Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SILINDER LAPIS-RANGKAP
Oleh : Kelompok 10
Nama : Dicky Setiawan (120405016)
Fahmi Maulana (120405056)
Ricky Kristian P (120405084)
Joshua P. Tinambunan (120405102)
Fikri Naufal Anwari (120405128)
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Industri Petrokimia
Industri Petrokimia adalah industri yang berkembang berdasarkan suatu
pola yang mengkaitkan suatu produk-produk industri minyak bumi yang tersedia,
dengan kebutuhan masyarakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Bahan Produk petrokimia adalah segala bahan atau produk kimia yang
dibuat/dihasilkan secara sistetik dari bahan baku migas atau komponen-
komponennya/fraksi-fraksi, seperti:
o Pakaian, produk kosmetik dan parfum yang kita kenakan sehari-hari.
o Kantong-kantong plastik, botol-botol plastik dan barang-barang plastik
lainnya yang sering kita gunakan sehari-hari.
o Jendela pesawat terbang, payung penerjun, interior dan cat dinding,
lapisan teflon pada penggorengan, Sikat rambut, Sikat gigi, katup jantung
untuk operasi, container, fiber glass, clan loin-lain yang sering kita
pakai sehari-hari.
Bahan Produk Polimer adalah segala bahan atau produk kimia baik
yang terbentuk secara proses alamiah di alam (yaitu yang disebut polimer
alamiah atau polimer buatan alam) maupun yang terbentuk secara
sintetik.
2. Dengan proses polimerisasi dari migas (yaitu yang disebut polimer sintetik atau
polimer buatan manusia).
Pengertian polimer dalam arti sempit adalah suatu molekul raksasa
(dengan berat molekul berkisar antara 104-107 yang terbentuk melalui proses
polimerisasi. Molekul raksasa ini disebut juga makromolekul. Maka
berdasarkan proses pembentukannya, bahan/produk polimer dapat dibagi alas
2 bagian, Yaitu:
o Produk polimer alamiah atau polimer alam, misalnya:
1. Polisakarida (pati dan bahan selulosa)
2. Protein alam (serat sutera, serat otot dan enzim)
3. Karel alam dan asam-asam nukleat
o Produk polimer sintetik atau produk polimer buatan manusia, yang
mencakup semua produk petrokimia yang dihasilkan secara sintetik
dengan proses polimerisasi dari migas, misalnya:
1. Plastik-plastik sintetik
2. Serat-serat sintetik
3. Karet-karet sintetik, dll.
1. Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang kompleks berupa cairan
berwarna coklat kehitaman dengan komposisi terbesar senyawa hidrokarbon
dan senyawa lain dalam jumlah relatif kecil seperti sulfur, logam-logam nikel,
vanadium, arsenit, serta impuritis lainnya.
Baik senyawa hidrokarbon maupun bukan senyawa hidrokarbon
keduanya akan berpengaruh dalam menentukan cara-cara pengolahan yang
dilakukan dalam kilang minyak.
Kelompok senyawa hidrokarbon yang ada didalam minyak dan gas bumi,
dibagi dalam 5 kelompok :
o Paraffin
Paraffin yang merupakan senyawa alkana (CnH2n+2), kelompok
senyawa paraffin dikaarkteristik sebagai senyawa yang sangat stabil
dan mempunyai rantai lurus seperti: methane, ethane, propane,
butane, pentane dan lain-lain.
o Olefin
Olefin terdiri dari gugus alkena (CnH2n) dan siklo parapin, kelompok
senyawa olefin atau juga disebut etilen terdiri dari senyawa rantai
lurus yang tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap
menghubungkan dua atom karbon. kelompok senyawa olefin antara
lain etena, propena, butena, pentena dan lain-lain.
Olefin tidak terdapat dalam minyak mentah, tetapi terbentuk dalam
distilasi minyak mentah atau dalam proses perengkahan, oleh karena
itu dalam bensin rengkahan banyak mengandung senyawa olefin.
Olefin merupakan bahan dasar utama dalam industri petrokimia,
misalnya etilena (C2H4) dan propilena (C3H6).
o Napthena
Nafthena yang terdiri dari hidrokarbon cincin jenuh, mempunyai
rumus umum (CnH2n) karena senyawa hidrokarbon ini mempunyai
sifat kimia seperti senyawa hidrokarbon parafin dan mempunyai
struktur molekul siklis, maka senyawa ini juga disebut sikloparafin.
Senyawa hidrokarbon nafthena yang terdapat dalam minyak bumi
ialah siklopentan dan sikloheksan yang terdapat dalam fraksi
naphtha dan fraksi minyak bumi dengan titik didih yan lebih tinggi.
