahan otot teres minor dan infraspinatus), pronasi
(kelemahan otot supinator dan brachioradialis) dan pergelangan tangan fleksi
(kelemahan otot ekstensor karpi radialis longus dan brevis). Selain itu terdapat
pula kelemahan pada otot biseps brakhialis, brakhialis, pektoralis mayor,
subscapularis, rhomboid, levator scapula dan teres mayor. Refleks bisep
biasanya menghilang, sedangkan hipestesi terjadi pada bagian luar (lateral)
dari lengan atas dan tangan.

Gambar 7. Sindroma Erb-Duchenne

2. Sindroma Klumpkes Paralysis


Lesi di radiks servikal bawah (C8, T1) atau trunkus inferior dimana penyebab
pada bayi baru dilahirkan adalah karena penarikan bahu untuk mengeluarkan
kepala, sedangkan pada orang dewasa biasanya saat mau jatuh dari ketinggian
tangannya memegang sesuatu kemudian bahu tertarik. Presentasi klinis berupa
deformitas clawhand (kelemahan otot lumbrikalis) sedangkan fungsi otot bahu
baik. Selain itu juga terdapat kelumpuhan pada otot fleksor carpi ulnaris,
fleksor digitorum, interosei, tenar dan hipotenar sehingga tangan terlihat
atrofi. Disabilitas motorik sama dengan kombinasi lesi n. Medianus dan
ulnaris. Kelainan sensorik berupa hipestesi pada bagian dalam/ sisi ulnar dari
lengan dan tangan.

Gambar 8 Sindroma Klumpkes Paralysis

H. PROGNOSIS

Prognosis cedera plexus brachialis bervariasi tergantung pada patofisiologi


yang mendasari, meliputi tempat dan derajat kerusakan saraf dan kecepatan mendapat
terapi. Proses regenerasi saraf terjadi kira-kira 1-2 mm/hari atau 1 inci/bulan,
sehingga mungkin diperlukan beberapa bulan sebelum tanda pemulihan dapat
dilihat.1,2,4,5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan yaitu luasnya lesi
jaringan saraf, usia (dimana usia tua mengurangi proses pertumbuhan akson), status
medis pasien, kepatuhan dan motivasi pasien dalam menjalani terapi.2
BAB III

KESIMPULAN

Cedera plexus brachialis adalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5-T1.
Plexus brachialis adalah persarafan yang berjalan dari leher ke arah axilla yang
dibentuk oleh ramus ventral saraf vertebra C5-T1. Di Amerika ditemukan bahwa
cedera pleksus brachialis teridentifikasi sebanyak 113 (0.1%) dari 103,434 anak
dengan trauma yang masuk rumah sakit antara bulan April 1985 hingga Maret 2002.
Enam puluh satu persen diantaranya merupakan anak laki-laki. Kebanyakan
penyebab cedera adalah kecelakaan motor. Selain itu enam puluh satu kasus
kelumpuhan pleksus brachialis akibat persalinan tercatat dalam 30.451 persalinan
hidup di rumah sakit hibah Kaiser, San Francisco, antara Januari 1972 hingga
Desember 1982 dengan insiden 2.0/1,000 kelahiran.
Cedera plexus brachialis sangat bervariasi dalam tingkat keparahan, tergantung
pada jenis cedera dan jumlah gaya yang ditempatkan pada pleksus dan tergantung
pada patofisiologi yang mendasari. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan
yaitu luasnya lesi jaringan saraf, usia (dimana usia tua mengurangi proses
pertumbuhan akson), status medis pasien, kepatuhan dan motivasi pasien dalam
menjalani terapi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Richard S. Buku Anatomi Klinik. Plexus Brachialis. Edisi 6. EGC. Jakarta. 2006.
Hal 433-438
2. Tjokorda Gde. Saraf Perifer Masalah dan Penanganannya. Diagnosis Cedera Saraf
Tepi. Cetakan 1. Jakarta. 2013. Hal 48-49. Di unduh dari
http://erepo.unud.ac.id/5762/1/ID2_19740906200212100114091311938buku-
saraf-perifer.pdf
3. Peripheral Nerve Surgary Center. Brachial Plexus Injury. Johns Hopkins
University. 2011. Di unduh dari http://www.hopkinsmedicine.org/neurology
_neurosurgery/centers_clinics/peripheral_nerve_surgery/conditions/brachial_plexu
s_injury_bpi.html
4. Foster, M. Traumatic Brachial Plexus Injuries. Epidemiology. Emedicine. 2015.
Di unduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1268993-overview#a7
5. llen T. Bishop. Thomas J. Christensen. Brachialis Plexus Injury. American
Academy of Othopaedic Surgeons. 2015. Di unduh dari http://orthoinfo.aaos.org
/topic.cfm?topic=A00678
6. Rasjad Chairuddin. Ilmu Bedah Ortopedi. Trauma Pada Plexus Saraf. Jakarta.
2009. Hal 351
7. National Library of Medicine National Institutet of Health. Brachial Plexus
Injuries in Adult. USA. 2014. Di unduh dari https:// www.ncbi
.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4045362/
8. Vasileios Sakellariou dkk. International Scholarly Research Notices. Treatment
Options for Brachial Plexus Injuries. Hindawi. 2014. Di unduh dari
https://www.hindawi.com/journals/isrn/2014/314137/

Vous aimerez peut-être aussi