Vous êtes sur la page 1sur 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

STRUMA NODOSA NON TOKSIK


BEBERAPA PENYAKIT KELENJAR
TYROID
Hypertyroid
Peny. Graves
SMNT
Hypotyroid
Penyakit Miksedema
Hypotyroid Jouvenil
Hypotyroid Congenital
Goiter Non Toksik / SNNT
Neoplasma Tyroid
Pengertian

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar


tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih
tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.

Struma nodosa non toksik adalah penurunan sekresi


hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh akan hormon tiroid
ANATOMI KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid melekat pada trachea,terdiri atas 2 lobus kanan


dan kiri trachea,memiliki panjang 5 cm, lebar 3 cm dan berat
sekitar 30 gram .
FISIOLOGI

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon Tiroksin (T4) dan Tridotironin(T3).Sekresi


hormon tiroid dikendalikan oleh Tiroid Stimulating Hormon (TSH) yg dihasilkan
oleh lobus anterior kelenjar hipofisis.

Fungsi utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna
untuk mengontrol metabolisme sel

Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara:


1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu


suatu elemen yang terdapat di dalam makanan dan air.
PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap
usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh
kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif
yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan
menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang
terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan
balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung
pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon
metabolik tidak aktif. Beberapa keadaan dapat mempengaruhi sintesis,
pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin
(T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan
pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tyroid.
Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon
tyroid antara lain :

1.Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering
terdapat di daerah yang kondisi air minum dan
tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya
daerah pegunungan.

2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa


hormon tyroid.
Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia .
Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan
Pemeriksaan penunjang

Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya struma yang


bernodul dan tidak toksik, melalui :

1.Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau


lebih, konsistensinya kenyal.
2. Pada pemeriksaan laboratorium :
T4(tiroksin) 1,0 3,3 nmol/L
T3 (triyodotironin) 0,8 1,7 mg /dl
TSH (Tiroid Stimulating Hormon) 0,3 3,8 uLu
Scintiscan Yodium Radioaktif ; nodul dingin atau panas
3.Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan
padat atau tidaknya nodul.
4. Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsi
Manifestasi Klinis

Goiter / Struma : nodule lunak atau fibrosis. Awalnya


kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan
licin.

Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea


yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi
dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi
gangguan menelan.

T3, T4 normal atau rendah, TSH meningkat


Penatalaksanaan

1. Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi


penduduk di daerah endemik sedang dan berat.

2. Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam
hal pola makan dan memasyarakatkan pemakaian garam
beriodium.
3. Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal
di daerah endemik diberi suntikan tiga tahun sekali dengan
dosis untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc,
sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc 0,8 cc.

4. Pemberian tyroxin jangka panjang akan menekan TSH


5. Operasi
Tindakan operasi

Tindakan operasi dilakukan atas 3 indikasi


1. Indikasi mekanis
- Sukar menelan
- Sukar bernafas
- Adanya penekanan pada vena-vena di leher
2. Indikasi kosmetik
Hal tersebut banyak terjadi pada wanita
3. Indikasi psikis
- Di anggap mengganggu pergaulan
- Di anggap menjadi halangan untuk
mendapat pekerjaan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata klien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama : (pre op) adanya benjolan dileher
(post op ) adanya nyeri pada luka operasi
- Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan keluhan utama, meliputi
PQRST
- Riwayat kesehatan dahulu
Perlu di kaji apakah klien mengalami
tremor,jantung
berdebar,sering berkeringat,penurunan berat
badan,
ketidakstabilan emosi, kadang2 disertai
exsopthalmus (hypertyroid).
Lelah, suara parau, kurang berkeringat, gemuk,
aktivitas motorik lamban (hypotyroid).
- Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam anggota klg klien ada yg
menderita struma atau menderita penyakit yg
berpengaruh terhadap keadaan klien
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
- Kesadaran
- Tanda Tanda Vital
b. Sistem pernafasan
Adanya peningkatan frekuensi pernafasan kemungkinan
akibat kompresi mekanik struma sehingga menimbulkan
dipsnea, bila pasien post op dapat terjadi peningkatan
pernafasan dan kemungkinan adanya penumpukan sekret.
c. Sistem Kardiovaskuler
Sering terjadi tachikardi dan peningkatan tekanan darah
juga dapat mengakibatkan kekacauan irama jantung
berupa ekstrasistol.
d.Sistem pencernaan
Kaji keluhan sulit menelan. Asupan nutrisi yg tidak mencukupi
kebutuhan, shg terjadi penurunan berat badan
e. Sistem persyarafan
Biasanya di temukan bicara cepat dan suara parau juga terjadi
tremor atau penurunan reflex tendon achiles.