Fasilitas Infrastruktur
Dermaga
Sarana Distribusi
Laboratorium
DESKRIPSI PROSES
1. Persiapan Bahan Baku
Umpan berupa o-xylene cair dengan laju alir 1.905 kg/jam dipompa
menggunakan P-01 pada suhu 20oC dan tekanan 1,013 bar absolut
menuju mixer untuk dicampur dengan bahan baku udara. Umpan
berupa udara (mengandung O2= 8995 kg/jam dan N2= 29622 kg/jam)
masuk ke dalam kompressor C-01 pada suhu 20o C dan tekanan 4,013
bar untuk dinaikkan tekanannya. Umpan udara keluar dari kompressor
C-01 dengan suhu 75,4327oC dan tekanan 1,6 bar masuk menuju
pemanas udara E-01 untuk dinaikkan suhunya supaya sesuai dengan
spesifikasi reaktor. Selanjutnya umpan udara dengan suhu 180oC dan
tekanan 1,3 bar masuk ke dalam mixer. Hasil keluar mixer berupa
campuran o-xylene dan udara dalam fasa uap dengan suhu
150,9201oC dan tekanan 1,3 bar.
2. Reaksi Oksidasi
Umpan berupa campuran o-xylene dan udara dari mixer masuk
menuju reaktor oksidasi. Di dalam rekator ini terjadi reaksi oksidasi
secara eksotermal dan proses dijaga pada keadaan isotermal pada suhu
380oC dan pressure drop sebesar 0,1. Hasil reaksi berupa campuran
fasa uap yang terdiri dari PA (Phthalic Anhydride), MA(Maleic
Anhydride), karbon dioksida, karbon monoksida, air dan sisa reaktan
(nitrogen, oksigen dan o-xylene). Hasil reaksi ini kemudian
diturunkan suhunya menggunakan kondensor E-02 untuk
mengkondensasi (mengubah fasa) hasil reaksi. Keluar dari kondensor
E-02, hasil reaksi berupa campuran cair-uap pada suhu 130oC dan
tekanan 1,15 bar dan memiliki konsentrasi uap sebesar 99,29792%
berat.
3. Proses Separasi
Tahapan proses separasi ada 3, antara lain :
1) Flashing
Proses flashing dilakukan melalui 2 tahap yaitu dalam F-01 dan F-
02. Pada tahap ini, hasil reaksi yang masih mengandung uap
sebesar 99,29792% berat dan cair sebesar 0,70208% berat
dipisahkan menngunakan alat vertical flash 1 (F-01) supaya fase
uap dapat terpisah dari fase cairnya. Hasilnya (suhu 130oC dan
tekanan 1,15 bar) berupa, fase cair akan keluar sebagai hasil
bawah dan fase uap keluar sebagai hasil atas. Fase cair sebagian
besar berupa PA (Phthalic Anhydride) dan sedikit MA(Maleic
Anhydride), karbon dioksida, karbon monoksida, air dan sisa
reaktan (nitrogen, oksigen dan o-xylene). Sedangkan fase uap
sebagian besar berupa MA(Maleic Anhydride), karbon dioksida,
karbon monoksida, air dan sisa reaktan (nitrogen, oksigen dan o-
xylene) dan sebagian kecil PA (Phthalic Anhydride). Karena hasil
atas F-01 masih mengandung PA (Phthalic Anhydride), maka
hasil atas ini perlu dilakukan proses flashing kembali yaitu dalam
vertical flash 1 (F-02). Tetapi, sebelum masuk ke dalam F-02,
campuran uap ini perlu dikondensasi dalam kondensor E-03.
Keluar dari kondensor E-03, hasil reaksi berupa campuran cair-
uap pada suhu 65oC dan tekanan 1,1 bar dan memiliki konsentrasi
uap sebesar 99,71897% berat. Selanjutnya, campuran masuk ke
dalam vertical flash 1 (F-02). Hasilnya (suhu 65oC dan tekanan
1,1 bar) berupa, fase cair akan keluar sebagai hasil bawah dan fase
uap keluar sebagai hasil atas. Fase cair sebagian besar berupa PA
(Phthalic Anhydride) dan sedikit MA(Maleic Anhydride), karbon
dioksida, karbon monoksida, air dan sisa reaktan (nitrogen,
oksigen dan o-xylene). Sedangkan fase uap sebagian besar berupa
MA(Maleic Anhydride), karbon dioksida, karbon monoksida, air
dan sisa reaktan (nitrogen, oksigen dan o-xylene) dan sebagian
kecil PA (Phthalic Anhydride). Hasil atas F-02 bersama dengan
hasil atas Phthalic Anhydride Stripper (D-02) diumpankan menuju
Maleic Anhydride Srcubber (D-01). Sedangkan hasil bawah F-01
dan hasil bawah F-02 masuk ke dalam mixer untuk dicampur dan
selanjutnya akan diproses pada proses stripping.
2) Scrubbing
Hasil atas F-02 bersama dengan hasil atas Phthalic Anhydride
Stripper (D-02) diumpankan menuju Maleic Anhydride Srcubber
(D-01) dengan dicampur terlebih dahulu di dalam mixer.
