Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pengertian Antijamur
Dari segi terapeutik infeksi jamur pada manusia dapat dibedakan atas infeksi sistemik,
dermatofit,dan mukokutan. Infeksi sistemik dapat lagi dibagi atas:
Infeksi mukokutan disebabkan oleh kandida, mnyerang mukosa dan daerah lipatan kulit
yang lembab. Kandidiasis mukokutan dalam keadaan kronis umumnya mengenai mukosa kulit
dan kuku.
Dasar farmakologis dari pengobatan infeksi jamur belum sepenuhnya dimengerti. Secara
umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur sistemik dan infeksi jamur topikal (dermatofit
dan mukokutan). Dalam pengobatan beberapa anti jamur (imidazol, triazol, dan antibiotik
polien) dapat digunakan untuk kedua bentuk infeksi tersebut. Ada infeksi jamur topikal yang
dapat diobati secara sistemik ataupun topikal.
Gambar amfoterisisn B
Flusitosin saat ini tersedia di Amerika Utara hanya dalam bentuk formulasi oral.
Dosisnya adalah 100-150mg/kg/hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal.
Obat ini diserap dengan baik (>90%), dengan konsentrasi serum puncak dicapai
1-2 jam setelah 1 dosis oral. Obat ini kurang terikat ke protein dan menembus
degan baik semua kompartemen cairan tubuh termasuk cairan serebrospinal. Obat
ini dieleminasi oleh filtrassi glomerulus dengan waktu paruh 3-4 jam dan dapat
dikeluarkan dengan hemodialisis. Kadar cepat meningkat pada gangguan ginjal
dan dapat menyebabkan toksisitas. Toksistas lebih besar kemungkinannya terjadi
pada pasien AIDS dan mereka yang mengidap insufisiensi ginjal. Konsentasi
serum puncak seyogianya diukur secara berkala pada pasien dengan insufisiensi
ginjal dan dipertahankan antara 50 dan 100 mcg/ml.
Mekanisme Kerja Dan Resistensi
Flusitosin di serap oleh jamur melalui enzim sitosin permease. Di dalam sel obat
ini di ubah mula-mula menjadi 5-FU lalu menjadi 5-fluorodeoksiuridin
monofosfat (FdUMP) dan fluorouridin trifosfat (FUTP), yang masing-masing
menghambat pembentukan DNA dan RNA. Sel manusia tidak mampu mengubah
obat induk menjadi metabolit aktif sehingga terbentuk toksisitas selektif.
Senergi dengan amfoterisin B telah di buktikan in vitro dan in vivo. Hal ini
mungkin berkaitan dengan meningkatkannya penetrasi flusitosin melalai
membran sel jamur yang telah rusak oleh amfoterisin B. sinergi in vitro dengan
obat azol juga terjadi, meskipun mekanismenya belum jelas.
Resistensi diduga diperantarai oleh perubahan metabolisme flusitosin dan,
meskipun jarang pada isolate primer, cepat berbentuk selama pemberian
monoterapi flusitisin.