f. Sistem penglihatan
Di temukan exsopthalmus pada hypertyroid

g. Sistem Integumen
Kadang-kadang terjadi hiperpigmentasi, untuk pasien post op
akan tampak luka operasi di sertai pemasangan drain.

h. Sistem Muskulo skeletal


Gerakan lambat. Untuk pasien post op, biasanya terdapat
kekakuan daerah leher akibat adanya nyeri pada luka op

i. Sistem Endokrin
HJypermenorhea
4. Diagnosa keperawatan

- Gangguan jalan nafas yang b.d.obstruksi trakhea secunder terhadap


perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas
- Gangguan komunikasi verbal b.d.nyeri, kerusakan nervus
laringeal
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d.dampak pembedahan, udema
otot, terputusnya jaringan syaraf
- Gangguan rasa aman cemas b.d. kurangnya pengetahuan
klien tentang proses perawatan dan pengobatan
- Resiko terjadi infeksi b.d.invasi mikroorganisme
pada luka operasi
- Gangguan body image b.d. perubahan penampilan tubuh
DX 1. Gangguan/ tidak efektif jalan napas
Tujuan
Mempertahankan kepatenan jalan napas
Intervensi
Pantau frekuensi dan kedalaman pernapasan
Auskultasi suara napas
Cegah aspirasi
Sokong kepala dengan bantal
Cegah gerakan ekstrim pada leher
Waspadai ikatan pada leher
Obs. Kesulitan menelan dan hypersekresi oral
DX 2 : Gangguan komunikasi verbal
Tujuan
Mampu menggunakan metoda komunikasi yang
sesuai
Intervensi
Pertahankan komunikasi sederhana, beri pertanyaan
tertutup
Memberikan alternatif pilihan metoda komunikasi
yang sesuai
Antisipasi kebutuhan pasien
Informasikan kepada pasien untuk membatasi bicara
Dx 3: Nyeri
Tujuan : keluhan nyeri terkontrl
Intervensi
Kaji tanda-tanda nyeri verbal maupun non verbal
Atur posisi tidur semi fowler
Sokong kepala dan leher dengan bantal
Hindari gerakan ekstrim dan hyperekstensi
Informasikan pada pasien untuk menyokong lehernya
dengan tangan selama pergerakan kepala/ leher
Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri yang sesuai
Kolaborasi pemberian analgetik/ NSAID
DX 4 :Cemas, Kurang pengetahuan
Tujuan : Cemas berkurang, berpartisipasi dalam
program pengobatan, perawatan
Intervensi
Diskusikan kebutuhan diet seimbang, bergizi dan
beryodium
Hindari makanan yang bersifat gastrogenik seperti
ikan laut yang berlebihan, kacang kedelai dan lobak
DX 5 : Resiko infeksi pada luka operasi
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi
Lakukan perawatan luka aseptik, antiseptik
Monitor kadar leukosit
Monitor tanda-tanda infeksi dan TTV
Monitor drainage luka
Kolaborasi pemberian antibiotik yang sesuai
DX 6 : Gangguan Konsep diri citra tubuh/ body image
Tujuan : Konsep diri positif
Intervensi
Bina trust
Kaji hal positif dari pasien
Manipulasi dalam penampilan
Beri apresiasi positif karena pasien telah datang ke
tempat yang tepat
Terimakasih

Vous aimerez peut-être aussi