Campuran keluar mixer berupa uap pada suhu 65oC dan tekanan
1,1 bar, masuk menuju Maleic Anhydride Srcubber (D-01). Di
dalam alat ini, fraksi berat dalam umpan diabsorpsi dengan air
(laju alir 30.405 kg/jam) sehingga keluar sebagai hasil dasar
scrubber dalam fase cair. Sedangkan fraksi ringan dalam umpan
keluar sebagai hasil atas scrubber dalam fase uap (off gas). Hasil
bawah scrubber berupa produk samping yaitu larutan Maleic Acid
(larutan Maleic Anhydride dalam air). Sedangkan hasil atas
scrubber berupa off gas (gas nitrogen, gas oksigen, gas o-xylene
dan sedikit PA (Phthalic Anhydride) dan MA(Maleic Anhydride).
3) Stripping
Hasil bawah F-01 dan F-02 masuk ke dalam mixer untuk
dicampur dan selanjutnya dipompa menggunakan pompa P-02
menuju Phthalic Anhydride Stripper (D-02). Umpan masuk ke
dalam stripper berupa fasa cair pada suhu 112,2156oC dan
tekanan 1,115 bar. Umpan ini sebagian besar berupa PA (Phthalic
Anhydride) dan sedikit MA(Maleic Anhydride), karbon dioksida,
karbon monoksida, air dan sisa reaktan (nitrogen, oksigen dan o-
xylene). Pada stripper ini, umpan dipisahkan berdasarkan titik
didih masing masing komponen murninya. Hasil atas kolom
stripper keluar berupa fase uap pada suhu 207,0423oC dan
tekanan 1,115 bar. Hasil atas berupa sebagian besar MA(Maleic
Anhydride), karbon dioksida, karbon monoksida, air dan sisa
reaktan (nitrogen, oksigen dan o-xylene) dan sedikit PA (Phthalic
Anhydride). Hasil atas ini di-recycle menuju menuju Maleic
Anhydride Srcubber (D-01). Sedangkan hasil bawah kolom
Stripper keluar berupa fasa cair pada suhu 289,6841oC dan
tekanan 1,165 bar. Hasil bawah berupa sebagian besar PA
(Phthalic Anhydride) dan sedikit MA(Maleic Anhydride). Hasil
bawah ini merupakan produk utama yaitu PA (Phthalic
Anhydride) cair. Jika produk yang diinginkan berupa PA (Phthalic
Anhydride) uap, maka hasil bawah ini dialirkan menuju heat
exchanger E-04 untuk diuapkan sebagai produk PA (Phthalic
Anhydride) uap pada suhu 295oC tekanan 0,865 bar.
Phthalic Anhydride (PA) merupakan produk organik yang dapat diperoleh dari
zat-zat seperti o-xilena atau naftalena, melalui oksidasi dengan adanya katalis,
biasanya oksida vanadium / titanium.
PA adalah bahan kimia penting. Untuk produksi saat ini PA 50% digunakan untuk
pembuatan plastik, 25% untuk alkyd resin, 20% untuk polyester resin tak jenuh,
dan 5% untuk ekspor sementara aplikasi yang lebih kecil termasuk poliol
poliester, pigmen, pewarna, pemanis dan retardants api.
Proses Pembuatan PA
Ketika fumaric acid dipanaskan di atas 200C. fumaric acid sangat larut dalam air
dingin, kristalnya tak berwarna dan kecil-kecil. Sedangkan maleic acid kristalnya
besar tak berwarna dan kelarutannya besar dalam air dingin. Fumaric acid
merupakan hasil reaksi antara hidrogen halida dengan maleic anhydride.
Gambar 3 Proses Pemanasan Fumaric Acid
Fumaric acid ini aplikasinya untuk industri makanan sebagai bahan pemanis
buatan, aditif pangan, aditif pakan ternak (terutama sebagai penambah sifat asam).
Oksidasi N-Buten
Proses Petrotex
Tahapan proses:
Steam cracking nafta menghasilkan 90% 1-buten dan cis & trans-2-buten, 10%
butan)
Oksidasi buten
Katalis : campuran Mo, V dan fosfor dioksida (fixed bed, reaktor multi
tube).Produk samping berupa CO2, CO dan H2O (dari reaksi pembakaran), butirat
dan crotonat aldehid, propionate, asetat, asam akrilat. Reaksi berlangsung pada
temperatur 260 440oC.
Proses Mitsubishi
Menggunakan reaktor fluidized bed dengan katalis yang sama dengan proses
Petrotex
Co-production dari proses anhidrida ftalat
Oksdasi naftalen atau o-xylen menghasilkan anhidrida ftalat dan 5 6% anhidrida
maleat yang dapat direcovery dari limbah. Limbah dipekatkan sampai kadar
anhidrida maleat 10 20% dan 5% asam-asam lain (ftalat, benzoate, citraconat).
PENUTUP